Anda di halaman 1dari 27

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Kuasa karena atas
berkat Rahmat, Hidayah, serta Ridho-Nya sehingga kami dapat menyusun laporan ini dengan
baik, semata- mata untuk memenuhi kewajiban kami sebagai mahasiswa dalam tugas mata
kuliah Telaah Kurikulum dan Buku Teks, dengan judul “Penerapan Kurikulum 2013 Dalam
Pembelajaran Fisika Di SMA N 1 TELAGA” dapat terselesaikan.
Shalawat serta salam kami ucapkan kepada Nabi junjungan kita, Nabi besar Muhammad
SAW, yang telah membawa kita dari jaman jahiliyah hingga saat in jaman keislaman. Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terimaksih kepada pihak yang telah berpartisipasi dalam
penyusunan laporan ini, kesempurnaan hanyalah milik Allah, oleh sebab itu penulis
menyadarisepenuhnya bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan.
Kami berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi pembacanya khususnya rekan-rekan
kami mahasiswa Fakultas MIPA jurusan pendidikan Fisika Universitas negeri Gorontalo,kami
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan sehingganya sumbangan berupa Saran
dan kritik kami harapkan, agar dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya dalam dunia
pendidikan kita.

Gorontalo, Oktober 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... i


DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah ............................................................................................................. 3
1.3 Tujuan.............................................................................................................................. 3
1.4 Manfaat............................................................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................. 4
2.1 TEORI ................................................................................................................................... 4
BAB III METEDEOLOGI PENELITIAN ............................................................................... 18
3.1 Waktu dan Tempat Observasi ........................................................................................ 18
3.2 Instrumen Yang Digunakan ........................................................................................... 18
3.3 Teknik Analisis .............................................................................................................. 18
3.4 Metodelogi penelitian .................................................................................................... 18
3.5 Sumber Data ........................................................................................................................ 19
3.6 Teknik Pengumpulan Data ................................................................................................. 19
BAB IV ......................................................................................................................................... 21
4.1 Hasil Observasi .............................................................................................................. 21
4.2 Pembahasan .................................................................................................................... 22
BAB V PENUTUP....................................................................................................................... 24
5.2 Saran .................................................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 25

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan di negara Indonesia saat ini masih mengalami berbagai macam persoalan.
Persoalan tersebut tidak mudah diselesaikan, karena substansi yang ditransformasikan selama
proses pendidikan dan pembelajaran selalu berada di bawah tekanan kemajuan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan kemajuan masyarakat. Salah satu persoalan pendidikan kita yang
masih menonjol saat ini adalah adanya kurikulum yang mengalami pergantian dari tahun ke
tahun dan membebani peserta didik tanpa ada arah pengembangan yang benar-benarl
diimplementasikan sesuai dengan perubahan yang diinginkan pada kurikulum tersebut.
Tidak bisa dipungkiri bahwa perubahan kurikulum selalu mengarah pada perbaikan sistem
pendidikan. Perubahan tersebut dilakukan karena dianggap belum sesuai dengan harapan yang
diinginkan sehingga perlu adanya revitalisasi kurikulum. Usaha tersebut perlu dilakukan demi
menciptakan generasi masa depan yang berkarakter, yang memahami jati diri bangsanya dan
menciptakan anak yang unggul dan mampu bersaing di dunia internasional. Kurikulum bersifat
dinamis karena selalu berubah-ubah sesuai dengan perkembangan dan tantangan zaman.
Semakin maju peradaban suatu bangsa, maka semakin berat pula tantangan yang dihadapinya.
Persaingan ilmu pengetahuan semakin gencar dilakukan oleh dunia internasional, sehingga
Indonesia juga dituntut untuk dapat bersaing secara global demi mengangkat martabat bangsa.
Oleh karena itu, untuk menghadapi tantangan yang akan menimpa dunia pendidikan kita,
ketegasan kurikulum dan implementasinya sangat dibutuhkan untuk membenahi kinerja
pendidikan yang jauh tertinggal dengan negara-negara maju di dunia. Penyelenggaraan
pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat mewujudkan proses berkembangnya
kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi penerus bangsa di masa depan, yang diyakini akan
menjadi faktor determinan bagi tumbuh kembangnya bangsa dan negara Indonesia sepanjang
jaman. Dari sekian banyak unsur sumber daya pendidikan, kurikulum merupakan salah satu
unsur yang memberikan kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan proses berkembangnya
kualitas potensi peserta didik.

1
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pendidikan.
Tanpa kurikulum, proses pendidikan tidak akan berjalan mulus. Kurikulum diperlukan sebagai
salah satu komponen untuk menentukan tercapainya tujuan pendidikan. Di dalam kurikulum
terangkum berbagai kegiatan dan pola pengajaran yang dapat menentukan arah proses
pembelajaran. Itulah sebabnya, menelaah dan mengkaji kurikulum merupakan suatu kewajiban
bagi guru. Berbagai pendapat mengenai kurikulum telah dikemukakan oleh para ahli pendidikan.
Dalam PP No. 19 tahun 2005 tentang SNP dijelaskan bahwa kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.
Senada dengan pengertian di atas, Oemar Hamalik (1990:32) menyatakan bahwa
kurikulum adalah suatu alat yang amat penting dalam rangka merealisasi dan mencapai tujuan
pendidikan sekolah. Dalam arti luas kurikulum dapat diartikan sesuatu yang dapat
mempengaruhi siswa, baik dalam lingkungan sekolah maupun luar sekolah. Namun, kurikulum
haruslah direncanakan agar pengaruhnya terhadap siswa benar-benar dapat diamati dan diukur
hasilnya. Adapun hasil–hasil belajar tersebut haruslah sesuai dengan tujuan pendidikan yang
diinginkan, sejalan dengan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat, relevan dengan kebutuhan
sosial ekonomi dan sosial budaya masyarakat, sesuai dengan tuntutan minat, kebutuhan dan
kemampuan para siswa sendiri, serta sejalan dengan dengan proses belajar para siswa yang
menempuh kegiatan-kegiatan kurikulum.
Nasution memberikan definisi kurikulum sebagai alat yang dilakukan berupa
mengajarkan berbagai mata pelajaran dan hal-hal yang diharapkan akan dipelajari oleh siswa
yakni pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Dari beberapa pendapat di atas disimpulkan bahwa kurikulum merupakan seperangkat
pelajaran yang harus diberikan kepada siswa dengan metode tertentu dan pengalaman belajar
yang relevan dengan tujuan pembelajaran di bawah tanggung jawab sekolah. Kurikulum
merupakan keseluruhan hasil belajar yang direncanakan dan di bawah tanggung jawab sekolah.
Kurikulum tidak sekadar mempersoalkan sesuatu yang diajarkan, tetapi menyangkut pula
bagaimana sebuah mata pelajaran diajarkan, diorganisasikan menjadi pengalaman bermakna bagi
siswa.

2
Kurikulum mengalami perubahan sesuai dengan berkembangnya zaman. Di Indonesia,
kurikulum sudah mengalami perubahan beberapa kali. Kurikulum di Indonesia diberi nama
sesuai dengan tahun mulai berlakunya. Tahun 1950 ada kurikulum SD yang disebut “Rencana
Pelajaran Terurai”. Pada tahun 1960 muncul “Kurikulum Kewajiban Belajar Sekolah Dasar”.
Tahun 1968 dikenal “Kurikulum 1968″ pengganti “Kurikulum 1950″. Lalu tahun 1970 muncul
“Kurikulum Berhitung” diganti dengan pelajaran matematika modern. Tahun 1975 disebut
“Kurikulum 1975″ yang fokus pada pelajaran matematika dan Pendidikan Moral Pancasila serta
Pendidikan Kewarnegaraan.Pada tahun 1984 menyempurnakan Kurikulum 1975 dengan “Cara
Belajar Siswa Aktif” (CBSA). Tahun 1991 CBSA dihentikan lalu muncul “Kurikulum 1994″.
Tahun 2004 dikenal “Kurikulum Berbasis Kompetensi” (KBK). Terakhir tahun 2006 muncul
“Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan” (KTSP).

1.2 Rumusan masalah

1. Apa kurikulum yang berlaku di SMA Negeri 1 Telaga ?


2. Bagaimana implementasi kurikulum 2013 di SMA Negeri 1 Telaga?
3. Apasajakah kendala dalam penerapan kurikulum 2013 di SMA Negeri 1 Telaga?
4. Apa berbedaan yang mendasar antara kurikulum 2013 dengan KTSP ?
5. Bagaimana proses evaluasi peserta didik dalam kurikulum 2013 ?

1.3 Tujuan

1. Menyelesaikan tugas mata kuliah kurikulum dan pembelajaran tenteang penerapan


kurikulum 2013.
2. Mengetahui implementasi Kurikulum 2013.
3. Mengetahui perbedaan yang mendasar antara Kurikulum 2013 dengan KTSP.
1.4 Manfaat

1. Bagi Penulis
a. Menjadikan penulis paham dengan unsur-unsur yang ada dlam kurikulum.
b. Melatih penulis dalam observasi dan membuat laporan.
2. Bagi Pembaca
a. Memahami tentang unsur-unsur yang ada dalam kurikulum.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TEORI

Pembelajaran Fisika Belajar merupakan proses bagi perubahan perilaku setiap orang dan
mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan oleh seseorang (Rifa’i & Anni, 2009:
82). Setiap saat dalam kehidupan terjadi proses belajar mengajar baik disengaja maupun tidak
dan disadari maupun tidak. Proses belajar mengajar akan menghasilkan sesuatu yang disebut
hasil belajar atau disebut juga mencapai tujuan belajar (Sardiman, 2004: 19). Menurut Putra
(2013: 17), pembelajaran terjadi tidak hanya dengan guru menyampaikan materi sesuai dengan
kurikulum, tetapi harus memperhatikan kondisi siswa, material, fasilitas, dan prosedur yang akan
saling memperngaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran . Fisika merupakan mata pelajaran
pada sekolah menengah atas yang merupakan salah satu cabang dari mata pelajaran IPA (Ilmu
Pengetahuan Alam). Menurut Yulianti & Wiyanto (2009: 2-3), fisika merupakan bagian dari
sains yang mempelajari tentang zat dan energi dalam segala bentuk maifestasinya, dan
merupakan produk dan proses yang dapat diartikan bahwa dalam membelajarkan fisika yaitu
subyek belajar (siswa) harus dilibatkan secara fisik maupun mental dalam pemecahan masalah.
Pembelajaran fisika melibatkan aktivitas siswa. Menurut Koes (2003: 3), satu faktor terpenting
untuk membuat pembelajaran fisika lebih menarik dan 8 menghasilkan prestasi siswa yang tinggi
adalah keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran seperti mengamati dan
melakukan percobaan. Salah satu kunci pembelajaran fisika adalah pembelajaran harus
melibatkan siswa secara aktif untuk berinteraksi dengan objek konkret. 2.2 Kurikulum 2013
Pengertian kurikulum terdapat dalam pasal 1 butir 19 UU nomor 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional sebagaimana dikutip oleh Kurniasih & Sani (2014: 3), kurikulum
merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu. Mantan menteri pendidikan dan kebudayaan Muhammad Nuh,
sebagaimana dikutip oleh Kurniasih & Sani (2014: 21-22) mengatakan bahwa pembelajaran
dalam Kurikulum 2013 lebih ditekankan pada pemikiran kompetensi berbasis sikap,
keterampilan, dan pengetahuan. Pembelajaran seperti ini disebut pembelajaran pendekatan
saintifik berbasis keterampilan proses sains. Sesuatu yang dibuat pasti memiliki tujuan tertentu.

4
Tujuan tersebut akan dicapai atau dikatakan berhasil apabila sudah memenuhi aspek atau
indikator yang diharapkan. Sebuah kurikulum memiliki sebuah tujuan pendidikan nasional yang
bermanfaat bagi entitas atau unit pendidikan. Menurut permendikbud nomor 69 tahun 2013,
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan warga Indonesia yang memiliki kemampuan
hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif
serta dapat berkontribusi dalam kehidupan 9 bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan
peradaban dunia. Menurut Daryanto (2014: 13-14), pembelajaran Kurikulum 2013 akan
dikatakan berhasil apabila sudah memenuhi indikator keberhasilan pada siswa yaitu lebih
produktif, kreatif, inovatif, afektif, dan lebih senang dalam mengikuti pembelajaran, sedangkan
pendidik atau guru diharapkan lebih bergairah dalam melakukan proses pembelajaran dan lebih
mudah dalam memenuhi ketentuan mengajar 24 jam tiap minggu. Perubahan Kurikulum 2013 ini
diharapkan memberi dampak yang lebih baik meskipun ada kekurangannya. Menurut Kurniasih
& Sani (2014: 40-42), hal penting dari perubahan kurikulum tersebut, yaitu kelebihan dan
kekurangannya. Kelebihannya adalah siswa lebih dituntut belajar aktif, kreatif, dan inovatif,
adanya penilaian dari semua aspek. Kekurangannya adalah masih sedikit guru yang mempunyai
sikap kreatif dalam metode pembelajaran, dan terlalu banyak materi yang harus dikuasai siswa,
sehingga tidak setiap materi bisa tersampaikan dengan baik. Fisika mempelajari tentang
peristiwa alam atau yang berada di lingkungan sekitar. Kurikulum 2013 mengharapkan guru
kreatif dalam menggunakan metode pembelajaran yang bersifat kontekstual, sehingga siswa
mampu mengkaitkan materi dengan kehidupan nyata. Menurut Muslich (2007: 40), kesadaran
perlunya pembelajaran kontekstual didasarkan pada kenyataan sebagian besar siswa tidak
mampu menghubungkan antara apa yang dipelajari dengan bagaimana pemanfaatannya dalam
kehidupan nyata. Menurut Sardiman (2004: 222), pembelajaran kontekstual merupakan konsep
pembelajaran berupa guru 10 mengaitkan materi dengan kondisi nyata di lingkungan siswa,
mampu mendorong siswa dalam membuat hubungan antara pengetahuan yang dipelajari dengan
penerapan di kehidupan sehari-hari. Hasil pembelajarannya lebih bermakna, sehingga diharapkan
siswa sadar bahwa materi yang dipelajari dapat berguna bagi hidupnya. Fisika dapat lebih mudah
dipahami oleh siswa jika pembelajaran bersifat kontekstual, yang berpedoman pada silabus
Kurikulum 2013. Perubahan Kurikulum 2013 didasarkan pada beberapa faktor. Menurut
permendikbud nomor 69 tahun 2013 tentang kerangka dasar dan struktur kurikulum SMA/MA,
Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan faktor tantangan internal, tantangan eksternal,

5
penyempurnaan pola pikir, penguatan tata kelola kurikulum, dan penguatan materi.
Penyempurnaan pola pikir dalam pembelajaran diantaranya adalah seperti berikut.
1. Pola pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered) menjadi berpusat pada siswa (student
centered).
2. Pola pembelajaran satu arah (interaksi guru dengan siswa) menjadi pembelajaran interaktif
(interaksi guru-siswa-masyarakat-lingkungan alam, sumber/media lainnya).
3. Pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring (siswa mendapat ilmu dari
siapa saja dan darimana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet).
4. Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran siswa aktif
mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan saintifik).
5. Pola belajar mandiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim).
6. Pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis multimedia.
7. Pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan (users) dengan menperkuat
pengembangan potensi khusus yang dilmiliki setiap siswa. 8. Pola pembelajaran pengetahuan
tunggal (monodisciplne) menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidiciplines)
9. Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.
2.3 Aktivitas Guru Dinamika kelas dalam pembelajaran terdiri dari aktivitas guru dan aktivitas
belajar siswa. Menurut Dermawati (2013: 1), guru merupakan pendidik profesional yang
mempunyai tugas, fungsi, dan peran penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Tugas
utama guru adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada semua jenjang pendidikan. Proses belajar merupakan kegiatan
utama sekolah yang diberi kebebasan memilih strategi, metode dan teknik-teknik pembelajaran
dan pengajaran yang paling efektif, sesuai karakteristik siswa dan guru, serta kondisi nyata
sumberdaya yang tersedia. Proses pembelajaran yang terjadi biasanya berpusat pada guru
(teacher centered) dan sifat pembelajaran cenderung berorientasi pada buku teks, tetapi proses
pembelajaran yang ideal Kurikulum 2013 yaitu proses pembelajaran berpusat pada siswa
(student centered). Metode pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) lebih
mampu memberdayakan pembelajaran yang menekankan pada keaktifan belajar siswa, 12 bukan
pada keaktifan mengajar guru, maka cara belajar siswa aktif seperti active learning, cooperative
learning, dan quantum learning perlu diterapkan (Suparto, 2007). Fisika merupakan disiplin ilmu
sains. Menurut Koes (2003: 55), standar pengajaran sains lebih efektif dengan program-program

6
pembelajaran sains yang berbasis inkuiri. Guru memfasilitasi siswa dalam belajar daripada hanya
memberi informasi materi, menerapkan berbagai metode penilaian, membuat lingkungan belajar
yang kondusif, memelihara standar upaya intelektual, dan berpartisipasi secara aktif dalam
pengembangan dan perencanaan program untuk membentuk keterampilan sains siswa.
Pembelajaran yang efektif akan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan
antusiasme yang tinggi. Sikap guru terhadap pembelajaran di kelas tentunya harus menunjang,
membantu, adil dan terbuka terhadap siswa. Adanya hubungan dan kerjasama antara guru dan
siswa yang baik dengan dijiwai rasa kekeluargaan, tenggang rasa, serta tanggung jawab untuk
kepentingan bersama akan memberikan suasana belajar yang lebih efektif dan nyaman (Putra,
2013: 35-36).
Guru mempunyai peranan menciptakan suasana pembelajaran aktif untuk siswa agar bermakna.
Pembelajaran aktif oleh guru berupa kegiatan seperti
(a) memantau kegiatan belajar;
(b) memberi umpan balik;
(c) mengajukan pertanyaan yang menantang;
(d) mempertanyakan gagasan siswa (Asmani, 2014: 92). Aktivitas guru mengajar dapat diamati
dalam proses pelaksanaan pembelajaran di kelas. Guru dalam melaksanakan pembelajaran harus
memiliki 13 kemampuan mengajar. Menurut Suprihatiningrum (2014: 119-123), kemampuan
guru dalam mengajar dapat dilihat dari pelaksanaan pembelajaran terarah pada tiga aspek yaitu
kegiatan prapembelajaran, kegiatan inti pembelajaran, dan kegiatan penutup. Kemampuan
mengajar guru di kelas diuraikan sebagai berikut.
2.3.1 Kegiatan Prapembelajaran Kegiatan prapembelajaran merupakan kegiatan awal
pembelajaran yang terdiri dari kegiatan-kegiatan berikut.
1. Guru mempersiapkan siswa belajar yaitu mencakup mengecek kehadiran siswa, kerapihan,
ketertiban dan perlengkapan pelajaran.
2. Guru melakukan kegiatan apersepsi yaitu mengaitkan materi pelajaran sekarang dengan
pengalaman siswa atau pembelajaran sebelumnya, mengajukan pertanyaan menantang,
menyampaikan manfaat atau tujuan materi pembelajaran, dan mendemonstrasikan sesuatu yang
terkait dengan materi pembelajaran.
2.3.2 Kegiatan Inti Pembelajaran Kegiatan inti pembelajaran merupakan kegiatan proses
pemberian materi pelajaran oleh guru yang terdiri dari kegiatan-kegiatan berikut.

7
1. Penguatan Materi Pelajaran
a. Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran yaitu memperlihatkan tingkat kebenaran,
keakuratan, pembelajaran yang dibahas.
b. Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan dan menghubungkan materi yang
disampaikan dengan materi yang relevan.
c. Menyampaikan materi dengan jelas, sesuai dengan hierarki belajar dan karakteristik siswa,
materi disajikan dengan alur pikir siswa dan tahapan yang dapat dimengerti siswa.
d. Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan, antara lain mencakup mata pencaharian,
keadaan geografi, adat istiadat, dan sebagainya.
2. Pendekatan/Strategi Pembelajaran
a. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan
karakteristik siswa.
b. Melaksanakan pembelajaran secara runtut yaitu metode dan materi dipaparkan secara
sistematis, sesuai dengan konteks, memperhatikan prsayarat, dan kemampuan berpikir siswa.
c. Guru menguasai kelas, dapat mengendalikan pembelajaran dan perhatian siswa terfokus pada
pembelajaran.
d. Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual yaitu merujuk pada situasi dan
lingkungan dalam kehidupan sehari-hari.
e. Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif seperti
kerjasama, tanggung jawab, disiplin, dan berpikir kritis.
f. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan.
3. Pemanfaatan Sumber/Media Pembelajaran
a. Menggunakan media secara efektif dan efisien yaitu guru terampil dalam memanfaatkan
lingkungan dan sumber belajar lainnya, terampil 15 mengoperasikan dengan benar dan lancar
tape recorder, chart, peta, laptop, speaker, LCD, dan lain-lain.
b. Menghasilkan pesan yang menarik yaitu media yang digunakan berhasil memusatkan
perhatian siswa sehingga pesan dapat ditangkap dengan jelas.
c. Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media yaitu siswa dilibatkan dalam kegiatan pembuatan
atau pemanfaatan sumber belajar/media pembelajaran yang autentik termasuk sumber belajar
yang tersedia di perpustakaan, misalnya siswa membuat, memodifikasi, mendemonstrasikan, dan
menggunakan media.

8
4. Pembelajaran yang Memicu dan Memelihara Keterlibatan Siswa
a. Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran melakukan kegiatan yang
memancing keaktifan siswa.
b. Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons siswa, menghargai pendapat siswa, mengakui
kebenaran pendapat siswa, dan mengakui keterbatasan diri.
c. Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar.
5. Penggunaan Bahasa
a. Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik dan benar; bahasa lisan yang mudah
dipahami dan tidak menimbulkan penafsiran ganda/salah tafsir. 16 b. Menyampaikan pesan gaya
yang sesuai berupa ekspresi wajah, intonasi suara, serta gerakan tubuh sesuai dengan pesan yang
disampaikan dan menarik.
2.3.3 Kegiatan Penutup Kegiatan penutup merupakan kegiatan akhir adalah sebagai berikut.
1. Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa, mengajak siswa
untuk mengingat kembali hal penting dalam kegiatan pembelajaran yang sudah berlangsung
misalnya dengan guru mengajukan pertanyaan tentang proses, materi, dan kejadian yang lainnya.
2. Melaksanakan tindak lanjut dengan arahan, kegiatan atau tugas sebagai bagian
remedi/pengayaan, memberikan kegiatan/tugas khusus bagi siswa yang belum mencapai
kompetensi misalnya dalam bentuk latihan. Berdasarkan kajian pustaka tersebut, maka
pelaksanaan pembelajaran pada Kurikulum 2013 bersifat student centered yaitu lebih
menekankan pada keaktifan belajar siswa bukan pada keaktifan guru mengajar. Aktivitas guru
mengajar dapat dilihat dari pelaksanaan pembelajarannya yang diteliti dengan alat bantu video.
Pembelajaran terarah pada tiga aspek yang telah dijelaskan yaitu kegiatan prapembelajaran,
kegiatan inti pembelajaran, dan kegiatan penutup digunakan sebagai indikator kemampuan guru
dalam mengajar.
1. Kurikulum KTSP
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah
sebuah kurikulum operasional pendidikanyang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing
satuan pendidikan di Indonesia. KTSP secara yuridis diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan PemerintahRepublik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Penyusunan KTSP oleh
sekolah dimulai tahun ajaran 2007/2008dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) untuk pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang diterbitkan
melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional masing-masing Nomor 22 Tahun 2006 dan

9
Nomor 23 Tahun 2006, serta Panduan Pengembangan KTSP yang dikeluarkan oleh Badan
Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Pada prinsipnya, KTSP merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari SI, namun
pengembangannya diserahkan kepada sekolah agar sesuai dengan kebutuhan sekolah itu sendiri.
KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum
tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Pelaksanaan KTSP mengacu
pada Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL.
Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam
persyaratan kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian kompetensi mata pelajaran, dan
silabus pembelajaran yang harus dipenuhi peserta didik pada jenjang dan jenis
pendidikantertentu. Standar isi merupakan pedoman untuk pengembangan kurikulum tingkat
satuan pendidikan yang memuat:
 kerangka dasar dan struktur kurikulum,
 beban belajar,
 kurikulum tingkat satuan pendidikan yang dikembangkan di tingkat satuan pendidikan, dan
 kalender pendidikan.
SKL digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan
pendidikan. SKL meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok mata
pelajaran. Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati.

Pemberlakuan KTSP, sebagaimana yang ditetapkan dalam peraturan Menteri Pendidikan


Nasional No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL, ditetapkan oleh kepala sekolah
setelah memperhatikan pertimbangan dari komite sekolah. Dengan kata lain, pemberlakuan
KTSP sepenuhnya diserahkan kepada sekolah, dalam arti tidak ada intervensi dari Dinas
Pendidikan atau Departemen Pendidikan Nasional. Penyusunan KTSP selain melibatkan guru
dan karyawan juga melibatkan komite sekolah serta bila perlu para ahli dari perguruan tinggi
setempat. Dengan keterlibatan komite sekolah dalam penyusunan KTSP maka KTSP yang
disusun akan sesuai dengan aspirasi masyarakat, situasi dan kondisi lingkungan dan kebutuhan
masyarakat.
1. Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 atau Pendidikan Berbasis Karakter adalah kurikulum baru yang dicetuskan
oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk menggantikan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan. Kurikulum 2013 merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan
pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter, siswa dituntut untuk paham atas materi, aktif
dalam berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun disiplin yang tinggi. Kurikulum ini
menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang diterapkan sejak 2006 lalu. Dalam
Kurikulum 2013 mata pelajaran wajib diikuti oleh seluruh peserta didik di satu satuan
pendidikan pada setiap satuan atau jenjang pendidikan.Mata pelajaran pilihan yang diikuti oleh
peserta didik dipilih sesuai dengan pilihan mereka.Kedua kelompok mata pelajaran tersebut
(wajib dan pilihan) terutama dikembangkan dalam struktur kurikulum pendidikan menengah
(SMA dan SMK) sementara itu mengingat usia dan perkembangan psikologis peserta didik usia
7 – 15 tahun maka mata pelajaran pilihan belum diberikan untuk peserta didik SD dan SMP.

10
Laporan Belajar
Laporan Belajar atau Rapor pada Kurikulum 2013 ditulis berdasarkan Interval serta
dihapuskannya sistem ranking. Hal ini dilakukan untuk meredam persaingan antar siswa.
Penilaian pada Rapor kurikulum 2013 dibagi kedalam 3 kolom yaitu Pengetahuan, Keterampilan,
dan Sikap. Setiap kolom nilai (Pengetahuan dan Keterampilan) dibagi lagi menjadi 2 kolom yaitu
kolom angka dan kolom huruf, setiap kolom diisi menggunakan nilai interval. Interval-interval
tersebut adalah sebagai berikut:
Contoh Rapor Kurikulum 2013
Angka Huruf

1.00-1.33 D

1.34-1.66 C-

1.67-2.00 C

2.01-2.33 C+

2.34-2.66 B-

2.67-3.00 B

3.01-3.33 B+

3.34-3.66 A-

3.67-4.00 A

Tiga Persiapan untuk Implementasi Kurikulum 2013 Ada pertanyaan yang muncul bernada
khawatir, dalam uji publik kurikulum 2013? Persiapan apa yang dilakukan Kemdikbud untuk
kurikulum 2013? Apakah sedemikian mendesaknya, sehingga tahun pelajaran 2013 mendatang,
kurikulum itu sudah harus diterapkan. Menjawab kekhawatiran itu, sedikitnya ada tiga persiapan
yang sudah masuk agenda Kementerian untuk implementasi kurikulum 2013. Pertama, berkait
dengan buku pegangan dan buku murid. Ini penting, jika kurikulum mengalami perbaikan,
sementara bukunya tetap, maka bisa jadi kurikulum hanya sebagai “macan kertas”. Pemerintah
bertekad untuk menyiapkan buku induk untuk pegangan guru dan murid, yang tentu saja dua
buku itu berbeda konten satu dengan lainnya.

11
Kedua, pelatihan guru. Karena implementasi kurikulum dilakukan secara bertahap, maka
pelatihan kepada guru pun dilakukan bertahap. Jika implementasi dimulai untuk kelas satu,
empat di jenjang SD dan kelas tujuh, di SMP, serta kelas sepuluh di SMA/SMK, tentu guru yang
diikutkan dalam pelatihan pun, berkisar antara 400 sampai 500 ribuan.

Ketiga, tata kelola. Kementerian sudah pula mnemikirkan terhadap tata kelola di tingkat satuan
pendidikan. Karena tata kelola dengan kurikulum 2013 pun akan berubah. Sebagai misal,
administrasi buku raport. Tentu karena empat standar dalam kurikulum 2013 mengalami
perubahan, maka buku raport pun harus berubah.

Menanggapi adanya perubahan kurikulum, tentunya pihak sekolah merasakan dampak yang
diakibatkan dengan adanya perubahan kurikulum tersebut. Seperti pembaharuan raport hasil
belajar siswa, perubahan jam pelajaran, perubahan mata pelajaran. Untuk beberapa mata
pelajaran ada perubahan jam belajar yang disesuaikan dengan struktur yang sudah diatur
pemerintah seperti mata pelajaran agama, matematika dan olahraga menjadi 3 jam sedangkan
bahasa inggris menjadi 2 jam. Selain itu, untuk mata pelajaran TIK sudah mulai dileburkan
padahal melihat fungsinya, TIK saat ini mempunyai peran yang cukup penting dalam kita
menyesuaikan dengan kemajuan teknologi.

Sampai saati ini, pihak sekolah masih belum tahu bagaimana nasib guru TIK kedepannya apakah
nanti saat penerapan kurikulum 2013 TIK akan dimasukkan ke mata pelajaran muatan lokal atau
akan dijadikan ekstrakurikuler karena tidak mungkin guru TIK mengajar mata pelajaran lain dan
sekolah pun tidak bisa semudah itu untuk memasukkan dan mengeluarkan guru.

Persiapan yang dilakukan oleh SMA N 1 Parakan sampai saat ini masih mengusahakan semua
guru diberi pelatihan agar nanti saat penerapan kurikulum 2013 semua pendidik sudah
mempunyai bekal untuk menyesuaikan dengan kurikulum terbaru. Namun, sampai saat ini
jumlah guru yang sudah diberi pelatihan masih sedikit karena memang dana yang dibutuhkan
untuk pelatihan tersebut cukup banyak. Pihak sekolah berharap pemerintah segera menangani
masalah tersebut agar nantinya semua guru benar-benar siap menghadapi perubahan kurikulum
2013. Apabila sampai tahun ajaran baru belum semua guru diberi pelatihan, terpaksanya guru
yang sudah diberi pelatihan mengajarkan kepada guru lainnya artinya guru yang belum diberi

12
pelatihan mencari tahu mengenai materi-materi yang diajarkan saat pelatihan melalui guru yang
sudah diberi pelatihan tersebut.

Menurut Bapak Haryono selaku Wakil Ketua Kurikulum di SMA N 1 Parakan kendala yang
dihadapi kurang tersedianya tenaga pendidik, kurangnya fasilitas dalam pembelajaran, serta
perubahan raport sebagai bentuk penyesuaian kurikulum.

1. Kendala Tenaga Pendidik


Adanya perubahan kurikulum ini memunculkan beberapa mata pelajaran baru seperti mata
pelajaran Prakarya (rekayasa/ kerajinan/ budidaya/ pengolahan) dan Kewirausahaan. Dengan
adanya penambahan mata pelajaran tentunya sekolah membutuhkan adanya guru prakarya untuk
mengajarkan mata pelajaran tambahan tersebut sedangkan ketersediaan guru prakarya dan
kewirausahaan masih belum memadai untuk itu pihak sekolah harus mencarinya.

2. Kendala Fasilitas
Tidak hanya ketersediaan guru yang menjadi kendala, fasilitas yang dibutuhkan dalam
pembelajaran pun belum tercukupi. Belum semua kelas tersedia LCD, fasilitas ini masih tersedia
di beberapa ruang yang dianggap penting, seperti aula, laboratorium (IPA, IPS dan TIK). Karena
berdasarkan kurikulum 2013 proses pembelajaran di kelas harus sudah menggunakan LCD.
Kurangnya dana yang dimiliki SMA N 1 Parakan juga mempengaruhi dalam pemenuhan
fasilitas, karena saat ini sekolah masih dalam pembangunan aula yang lebih besar dari
sebelumnya.

3. Perubahan Laporan Hasil Belajar Siswa


Penyesuaian laporan hasil belajar siswa yang harus disesuaikan dengan kurikulum 2013. Dimana
Laporan Belajar atau Raport pada Kurikulum 2013 ditulis berdasarkan Interval serta
dihapuskannya sistem ranking. Hal ini dilakukan untuk meredam persaingan antar siswa.
Penilaian pada Raport kurikulum 2013 dibagi kedalam 3 kolom yaitu Pengetahuan,
Keterampilan, dan Sikap. Setiap kolom nilai (Pengetahuan dan Keterampilan) dibagi lagi
menjadi 2 kolom yaitu kolom angka dan kolom huruf, setiap kolom diisi menggunakan nilai
interval. Sekolah merencanakan penerapan kurikulum 2013 pada tahun ajaran 2014/2015 untuk

13
kelas X dan XI mengharuskan adanya perubahan raport secara keseluruhan. Dimana waktu yng
dibutuhkan tidak sebentar karena total dari kelas X dan XI kurang lebih 500 siswa.
Selain kendala diatas, guru juga dihadapkan pada masalah siswa yang dituntut aktif saat proses
belajar mengajar. Di dalam kurikulum 2013, penekanannya lebih ke pendidikan karakter siswa
yang harus dibangun sehingga siswa harus bisa mengembangkan setiap materi yang disampaikan
guru. Peran guru disini hanya sebagai fasilitator sehingga siswa lebih banyak mencari tahu setiap
apa yang sedang dipelajari melalui berbagai sumber tidak hanya terpaku dengan satu sumber.
Faktor yang paling mempengaruhi keaktifan siswa adalah kebiasaan saat SMP dan kebiasaan
yang sudah tertanam dari lingkungan tempat tinggal. Kebiasaan SMP yang istilahnya bisa
disebut “disuapi” oleh para guru, masih terbawa sampai ke SMA, dari kebiasaan itu masih
banyak para siswa sulit untuk mulai diterapkannya kurikulum 2013.

A. Kelebihan Dan Kekurangan Kurikulum


a. KTSP

Kelebihan KTSP :

 Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan.


 Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen sekolah untuk semakin
meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan program-program pendidikan.
 KTSP memungkinkan bagi setiap sekolah untuk menitikberatkan dan
mengembangkan mata pelajaran tertentu yang aspektabel bagi kebutuhan siswa..
 KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat dan memberatkan
kurang lebih 20%.
 KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus untuk
mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan.

Kekurangan KTSP :

 Kurangnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada kebanyakan


satuan pendidikan yang ada
 Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendikung sebagai kelengkapan dari
pelaksanaan KTSP
 Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara Komprehensif baik
konsepnya, penyusunanya maupun prakteknya di lapangan
 Penerapan KTSP yang merokomendasikan pengurangan jam pelajaran akan
berdampak berkurangnya pendapatan guru.

b. Kurikulum 2013

14
Keunggulan kurikulum 2013

1. Siswa lebih dituntut untuk aktif, kreatif dan inovatif dalam setiap pemecahan
masalah yang mereka hadapi di sekolah.
2. Adanya penilaian dari semua aspek. Penentuan nilai bagi siswa bukan hanya
didapat dari nilai ujian saja tetapi juga didapat dari nilai kesopanan, religi, praktek,
sikap dan lain-lain.
3. Munculnya pendidikan karakter dan pendidikan budi pekerti yang telah
diintegrasikan ke dalam semua program studi.
4. Adanya kompetensi yang sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan
nasional.
5. Kompetensi yang dimaksud menggambarkan secara holistic domain sikap,
ketrampilan, dan pengetahuan.
6. Banyak kompetensi yang dibutuhkan sesuai perkembangan seperti pendidikan
karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills,
kewirausahaan.
7. Hal yang paling menarik dari kurikulum 2013 ini adalah sangat tanggap terhadap
fenomena dan perubahan sosial. Hal ini mulai dari perubahan sosial yang terjadi
pada tingkat lokal, nasional, maupun global.
8. Standar penilaian mengarahkan kepada penilaian berbasis kompetensi seperti sikap,
ketrampilan dan pengetahuan secara proporsional.
9. Mengharuskan adanya remediasi secara berkala.
10. Sifat pembelajaran sangat kontekstual.
11. Meningkatkan motivasi mengajar dengan meningkatkan kompetensi profesi,
pedagogi, sosial dan personal.
12. Ada rambu-rambu yang jelas bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran
(buku induk)
13. Guru berperan sebagai fasilitator
14. Diharapkan kreatifitas guru akan semakin meningkat
15. Efisiensi dalam manajemen sekolah contohnya dalam pengadaan buku, dimana
buku sudah disiapkan dari pusat
16. Sekolah dapat memperoleh pendampingan dari pusat dan memperoleh koordinasi
dan supervise dari daerah
17. Pembelajaran berpusat pada siswa dan kontekstual dengan metode pembelajaran
yang lebih bervariasi
18. Penilaian meliputi aspek kognitif, afektif, psikomotorik sesuai proporsi
19. Ekstrakurikuler wajib Pramuka meningkatkan karakter siswa terutama dalam
kedisiplinan, kerjasama, saling menghargai, cinta tanah air dan lain-lain.

Kelemahan kurikulum 2013

1. Guru banyak salah kaprah, karena beranggapan dengan kurikulum 2013 guru tidak
perlu menjelaskan materi kepada siswa di kelas, padahal banyak mata pelajaran
yang harus tetap ada penjelasan dari guru.
2. Banyak sekali guru-guru yang belum siap secara mental dengan kurikulum 2013
ini, karena kurikulum ini menuntut guru lebih kreatif, pada kenyataannya sangat

15
sedikit para guru yang seperti itu, sehingga membutuhkan waktu yang panjang agar
bisa membuka cakrawala berfikir guru, dan salah satunya dengan pelatihan-
pelatihan dan pendidikan agar merubah paradigm guru sebagai pemberi materi
menjadi guru yang dapat memotivasi siswa agar kreatif.
3. Kurangnya pemahaman guru dengan konsep pendekatan scientific
4. Kurangnya ketrampilan guru merancang RPP
5. Guru tidak banyak yang menguasai penilaian autentik
6. Tugas menganalisis SKL, KI, KD buku siswa dan buku guru belum sepenuhnya
dikerjakan oleh guru, dan banyaknya guru yang hanya menjadi plagiat dalam kasus
ini.
7. Tidak pernahnya guru dilibatkan langsung dalam proses pengembangan kurikulum
2013, karena pemerintah cenderung melihat guru dan siswa mempunyai kapasitas
yang sama.
8. Tidak adanya keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran dan hasil dalam
kurikulum 2013 karena UN masih menjadi factor penghambat.
9. Terlalu banyak materi yang harus dikuasai siswa sehingga tidak setiap materi bisa
tersampaikan dengan baik, belum lagi persoalan guru yang kurang berdedikasi
terhadap mata pelajaran yang dia ampu.
10. Beban belajar siswa dan guru terlalu berat, sehingga waktu belajar di sekolah terlalu
lama.
11. Timbulnya kecemasan khususnya guru mata pelajaran yang dihapus yaitu KPPI,
IPA dan Kewirausahaan dan terancam sertifikasiya dicabut.
12. Sebagian besar guru masih terbiasa menggunakan cara konvensional
13. Penguasaan teknologi dan informasi untuk pembelajaran masih terbatas.
14. Guru tidak tiap dengan perubahan
15. Kurangnya kekmampaun guru dalam proses penilaian sikap, ketrampilan dan
pengetahuan secara holistic.
16. Kreatifitas dalam pengembangan silabus berkurang
17. Otonomi sekolah dalam pengembangan kurikulum berkurang
18. Sekolah tidak mandiri dalam menyikapi kurikulum
19. Tingkat keaktifan siswa belum merata
20. KBM umumnya saat ini mash konvensional
21. Belum semua guru memahami sistem penilaian sikap dan ketrampilan.
22. Menambah beban kerja guru.
23. Citra sekolah dan guru akan menurun jika tidak berhasil menjalankan kurikulum
2013
24. Pramuka menjadi beban bagi siswa yang tidak menyukai Pramuka, sehingga ada
unsur keterpaksaan.

B. Perencanaan Kurikulum

Perencanaan kurikulum adalah langkah awal membangun kurikulum ketika


pekerja kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan
perencanaan yang akan digunakan oleh guru dan peserta didik.

16
Kurikulum sebagai rencana pembelajaran. Kurikulum adalah suatu program pendidikan
yang disediakan untuk membelajarkan siswa. Dengan program itu para siswa melakukan
berbagai kegiatan belajar, sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku
siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran. Dengan kata lain, sekolah
menyediakan lingkungan bagi siswa yang memberikan kesempatan belajar. Itu sebabnya,
suatu kurikulum harus disusun sedemikian rupa agar maksud tersebut dapat tercapai.
Kurikulum tidak terbatas pada sejumlah mata pelajaran saja, melainkan meliputi segala
sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan siswa, seperti: bangunan sekolah, alat
pelajaran, perlengkapan, perpustakaan, gambar-gambar, halaman sekolah, dan lain-lain;
yang pada gilirannya menyediakan kemungkinan belajar secara efektif.

17
BAB III

METEDEOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Observasi

Observasi
1. Hari, Tanggal : Rabu , 04 oktoberr 2017
2. Waktu : 08.00 WIB – 10.00 WIB
3. Tempat : SMA Negeri 01 Telaga

3.2 Instrumen Yang Digunakan

3.2.1 Pedoman wawancara


3.2.2 Lembar observasi
3.3 Teknik Analisis

Analisis dilakukan dengan kajian pustaka, yaitu membandingkan implementasi


K13 di masing-masing kelas yang telah di observasi dengan standar nasional pendidikan
yang telah ditetapkan BSNP.

3.4 Metodelogi penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Penelitian
kualitatif adalah penelitian yang menekankan pada kualitas data atau kedalaman data yang
dapat diperoleh (Maryati dan Suryawati, 2007:105). Sedangkan, penelitian deskriptif adalah
penelitian yang ditujukan untuk memaparkan dan menggambarkan serta memetakan fakta-
fakta berdasarkan cara pandang atau kerangka berpikir tertentu (Mahmud, 2011:100).
Penelitian Kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya
dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting); sering disebut juga sebagai metode
etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian
bidang antropologi budaya; disebut sebagai metode kualitatif karena data yang terkumpul
dan analisisnya lebih bersifat kualitatif (Sugiyono, 2014:8). Melalui metode ini, peneliti
memaparkan, menggambarkan, dan menganalisis secara kritis serta objektif mengenai

18
pembelajaran menulis teks eksplanasi dengan model project based learning oleh guru bahasa
Indonesia di SMA NEGERI 01 TELAGA.

3.5 Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran menulis teks eksplanasi siswa
kelas VII MTs Negeri 2 Bandarlampung tahun ajaran 2014/2015. Kegiatan pembelajaran
tersebut berupa perencanaan pembelajaran oleh guru, kegiatan pembelajaran yang meliputi
aktivitas guru dan siswa, dan penilaian yang diberikan oleh guru untuk mengetahui hasil proses
belajar mengajar.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah


wawancara, angket, observasi dan dokumentasi.
1. Wawancara
Menurut Zuldafrial dan Muhammad Lahir (2012: 69) wawancara adalah percakapan dengan
maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang
mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan
itu. Wawancara yang dilakukan secara rinci untuk memperoleh data yang berhubungan
dengan implementasi Kurikulum 2013 dalam pembelajaran matematika di SMA
Muhammadiyah 1 Surakarta. Wawancara dilakukan dengan kepala sekolah/wakil kepala
sekolah bidang kurikulum dan guru matematika kelas X SMA Muhammadiyah 1 Surakarta.
2. Angket
Menurut Sugiyono (2011: 142) angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawabnya. Metode ini digunakan untuk mendapatkan jawaban-
jawaban atas sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang akan diisi oleh responden. Metode
angket ini digunakan untuk memperoleh data yang berhubungan dengan proses
pembelajaran dalam Kurikulum 2013. Angket yang dibuat peneliti diisi oleh guru
matematika kelas X dan peserta didik.
3. Observasi

19
Menurut Djam’an Satori dan Aan Komariah (2011: 105) observasi adalah pengamatan
terhadap suatu objek yang diteliti baik secara langsung maupun tidak langsung untuk
memperoleh data yang harus dikumpulkan dalam penelitian. Metode ini digunakan untuk
melihat dan mengamati secara langsung keadaan di lapangan agar peneliti memperoleh
gambaran yang lebih luas tentang permasalahan yang diteliti. Dalam penelitian ini,
dilakukan observasi secara langsung. Dalam kegiatan observasi secara langsung, peneliti
mengamati pelaksanaan Kurikulum 2013, bagaimana guru menerapkan Kurikulum 2013 dan
kendala yang terjadi dalam implementasi Kurikulum 2013. Peneliti melakukan observasi
langsung dengan cara mengikuti kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Dalam hal ini
peneliti berfungsi sebagai pengamat.

20
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Observasi

Tabel observasi kelas XI


No PENGGUNAAN PRINSIP KURIKULUM 2013 YA TIDAK
1. Tiap mata pelajaran mendukung semua kompetensi 
(sikap,kereampilan, pengetahuan)
2. Tiap mata pelajaran mendukung semua kompotensi 
3. Bahasa Indonesia sebagai pengehala maple lain (sikap dan 
keterampilan berbahasa)
4. Mata pelajaran dirancang terkait satu dengan yang lain 
5. jumlah jam pelajaran perminggu lebih banyak dan jumlah 
mata pelajaran lebih sedikit disbanding KTSP
6. Proses pembelajaran semua mata pelajaran dilakukan
dengan pendekatan ilmiah (saintific approach), yaitu
standar proses dalam pembelajaran terdiri dari, Mengamati, 
Mengamati, Mengolah,Menyajikan, Menyimpulkan, dan
Mencipta.
7. TIK(Teknologi Informasi dan Komunikasi) bukan sebagai 
mata pelajaran melainkan sebagai media pembelajaran
8. Standar penelaian menggunakan penilaian otentik, yaitu 
mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan
pengetahuan berdasarkan proses dan hasil
9. Peminatan (penjurusan) mulai kelas X untuk jenjang 
SMA/MA
10. Pramuka menjadi ekstrakuler wajib 
11. Lembar penilaian sikap menggunakan descriptor 

21
4.2 Pembahasan

SMA N 1 TELAGA telah menerapkan kurikulum 2013 pada tahun ajaran 2016/2017
penerapan kurikulum tersebut hanya untuk kelas X dan XI, sedangkan kelas XII Masi
menggunakan KTSP. Namun pihak sekolah Menanggapi adanya perubahan kurikulum,
pihak sekolah merasakan dampak yang diakibatkan dengan adanya perubahan kurikulum
tersebut. Seperti pembaharuan raport hasil belajar siswa, perubahan jam pelajaran,
perubahan mata pelajaran. Untuk beberapa mata pelajaran ada perubahan jam belajar
yang disesuaikan dengan struktur yang sudah diatur pemerintah seperti mata pelajaran
agama, matematika dan olahraga menjadi 3 jam sedangkan bahasa inggris menjadi 2
jam. Selain itu, untuk mata pelajaran TIK sudah bukan sebagai mata pelajaran melainkan
sebagai media pembelajaran.
Persiapan yang dilakukan oleh SMA N 1 TELAGA sampai saat ini masih mengusahakan
semua guru diberi pelatihan agar nanti saat penerapan kurikulum 2013 semua pendidik
sudah mempunyai bekal untuk menyesuaikan dengan kurikulum terbaru. Namun, sampai
saat ini jumlah guru yang sudah diberi pelatihan masih sedikit karena memang dana yang
dibutuhkan untuk pelatihan tersebut cukup banyak. Pihak sekolah berharap pemerintah
segera menangani masalah tersebut agar nantinya semua guru benar-benar siap
menghadapi perubahan kurikulum 2013. Apabila sampai tahun ajaran baru belum semua
guru diberi pelatihan, terpaksanya guru yang sudah diberi pelatihan mengajarkan kepada
guru lainnya artinya guru yang belum diberi pelatihan mencari tahu mengenai materi-
materi yang diajarkan saat pelatihan melalui guru yang sudah diberi pelatihan tersebut,
kendala yang dihadapi di SMA N 1 TELAGA yaitu: kurangnya fasilitas dalam
pembelajaran, serta perubahan raport sebagai bentuk penyesuaian kurikulum.
4.2.1 Kendala Fasilitas Tidak hanya ketersediaan guru yang menjadi kendala, fasilitas yang
dibutuhkan dalam pembelajaran pun belum tercukupi. Belum semua kelas tersedia LCD,
fasilitas ini masih tersedia di beberapa ruang yang dianggap penting, seperti aula,
laboratorium (IPA, IPS dan TIK). Karena berdasarkan kurikulum 2013 proses
pembelajaran di kelas harus sudah menggunakan LCD. Kurangnya dana yang dimiliki

22
SMA N 1 Parakan juga mempengaruhi dalam pemenuhan fasilitas, karena saat ini
sekolah masih dalam pembangunan aula yang lebih besar dari sebelumnya.
4.2.2 Perubahan Laporan Hasil Belajar Siswa
Penyesuaian laporan hasil belajar siswa yang harus disesuaikan dengan
kurikulum 2013. Dimana Laporan Belajar atau Raport pada Kurikulum 2013
ditulis berdasarkan Interval serta dihapuskannya sistem ranking. Hal ini
dilakukan untuk meredam persaingan antar siswa. Penilaian pada Raport
kurikulum 2013 dibagi kedalam 3 kolom yaitu Pengetahuan, Keterampilan, dan
Sikap. Setiap kolom nilai (Pengetahuan dan Keterampilan) dibagi lagi menjadi 2
kolom yaitu kolom angka dan kolom huruf, setiap kolom diisi menggunakan
nilai interval. Sekolah merencanakan penerapan kurikulum 2013 pada tahun
ajaran 2014/2015 untuk kelas X dan XI mengharuskan adanya perubahan raport
secara keseluruhan. Dimana waktu yng dibutuhkan tidak sebentar karena banyak
jumlah dari kelas X dan XI di bandingkan kelas XII

Selain kendala diatas, guru juga dihadapkan pada masalah siswa yang dituntut aktif saat proses
belajar mengajar. Di dalam kurikulum 2013, penekanannya lebih ke pendidikan karakter siswa
yang harus dibangun sehingga siswa harus bisa mengembangkan setiap materi yang disampaikan
guru. Peran guru disini hanya sebagai fasilitator sehingga siswa lebih banyak mencari tahu setiap
apa yang sedang dipelajari melalui berbagai sumber tidak hanya terpaku dengan satu sumber.
Faktor yang paling mempengaruhi keaktifan siswa adalah kebiasaan saat SMP dan kebiasaan
yang sudah tertanam dari lingkungan tempat tinggal. Kebiasaan SMP yang istilahnya bisa
disebut “disuapi” oleh para guru, masih terbawa sampai ke SMA, dari kebiasaan itu masih
banyak para siswa sulit untuk mulai diterapkannya kurikulum 2013. Dari hasil observasi kelas XI
di SMA N 1 TELAGA dapat dilihat bahwa penggunaan prinsip kurikulum K13 masi 90%
diterapkan karena pada poin ke 11 Lembar penilaian sikap tidak menggunakan descriptor,

23
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Menurut hasil observasi yang kami dapatkan di SMA N 1 TELAGA, kami dapat menarik
beberapa kesimpulan terkait perubahan kurikulum 2013 yaitu SMA N 1 TELAGA sudah
menerapkan sistem kurikulum 2013. Dengan adanya kurikulum 2013, tidak ada peraturan yang
diperbaharui, artinya antara kurikulum KTSP dan kurikulum 2013 masih tetap sama. Peraturan
yang diterapkan di SMA N 1 TELAGA mengikuti peraturan yang sudah ditetapkan oleh
pemerintah dan sesuai dengan kurikulum.

Untuk beberapa mata pelajaran, ada perubahan jam belajar yang disesuaikan
dengan struktur yang sudah diatur oleh pemerintah. Kurikulum 2013 disusun langsung
oleh pemerintah sehingga guru atau sekolah tinggal mengaplikasikan dan mengikuti pola
yang sudah dibuat. Hal ini dianggap lebih meringankan kerja guru sehingga diharapkan
hasilnya lebih maksimal. Kendala yang dihadapi yaitu kurang tersedianya tenaga
pendidik, kurangnya fasilitas dalam pembelajaran, serta perubahan raport sebagai bentuk
penyesuaian kurikulum 2013. Dan di SMA N 1 TELAGA penggunaan prinsip kurikulum
K13 masi 90% diterapkan oleh SMA N 1 TELAGA

5.2 Saran

Saran dalam kegiatan observasi dan kajian perangkat pembelajaran ini adalah, bahwa
dibutuhkan kekreatifitasan dan keinovativan yang tinggi dalam menyusun dan merencanakan
pelaksanaaan pembelajaran sehingga waktu yang singkat, guru yang terbatas dapat teratasi dan
murid pun merasa senang dan paham terahadp proses penerapan Kurikulum K13.

24
DAFTAR PUSTAKA

Mulyoto. (2013). Strategi Pembelajaran di Era Kurikulum 2013. Jakarta: Prestasi Pustaka
Raya.

Salahudin. (2011). Filsafat Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

25

Anda mungkin juga menyukai