Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Berdasar pada amanat Undang-undang Dasar 1945, maka
pengertian pendidikan di sekolah dasar merupakan upaya untuk
mencerdaskan dan mencetak kehidupan bangsa yang bertaqwa, cinta
dan bangga terhadap bangsa dan negara, terampil, kreatif, berbudi pekerti
yang santun serta mampu menyelesaikan permasalahan di lingkungannya.
Pendidikan di sekolah dasar merupakan pendidikan anak yang berusia
antara 7 sampai dengan 13 tahun sebagai pendidikan di tingkat dasar yang
dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi
daerah/karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat bagi siswa.
Disinilah siswa sekolah dasar ditempa berbagai bidang studi yang
kesemuanya harus mampu dikuasai siswa. Tidaklah salah bila di sekolah
dasar disebut sebagai pusat pendidikan. bukan hanya di kelas saja proses
pembelajaran itu terjadi akan tetapi di luar kelas pun juga termasuk ke
dalam kegiatan pembelajaran.
Sebagai seorang guru tentu saja menginginkan siswanya
mendapatkan hasil belajar yang maksimal dari kegiatan belajar mengajar
di sekolah seperti yang di ungkapkan Gagne ada lima kategori hasil
belajar, yakni : informasi verbal, kecakapan intelektul, strategi kognitif,
sikap dan keterampilan, senada dengan Bloom mengungkapkan tiga tujuan
pengajaran yang merupakan kemampuan seseorang yang harus dicapai dan
merupakan hasil belajar yaitu : kognitif, afektif dan psikomotorik
(Sudjana, 1990:22). Jadi hasil belajar tercermin dari kognitif menyangkut
kecerdasan atau intelektualitasnya, seperti pengetahuan yang dikuasai
maupun cara berpikir, afektif menyangkut aspek perasaan dan emosi, dan
psikomotorik mencakup kemampuan yang menyangkut ketrampilan fisik
dalam mengerjakan atau menyelesaikan sesuatu, seperti ketrampilan dalam
bidang.

1
Dalam pengajaran Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
suatu metode tertentu belum tentu cocok untuk setiap pokok bahasan yang
diajarkan. Pemilihan metode mengajar perlu memperhatikan beberapa hal
yang dapat mempengaruhi cocok atau tidaknya suatu metode yang
digunakan. Guru harus dapat memilih metode yang dapat digunakan secara
efektif. Penggunaan metode konvensional atau ceramah masih banyak
digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi IPS, khususnya pada
siswa kelas III SD Argasari Pangkalpinang, dimana dalam pembelajaran
IPS guru cenderung menggunakan metode ceramah yang membuat siswa
menjadi kurang bersemangat dalam mengikuti materi ajar yang diajarkan.
Hal ini menyebabkan nilai hasil belajar IPS khususnya pada materi “Uang”
menjadi rendah dibawah KBM, hanya ada beberapa siswa yang nilainya
diatas KBM. Kondisi seperti ini sangat membuat perihatin terhadap mutu
belajar siswa.
Perhatian siswa terhadap materi yang disampaikan guru akan sangat
mempengaruhi berhasil tidaknya proses belajar mengajar tersebut. Banyak
hal yang membuat siswa kurang memperhatikan pelajaran, salah satunya
metode yang digunakan guru saat mengajar sangat mempengaruhi
perhatian siswa terhadap materi ajar yang disampaikan. Berhasil atau
tidaknya materi ajar yang disampaikan sangat bergantung pada guru yang
menyampaikan pelajaran. Sebagaimana kita ketahui anak-anak dibangku
sekolah dasar cenderung lebih terfokus untuk bermain ketimbang
menerima pelajaraan. Jika penggunaan metode ajar salah maka perhatian
siswa terhadap materi pelajaranpun akan tidak berhasil, siswa merasa
bosan dan susah menerima materi pelajaran. Perhatian siswa yang lebih
intensif terhadap materi pembelajaran menyebabkan transfer pengetahuan
yang terjadi lebih mudah diterima siswa sehingga diharapkan proses
belajar mengajar dapat berhasil maksimal. Guru harus mampu
menggunakan strategi untuk membantu siswa agar tidak mengalami
kesulitan, kejenuhan, dan memotivasi belajar siswa. Hal ini diperlukan
proses pembelajaran yang menyenangkan, kreatif, inovatif, yaitu salah
satunya menggunakan media yang digunakan dalam diskusi. Media

2
mempunyai arti penting dalam pembelajaran, karena ketidakjelasan dalam
pembelajaran dapat terbantu dengan adanya media. Dengan menggunakan
media dalam pembelajaran ips diharapkan dapat menjelaskan serta
mengatasi kebosanan, sekaligus meningkatkan hasil belajar IPS.
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan
masalah dalam penelitian ini, antara lain:
1. Hasil belajar siswa terhadap pembelajaran IPS tentang materi uang
sangat rendah.
2. Minat belajar siswa dalam pembelajaran IPS tentang materi uang
sangat rendah.
3. Adanya anggapan siswa tentang mata pelajaran IPS membosankan.
Dari identifikasi masalah tersebut, peneliti beserta teman sejawat
perlu mendiskusikan dan menganalisis penyebab adanya permasalahan
tersebut. Masalah pokok yang timbul dalam pendidikan adalah karena
kurangnya ketertarikan siswa dalam mata pelajaran IPS. Maka penelitian
ini dilaksanakan dengan maksud mendapat jawaban dari permasalahan.
Dalam hal ini penulis mencoba membuat rancangan perbaikan muatan
pembelajaran IPS, khususnya materi uang. Rancangan pembelajaran
difokuskan dalam penggunaan metode diskusi agar dapat meningkatkan
hasil belajar siswa kelas III B di SD Argasari yang sebelumnya menurun.
2. Analisis Masalah
Berdasarkan hasil evaluasi pembelajaran IPS tentang materi uang,
diketahui bahwa dari 28 siswa yang mengikuti evaluasi pelajaran IPS
tentang materi Uang yang mampu memperoleh nilai 70 ke atas hanya 6
orang siswa yang mendapat nilai tuntas atau sebesar 21,4% sedangkan
sisanya 22 orang siswa yang belum tuntas atau sebesar 78,6% belum
mencapai target Ketuntasan Belajar Minimal (KBM) yaitu 70.
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Berdasarkan hasil belajar siswa kelas III di SD Argasari pada
pelajaran IPS materi uang tingkat keberhasilan siswa dalam menerima
pelajaran tidak sesuai yang diharapkan. Ketidaktuntasan siswa dalam hasil

3
belajar tersebut, membuat penulis mengubah metode pengajaran yang
biasa digunakan, yakni metode ceramah diubah dengan dengan
menggunakan metode diskusi. Diharapkan dengan perbaikan ini dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas III B SD Argasari Pangkalpinang.
Oleh karena itulah penulis mencoba untuk melakukan penelitian
dengan judul “Upaya meningkatan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran IPS
Pada Materi Uang Melalui Metode Diskusi di Kelas III B Semester Genap
SD Argasari Pangkalpinang Tahun pelajaran 2018/2019”

B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah maka rumusan masalah
pada perbaikan pembelajaran “Bagaimana Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa pada Materi Uang Melalui Penggunaan Metode Diskusi?”

C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Tujuan dari perbaikan pembelajaran ini adalah untuk meningkatkan
hasil belajar siswa pada pelajaran IPS materi pada siswa kelas III B
semester genap SD Argasari Pangkalpinang.

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
konstribusi bagi semua pihak, antara lain:
1. Manfaat bagi guru
Membuat guru lebih kreatif dalam mengembangkan efektivitas
dan kualitas pelajaran di SD Argasari Pangkalpinang.
Guru lebih percaya diri dalam mengembangkan pelaksanaan
kegiatan pengembangan serta menambah wawasan dan
pengetahuan dan dunia pendidikan.

4
2. Manfaat bagi siswa
a. Meningkatkan pemahaman dan penguasaan materi.
b. Mempermudah siswa dalam menerima pelajaran dan lebih
mudah memahami materi ajar yang diajarkan sehingga hasil
belajarpun meningkat menjadi lebih baik.
3. Manfaat bagi sekolah
a. Memperkaya referensi strategi dan proses pembelajaran yang
ada diterapkan di sekolah
b. Meningkatkan hasil belajar siswa yang dapat meningkatkan
mutu pendidikan khususnya pada mata pelajaran IPS.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Karakteristik Siswa SD
Masa usia sekolah dasar sebagai masa kanak-kanak akhir yang
berlangsung dari usia enam tahun hingga kira-kira usia sebelas tahun atau
dua belas tahun. Karakteristik utama siswa sekolah dasar adalah mereka
menampilkan perbedaan-perbedaan individual dalam banyak segi dan
bidang, di antaranya, perbedaan dalam intelegensi, kemampuan dalam
kognitif dan bahasa, perkembangan kepribadian dan perkembangan fisik
anak.
Menurut Piaget ada 5 faktor yang menunjang perkembangan
intelektual yaitu: kedewasaan (maturation), pengalaman fisik (physical
experience), penyalaman logika matematika (logical mathematical
experience), transmisi sosial (social transmission), dan proses
keseimbangan (equilibriun) atau proses pengaturan sendiri (selfregulation)
Erikson mengatakan bahwa anak usia sekolah dasar tertarik terhadap
pencapaian hasil belajar.
Berdasarkan uraian di atas, siswa sekolah dasar berada pada tahap
operasional konkret, pada tahap ini anak mengembangkan pemikiran logis,
masih sangat terikat pada fakta-fakta perseptual, artinya anak mampu
berfikir logis, tetapi masih terbatas pada objek-objek konkret, dan mampu
memahami simbol-simbol dan menjelaskannya dengan bahasanya. Bagi
siswa kelas III SD yang berusia 8-9 tahun berdasarkan teori perkembangan
Piaget dan Bruner tersebut, maka siswa kelas III SD termasuk dalam tahap
operasional konkret dimana anak telah mampu berpikir secara logis,
fleksibel mengorganisasi dalam aplikasi terhadap benda konkret.

B. Karakteristik Mata Pelajaran IPS di SD


Pembelajaran IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang
tercantum di dalam kurikulum pendidikan tingkat SD. Tidak seperti
pembelajaran Matematika, IPS bukan merupakan ilmu eksak dimana teori
dan rumusnya merupakan ketetapan yang tidak berubah. Akan tetapi,

6
garapan IPS adalah peristiwa atau kejadian-kejadian yang berkaitan
dengan kehidupan sosial atau masyarakat. Seperti yang dikatakan oleh
Sardjiyo, dkk (2014: 2.11) bahwa materi IPS cakupannya begitu luas
meliputi berbagai aktivitas manusia dalam berbagai perspektif.
Dari pernyataan di atas dapat dijelaskan secara sederhana pengertian
IPS. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) menurut Sardjiyo, dkk (2014: 1.26)
merupakan “bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis
gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai
aspek kehidupan atau satu perpaduan. Dengan demikian, pembelajaran IPS
mencakup gejala dan masalah di kehidupan masyarakat bukan hanya
berdasarkan teori dan keilmuannya, tetapi pada kenyataan hidup
kemasyarakatan. Sehingga dari masalah-masalah tersebut dapat ditelaah
dan dianalisis faktor-faktor penyebab dan juga penyelesaian atau
pemecahan masalahnya.
Dalam pendidikan tingkat sekolah dasar, IPS merupakan salah satu
mata pelajaran yang diajarkan kepada siswa. Pembelajaran IPS di SD
menjadi materi dasar untuk mengantarkan siswa pada materi IPS untuk ke
sekolah menengah hingga ke perguruan tinggi. Materi IPS yang
disampaikan kepada siswa tingkat sekolah dasar tidak langsung kepada
pemecahan-pemecahan masalah yang abstrak melainkan terlebih dahulu
mengenali dan memahami konsep dan aturan dalam hidup bermasyarakat.
Selain itu, adapun tujuan IPS berdasarkan tujuan kurikuler atau
tujuan Pendidikan Nasional (Sardjiyo, dkk, 2014), antara lain:
1. Membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna
dalam kehidupannya kelak di masyarakat.
2. Membekali anak didik dengan kemampuan berkomunikasi antar
sesama warga masyarakat serta berbagai bidang keilmuan dan
keahlian.
3. Membekali anak didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif
dan keterampilan terhadap pemanfaatan lingkungan hidup yang
menjadi bagian dari kehidupan tersebut.

7
Dalam kegiatan pembelajaran IPS di SD, siswa dapat secara
langsung belajar ke dalam lingkungan alam dan masyarakat sehingga
mereka belajar mendapatkan pengalaman langsung tentang masyarakat
dan kehidupan sosial. Hal ini bermanfaat bagi siswa untuk dapat
mempersiapkan diri mereka untuk terjun langsung ke masyarakat,
mengembangkan diri mereka dan mengetahui norma atau aturan yang
berlaku dalam kehidupan bermasyarakat (Sardjiyo, dkk, 2014: 1.29).
Berkaitan dengan pembelajaran IPS di atas, adapun ruang lingkup
mata pelajaran IPS di SD menurut Sardjiyo, dkk (2014: 1.29), antara lain:
1. Manusia, tempat dan lingkungan.
2. Waktu, keberlanjutan dan perubahan.
3. Sistem sosial dan budaya.
4. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa materi pelajaran IPS
memiliki cakupan yang begitu luas, sehingga pada kesempatan kali ini
peneliti melakukan objek penelitian pada siswa dengan mengajarkan
mereka tentang materi uang pada siswa kelas 3B semester genap SD
Argasari Pangkalpinang.
Uang merupakan alat pembayaran yang sah untuk transaksi jual
beli di masyarakat. Sebelum ada uang, kegiatan jual beli dilakukan
dengan barter. Selain barter, ada pula yang dinamakan dengan uang
barang. Uang barang pertama kali digunakan di Tiongkok yaitu berupa
guci, kulit domba, dan barang lainnya yang mempunyai nilai yang tinggi.
Akan tetapi karena sulitnya menentukan nilai yang sama pada
barang atau sulitnya melakukan barter, sehingga muncul ide untuk
membuat uang. Pada zaman dahulu, uang dibuat dari kulit hewan,
tembaga, perak, dan emas. Hingga akhirnya pada saat sekarang, uang
terdiri dari berbagai jenis yaitu uang kartal dan uang giral.
Uang kartal adalah uang yang diberi tanda atau cap oleh
pemerintah sehingga berlaku sebagai alat pembayaran yang sah dan dapat
diterima oleh umum. Uang kartal terdiri dari dua macam yaitu uang
kertas dan uang logam (uang koin). Umumnya uang kertas dan uang

8
logam merupakan uang yang banyak beredar di masyarakat. Di
Indonesia, uang kertas memiliki nilai yang lebih tinggi dari uang logam.
Nilai dari uang kertas dimulai dari Rp 1.000,00 hingga yang terbesar
adalah Rp 100.000,00. Sedangkan uang logam bermulai dari Rp 100,00
hingga Rp 500,00.
Uang Kertas Uang Logam (koin)

Gambar 2.1 Contoh Uang Kertas dan Uang Logam Negara Indonesia
Selain itu, uang giral adalah uang dalam bentuk surat-surat
berharga, contohnya cek, giro, bilyet, polis, deposito, wesel dan sertifikat
paham. Uang giral tidak dapat dibelikan secara langsung dan nilainya
lebih tinggi dari selembar uang kertas atau sebuah uang koin.
Cek Giro Wesel

Gambar 2.2 Contoh Uang Giral: Cek, Bilyet Giro dan Wesel Pos

Dari kedua jenis uang yang beredar di masyarakat, dapat dibedakan


antara uang kartal dan uang giral sebagai berikut:

No. Uang Kartal Uang Giral


Berlaku umum di setiap Berlaku di kalangan tertentu
1
lapisan masyarakat saja
Dibuat dan diedarkan oleh
2 Diciptakan oleh bank umum
bank sentral
Terbagi dalam pecahan
3 Tidak memiliki nilai nominal
nominal tertentu
Sebagai alat pembayaran Sebagai alat pembayaran
4 berbentuk uang kertas dan berupa rekening koran, cek,
uang logam atau cek perjalanan

Uang dapat dipalsukan. Sehingga kita harus berhati-hati dan harus


mengetahui mana uang asli dan uang palsu. Berikut cara membedakan
uang asli dengan uang palsu adalah sebagai berikut:

9
 Dilihat
Lihat warna uang, warnanya cerah, tidak luntur, dan tidak patah-
patah
 Diraba
Uang asli terbuat dari kertas khusus, apabila diraba kertasnya
terasa kasar, bahannya tebal dan biasanya agak kaku dan pada
angka ataugambar uang biasanya sengaja dicetak agak menonjol
dan akan terasa jika diusap-usap.
 Diterawang
Menerawangkan uang ke arah sumber cahaya yang kuat, seperti
matahari dan lampu terdapat gambar seperti ada tanda air yang
menggambarkan pahlawan-pahlawan nasional.
Selain dari jenis-jenis uang, adapula kegunaan uang secara umum
adalah sebagai berikut:
1. Sebagai alat tukar yang resmi dan sah
Uang merupakan salah satu kebutuhan utama. Kita
menggunakan uang sebagai alat untuk melakukan jual beli.
2. Sebagai alat pembayaran
Uang sebagai alat permbayaran contohnya adalah membayar
upah orang bekerja atau membayar jasa. Contoh lainnya adalah
membayar spp sekolah, membayar pajak kendaraan, membayar
listrik, dan membayar telepon.
3. Sebagai ciri atau identitas negara
Uang sebagai ciri atau identitas negara maksudnya adalah mata
uang setiap negara berbeda-beda. Mata uang negara Indonesia
adalah Rupiah dan mata uang Malaysia adalah Ringgit.
Adapula kegunaan uang dalam keseharian lainnya adalah uang
juga dapat digunakan untuk menabung.
C. Metode Pembelajaran Diskusi
a. Pengertian Diskusi
Diskusi adalah aktivitas dari sekelompok siswa, berbicara saling
bertukar informasi maupun pendapat tentang sebuah topik atau masalah,

10
dimana setiap anak ingin mencari jawaban / penyelesaian problem dari
segala segi dan kemungkinan yang ada. (Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan : 1994).
Pengertian Metode diskusi atau Diskusi Kelompok diartikan pula
sebagai suatu cara penyajian bahan pelajaran dengan menugaskan peserta
didik atau kelompok belajara untuk melaksanakan percakapan ilmiah
untuk mencari kebenaran dalam rangka mewujudkan tujuan pengajaran
(Karo-karo, 1998 : 25).
Metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran
dengan menugaskan peserta didik atau kelompok belajara untuk
melaksanakan percakapan ilmiah untuk mencari kebenaran dalam rangka
mewujudkan tujuan pengajaran (Karo-karo, 1998 : 25).
Kelebihan dan kekurangan metode diskusi
Secara umum kelebihan dan kekurangan metode diskusi adalah
sebagai berikut:
Kelebihan metode diskusi adalah :
 Merangsang kreativitas siswa dalam bentuk ide, gagasan,
prakarsa, dan terobosan baru dalam pemecahan suatu masalah.
 Mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain.
 Memperluas wawasan.
 Membina untuk terbiasa musyawarah untuk memperkuat dalam
memecahkan
Kekurangan metode diskusi adalah :
Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar.
Pembicaraan terkadang menyimpang, sehingga memerlukan
waktu yang panjang.
Mungkin dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara atau
ingin menonjolkan diri.
Untuk meminimalisir kekurangan metode ini, maka guru atau
murid sebagai pemimpin diskusi mempunyai peranan sebagai berikut:

11
o Sebagai penunjuk jalan
Tugas pemimpin disini ialah memberikan pengarahan kepada
anggota tentang masalah yang akan didiskusikan (ruang lingkup
diskusi). Sehingga dengan demikian tidak timbul pertanyaan-
pertanyaan yang menyimpang.
o Sebagai pengatur lalu lintas
Mengatur jalannya diskusi agar jalannya menjadi lancar dengan
jalan mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada anggota kelompok
tertentu. Menjaga agar anggota berbicara menurut giliran (tidak
serentak). Membuka kesempatan kepada orang-orang tertentu
(pemalu) untuk mengungkapkan pendapatnya. Mengatur
pembicaraan agar didengar oleh semua anggota.
o Sebagai Dinding Penangkis
Disini tugas pemimpin diskusi ialah penerima pertanyaan-
pertanyaan dari anggota kemudian melemparkannya kembali
kepada anggota. Jangan sampai terjadi tanya jawab antar kelompok
kecil saja. Usahakan seluruh anggota kelompok aktif berpartisipasi.

D. Langkah-langkah Penggunaan Metode diskusi


Langkah-langkah penggunaan metode diskusi adalah sebagai berikut:
 Taraf persiapan meliputi:
a. Memilih dan menetapkan topic atau tema sekurang-
kurangnya; mengidentifikasi masalah yang merupakan
alternative untuk dipilih dan didiskusikan.
b. Mengidentifikasi dan menetapkan satu atau beberapa
sumber bahan bacaan atau informasi yang hendak dipelajari
oleh siswa, sehingga kalau memasuki
arena diskusi diharapkan telah membawa bahan pemikiran.
c. Menetapkan atau menyediakan alternatif komposisi dan
struktur komonikasi kelompok diskusi.
d. Menetapkan atau menyediakan alternatif
pemimpin diskusi pada guru atau siswa.

12
 Siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi memilih
pimpinan diskusi (ketua, sekretaris, pelapor) mengatur tempat
duduk, ruangan, dan sebagainya dengan bimbingan guru.
 Siswa berdiskusi dalam kelompoknya masing-masng, sedangkan
guru berkeliling dari kelompok yang satu ke kelompok yang lain,
menjaga ketertiban, serta memberikan dorongan dan bantuan agar
anggota kelompok berpartisipasi aktif dan diskusi dapat berjalan
lancar. Setiap siswa hendaknya, mengetahui secara persis apa yang
akan didiskusikan dan bagaimana caranya berdiskusi.
 Setiap kelompok harus memberikan hasil laporan diskusi
kelompoknya. Guru memberikan ulasan atau penjelasan terhadap
laporan tersebut.
 Akhirnya siswa mencatat hasil diskusi, sedangkan guru
menyimpulkan laporan hasil diskusi dari setiap kelompok

E. Peranan Guru dalam Diskusi


Menurut Brooks & Brooks (Iim Waliman, dkk, 2001) terdapat
beberapa ciri yang menggambarkan seorang guru yang konstruktivis
dalam melaksanakan proses pembelajaran siswa, yaitu sebagai berikut.
a. Guru mendorong, menerima inisiatif dan kemandirian siswa.
b. Guru menggunakan data mentah sebagai sumber utama pada
fokus materi pembelajaran.
c. Guru melakukan penelusuran pemahaman siswa terhadap suatu
konsep sebelum memulai pembelajaran..
Sementara itu menurut Sudirman dkk (1992 : 154) peranan guru
dalam diskusi, antara lain sebagai berikut.
a. Guru menetapkan suatu pokok atau problem yang akan
didiskusikan atau guru meminta kepada siswa untuk
mengemukakan suatu pokok atau problem yang akan
didiskusikan.
b. Guru menjelaskan tujuan diskusi.

13
c. Guru mengatur giliran pembicara agar tidak semua siswa
serentak berbicara mengeluarkan pendapat.
d. Menjaga suasana kelas dan mengatur setiap pembicara agar
seluruh kelas dapat mendengarkan apa yang sedang
dikemukakan.
Adapun menurut kesimpulan dari penulis peranan guru yang
memimpin suatu diskusi lebih sukar daripada bila ia memakai cara
mengajar yang lain. Cara ini meminta persiapan yang seksama dan
bimbingan yang cakap. Guru harus mempunyai latar belakang pengalaman
dan simpanan pengetahuan agar dia bisa memimpin sebuah diskusi secara
kreatif. guru tidak mendominasi pembicaraan, atau bahkan bisa sekedar
sebagai stimulus, informan, dan motivator dalam seluruh rangkaian
kegiatan.

14
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat, Waktu dan Pihak yang Membatu Penelitian


1. Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian perbaikan pembelajaran ini adalah siswa
kelas 3B SD Argasari Pangkalpinang yang terdiri dari 28 siswa, dengan
jumlah siswa laki-laki adalah 17 orang dan siswa perempuan adalah 11
orang. Peneliti memilih kelas 3B sebagai subjek penelitian karena peneliti
mengajar di kelas tersebut.
Karakter siswa kelas 3B SD Argasari kota Pangkalpinang
tergolong anak yang biasa-biasa, baik ditinjau dari segi kecerdasan
(intellegensia) maupun kepribadian dan moralitasnya. Dari sisi lain,
siswa–siswi ini berasal dari latar belakang ekonomi dan pendidikan
keluarga yang beragam. Pekerjaan orang tua mereka pun beragam dengan
kondisi ekonomi yang beragam pula, dari yang rendah hingga ekonomi
menengah ke atas. Dari segi pendidikan, banyak orang tua siswa yang
memiliki pendidikan sarjana, dan ada juga yang sekolah menengah.
2. Lokasi /Tempat Penelitian
Penelitian perbaikan pembelajaran pada pelajaran IPS dengan
materi Uang dilaksanakan di kelas 3B SD Argasari Kota Pangkalpinang,
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung .
3. Waktu/Jadwal Penelitian
Penelitian perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan selama
lebih kurang 3 minggu yang dimulai dari tanggal 2-16 April 2019
dengan jumlah 6 jam pelajaran dari tiga kali pertemuan untuk mata
pelajaran IPS materi Uang. Jumlah siswa yang menjadi objek
penelitian adalah 28 orang. Penelitian ini dilaksanakan oleh peneliti
(guru bidang studi) dan teman sejawat. Secara sederhana jadwal
penelitian ditampilkan dibawah ini:

15
Hari / Jam
Siklus Materi
Tanggal Pelajaran
Prasiklus Selasa, 2 Pengertian uang, sejarah singkat dan 1-2
April 2019 perkembangan uang, jenis – jenis
serta ciri uang dan kegunaan uang
Siklus I Kamis, 11 Pengertian uang, jenis – jenis dan ciri 3-4
April 2019 uang serta kegunaannya
Siklus II Selasa, 16 Jenis dan ciri uang sekaligus 1-2
April membedakan uang asli dan palsu,
dan kegunaan uang
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran

4. Mata Pelajaran
Dalam penelitian perbaikan pembelajaran ini, materi yang diteliti adalah
materi tentang uang pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Materi yang
disampaikan antara lain:
1. Definisi Uang
2. Sejarah Uang
3. Jenis – jenis uang yang beredar di masyarakat
4. Ciri-ciri uang asli dan palsu dan kegunaan uang secara umum.
Materi pelajaran ini diambil dari dua sumber buku yaitu “Buku IPS Kelas III”
yang diterbitkan oleh Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional Tahun
2008, dan juga buku“Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD/MII Semester Genap Kelas
III” yang diterbitkan oleh Putra Nugraha.
5. Pihak yang Membantu
Dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran ini, guru melakukan observasi
dan penelitian secara sendirian. Namun, ada pihak-pihak yang membantu dari proses
perbaikan pembelajaran ini, antara lain:
1. Bapak Drs. Dwi Hendra selaku pembimbing utama yang mengarahkan peneliti
serta membimbing peneliti dari mulai melakukan proses penelitian hingga
membimbing dalam pembuatan laporan penelitian.
2. Ibu Lidwina Effendi,S.Pd sebagai teman sejawat yang turut membantu proses
perbaikan.
3. Ibu Supartini,S.Pd selaku kepala sekolah yang telah membantu melancarkan
proses penelitian.

16
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan perbaikan pembelajaran terhadap
hasil belajar siswa dalam rangka pemantapan kemampuan profesi (PKP) guru.
Program PKP merupakan sebuah proses penerapan konsep PTK pada situasi yang
sesungguhnya (nyata) yang diberi bobot studi. (PKP sama halnya dengan PTK atau
penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang di lakukan oleh seorang guru
yang memiliki masalah di dalam proses pembelajaran di kelasnya (termasuk dari guru
itu sendiri, siswa atau proses belajarnya) dalam rangka memperbaiki proses
pembelajaran sebelumnya.
Adapun pelaksanaan penelitian ini melalui proses atau yang disebut dengan
siklus sebanyak tiga siklus yang dimulai dari prasiklus, siklus 1 dan siklus 2. Masing-
masing siklus memiliki empat tahap seperti desain yang diusulkan oleh Kemmis dan
Mc. Taggart (1991, dalam Wardani, 2017), yaitu:

Rencana/revisi
RPP 1, dst

Refleksi Pelaksanaan

Observasi

Gambar 3.1 Bagan Prosedur Penelitian Perbaikan Pembelajaran

1. Tahap Rencana perbaikan pembelajaran.


a) Tahap rencana perbaikan pembelajaran merupakan tahap awal dalam
melakukan proses perbaikan pembelajaran. Akan tetapi sebelum melakukan
penelitian, guru hendaknya terlebih dahulu menentukan masalah yang ia alami untuk
dijadikan objek pada penelitiannya.
b) Tindakan/alternative perbaikan Penentuan masalah tersebut dapat dilakukan
dengan mengidentifikasi dan menganalisis masalahnya. Setelah melalu dua proses
tersebut, baiknya guru juga menentukan alternatif pemecahan masalah dan
merumuskan masalah tersebut dalam bentuk kalimat tanya. Tahap rencana ini akan
berulang jika guru melakukan pengamatan pertama namun hasil pengamatan tidak

17
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Sehingga pada siklus berikutnya, guru
hendaknya menyusun rencana perbaikan pembelajaran.
c) Berikut ini merupakan langkah–langkah pelaksanaan perbaikan
pembelajaran yang dilakukan di kelas 3B SD Argasari Pangkalpinang terhadap
materi uang mata pelajaran IPS pada tahap rencana.
Tahap Rencana
 Prasiklus
Membuat jadwal mengajar prasiklus
Menyusun Rencana Perbaikan Pembelajaran prasiklus
Menyiapkan media yang digunakan untuk mengajar pada prasiklus.
Menyiapkan lembar penilaian siswa.

 Siklus I
Membuat jadwal mengajar siklus I
Menyusun Rencana Perbaikan Pembelajaran siklus I
Menyiapkan media yang digunakan untuk mengajar pada siklus I
Menyiapkan lembar pengamatan atau observasi.

 Siklus II
Membuat jadwal perbaikan pembelajaran siklus II
Menyusun Rencana Perbaikan Pembelajaran siklus II
Menyiapkan media yang digunakan untuk mengajar pada siklus II
Menyiapkan lembar pengamatan atau observasi.

2. Pelaksanaan perbaikan pembelajaran.


a) Sebagai seorang peneliti, tentu saja guru yang melaksanakan PTK haruslah
berpedoman pada segala perencanaan yang dibuatnya. Dengan demikian ia benar-
benar berada “on the track”. Segala kegiatannya terpantau dengan baik karena ini
akan menjadi bagian dari data yang dikumpulkan. Pada saat melaksanakan tindakan
untuk melakukan perbaikan menuju tujuan yang ingin dicapai, guru si peneliti ini
harus mampu meningkatkan praktek mengajarnya, meningkatkan kemampuan
berkolaborasi dengan sejawat yang menjadi partner untuk berdiskusi dan membantu
pelaksanaan PTK yang dilakukan, serta meningkatkan kondisi pembelajaran di
kelasnya.
b) Prosedur pelaksanaan PTK dilakukan apabila guru telah merumuskan
masalah yang akan menjadi fokus pada penelitiannya, pada tahap ini dilanjutkan

18
dengan penerapan pada rencana pembelajaran yang telah disusun sebelumnya, dan
terdapat beberapa langkah dalam pelaksanaannya.
c) Menurut salah satu para ahli yakni yang dikemukakan oleh
Hasan,Penelitian adalah penyaluran rasa ingin tahu manusia terhadap sesuatu atau
masalah dengan perlakuan tertentu (seperti memeriksa, mengusut, menelaah, dan
mempelajari secara cermat dan sungguh-sungguh) sehingga diperoleh sesuatu
(seperti mencapai kebenaran, memperoleh jawaban atas masalah, pengembangan
ilmu pengetahuan, dan sebagainya). Dalam proses pelaksanaan perbaikan
pembelajaran peneliti diamati oleh pihak pengamat yang bertugas sebagai supervisor.
d) Untuk pengamat atau supervisor 1 merupakan pengamat dari Pembimbing
atau tutor pada pelajaran PKP itu sendiri yang betugas mengamati peneliti dalam
proses perbaikan pembelajaran baik pada saat pelaksaan untuk menilai kelengkapan
dari penyusunan RPP serta kesesuain pada saat pelakasanaannya, dan supervisor 2
merupakan pengamat dari salah satu guru di SD Argasari Pangkalpinang, adapun
tugas supervisor 2 sama dengan supervisor 1.
e) Pada tahap pelaksanaan tindakan ini adalah melaksanakan kegiatan
pembelajaran sebagaimana yang telah direncanakan berdasarkan rencana pelaksaaan
pembelajaran (RPP) dengan indikator yang telah ditetapkan dengan menggunakan
teknik discovery. Adapun langkah-langkah tersebut meliputi kegiatan persiapan,
kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir atau penutup.
f) Langkah-langkah pembelajaran pada tahap pelaksanaan dari prasiklus,
siklus 1, siklus II diuraikan sebagai berikut :
Tahap Pelaksanaan
 Prasiklus
Pelaksanaan pada perbaikan pembelajaran prasiklus, diantaranya:
Kegiatan awal
Guru memberi salam kepada siswa saat akan memulai pelajaran.
Guru memeriksa kesiapan diri siswa dengan mengabsen kehadiran siswa,
memeriksa kerapian pakaian, posisi dan tempat duduk siswa.
Guru memotivasi siswa dengan cara bertanya jawab tentang uang.
Guru menginformasikan materi pelajaran yang akan disampaikan yaitu
“UANG”.
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
Kegiatan Inti

19
Guru menjelaskan sedikitmateri tentang definisi dan sejarah uang,
Guru membagikan siswa menjadi beberapa kelompok dengan jumlah tiap
kelompok kurang lebih 4-5 orang/kelompok.
Guru meminta setiap kelompok berdiskusi tentang jenis, ciri-ciri dan
kegunaan uang.
Guru meminta kepada masing-masing kelompok memberikan pengertian
tentang hasil diskusinya.
Guru bertanya jawab dengan siswa tentang hal-hal yang belum dimengerti
oleh siswa terhadap materi.
Guru memberi latihan soal kepada siswa.
Kegiatan Akhir
Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah disampaikan.
Guru meminta siswa untuk membaca kembali materi tentang uang di
rumah.
Guru menutup pelajaran dengan mengucap salam.
 Siklus I
Pelaksanaan pada perbaikan pembelajaran Siklus I, diantaranya :
Kegiatan awal
Guru memberi salam kepada siswa saat akan memulai pelajaran.
Guru memeriksa kesiapan diri siswa dengan mengabsen kehadiran siswa,
memeriksa kerapian pakaian,dan tempat duduk
Guru memotivasi siswa dengan cara bertanya jawab tentang uang yang
digunakan siswa untuk berbelanja.
Guru menginformasikan materi pelajaran yang akan disampaikan yaitu
“UANG”
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
Kegiatan Inti
Guru meminta siswa membentuk kelompok belajar sesuai dengan
kelompok masing-masing berdasarkan anggota yang sudah
dikelompokkan.
Guru meminta bantuan dua orang siswa untuk menempelkan media
gambar di papan tulis.
Guru meminta siswa untuk mengamati gambar yang ada di papan tulis.

20
Guru meminta setiap kelompok berdiskusi tentang materi uang, jenis, ciri-
ciri dan kegunaan uang sesuai media gambar yang ditempel .
Guru meminta salah satu perwakilan kelompok untuk maju ke depan kelas
untuk mengelompokkan gambar uang tersebut sesuai dengan jenisnya.
Guru memberi latihan soal kepada siswa.
Kegiatan Akhir
Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah disampaikan.
Guru menyampaikan rencana pembelajaran yang akan disampaikan pada
pertemuan berikutnya.
Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan mengucap salam

 Siklus II
Pada siklus II, langkah-langkah pelaksanaan dibagi menjadi tiga tahap
kegiatan, yaitu:
Kegiatan awal
Guru memberi salam dan menyapa siswa saat akan memulai pelajaran.
Guru memeriksa kesiapan diri siswa dengan memeriksa kehadiran siswa,
memeriksa kerapian pakaian, posisi dan tempat duduk siswa.
Guru memotivasi siswa dengan cara bertanya jawab tentang uang yang
digunakan siswa untuk berbelanja.
Guru menginformasikan materi pelajaran yang akan disampaikan yaitu
“UANG”
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
Kegiatan Inti
Guru meminta siswa membentuk kelompok belajar sesuai dengan
kelompok masing-masing berdasarkan anggota yang sudah
dikelompokkan.
Guru meminta bantuan dua orang siswa untuk menempelkan media
gambar di papan tulis.
Guru menyiapkan media lainnya yaitu uang kertas, logam, dan lainnya
dan menyebarkan media realia berupa uang kertas Rp 2000,00 dan Rp
500,00 kepada tiap siswa.
Sebelum menjelaskan materi, guru meminta siswa untuk mengamati
gambar yang ada di papan tulis dan mendiskusikannya kepada teman

21
sekolompok tentang jenis-jenis uang, ciri-ciri uang dan kegunaannya
dalam sehari-hari..
Guru menjelaskan sedikit tentang jenis uang, ciri-ciri uang serta
kegunaannya dengan meminta bantuan masing-masing perwakilan
kelompok membacakan hasil diskusi mereka.
Guru meminta siswa untuk mengamati uang Rp 2000,00 dan Rp 500,00
yang telah mereka pegang.
Guru mengajak setiap siswa untuk mengenali ciri-ciri uang serta
membedakan uang asli dan palsu secara langsung pada uang kertas
tersebut.
Guru bertanya kepada salah satu anggota setiap kelompok tentang hal-hal
yang belum dimengerti terhadap materi yang dipelajari.
Guru memberi soal tes kepada siswa.
Kegiatan Akhir
Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah disampaikan.
Guru bertanya kepada siswa apakah kegiatan belajar hari ini
menyenangkan atau tidak.
Guru menutup kelas dengan memberi ucapan terimakasih dan salam
3. Pengamatan/Teknik Pengumpulan Data/Instrumen
Pada tahap ini, guru dan teman sejawat mengamati proses belajar siswa pada
saat kegiatan belajar mengajar berlangsung dan mengamati hasil belajar siswa yang
berdasarkan lembar pengamatan dan penilaian yang telah dipersiapkan. Lembar
pengamatan ini dapat digunakan untuk tahap refleksi.
a) Teknik pengumpulan data
Pengumpulan data menjadi bagian yang sangat penting dari sebuah
penelitian. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
 Tes
Tes merupakan alat ukur untuk memperoleh informasi hasil belajar
siswa yang memerlukan jawaban benar atau salah. Yang termasuk kelompok
tes ini antara lain tes objektif dan tes uraian (Suryanto,dkk 2016: 1.4). Pada
penelitian ini, tes diberikan pada akhir siklus, yang digunakan untuk
menunjukkan hasil belajar yang dicapai pada setiap siklus. Data yang

22
diperoleh dari hasil tes dianalisis secara deskriptif kuantitatif dengan cara
menghitung banyaknya siswa yang mencapai KKM.
 Observasi
Observasi dilakukan dengan pengamatan dan pencatatan yang
dilakukan pada saat kegiatan. Observasi dilakukan untuk mengukur sejauh
mana keaktifan siswa, kerja sama siswa, kreativitas siswa, dan semangat siswa
dalam mengikuti pelajaran. Alat observasi yang digunakan penulis berupa
format check list (√) yang berisi serangkaian daftar kejadian penting yang
diamati. Ketika pengamatan berlangsung, observer secara objektif memilih
dengan cepat dan memberi tanda cek (√) pada daftar kejadian. Alat ini
digunakan dalam jenis pengamatan yang bertujuan untuk merefleksikan
perilaku tanpa diketahui responden yang dinilai (Durri Andriani,dkk: 2016).
Aspek yang dinilai untuk aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran
dengan penilaian berupa skor. Skor 1 hingga skor 5 untuk observasi aktivitas
guru, sedangkan skor 1 sampai 4 untuk observasi aktivitas siswa.
b) Instrumen yang digunakan
kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.
Data yang dikumpulkan pada tahap ini berisi tentang pelaksanaan tindakan
dan rencana yang sudah dibuat, serta dampaknya terhadap proses dan hasil
intruksional yang dikumpulkan dengan alat bantu instrumen pengamatan
yang dikembangkan oleh peneliti. Pada tahap ini perlu mempertimbangkan
penggunaan beberapa jenis instrumen ukur penelitian guna kepentingan
triangulasi data. Dalam melaksanakan observasi dan evaluasi, guru tidak
harus bekerja sendiri. Dalam tahap observasi ini guru bisa dibantu oleh
pengamat dari luar (sejawat atau pakar). Dengan kehadiran orang lain dalam
penelitian ini, PTK yang dilaksanakan menjadi bersifat kolaboratif. Hanya
saja pengamat luar tidak boleh terlibat terlalu dalam dan mengintervensi
terhadap pengambilan keputusan tindakan yang dilakukan oleh peneliti.
Terdapat empat metode observasi, yaitu: observasi terbuka, observasi
terfokus, observasi terstruktur dan dan observasi sistematis. Beberapa prinsip
yang harus dipenuhi dalam observasi, diantaranya:
 ada perencanaan antara dosen/guru dengan pengamat;
 fokus observasi harus ditetapkan bersama;
 dosen/guru dan pengamat membangun kriteria bersama;
23
 pengamat memiliki keterampilan mengamati; dan
 balikan hasil pengamatan diberikan dengan segera.

Adapun keterampilan yang harus dimiliki pengamat diantaranya:


 menghindari kecenderungan untuk membuat penafsiran;
 adanya keterlibatan keterampilan antar pribadi;
 merencanakan skedul aktifitas kelas;
 umpan balik tidak lebih dari 24 jam;
 catatan harus teliti dan sistemaris
Dari hasil pengamatan peneliti terhadap hasil belajar siswa
terhadap materi uang didapatkan bahwa peningkatan hasil belajar siswa
belum sesuai dengan yang diharapkan. Berikut adalah hasil belajar siswa
pada prasiklus,
No Perolehan Nilai Prasiklus
1 Nilai Terendah 30
2 Nilai Tertinggi 80
3 Jumlah Nilai 1.490
4 Nilai Rata-rata 53,21
5 Siswa yang Tuntas 6
6 Siswa yang Tidak Tuntas 22
7 Tingkat Ketuntasan 21,4%
Tabel 3.1 : Hasil Evaluasi Siswa pada Prasiklus

No Perolehan Nilai Siklus I


1 Nilai Terendah 50
2 Nilai Tertinggi 90
3 Jumlah Nilai 1960
4 Nilai Rata-rata 70
5 Siswa yang Tuntas 19
6 Siswa yang Tidak Tuntas 9
7 Tingkat Ketuntasan 67,9%
Tabel 3.2 : Hasil Evaluasi Siswa pada Siklus I

No Perolehan Nilai Siklus II


1 Nilai Terendah 60
2 Nilai Tertinggi 100
3 Jumlah Nilai 2270
4 Nilai Rata-rata 81,07
5 Siswa yang Tuntas 25
6 Siswa yang Tidak Tuntas 3
7 Tingkat Ketuntasan 89,28%
24
Tabel 3.3 : Hasil Evaluasi Siswa pada Siklus II
4. Refleksi perbaikan pembelajaran
Refleksi merupakan kegiatan mengingat, mengkoreksi dan menghubung–
hubungkan kinerja mengajar dalam pembelajaran. Refleksi ini dapat disadari oleh
diri guru maupun dari lembar pengamatan yang telah didiskusikan bersama teman
sejawat. Salah satu munculnya refleksi adalah adanya hasil belajar siswa yang tidak
sesuai dengan hasil yang diharapkan, sehingga perlu dilakukan perbaikan
pembelajaran terhadap materi yang sama.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dengan teman sejawat,
diperoleh rendahnya hasil belajar siswa terhadap materi uang dan nilai – nilainya pun
sangat kurang dari standar KKM. Sehingga peneliti akan melakukan perbaikan
pembelajaran siklus I dengan menggunakan media gambar sebagai sarana untuk
menjelaskan materi.
Pada Siklus I refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil tes dan observasi,
serta menentukan perkembangan kemajuan dan kelemahan yang terjadi, sebagai dasar
perbaikan pada siklus berikutnya. Berdasarkan pengamatan antara peneliti dengan
teman sejawat, diperoleh adanya sedikit peningkatan pada hasil belajar siswa yang
sebelumnya hanya beberapa siswa yang tuntas namun sekarang persentasenya sedikit
meningkat, meskipun belum maksimal. Sehingga peneliti akan melakukan perbaikan
pada siklus kedua dilengkapi dengan media realia uang agar siswa dapat mengamati
uang tersebut secara langsung.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti bersama teman sejawat,
tentang pelaksanaan perbaikan pembelajaran Siklus II, maka hasil dari refleksi ini
akan dijadikan sebagai laporan penelitian tindakan kelas.

C. Teknik Analisis Data


Analisis data adalah upaya yang dilakukan oleh guru yang berperan sebagai
peneliti untuk merangkum secara akurat data yang telah dikumpulkan dalam
bentuk yang dapat dipercaya dan benar (Wardani dan Kuswaya Wihardit, 2016:
5.4). setelah data diperoleh , melakukan pengelompokkan dan pengorganisasian
data agar dapat membantu peneliti memahami pola permasalahan dan atau tema
fenomena yang diteliti sehingga dapat dirumuskan hipotesis tindakan seperti
yang disarankan data. Analisis data pada penelitian ini didasarkan pada refleksi
tiap siklus tindakan. Hal ini bermanfaat untuk rencana perbaikan pembelajaran

25
pada siklus berikutnya. Data yang diperoleh pada penelitian berupa lembar
observasi pada saat proses pembelajaran, dan tes hasil belajar siswa tiap siklus.
Adapun teknik analisis data untuk masing-masing instrumen adalah:
a. Analisis Data Hasil Observasi
Observasi dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung yang berpedoman
pada lembar observasi yang dibuat pada persiapan pembelajaran. Observasi
dilakukan untuk mengamati kinerja guru dan keaktifan siswa selama proses
pembelajaran.
1). Analisis data observasi kegiatan guru
Lembar observasi untuk mengamati pembelajaran setiap siklus terdiri dari 24
butir deskrpisi indikator dengan menggunakan skor 1 sampai 5. Perolehan skor
dirata-rata, kemudian dipresentasikan.
Adapun rumus yang digunakan untuk menilai persentase rata-rata aktivitas
guru sebagai berikut:
Rumus:

Persentse aktivitas Guru = x 100%

= x 100%
Hasil persentase aktivitas guru apat dilihat pada tabel berikut:
3.3 Tabel Kriteria Penilaian Aktivitas Guru
Presentase Kriteria Predikat
76% – 100% Sangat Baik A
51% – 75% Baik B
26% – 50% Cukup Baik C
≤ 25% Kurang D

2). Analisis data observasi keaktifan belajar siswa


Data hasil observasi aktivitas belajar siswa dianalisis dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1) Berdasar pedoman penskoran yang telah dibuat, dihitung jumlah skor
keseluruhan keaktifan siswa .
2) Skor keseluruhan dikumulatifkan kemudian dicari persentasenya.
Rumus:

Nilai = x 100 = x 100


Hasil presentase keaktifan siswa dapat dilihat pada tabel berikut:
3.4 Tabel Kriteria Keaktifan Siswa
Rentang Nilai Kriteria Predikat
76% – 100% Sangat Aktif A
51% – 75% Aktif B
26% – 50% Cukup Aktif C

26
≤ 25% Kurang Aktif D

b. Analisis Data Hasil Belajar Siswa


Pada akhir setiap siklus, hasil tes siswa dianalisis secara kuntitatif,
kemudian dihitung nilai rata-ratanya. Barulah dideskripsikan hasil rata-
rata tes siswa tersebut. Cara mencari rata-rata perolehan nilai belajar siswa
menggunakan rumus:
N = ΣR
S
Keterangan:
N = Rata-rata perolehan nilai
R = Jumlah nilai siswa
S = Jumlah siswa

Sedangkan rumus untuk menghitung presentase keberhasilan adalah:


P = Q x 100%
s
Keterangan:

P = Presentase Keberhasilan siswa


Q = Jumlah siswa yang mencapai nilai ≥ KBM
s = Banyaknya individu dalam subjek penelitian.
Dalam kegiatan analisis pada siklus data yang digunakan adalah data kualitatif
data dari hasil observasi pada setiap siklus, Pengembangan masing-masing siklus dan
data-data tersebut diperoleh dari hasil belajar diakhiri dengan kegiatan masing-
masing. Adapun data tabel kriteria keberhasilan siswa dapat dilihat sebagai berikut:
D. Tabel 3.5 Kriteria Keberhasilan Siswa
Presentasi Belajar Kriteria Belajar
(Kuantitatif) (Kualitatif)
90 – 100 Sangat Baik
80 – 89 Baik
70 – 79 Cukup
≤ 70 Kurang

27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Hasil penelitian perbaikan pembelajaran dilakukan terhadap hasil belajar
siswa dari pra siklus hingga siklus II dan hasil observasi kinerja guru dan
keaktifan siswa.
1. Deskripsi Hasil Penelitian Kondisi Awal (PraSiklus)
a. Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan dikelas III SD
Argasari semester genap Tahun Pelajaran 2018/2019 yang berjumlah 28
siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) terlihat bahwa hasil
belajar siswa masih rendah. Hal ini bisa terlihat dari nilai hasil evaluasi
belajar siswa pada muatan pelajaran IPS yang telah dilakukan. Berdasarkan
Ketuntasan Belajar Minimal (KBM=70) hasil nilai siswa sebelum tindakan
(prasiklus) dapat disajikan dalam tabel 4.1 sebagai berikut:
Tabel 4.1 Hasil Nilai Siswa Pra Siklus

No Nama Siswa Nilai Keterangan


Tuntas Tidak Tuntas
1 Alya Syafillah 70 √

28
2 Azril Akbar Sentosa 80 √
3 Bayu Putra 30 √
4 Darmawan Hazril 60 √
5 Diana Utami 30 √
6 Donny 30 √
7 Eki Pradana 60 √
8 Elly Safitri 60 √
9 Fadillah Kurniawan 40 √
10 Fitriani 60 √
11 Guntur Sodikin 30 √
12 Heru Gunawan 60 √
13 Jaka Akbar 70 √
14 Kinanty Afiani 60 √
15 Lukman Permana 60 √
16 Marisya 70 √
17 Muffidah Pratiwi 40 √
18 Nopal 60 √
19 Ojik Prabowo 40 √
20 Pratama Agustian 30 √
21 Rio Oktara 30 √
22 Tannia Paramitha 70 √
23 Tisna Hamzah 40 √
24 Uci Rahmadani 60 √
25 Utami Bilqis 70 √
26 ViviAnggraini 60 √
27 Wahyu Effendi 60 √
28 Zikri Susanto 60 √
Jumlah 1.490 6 22
Rata-rata 53,21
Presentase 21,4% 78,%

N = ΣRP = Q x 100% = 1.490 = 53,21 = 6x 100% = 21,4%


S S 28 28

Perolehan nilai siswa pada pra siklus mencapai 21,4% dengan rata-rata
53,21. Siswa yang tuntas berjumlah 6 siswa, sedangkan yang tidak tuntas ada
22 orang siswa. Nilai tertinggi 80 diperoleh 1orang siswa, sedangkan nilai
terendah 30 diperoleh 6 orang siswa. Perolehan penguasaan materi siswa
dilihat dari tabel dibawah ini.
Tabel 4.2 Nilai Penguasaan Materi Pra Siklus

Jumlah
No Nilai Presentase Keterangan
Siswa
1 90 – 100 - 0%
2 70 - 80 6 21,4%

29
3 60 12 42,9% Nilai Tertinggi 80
4 50 0 0% Nilai Terendah 30
5 <50 10 35,7% Rata-Rata = 53,21
6 Jumlah 28 100%
7 Tuntas 6 21,4%
8 Tidak Tuntas 22 78,6%

Dari tabel penguasaan siswa terhadap materi pada pra siklus terlihat
siswa yang memperoleh nilai tertinggi antara nilai 70-80 diperoleh 6 orang
siswa atau sebesar 21,4%.Sedangkan nilai 60 ada 12 orang siswa atau 42,9%,
untuk nilai dibawah 50 ada 10 orang siswa atau sebesar 35,7% sebanyak 10
orang siswa. Disimpulkan bahwa siswa yang mencapai KBM yaitu 70
keatassebanyak 6 siswa atau 21,4% dan yang belum mencapai KBM
sebanyak 22 siswa atau 78,6%.
Berdasarkan tabel nilai penguasaan materi siswa pada pra siklus masih
ada kelemahan. Dimana pembelajaran masih berpusat pada guru, siswa tidak
terlibat aktif dalam pembelajaran seperti berdiskusi dalam kelompok, tidak
adanya alat bantu pembelajaran berupa media. Peneliti berusaha melakukan
penelitian tindakan kembali di kelas III SD Argasari pada siklus I agar dapat
meningkatkan hasil belajar siswa melalui
metodediskusidenganmenggunakanbantuan media gambar.
. b. Hasil Observasi Kinerja Guru dan Siswa Pra Siklus
1) Hasil Observasi Kinerja Guru
Hasil pengamatan aktivitas guru pra siklus dilihat pada tabel:
4.3 Tabel Aktivitas Guru Pra Siklus
Skor
No Indikator/Aspek yang diamati
1 2 3 4 5
A Pembukaan Pembelajaran √
1 Mempersiapkan siswa untuk belajar
2 Melakukan kegiatan apersepsi √
B Kegiatan Inti Pelajaran
Penguasaan materi pembelajaran
3 Menunjukkan penguasaan mareri √
4 Mengkaitkan materi dengan jelas, sesuai
dengan hierarki belajar dan karakteristik √
siswa
5 Menyampaikan materi dengan jelas, sesuai
dengan hierarki belajar dan karakteristik
siswa √
6 Mengaitkan materi dengan realitas
kehidupan √

30
Pendekatan/Strategi Pembelajaran
7 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan
karakteristik siswa √
8 Melaksanakan pembelajaran secara runtut √
9 Menguasai kelas √
10 Melaksanakan pembelajaran yang bersifat
kontekstual √
11 Melaksanakan pembelajaran yang
memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif √
12 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
alokasi waktu yang direncanakan √
Pemanfaatan Sumber Belajar/Media
Pembelajaran
13 Menggunakan media secara efektif dan
efisien √
14 Menghasilkan pesan yang menarik √
15 Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media √
Pembelajaran yang Memicu dan
Memelihara Keterlibatan Siswa
16 Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam
pembelajaran √
17 Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon
siswa √
18 Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme
siswa dalam belajar √
Penilaian Proses dan Hasil Belajar
19 Memantau kemajuan belajar selama proses √
20 Melakukan penilaian akhir sesuai dengan
kompetensi (tujuan) √
Penggunaan Bahasa
21 Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara
jelas, baik, dan benar √
22 Menyampaikan pesan dengan gaya yang
sesuai √
C Penutup
23 Melakukan refleksi atau membuat
rangkuman dengan melibatkan siswa √
24 Melaksanakan tindak lanjut dengan
memberikan pekerjaan rumah √
Jumlah 1 5 5 10 3
Rata-rata x 100%=67,5%

Presentse Kinerja Guru = x100% = x 100% = 67,5%

31
Perolehan aktivitas guru pada pra siklus adalah 67,5%, hasil ini
termasuk dalam kategori baik. Masih ada kelemahan yang dilakukan guru
saat pembelajaran karena tidak menggunakan media sama sekali dalam
pembelajaran, aktivitas guru dalam pembelajaran termasuk kriteria baik
dengan predikat B.
2) Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pra Siklus
Hasil obserasi aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.4 Penilaian Aktivitas Siswa Pra Siklus

Skor
No Aspek yang Dinilai
1 2 3 4
1 Mendengarkan penjelasan guru √
2 Memperlihatkan motivasi yang √
disampaikan guru
3 Siswa memperhatikan dengan seksama √
ketika guru menjelaskan tentang tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai dan
rencana kegiatan yang dilakukan
4 Menyimak guru menjelaskan materi √
5 Siswa aktif menjawab pertanyaan yang √
disampaikan oleh guru ketika proses
pembelajaran berlangsung
6 Siswa aktif bertanya ketika proses √
pembelajaran berlangsung
7 Siswa saling berinterkasi positif dalam √
pembelajaran
8 Siswa mencatat materi yang disampaikan √
guru
9 Siswa menunjukkan respon positif ketika √
guru menggunakan media
10 Siswa antusias terhadap materi yang √
disampaikan guru
11 Siswa berpartisipasi dalam pemanfaatan √
media
12 Siswa melakukan diskusi secara kondusif √
dalam penyelidikkan
13 Siswa antusias melakukan presentasi √
14 Siswa bertanya jawab dengan guru tentang √
materi yang belum terselesaikan
15 Siswa bersemangat dalam menyelesaikan √
soal
Jumlah 3 18 9 0
Rata-rata x100%=50%

32
Nilai = x 100 = x 100% = x 100% = 50%

Hasil yang diperoleh dari keaktifan siswa sebesar 50%. Skor yang
diperoleh terlihat aspek yang memiliki skor 1 ada 2 aspek yaitu kurangnya
siswa berpartisipasi dalam pemanfaatan media, aktif bertanya ketika proses
pembelajaran, dan melakukan presentasi. Kelemahan ini dikarenakan tidak
adanya media dan siswa masih terlihat malu dan takut untuk bertanya.
Selebihnya sudah dilakukan dengan cukup baik. Perolehan nilai keaktifan
siswa yang mencapai 50% dikategorikan cukup aktif dengan predikat C.

c. Paparan Hasil Prasiklus


Dari penelitian di Pra siklus diketahui perolehan nilai siswa pada pra siklus
mencapai 21,4% dengan rata-rata 53,21. Siswa yang tuntas berjumlah 6
siswa, sedangkan yang tidak tuntas ada 22 orang siswa. Nilai tertinggi 80
diperoleh 1orang siswa, sedangkan nilai terendah 30 diperoleh 6 orang
siswa. Perolehan penguasaan materi siswa sangatlah rendah, pembelajaran
yang dilakukan di prasiklus mengalami kegagalan, menurut penelitian
berdasarkan data tabel diatas kegagalan disebabkan karena siswa merasa
bosan dan tidak memperhatikan pelajaran, sistem diskusi kelompok terasa
tidak menyenangkan untuk siswa karena dapat dilihat dari siswa yang
bertanya kepada guru hanya ada 2 atau 3 orang saja, penyebab utama juga
dapat disebabkan karena metode diskusi yang digunakan tidak dibantu
dengan media pembelajaran. Oleh karena itu akan diadakannya tindakan
perbaikan di siklus I untuk memperbaiki kegagalan di prasiklus yang sudah
dilaksanakan demi mendapatkan keberhasilan.

2. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I


Setelah peneliti melakukan pembelajaran tindakan pra siklus, ternyata
masih ada kekurangan yang perlu diperbaiki, maka peneliti melakukan
tindakan siklus I.
a. Hasil Belajar Siswa
Adapun hasil yang diperoleh siswa pada siklus I terlihat pada tabel
berikut:

33
Tabel 4.5 Hasil Nilai Siswa Siklus I

Keterangan
No Nama Siswa Nilai
Tidak
Tuntas
Tuntas
1 Alya Syafillah 80 √
2 Azril Akbar Sentosa 90 √
3 Bayu Putra 70 √
4 Darmawan Hazril 70 √
5 Diana Utami 70 √
6 Donny 50 √
7 Eki Pradana 60 √
8 Elly Safitri 70 √
9 Fadillah Kurniawan 70 √
10 Fitriani 60 √
11 Guntur Sodikin 70 √
12 Heru Gunawan 60 √
13 Jaka Akbar 90 √
14 Kinanty Afiani 70 √
15 Lukman Permana 80 √
16 Marisya 80 √
17 Muffidah Pratiwi 50 √
18 Nopal 80 √
19 Ojik Prabowo 50 √
20 Pratama Agustian 50 √
21 Rio Oktara 80 √
22 Tannia Paramitha 90 √
23 Tisna Hamzah 70 √
24 Uci Rahmadani 60 √
25 Utami Bilqis 70 √
26 Vivi Anggraini 60 √
27 Wahyu Effendi 80 √
28 Zikri Susanto 80 √
Jumlah 1.960 19 9
Rata-rata 70
Presentase 67,9% 32,1%

N = ΣRP = Q x 100% = 1.960 = 19x 100%


S S 28 28
= 70 = 67,9%

Perolehan nilai siswa pada siklus I mencapai 67,9% dengan rata-rata


70. Siswa yang tuntas berjumlah 19 siswa, sedangkan yang tidak tuntas ada
9orang siswa. Nilai tertinggi 90 diperoleh 3 orang siswa, sedangkan nilai
terendah 50 diperoleh sebanyak 4 orang siswa.
Perolehan penguasaan materi siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

34
Tabel 4.6 Nilai Penguasaan Materi Siklus I
No Nilai Jumlah Siswa Presentase Keterangan
1 90 – 100 3 10,7%
2 70 – 80 16 57,2%
3 60 5 17,9% Nilai Tertinggi 90
4 50 4 14,2% Nilai Terendah 50
5 <50 0 0% Rata-Rata = 70
6 Jumlah 28 100%
7 Tuntas 19 67,9%
8 Tidak Tuntas 9 32,1%

Dari tabel penguasaan siswa terhadap materi pada siklus I terlihat ada
peningkatan. Siswa yang memperoleh nilai tertinggi antara 90 - 100 atau
sebesar 10,7% sebanyak 3 siswa dan nilai 70-80 diperoleh 16 orang siswa atau
sebesar 57,2%. Nilai 60 ada 5 orang siswa atau 17,9%, nilai 50 ada 4 orang
siswa atau sebesar 14,2%. Dapat disimpulkan bahwa siswa yang mencapai
KBM sebanyak 19siswa atau 67,9% dan yang belum mencapai KBM
sebanyak 9 siswa atau 32,1%.
b. Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Siswa Siklus I
1) Hasil Observasi Aktivitas Guru
Hasil observasi aktivitas guru dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.7 Aktivitas Guru Siklus I
Skor
No Indikator/Aspek yang diamati
1 2 3 4 5
A Pembukaan Pembelajaran
1 Mempersiapkan siswa untuk belajar √

2 Melakukan kegiatan apersepsi √


B Kegiatan Inti Pelajaran
Penguasaan materi pembelajaran
3 Menunjukkan penguasaan materi √
pembelajaran
4 Mengkaitkan materi dengan jelas, sesuai √
dengan hierarki belajar dan karakteristik
siswa
5 Menyampaikan materi dengan jelas, sesuai √
dengan hierarki belajar dan karakteristik
siswa
6 Mengaitkan materi dengan realitas √
kehidupan
Pendekatan/Strategi Pembelajaran

35
7 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan √
kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan
karakteristik siswa
Melaksanakan pembelajaran secara runtut √
8
9 Menguasai kelas √
10 Melaksanakan pembelajaran yang bersifat √
kontekstual
11 Melaksanakan pembelajaran yang √
memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif

12 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan √


alokasi waktu yang direncanakan

Pemanfaatan Sumber Belajar/Media


Pembelajaran
13 Menggunakan media secara efektif dan √
efisien
14 Menghasilkan pesan yang menarik √
15 Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media √
Pembelajaran yang Memicu dan
Memelihara Keterlibatan Siswa
16 Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam √
pembelajaran
17 Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon √
siswa
18 Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme √
siswa dalam belajar
Penilaian Proses dan Hasil Belajar
19 Memantau kemajuan belajar selama proses √
20 Melakukan penilaian akhir sesuai dengan √
kompetensi (tujuan)
Penggunaan Bahasa
21 Menggunakan Bahasa lisan dan tulis secara √
jelas, baik, dan benar
22 Menyampaikan pesan dengan gaya yang √
sesuai
C Penutup
23 Melakukan refleksi atau membuat √
rangkuman dengan melibatkan siswa
24 Melaksanakan tindak lanjut dengan √
memberikan pekerjaan rumah
Jumlah 3 4 1
0 8 0
Rata-rata =73,3%

36
Presentse Kinerja Guru = x100% = x 100% = 73,3%

Dari data diatas diperoleh rata-rata kinerja guru dalam


pembelajaran siklus Imencapai 73,3%. Perolehan skor 3 berjumlah 10
aspek, sedangkan skor 4 berjumlah 12 aspek dan skor 5 berjumlah 2 aspek.
Dari data di atas terlihat masih ada kelemahan kinerja guru dalam
pemanfaatan media, melibatkan siswa dalam penggunaan media belum
maksimal, terlalu cepat dalam menjelaskan materi. Jumlah keseluruhan
skor 88. Dengan perolehan skor tersebut aktivitas guru dikategorikan baik
dengan predikat B.
2) Hasil Observasi Keaktifan Siswa
Untuk penilaian keaktifan siswa dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.8 Aktivitas Siswa Siklus I

Skor
No Aspek yang Dinilai
1 2 3 4
1 Mendengarkan penjelasan guru √
2 Memperlihatkan motivasi yang disampaikan guru √
3 Siswa memperhatikan dengan seksama ketika guru √
menjelaskan tentang tujuan pembelajaran yang
hendak dicapai dan rencana kegiatan yang dilakukan
4 Menyimak guru menjelaskan materi √
5 Siswa aktif menjawab pertanyaan yang disampaikan √
oleh guru ketika proses pembelajaran berlangsung
6 Siswa aktif bertanya ketika proses pembelajaran √
berlangsung
7 Siswa saling berinterkasi positif dalam pembelajaran √
8 Siswa mencatat materi yang disampaikan guru √
9 Siswa menunjukkan respon positif ketika guru √
menggunakan media
10 Siswa antusias terhadap materi yang disampaikan √
guru
11 Siswa berpartisipasi dalam pemanfaatan media √
12 Siswa melakukan diskusi secara kondusif dalam √
penyelidikkan
13 Siswa antusias melakukan presentasi √
14 Siswa bertanya jawab dengan guru tentang materi √
yang belum terselesaikan
15 Siswa bersemangat dalam menyelesaikan soal √
Jumlah 2 39 4

37
Rata-rata x100%=75 %

Nilai = x 100 = x 100% = x 100% = 75 %


Hasil perolehan pada data di atas terhadap aktivitas siswa mencapai 75
%. Skor 4 hanya ada 1 aspek, skor 3 ada 13 aspek, sedangkan skor 2 ada 1
aspek. Sehingga total skor yang didapat 45 dari jumlah keseluruhan skor 60.
Dari hasil tersebut aspek yang dilakukan siswa dengan cukup dalam bertanya
jawab dengan guru tentang materi yang belum terselesaikan, ada beberapa
siswa yang pasif, dan masih malu untuk bertanya. Selebihnya sudah aktif,
keaktifan siswa termasuk dalam kategori aktif, dengan predikat B.

c. Paparan Hasil Siklus I


Dari penelitian di siklus I diketahui dari tabel penguasaan siswa
terhadap materi pada siklus I terlihat ada peningkatan. Siswa yang
memperoleh nilai tertinggi antara 90 - 100 atau sebesar 10,7% sebanyak 3
siswa dan nilai 70-80 diperoleh 16 orang siswa atau sebesar 57,2%. Nilai 60
ada 5 orang siswa atau 17,9%, nilai 50 ada 4 orang siswa atau sebesar 14,2%.
Dapat disimpulkan bahwa siswa yang mencapai KBM sebanyak 19 siswa atau
67,9% dan yang belum mencapai KBM sebanyak 9 siswa atau 32,1%. Masih
ada 9 siswa yang belum mencapai KBM, 9 siswa yang belum berhasil ini
disebabkan karena kurangnya perhatian terhadap pelajaran yang berlangsung
walaupun guru sudah melakukan perbaikan dari siklus sebelumnya dengan
menambahkan media gambar pada siklus I ini, siswa yang belum berhasil
dalam pelajaran kurang aktif bertanya dan cenderung diam. Hal ini membuat
peneliti akan melakukan tindakan perbaikan di siklus II untuk mencapai
keberhasilan yang lebih baik lagi. Berdasarkan kegagalan disklus I yang masih
ada 9 siswa yang belum tuntas, guru mengambil tindakan perbaikan disiklus
ke II dengan menambahkan media relia pada pembelajaran, media relia yang
dimaksud adalah dengan menggunakan Uang asli yang bisa digunakan siswa
agar siswa lebih tertarik dan mudah memahami pelajaran.

3. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II


a. Hasil Belajar Siswa

38
Setelah melihat hasil yang diperoleh dalam siklus I, peneliti merasa
perlu melakukan penelitian lagi untuk melihat ketuntasan hasil belajar
siswa maksimal. Oleh sebab itulah peneliti melakukan tindakan siklus II.
Hasil penelitian yang diperoleh setelah melakukan siklus II adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.9 Hasil Nilai Siswa Siklus II

No Nama Siswa Nilai Keterangan


Tuntas Tidak Tuntas
1 Alya Syafillah 100 √
2 Azril Akbar Sentosa 90 √
3 Bayu Putra 100 √
4 Darmawan Hazril 90 √
5 Diana Utami 90 √
6 Donny 70 √
7 Eki Pradana 80 √
8 Elly Safitri 70 √
9 Fadillah Kurniawan 70 √
10 Fitriani 80 √
11 Guntur Sodikin 80 √
12 Heru Gunawan 80 √
13 Jaka Akbar 100 √
14 Kinanty Afiani 80 √
15 Lukman Permana 90 √
16 Marisya 90 √
17 Muffidah Pratiwi 60 √
18 Nopal 90 √
19 Ojik Prabowo 60 √
20 PratamaAgustian 60 √
21 Rio Oktara 80 √
22 Tannia Paramitha 90 √
23 Tisna Hamzah 70 √
24 Uci Rahmadani 80 √
25 Utami Bilqis 80 √
26 Vivi Anggraini 80 √
27 Wahyu Effendi 80 √
28 Zikri Susanto 80 √
Jumlah 2.270 25 3
Rata-rata 81,07
Presentase 89,3% 10,7%

N = ΣRP = 2.270 = 81,07 = Q x 100%= 25x 100%= 89,3%


S 28 S 28

Perolehan nilai siswa pada siklus II mencapai 89,3 % dengan rata-rata


81,07. Siswa yang tuntas berjumlah 25 orang siswa, sedangkan yang tidak

39
tuntas sebanyak 3 orang siswa. Nilai tertinggi 100 diperoleh 3 orang siswa,
sedangkan nilai terendah 50 diperoleh 3 orang siswa.
Nilai penguasaan materi siklus II dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.10Nilai Penguasaan Materi Siklus II

No Nilai Jumlah Siswa Presentase Keterangan

1 90 - 100 10 35,7%
2 70 - 80 15 53,6%
3 60 3 10,7% Nilai Tertinggi 100
4 50 - 0% Nilai Terendah 60
5 <50 - 0% Rata-Rata = 81,07
6 Jumlah 28 100%
7 Tuntas 25 89,3%
8 Tidak Tuntas 3 10,7%

Dari tabel penguasaan siswa terhadap materi pada siklus II terlihat


siswa yang memperoleh nilai tertinggi antara 90 - 100 dengan presentase
35,7% sebanyak 10 orang siswa dan nilai 70-80 diperoleh 15 orang siswa atau
53,6%. Sedangkan nilai 60 ada 3 orang siswa atau 10,7%. Nilai dibawah 50
tidak ada yang memperolehnya atau 0%. Disimpulkan bahwa siswa yang
mencapai KBM yaitu 70 sebanyak 25 siswa atau sebesar 89,3% dan yang
belum mencapai KBM sebanyak 3 orang siswa atau sebesar 10,7%.

b. Hasil Observasi Kinerja Guru dan Siswa Siklus II


1) Hasil Kinerja Guru
Hasil kinerja guru pada siklus II dapat dilihat pada lembar
observasi di bawah ini
Tabel 4.11 Aktivitas Guru Siklus II
Skor
No Indikator/Aspek yang diamati
1 2 3 4 5
Pembukaan Pembelajaran √
1
Mempersiapkan siswa untuk belajar
2 Melakukan kegiatan apersepsi √
Kegiatan Inti Pelajaran
Penguasaan materi pembelajaran
3
Menunjukkan penguasaan materi
pembelajaran √
Mengkaitkan materi dengan jelas, √
4 sesuai dengan hierarki belajar dan
karakteristik siswa

40
Menyampaikan materi dengan √
5 jelas, sesuai dengan hierarki belajar
dan karakteristik siswa
Mengaitkan materi dengan realitas √
6
kehidupan
Pendekatan/Strategi
Pembelajaran
Melaksanakan pembelajaran sesuai √
7
dengan kompetensi (tujuan) yang
akan dicapai dan karakteristik siswa
Melaksanakan pembelajaran √
8 secara runtut
9 Menguasai kelas
Melaksanakan pembelajaran yang √
10
bersifat kontekstual
Melaksanakan pembelajaran yang √
11 memungkinkan tumbuhnya
kebiasaan positif
Melaksanakan pembelajaran sesuai √
12 dengan alokasi waktu yang
direncanakan
Pemanfaatan Sumber
Belajar/Media Pembelajaran
Menggunakan media secara efektif √
13
dan efisien
14 Menghasilkan pesan yang menarik √
Melibatkan siswa dalam √
15
pemanfaatan media
Pembelajaran yang Memicu dan
Memelihara Keterlibatan Siswa
Menumbuhkan partisipasi aktif √
16
siswa dalam pembelajaran
Menunjukkan sikap terbuka √
17
terhadap respon siswa
Menumbuhkan keceriaan dan √
18
antusiasme siswa dalam belajar
Penilaian Proses dan Hasil
Belajar
Memantau kemajuan belajar selama √
19
proses
Melakukan penilaian akhir sesuai √
20
dengan kompetensi (tujuan)
Penggunaan Bahasa
Menggunakan Bahasa lisan dan √
21
tulis secara jelas, baik, dan benar
Menyampaikan pesan dengan gaya √
22
yang sesuai
C Penutup
23 Melakukan refleksi atau membuat √

41
rangkuman dengan melibatkan
siswa
Melaksanakan tindak lanjut dengan √
24
memberikan pekerjaan rumah
Jumlah 16 95
Rata-rata x100% = 92,50%

Dari hasil observasi kinerja guru dapat dilihat presentase yang


diperoleh 92,50%. Ada 3 aspek yang memiliki skor 4 dan selebihnya
memiliki skor 5. Aspek yang dilakukan dengan baik adalah pembukaan
pembelajaran, melakukan apersepsi, menyampaikan pesan dengan gaya yang
sesuai serta melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya
kebiasaan positif.
2) Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Hasil keaktifan siswa siklus II dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.12Aktivitas Siswa Siklus II
Skor
No Aspek yang Dinilai
1 2 3 4
1 Mendengarkan penjelasan guru √
2 Memperlihatkan motivasi yang √
disampaikan guru
3 Siswa memperhatikan dengan √
seksama ketika guru
menjelaskan tentang tujuan
pembelajaran yang hendak
dicapai dan rencana kegiatan
yang dilakukan
4 Menyimak guru menjelaskan √
materi
5 Siswa aktif menjawab √
pertanyaan yang disampaikan
oleh guru ketika proses
pembelajaran berlangsung
6 Siswa aktif bertanya ketika √
proses pembelajaran
berlangsung
7 Siswa saling berinterkasi √
positif dalam pembelajaran
8 Siswa mencatat materi yang √
disampaikan guru
9 Siswa menunjukkan respon √
positif ketika guru
menggunakan media
10 Siswa antusias terhadap materi √
yang disampaikan guru

42
11 Siswa berpartisipasi dalam √
pemanfaatan media
12 Siswa melakukan diskusi √
secara kondusif dalam
penyelidikkan
13 Siswa melakukan presentasi √
14 Siswa bertanya jawab dengan √
guru tentang materi yang belum
terselesaikan
15 Siswa dan guru merefleksi √
pembelajaran yang telah
dilaksanakan
Jumlah 3 56
Rata-rata
X 100%= 98,3%

Hasil yang diperoleh dari keaktifan siswa sebesar 98,3%. Skor 3 ada 1
aspek yaitu siswa aktif bertanya ketika proses pembelajaran berlangsung, hal
ini dilakukan siswa dengan baik, selebihnya sangat baik dengan perolehan
skor 56.
c. Paparan Hasil Siklus II
Dari penelitian di siklus II diketahui dari tabel penguasaan siswa
terhadap materi pada siklus II terlihat ada peningkatan. Dari tabel penguasaan
siswa terhadap materi pada siklus II terlihat siswa yang memperoleh nilai
tertinggi antara 90 - 100 dengan presentase 35,7% sebanyak 10 orang siswa
dan nilai 70-80 diperoleh 15 orang siswa atau 53,6%. Sedangkan nilai 60 ada
3 orang siswa atau 10,7%. Nilai dibawah 50 tidak ada yang memperolehnya
atau 0%. Disimpulkan bahwa siswa yang mencapai KBM yaitu 70 sebanyak
25 siswa atau sebesar 89,3% dan yang belum mencapai KBM sebanyak 3
orang siswa atau sebesar 10,7%. Dari hasil perolehan dapat disimpulkan
bahwa keaktifan siswa pada siklus II sangat aktif dengan predikat A.
Berdasarkan data siklus II diatas diketahui masih ada 3 orang yang masih
mendapatkan angka dibawah KBM, perolehan nilai yang mereka dapatkan
adalah pada nilai 60. Adapun faktor penyebab 3 siswa yang tidak tuntas ini
adalah Muffidah Pratiwi, Ojik Prabowo, dan Pratama Agustian, berdasarkan
penelitian 3 siswa yang tidak tuntas ini disebabkan karena kurang mengerti
tentang ciri-ciri uang, siswa yang tidak tuntas sebenarnya mampu
mendapatkan nilai lebih tinggi hanya saja saat penulisan 2 siswa ini tidak

43
menjawab pertanyaan di soal ke 4. Dan 1 siswa lagi yakni Ojik Prabowo
disebabkan karena tidak lengkap saat menjawab pertanyaan. Kesimpulan dari
faktor kegagalan tersebut disebabkan karena kurangnya ketelitian dalam
menjawab dan faktor waktu sehingga 2 orang siswa tidak dapat menajawab
pertanyaan yang seharusnya mampu mereka jawab.
Dari pembahasan tersebut untuk nilai rata-rata siswa setiap siklus dapat
dilihat perbandingannya dari pra siklus, siklus I, dan siklus II pada grafik
berikut ini:
Gambar 1. Grafik Nilai Rata-Rata Siswa

Berdasarkan grafik di atas, nilai rata-rata siswa mengalami


peningkatan dari pra siklus hingga siklus I sebesar 16,79, sedangkan dari
siklus I ke siklus II sebesar 11,07. Dari pra siklus ke siklus II sebesar 27,86.
Untuk ketuntasan belajar siswa dari pra siklus hingga siklus II dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 4.13 Ketuntasan Belajar Siswa

Nilai tuntas Pra Siklus Siklus I Siklus II


ditetapkan Tts Tdk Tts Tts Tdk Tts Tts Tdk Tts
85.00% 21,4% 78,6% 67,9% 32,1% 89,3% 10,7%

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa selisih


persentase ketuntasan belajar yang ditetapkan dengan pra siklus sebesar
63,6% Sedangkan selisih persentase ketuntasan belajar yang ditetapkan
dengan ketuntasan siklus I sebesar 17,1%. Sedangkan selisih nilai
persentase ketuntasan yang ditetapkan dengan siklus II sebesar 4.3%.
Selisih persentase ketuntasan pra siklus dengan siklus I sebesar
46,5%, sikus I dengan siklus II sebesar 21,4%. Sedangkan persentase
ketuntasan pra siklus dengan siklus II sebesar 67,9%. Hal ini
menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa setelah dilaksanakan

44
tindakan kelas. Terbukti dari persentase ketuntasan belajar setelah
tindakan kelas melebihi nilai ketuntasan yang ditetapkan sebesar 85%.
Untuk membandingkan ketuntasan dan ketidaktuntasan belajar siswa,
dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
Gambar 2. Grafik Ketuntasan dan Ketidaktuntasan Belajar

Perbandingan hasil belajar siswa, kinerja guru, dan keaktifan siswa dapat
dilihat dari grafik di bawah ini:
Gambar 3. Grafik Perbandingan Hasil Belajar,
Aktivitas Guru dan Siswa

Berdasarkan grafik di atas terdapat peningkatan hasil belajar, keaktifan siswa


dan guru dari pra siklus, siklus I, dan siklus II.

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Hasil belajar siswa kelas 3B SD Argasari Pangkalpinang terhadap
materi pelajaran tentang Uang sebelum perbaikan atau pada prasiklus hanya
mencapai 21,4% atau hanya ada 6 siswa yang telah mencapai nilai KKM (Kriteria
Ketuntasan Materi) 70 keatas dengan nilai rata-rata kelas 53,21. Hal ini tentu
menjadi masalah bagi peneliti sebagai guru karena hasil belajar siswa yang sangat
rendah menunjukkan proses pembelajaran belum berhasil. Selain dari hasil belajar
siswa yang rendah, keaktifan mereka dalam belajar pun rendah dimana siswa
memilih untuk diam atau bahkan tidak memperhatikan pelajaran yang

45
disampaikan. Sehingga peneliti melakukan perbaikan pembelajaran siklus I dan
siklus II.
Setelah dilaksanakan perbaikan pembelajaran pada siklus I ditemukan
data bahwa ada sedikit peningkatan pada hasil belajar siswa terutama dari jumlah
siswa yang tuntas yaitu ada 19 siswa atau 67,9% dibandingkan dengan jumlah
siswa pada prasiklus yaitu hanya 6 siswa atau 21,4% yang tuntas. Hal ini juga
menunjukkan nilai rata – rata siswa pada siklus I meningkat,yaitu dari 53,21
menjadi 70. Tidak hanya hasil belajar yang meningkat pada siklus I tetapi juga
nilai keaktifan siswa juga meningkat. Dalam kegiatan pembelajaran, peneliti
menggunakan metode diskusi yang didukung dengan media gambar dan meminta
siswa untuk mengamati uang dan mengenali karakteristiknya serta peneliti
meminta siswa untuk maju ke depan kelas untuk mengelompokkan uang
berdasarkan jenisnya serta meminta siswa untuk berdiskusi bersama kelompok
masing-masing tentang materi dan tugas yang sudah dibagikan di tiap
kelompoknya.
Selain itu, meskipun adanya peningkatan pada hasil belajar dan
dibandingkan dengan prasiklus, pencapaian pada perbaikan pembelajaran pada
siklus I dapat dikatakan belum berhasil karena belum mencapai kriteria
ketuntasan dengan persentase 85%. Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan
pembelajaran siklus II.
Data siklus II menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar dibandingkan
dengan siklus – siklus sebelumnya. Jumlah siswa yang tuntas pada materi tentang
uang pada siklus I adalah 19 siswa atau 67,9% tetapi pada siklus II jumlahnya
meningkat menjadi 25 siswa atau 89,28%. Hanya ada 3 siswa atau 10,72% yang
tidak mencapai standar KKM atau yang nilainya berada di bawah 70. Meski
demikian, perbaikan pembelajaran pada siklus ini dapat dikatakan berhasil karena
hasil ketuntasan adalah 89,28% dimana telah melampaui pencapaian yang
diharapkan dengan kriteria ketuntasan 85%.
Oleh karena itu, hasil perbaikan pembelajaran mata pelajaran IPS
tentang Uang menunjukkan hasil bahwa adanya media yang digunakan dalam
proses pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa dari mulai siklus I
hingga siklus II. Proses pembelajaran dengan metode diskusi dapat menjadi
efektif apabila divariasikan dengan menggunakan media gambar dan media realia
sehingga siswa dapat menangkap materi pelajaran dengan mudah dan cepat.
46
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT

A. Simpulan
Pada penelitian ini, proses perbaikan pembelajaran dilakukan sebanyak dua siklus
yaitu siklus I dan siklus II terhadap mata pelajaran IPS tentang materi Uang pada siswa
kelas 3B SD Argasari Pangkalpinang. Hasil dari perbaikan pembelajaran ini adalah
adanya peningkatan hasil belajar dalam proses pembelajaran di tiap siklusnya. Hal ini

47
berjalan karena adanya penggunaan media dan kegiatan belajar yang bervariasi dalam
proses pembelajaran.
Perbaikan pembelajaran yang telah mencapai kriteria ketuntasan adalah perbaikan
pembelajaran pada siklus II dimana dalam penyampaian materinya peneliti tidak hanya
menggunakan metode diskusi dan tanya jawab saja, melainkan menggunakan media
gambar dan media realia uang. Hasil pencapaian belajar pada siklus II adalah dari 28
siswa, terdapat 25 siswa atau sekitar 3% yang tuntas dari kriteria ketuntasan 85%.
Sehingga dari kondisi di atas, dapat disimpulkan metode diskusi dan media gambar
serta dibantu dengan media realia uang dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 3B
SD Argasari Pangkalpinang. Adapun tujuan dari diadakannya perbaikan pembelajaran
adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas III B SD Argasari pada mata
pelajara IPS materi uang melalui metode diskusi yang digunakan dibantu dengan media
gambar dan media relia serta meningkatkan motivasi belajar siswa agar lebih aktif lagi.

B. Saran Tindak Lanjut


Setelah dilakukannya penelitian ini, didapatkan beberapa hal yang perlu dilakukan
oleh guru untuk dapat meningkatkan minat belajar siswa, diantaranya:
1. Penting bagi guru untuk melakukan pembelajaran dengan metode diskusi harus
diiringi dengan kegiatan yang lebih bervariasi agar siswa dapat aktif dalam proses
pembelajaran.
2. Menggunakan metode diskusi berpotensi membuat suasana kelas menjadi monoton
sehingga anak menjadi mudah bosan dan sulit menangkap pelajaran yang
disampaikan. Untuk mengatasinya, guru perlu menggunakan media sebagai sarana
untuk membantu proses pembelajaran menjadi efektif dan jelas.

48

Anda mungkin juga menyukai