Anda di halaman 1dari 3

Nama : Rizka Annisa

NIM : 1808108010031
Mata Kuliah : Wawasan Ilmu dan Komunikasi Ilmiah

LOGICAL FALLACY

Logical Fallacy atau kesalahan logika adalah suatu pemikiran yang tidak sesuai dengan
logika dan termasuk dalam kategori salah berpikir. Suatu pernyataan yang mengandung logical
fallacy akan menyebabkan kesalahan berpikir untuk tahap-tahap selanjutnya. Tak sedikit orang
yang mempunyai penalaran terbatas dengan tidak sengaja menggunakan logical fallacy.
Namun banyak juga orang-orang yang mempunyai intelek tinggi sengaja menggunakan logical
fallacy untuk memperkuat argumen, mempengaruhi orang lain ataupun melakukan sebuah
pembenaran. Dalam beberapa keadaan tertentu, logical fallacy juga berguna untuk menarik
informasi-informasi yang sekiranya dibutuhkan dengan cara yang tidak langsung. Logical
fallacy juga dapat digunakan untuk membelokkan pemikiran seseorang agar mengarah pada
apa yang sesuai dengan yang kita inginkan. Dalam kepentingan tertentu, suatu fallacy dapat
mengandung manfaat seperti untuk terapi, motivasi, atau penenangan diri. Suatu fallacy juga
dapat menjadi sarana yang efektif untuk berkomunikasi dengan orang lain. Namun karena
sifatnya yang merupakan sebuah kekeliruan berpikir, maka untuk kepentingan ilmu
pengetahuan dan penegakan hukum, logical fallacy dilarang keras untuk digunakan. Tanpa
disadari dampak dari logical fallacy dapat menghambat masyarakat dalam mengetahui
kebenaran. Ketidakmampuan dalam berpikir kritis juga dapat menjebak masyarakat pada
manipulasi oleh orang-orang yang sudah ahli dalam berdialek ataupun beretorika, sehingga
tampak dari luar tentu sangat meyakinkan. Memang terdengar dengan sebutan cuci otak
ataupun doktrin. Penggunaannya pun dapat membuat seseorang memenangkan pendapatnya
untuk melawan orang lain.
Logical Fallacy memiliki beberapa jenis, diantaranya sebagai berikut.
1. Argumentum ad Hominem
Argumentum ad Hominem adalah bentuk argumen yang tidak ditujukan untuk
menangkal argumen yang disampaikan oleh orang lain tetapi justru menuju pada pribadi si
pemberi argumen itu sendiri. Argumen itu akan menjadi sesat-pikir ketika ia ditujukan
menyerang pribadi lawan demi merusak argumen lawan. Kalimat populernya adalah: shoot
the messenger, not the message.

2. Red Herring
Red Herring adalah argumen yang tak ada sangkut-pautnya dengan argumen lawan,
yang digunakan untuk mendistraksi atau mengalihkan perhatian orang dari perkara yang
sedang dibahas, serta menggiring menuju kesimpulan yang berbeda. Sesat-pikir ini
biasanya akan keluar jika seseorang tengah terdesak.
3. The Straw Man
Fallacy jenis ini memiliki argumen yang menempatkan lawan bicaranya pada posisi
yang ekstrim, mengancam, hingga tidak masuk nalar dan mengabaikan inti dari argumen
awal yang disampaikan oleh lawan bicaranya. Strawman cenderung membuat interpretasi
yang salah terhadap argumen orang lain dan membuat argumen orang lain tersebut lebih
mudah diserang. Argumen versi strawman merupakan argumen yang misinterpretasi dan
oversimplified sehingga argumen awalnya menjadi lebih mudah untuk dijatuhkan.

4. Guilt by Association
Guilt by Association berciri-ciri tipe generalisasi umum–yang terlalu cepat mengambil
kesimpulan–yang meyakini bahwa sifat-sifat suatu hal berasal dari sifat-sifat suatu hal lain.
Sesat-pikir ini bisa berupa ad hominem, biasanya dengan menghubungkan argumen
dengan sesuatu hal diluar argumen itu, kemudian menyerang si pembuat argumen. Ini
adalah bentuk ekstrim dari majas Totum pro parte yang mana berupa seolah-olah
pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian. Intinya adalah
mencari kesalahan seseorang dari apa saja yang berkaitan dengannya, lalu jadikan hal
tersebut argumen untuk menjatuhkannya.

5. Perfect Solution Fallacy


Perfect Solution Fallacy adalah sesat-pikir yang terjadi ketika suatu argumen berasumsi
bahwa sebuah solusi sempurna itu ada, dan sebuah solusi harus ditolak karena sebagian
dari masalah yang ditangani akan tetap ada setelah solusi tersebut diterapkan. Asumsinya,
jika tidak ada solusi sempurna, tidak akan ada solusi yang bertahan lama secara politik
setelah diimplementasi. Tetap saja, banyak orang tergiur oleh ide solusi sempurna,
mungkin karena itu sangat mudah untuk dibayangkan.

6. Argumentum ad Verecundiam
Argumentum ad Verecundiam terjadi ketika mengacu pada seseorang yang dianggap
positif sebagai pakar atau ahli sehingga apa yang diucapkannya adalah sebuah
kebenaran. Otoritas kepakaran seseorang yang mengucapkan suatu hal tersebut
kemudian otomatis diakui sebagai sesuatu yang pasti benar, meskipun otoritas itu tidak
relevan.

7. Poisoning the Well


Poisoning the Well adalah sesat-pikir yang mencegah argumen atau balasan dari lawan
dengan cara membuat lawan dianggap tercela dengan berbagai tuduhan bahkan sebelum
lawan sempat bicara. Teknik meracuni sumur ini lebih licik dari sekadar mencela lawan
karena akan membuatnya menghina diri sendiri karena menyambut argumen yang telah
diracuni tersebut.

8. Argumentum ad Temperantiam
Argumentum ad Temperantiam adalah kesesatan yang menyatakan bahwa pandangan
pertengahan adalah sesuatu yang benar tanpa peduli nilai-nilai lainnya. Serta juga
menganggap jalan tengah sebagai pertanda kekuatan suatu posisi. Meskipun dapat menjadi
nasihat yang bagus, namun kesesatannya disebabkan karena ia tak punya dasar yang kuat
dalam argumen karena selalu berpatokan bahwa jalan tengah adalah yang benar.
Penggunaannya kadang dengan membuat-buat posisi lain sebagai posisi yang ekstrim.
9. Ipse-dixitism
Ipse-dixitism adalah argumen dengan dasar keyakinan yang dogmatis. Seseorang yang
menggunakan Ipse-dixitism mengasumsikan secara sepihak premisnya sebagai sesuatu
yang disepakati, padahal tidak demikian. Premis yang diajukan dalam argumen seolah-
olah merupakan fakta mutlak dan telah disepakati bersama kebenarannya, padahal itu
hanya dipegang oleh pemberi argumen, tidak bagi lawannya. Sesat-pikir ini akan berujung
pada debat kusir.

10. Proof by Assertion


Proof by Assertion adalah kesesatan dimana suatu argumen terus-menerus diulang
tanpa mengacuhkan kontradiksi terhadapnya. Kadang ini diulang hingga diskusi pun
jenuh, dan pada titik ini akan dianggap sebagai fakta karena belum dikontradiksi. Sesat-
pikir ini sering digunakan sebagai retorika oleh politikus, atau dalam debat sebagai usaha
menggagalkan penetapan suatu undang-undang dengan pidato yang amat panjang dan tak
habis-habis. Dalam bentuk yang lebih ekstrim lagi, juga bisa menjadi salah satu bentuk
pencucian otak. Penggunaannya dapat diamati dari penggunaan slogan politik yang terus-
menerus diulang.

11. Two Wrongs Make a Right


Two Wrongs Make a Right adalah kesesatan yang terjadi ketika diasumsi bahwa jika
dilakukan suatu hal yang salah, tindakan salah yang lain akan menyeimbanginya. Sesat-
pikir ini biasa digunakan untuk menggagalkan tuduhan dengan menyerang tuduhan lain
yang juga dianggap salah.

12. Argumentum ad Novitam


Argumentum ad Novitam muncul ketika sesuatu hal yang baru dapat dikatakan benar
dan lebih baik, dengan mengasumsikan penggunaan hal yang baru berbanding lurus
dengan kemajuan zaman dan sama dengan kemajuan baru yang lebih baik. Sesat-pikir ini
selalu menjual kata ‘baru’, dengan menyerang suatu hal yang lama sebagai hal yang gagal
dan harus diganti dengan yang lebih baru.

13. Argumentum ad Antiquitam


Kebalikan dari Argumentum ad Novitatem, ketika sesuatu benar dan lebih baik karena
merupakan sesuatu yang sudah dipercaya dan digunakan sejak lama. Argumen ini adalah
favorit bagi golongan konservatif. Nilai-nilai lama pasti benar. Patriotisme, kejayaan
negara, dan harga diri sejak puluhan tahun silam. Sederhananya, sesat-pikir ini adalah
kebiasaan malas berpikir. Dengan selalu berpatokan bahwa cara lama telah dijalankan
bertahun-tahun, maka itu dianggap sesuatu yang pasti benar.

14. False Dichotomy


False Dichotomy atau False Dilemma terjadi apabila argumen hanya melibatkan dua
opsi, yang seringkali berupa dua titik ekstrim dari beberapa kemungkinan, di mana masih
ada cara lain namun tidak disertakan ke dalam argumen. Biasanya sesat-pikir ini
menyempitkan opsi menjadi dua saja, walaupun masih ada opsi lain. Bahkan kadang-
kadang menyempitkan opsi menjadi satu, sehingga seolah-olah mau tidak mau harus
menyetujuinya.

Anda mungkin juga menyukai