Anda di halaman 1dari 24

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam melakukan suatu perencanaan tata letak fasilitas dan pemindahan bahan,
dibutuhkan beberapa kebutuhan luas lantai untuk kegiatan produksi pabrik yang akan
didirikan, serta fasilitas-fasilitas pendukung lainnya. Dengan demikian perlu dihitung
berapa luas lantai yang disiapkan, terutama untuk kegiatan bagian produksi.

Perhitungan luas lantai ini didasarkan pada bahan baku yang akan disiapkan.
Berdasarkan hal tersebut maka akan didapat luas lantai receiving (gudang bahan baku)
model tumpukan dan rak.Tumpukan digunakan untuk material yang rata-rata mempunyai
dimensi yang besar sehingga tidak memungkinkan untuk dimasukan kedalam suatu
wadah/tempat tertentu. Sedangkan untuk material yang menggunakan model
penyimpanan menggunakan rak, digunakan untuk material yang berdimensi kecil.

Luas lantai produksi digunakan untuk mengetahui luas lahan yang akan digunakan
dalam perencanaan tata letak fasilitas dan perusahaan yang akan didirikan. Perhitungan
luas lantai produksi dimulai dari luas kebutuhan lahan sampai perkantoran dengan
memperhatikan segala fasilitas pendukungnya.

Kegunaan luas lantai adalah saat digunakan dalam membantu untuk perhitungan
ongkos material handling (OMH) antar Departemen, sesuai dengan luas lantai hasil
perhitungan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan kebutuhan luas lantai?
2. Apa tujuan dari kebutuhan luas lantai?
3. Jelaskan metode untuk menentukan luas lantai?
4. Bagaimana hasil akhir dari kebutuhan luas lantai?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan kebutuhan luas lantai.
2. Untuk mengetahui tujuan dari kebutuhan luas lantai.
3. Untuk mengetahui metode untuk menentukan luas lantai.
4. Untuk mengetahui hasil akhir dari kebutuhan luas lantai.
1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kebutuhan Luas Lantai

Luas lantai adalah suatu tabel yang berisi rincian kebutuhan luas tanah/luas pabrik
untuk aktivitas dari bagian produksi, bagian penyimpanan/gudang bahan baku
(receiving) dan produk jadi (warehouse), kantor taman dan kelengkapan lain. Suatu
kelonggaran biasanya ditambahkan untuk ruang gerak operator, gang dan dinding-
dinding.

Salah satu persoalan besar dalam perencanaan tempat kerja adalah perancangan yang
tepat dari setiap tempat kerja agar efisiensinya optimum, dan kemudian disesuaikan ke
dalam aliran total atau keseluruhan.

2.2 Metode Untuk Menentukan Kebutuhan Luas Lantai

Metode untuk menentukan luas lantai antara lain :

1. Production Centered Method

Pusat produksi terdiri dari satu mesin ditambah seluruh peralatan yang
perlu seperti area kerja operator, area perawatan (maintenance), dan area
penyimpanan.

2. Converting

Kebutuhan area yang sekarang dikonversikan untuk kebutuhan layout yang


direncanakan. Perlu diingat bahwa kebutuhan area bukan merupakan fungsi linier dari
jumlah produksi. Metode ini biasa digunakan untuk departemen pendukung dan
gudang bahan baku.

3. Roughed Out Layout

Model atau template diletakkan pada tata letak yang diperoleh dari estimasi,
konfigurasi umum, dan luas lantai yang dibutuhkan.

2
4. Space Standards

Luas lantai berdasarkan standar yang sudah ditetapkan, untuk industri-


industri standar seperti pabrik kimia. Standar yang dipakai biasanya berdasarkan
penggunaannya yang berhasil di masa lampau. Standar yang diambil harus diteliti
dengan cermat dan dibandingkan dengan layout yang sekarang.

5. Ratio Trend and Projection

Menetapkan perbandingan meter persegi dari suatu faktor yang dapat


mengukur dan memprediksi tata letak yang akan diusulkan. Misalnya : m2/kapasitas,
m2/jam kerja.

Dalam menghitung kebutuhan luas lantai, dilibatkan pula masalah-masalah yang


berkaitan dengan kegiatan lainnya yang akan memepengaruhi terhadap luas lantai
tersebut, yaitu:

 Alat angkut
 Cara pengangkutan
 Cara penyimpanan bahan baku (ditumpuk atau dirak)
 Aliran bahan

Pada semua hal diatas harus diperhitungkan dalam penentuan luas lantai dengan
menambah harga allowance (kelonggaran) tertentu. Dengan demikian perlu dihitung
beberapa luas lantai yang disiapkan, terutama untuk kegiatan bagian produksi yang
didasarkan pada:

 Bahan baku yang akan disiapkan.


 Mesin atau peralatan yang digunakan.
 Barang jadi yang dihasilkan.

Tujuan menghitung luas lantai adalah untuk memperkirakan kebutuhan luas lantai
bagian produksi, yang meliputi:

 Receiving (gudang bahan baku model tumpukan dan rak).


 Pabrikasi dan assembling (mesin dan peralatan).
 Shipping (gudang barang jadi untuk kemasan isi dan kemasan kosong).

3
Kegunaan luas lantai adalah saat digunakan dalam membantu untuk perhitungan
ongkos material handling (OMH) antar Departemen, sesuai dengan luas lantai hasil
perhitungan.

2.3 Desain Fasilitas

Dalam mendesain letak fasilitas, yang perlu diperhatikan juga adalah penempatan
fasilitas pendukung operasi seperti gang, tangga, perkantoran, cafeteria, ruang alat-alat,
gudang bahan, kamar mandi, dan rak administrasi.

Fasilitas produksi hendaknya diatur hingga menjadi fasilitas yang fleksibel dan
dapat menyesuaikan diri dengan pertimbangan terjadinya perubahan bentuk operasi yang
mungkin akan terjadi.

Pertimbangan desain fasilitas:

 Biaya Lahan dan Bangunan

 Sistem Komunikasi Dalam Pabrik

 Keamanan

 Kebutuhan-kebutuhan Ruangan

 Peralatan Penanganan Bahan

2.4 Pembagian Kebutuhan Luas Lantai

Kebutuhan luas lantai ini di bagi menjadi beberapa kelompok, yaitu:

1. Luas Lantai Gudang Bahan Baku (Receiving)

Luas lantai gudang bahan baku (Receiving) adalah luas lantai yang dipergunakan
untuk menyimpan bahan baku atau material yang akan digunakan dalam produksi. Luas
lantai gudang bahan baku terbagi menjadi dua model, yaitu model Tumpukan dan model
Rak. Untuk memberi gambaran dari cara penyimpanan bahan baku digudang, maka
diperlukan gambar bagaimana cara penyimpanan material tersebut (baik model
Tumpukan maupun model Rak), sehingga luas lantai yang dipakai sesuai dengan hasil
perhitungan. Ruangan gambar yang dibuat harus memberi penjelasan mengenai:

 Tinggi memuat berapa tumpuk.


 Lebar memuat berapa tumpuk.
 Panjang memuat berapa tumpuk.
4
2. Luas Lantai Gudang Barang Jadi (Shipping)

Data yang diperlukan dalam perhitungan luas lantai gudang barang jadi
(Shipping) antara lain adalah: nomor komponen, nama komponen dan tipe barang jadi.

Langkah-langkah perhitungan luas lantai gudang barang jadi adalah sebagai berikut:

a. Tentukan ukuran kemasan yaitu ukuran atau dimensi dari kemasan untuk tempat
produk jadi perusahaan.
b. Tentukan produksi jadi per satuan periode, yaitu produk yang dihasilkan untuk
periode tertentu didasarkan pada produksi per jam dari perusahaan.
c. Tentukan volume kemasan total, yaitu volume kebutuhan untuk produk jadi per
periode tertentu.
d. Tentukan luas lantai, yaitu lahan yang dibutuhkan berdasarkan volume kemasan.
e. Tentukan allowance.
f. Tentukan total luas lantai.

3. Luas Lantai Mesin

Luas lantai mesin (pabrikasi dan assembling) juga perlu perhitungan dalam
perencanaan tata letak fasilitas dan pemindahan bahan. Data yang diperlukan dalam
perhitungan luas lantai antara lain adalah:

 Nama mesin atau peralatan


 Jumlah mesin atau peralatan
 Ukuran mesin atau peralatan
 Data ini dapat diperoleh dari multi product process chart (MPPC).

Pada luas lantai mesin juga perlu diperhatikan luas toleransi dan allowancenya.
Luas toleransi diberikan untuk jalannya aliran produksi sehingga tidak mengalami
kesulitan sewaktu proses produksi berjalan, dan luas allowance diberikan untuk jalannya
alat-alat pengangkut bahan dan barang.

4. Luas Lantai Tumpukan

Kode, nama komponen, tipe bahan, ukuran pakai dan ukuran terima dapat dilihat
dari deskripsi OPC.

 Potongan material = ukuran terima (p)/ukuran pakai (p).

5
 Menentukan produksi/jam, yaitu dilihat dari routing sheet ds-nya
 Material/jam = produksi per jam potongan material.
 Material 10 hari = material per jam x 10 hari x 8 jam kerja.
 Menghitung volume unit dari ukuran terima (d x p).
 Volume kebutuhan = vol. Unit x material 10 hari.
 Menentukan tumpukan bahan baku dengan memperhitungkan jumlah material 10
hari dan ukuran terima tinggi maksimum adalah 2,0 m..
 Luas lantai = luas lantai + total allowance

5. Luas Lantai Rak

Kode, nama komponen, tipe bahan, ukuran pakai dan ukuran terima dapat dilihat
dari deskripsi OPC.

 Potongan material = ukuran terima (p)/ukuran pakai (p).


 Menentukan produksi/jam, yaitu dilihat dari routing sheet ds-nya.
 Material/jam = produksi per jam potongan material.
 Material 10 hari = material per jam x 10 hari x 8 jam kerja.
 Menghitung volume unit dari ukuran terima (p x l x t). Volume kebutuhan =
vol. Unit x material 10 hari.
 Menentukan tumpukan bahan baku dengan memperhitungkan jumlah material 10
hari dan ukuran terima tinggi maksimum adalah 2,0 m.
 Luas lantai = luas lantai + total allowance.

6. Luas Lantai Mesin Departemen Pabrikasi

Karena pada pembuatan produk dilakukan pembuatan layout pabrik dengan tipe
layout by product maka departemen akan diposisikan sesuai dengan komponen
pembentuknya, yaitu produknya. Dalam melakukan perhitungan luas lantai departemen
pabrikasi ini maka diperlukan data mentah berupa luas masingmasing jenis mesin dan
jumlah mesin yang dipergunakan.

Untuk mesin yang digunakan dalam proses pabrikasi haruslah dikelompokkan


kedalam departemen pabrikasi dan pada departemen pabrikasi ini juga dikelompokan
mesin-mesin yang sejenis, karena tipe layout yang digunakan adalah layout by process.

7. Luas Lantai Mesin Departemen Assembling


6
Departemen assembling pada pembuatan produk ini berisikan semua mesin yang
digunakan dalam kegiatan assembling (perakitan). Begitu pula pada departemen ini,
semua mesin yang sejenis dikelompokan kedalam satu area tertentu.

8. Luas Lantai Perkantoran

Dalam perhitungan luas perkantoran terlebih dahulu harus diketahui bagianbagian


dari perkantoran dan pelayanan pabrik, yaitu: Bagian umum merupakan fungsi yang
melayani seluruh pabrik, misalnya tool room (tempat penyimpanan peralatan), tool crib
(tempat menyimpan atau memperbaiki peralatan yang rusak), ruang rapat, ruang tunggu
dan sebagainya.

 Bagian produksi merupakan bagian yang melayani organisasi produksi, misalnya


teknik industri (standar kerja, metode, material handling, proses), quality control
(receiving, in process, finished good), plann engineering.
 Bagian personil, merupakan fungsi yang melayani atau menangani kebutuhan
orang. Misalnya fasilitas kesehatan, kantin, wc, daerah rekreasi atau taman,
lapangan parkir, telepon umum dan lain-lain.
 Bangunan fisik, merupakan bagian yang berhubungan dengan kebutuhan fasilitas
fisik bangunan, peralatan, utilitas, dan sebagainya. Misalnya fasilitas pemasaran,
pembangkit tenaga, garasi, pemadam kebakaran, bengkel peralatan dan
sebagainya.

Hal yang harus diperhatikan dalam menyusun perkantoran adalah:

 Departemen yang berhubungan ditempatkan berdekatan satu sama lain.


 Lebar lorong minimal 0.9 meter.
 Jenis-jenis pekerjaan yang dilakukan merupakan dasar departementasi.
 Tiap pekerja membutuhkan kira-kira 4.5 - 25 m2.
 Cahaya yang datang dari kiri dan atau dari belakang lebih baik.
 Bila pekerja duduk harus duduk saling membelakangi maka harus dipisahkan
minimal melebar 1 meter diantara kursi.

Persyaratan umum dalam menyusun fasilitas perkantoran adalah:

 Satu kantor yang luas merupakan unit kerja yang lebih efisien daripada sejumlah
ruangan-ruangan kecil dengan luas yang sama, karena memudahkan pengawasan,
komunikasi lebih lancar, cahaya dan ventilasi bisa lebih baik.
 Jarak meja dengan kursi minimal 45cm.
7
 Jarak antar meja dengan meja atau dengan tembok berkisar antara 60 sampai
dengan 90cm.
 Untuk menghindari kebisingan, maka peralatan seperti mesin tik dan mesin stensil
sebaliknya terpisah.

Ketentuan khusus dalam menentukan luas lantai perkantoran adalah sebagai berikut:

 Kondisi ideal untuk perbandingan tenaga kerja tak langsung dengan tenaga kerja
langsung berkisar antar 1 : 6 sampai 1 : 10. untuk ukuran luas lantai, pada level
organisasi pertama 5 x 5 m, level organisasi keempat dalam satu ruangan dengan
luas per orang 2 x 2 m.
 Besar luas perkantoran menentukan tiga faktor keleluasaan dan kenyamanan gerak
karyawan dalam melakukan aktivitasnya.

9. Luas Lantai Fasilitas

Besarnya luas lantai fasilitas ini disesuaikan dengan kebutuhan dari kegiatan
produksi. Sebagai contoh apabila sebuah perusahaan manufaktur yang berskala besar
yang mempunyai hasil limbah dan tidak dapat didaur ulang langsung, maka diperlukan
suatu fasilitas khusus untuk mengatasi permasalahan ini. Selain itu juga diperlukan
fasilitas-fasilitas penunjang lainnya, seperti areal pertambangan, daerah parkir, daerah
kantin dan lain sebagainya. Tetapi dilain hal, penentuan jumlah dan jenis fasilitas yang
diperlukan ini haruslah dilakukan suatu prioritas terhadap alternatif-alternatif yang ada.
Dan tidak perlu dilupakan satu hal bahwa lokasi atau adanya fasilitas ini bukanlah
merupakan faktor yang mutlak harus ada dalam suatu perusahaan baik dari segi kuantitas
maupun jenis fasilitasnya.

Ketentuan-ketentuan dalam pemilihan fasilitas layanan harus disesuaikan dengan


kondisi manajemen perusahaan yang direncanakan. Dalam arti bahwa dalam perusahaan
besar jelas memiliki jenis dan ukuran fasilitas yang berbeda dengan perusahaan kecil.

2.5 Contoh Soal Kebutuhan Luas Lantai

 Berapa total luas lantai yang diperlukan untuk proses produksi rak buku.

 Pembatasan masalah pada penerapan perhitungan yaitu data penunjang diperoleh


dari operation process chart (OPC), routing sheet, dan multi product process
chart (MPPC), tinggi maksimal model tumpukan 1 meter dan tinggi maksimal
model rak 2 meter.

8
 Untuk mengetahui luas lantai gudang bahan baku model tumpukan dan rak untuk
produk rak buku, mengetahui luas lantai mesin untuk produksi rak buku, dan
mengetahui luas lantai gudang barang jadi produk rak buku.

Gambar 1. Peta Proses Operasi Rak Buku

9
PETA PROSES OPERASI
NAMA OBYEK : RAK BUKU
NOMOR PETA :1
DIPETAKAN OLEH : KELOMPOK 3
TANGGAL DIPETAKAN : 8 OKTOBER 2013

(23,5 x 23,5 x 1 cm) (33,5 x 33,5 x 1 cm) 2/3(39,5 x 39,5 x 1 cm) 1/3(39,5 x 39,5 x 1 cm) (49,5 x 49,5 x 1 cm) (56 x 56 x 1 cm) (66 x 66 x 1 cm) (91 x 31 x 1 cm) (91 x 31 x 1 cm) (91 x 31 x 1 cm)
Lingkaran 7 (2) Lingkaran 6 (2) Lingkaran 5 Lingkaran 4 Lingkaran 3 (2) Lingkaran 2 (2) Lingkaran 1 (2) Kaki 3 Kaki 2 Kaki 1
(22,5 x 22,5 x 1 cm) (32,5 x 32,5 x 1 cm) 2/3(38,5 x 38,5 x 1 cm) 1/3(38,5 x 38,5 x 1 cm) (48,5 x 48,5 x 1 cm) (55 x 55 x 1 cm) (65 x 65 x 1 cm) (90 x 30 x 1 cm) (90 x 30 x 1 cm) (90 x 30 x 1 cm)

4,18' Mengukur 4,8' 4,21' Mengukur 4,62' Mengukur 1,98' Mengukur 5,45' Mengukur 3,79' Mengukur 4,89' Mengukur 4.62' Mengukur
1,02' Mengukur O-28 Mengukur O-21 O-17 O-13 O-9 O-5 O-1
O-35 O-32 O-25 (Mj.Fabrikasi) 0% (Mj.Fabrikasi) 0% (Mj.Fabrikasi) 0% (Mj.Fabrikasi) 0% (Mj.Fabrikasi) 0% (Mj.Fabrikasi) 0% (Mj.Fabrikasi)
0% (Mj.Fabrikasi) 0% (Mj.Fabrikasi) 0% (Mj.Fabrikasi) 0%

Memotong 0,88' Memotong 4,2' Memotong 3,56' Memotong 3,57' Memotong 5,7' Memotong 5,33' Memotong 5,7' Memotong 5,42' Memotong 6.02' Memotong
0,67' O-36
0-21 O-33 O-29 O-26 O-22
0-21 O-18 O-14 O-10 O-6 0-21
O-2
45,55% (Mesin Potong) 57,54% (Mesin Potong) 71,58% (Mesin Potong) 85,79% (Mesin Potong) 69,21% (Mesin Potong) 65% (Mesin Potong) 63,2% (Mesin Potong) 47,85% (Mesin Potong) 47,85% (Mesin Potong) 47,32% (Mesin Potong)

2,56' Meratakan 3,4' Meratakan 1' Meratakan 3,14' Meratakan 3,3' Meratakan 5,27' Meratakan 7,49' Meratakan 5,42' Meratakan 5,35' Meratakan 4,01' Meratakan
O-37 O-34 O-30 O-27 O-23 O-19 O-15 O-11 O-7 O-3
2,36% (Mesin Serut) 2,15% (Mesin Serut) 1,82% (Mesin Serut) 1,82% (Mesin Serut) 1,35% (Mesin Serut) 1,31% (Mesin Serut) 1,28% (Mesin Serut) 0,76% (Mesin Serut) 0,76% (Mesin Serut) 0,75% (Mesin Serut)

0,48' Melubangi 1,19' Melubangi 1,23' Melubangi 0,51' Melubangi 1,58' Melubangi 2,03' Melubangi 2' Melubangi
O-31 O-24 (Mesin bor) 0,07% O-20 (Mesin bor) O-16 (Mesin bor) 0,02% O-12 O-8 (Mesin bor) O-4
0,06% (Mesin bor) 0,09% 0,02% (Mesin bor) 0,02% 0,02% (Mesin bor)

Engsel (2)

Perakitan 1
10,33'
O-38 (Mj. Assembling +
0%
Obeng)

Engsel (2)

Perakitan 2
10,18'
O-39 (Mj. Assembling +
0%
Obeng)

Sekrup 2 cm (2)

2,59' Perakitan 3
0% O-40 (Mj. Assembling +
Obeng)

Sekrup 2 cm (5) + Sekat (2)

11,54' Perakitan 4
0% O-41 (Mj. Assembling +
Obeng)

Sekrup 2 cm (5) + Sekat (2)

Perakitan 5
3,52' (Mj. Assembling +
0% O-42
Obeng)

0,083' Perakitan 6
O-43
0% (Mj. Assembling)

Sekrup 2 cm (2) + Sekat (1)

Perakitan 7
3,27'
O-44 (Mj. Assembling +
0%
Obeng)

1' Perakitan 8
O-45
0% (Mj. Assembling)

0,5' Perakitan 9
O-46
0% (Mj. Assembling)

1' I-1 Pemeriksaan

Ringkasan

Waktu
Kegiatan Jumlah
(Menit)

Operasi 46 173,583

Pemeriksaan 1 1

Total 47 174,583

Gambar 1. Peta Proses Operasi Rak Buku

10
11
Gambar 2. Multi Product Process Chart (MPPC) Rak Buku

Tabel . Luas Lantai Gudang Bahan Baku Model Tumpukan

12
Contoh perhitungan luas lantai model tumpukan komponen kaki 1:

1. Data pada kolom 1, 2, 3, dan 4 dapat diketahui dari data penunjang.

2. Kolom 5 berisi volume (m3) dari komponen utama kaki 1.

• Volume kaki 1 (m3) = p x l x t = 91 x 31 x 1 = 2,821 cm3 = 0,002821 m3

3. Kolom 6 berisi jumlah bahan yang disiapkan dalam 1 minggu, data ini diperoleh
dari routing sheet dan merupakan hasil pembulatan. Pembulatan dilakukan karena
dalam pemesanan bahan baku komponen utama tidak memungkinkan untuk
pembelian dalam jumlah desimal. Selain itu, komponen utama merupakan bahan
baku yang akan diproses sendiri dan memiliki ukuran yang relatif besar sehingga
periode yang digunakan dalam jangka waktu 1 minggu. Sehingga tidak terlalu
banyak tumpukan dibandingkan dalam jangka waktu 1 bulan.

• Bahan/Minggu = Bahan yang disiapkan x Jumlah hari kerja/Minggu

• Bahan/Minggu = 58 x 5 = 290

4. Kolom 7 berisi volume total bahan baku dalam 1 minggu

• Volume Total = Volume x Bahan/Minggu = 0,002821 x 290

• Volume Total = 0,82 m3

13
5. Kolom 8 berisi tinggi tumpukan yaitu sebesar 1 meter. Penentuan tinggi maksimal
tumpukan dimaksudkan agar komponen yang letaknya di bawah tumpukan tidak
mengalami kerusakan. Komponen utama merupakan salah satu elemen yang
penting dalam proses produksi, sehingga apabila mengalami kerusakan akan
menghambat proses produksi dan target produksi tidak dapat tercapai.

6. Kolom 9 berisi luas lantai yang diperoleh dengan persamaan:

• Luas Lantai (m2) = Volume Total : Tinggi Tumpukan = 0,82 : 1 = 0,82 m2

7. Kolom 10 berisi kelonggaran atau toleransi yang diberikan agar proses produksi
berjalan dengan lancar. Kelonggaran ditentukan dengan mempertimbangkan
faktor operator, mesin, dan bahan baku. Sehingga dalam pemindahan bahan baku,
operator tidak akan mengalami kesulitan dan kualitas bahan baku tetap terjamin.

• Allowance = Luas Lantai x allowance 200% = 0,82 x 200% = 1,64 m2

8. Kolom 11 berisi total luas lantai yang diperlukan untuk komponen utama.

• Total Luas Lantai = Luas Lantai + Allowance = 0,82 + 1,64 = 2,46 m2

• Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka luas area yang diperlukan


untuk menyimpan komponen kaki 1 dalam gudang bahan baku (reiceiving)
yaitu 2,46 m2.

Contoh perhitungan luas lantai model rak komponen sekat:

1. Data pada kolom 1, 2, 3, 4, dan 5 dapat diketahui dari data penunjang.

2. Kolom 6 berisi jumlah pemakaian komponen tambahan dalam 1 minggu

• Produk/Minggu = 30 x hari kerja/minggu x volume pemakaian

14
• Produk/Minggu = 30 x 5 x 5 = 750 unit

3. Kolom 7 berisi jumlah komponen yang harus tersedia dalam 1 minggu sesuai
dengan pemesanannya, karena komponen tambahan sekat pemesanannya
dilakukan dengan lot for lot maka jumlah unit tersedia sama dengan volume
pemakaian. Perbedaan terletak pada komponen tambahan sekrup, dimana
memiliki lot size 50 sekrup dalam 1 box pada setiap kali pemesanan.

• Unit/Minggu = Produk/Minggu : Unit Tersedia = 750 : 5 = 150 unit

4. Kolom 8 berisi jumlah komponen tambahan yang harus tersedia selama 4 minggu.
Komponen tambahan memiliki perbedaan pada perhitungan luas lantai bahan
baku model tumpukan, karena periode yang digunakan pada perhitungan luas
lantai model rak adalah 4 minggu atau 1 bulan. Hal tersebut dikarenakan
komponen tambahan memiliki ukuran yang lebih kecil sehingga penggunaan
ruangan pada gudang bahan baku tidak terlalu besar. Selain itu juga dikarenakan
komponen tambahan tidak diproduksi sendiri dalam perusahaan, sehingga
persediaan sangat mempengaruhi kelancaran proses produksi.

• Unit/ 4 Minggu = Unit/Minggu x Jumlah Minggu Kerja/bulan

• Unit/ 4 Minggu = 150 x 4 = 600 unit

5. Kolom 9 berisi volume material dari komponen tambahan sekat. Rumus volume
yang digunakan adalah rumus balok. Hal tersebut dikarenakan bentuk sekat yang
seperti balok. Satuan perlu dikonversi ke dalam satuan m3 (meter kubik) karena
mengacu pada satuan internasional (SI).

• Volume material = p x l x t = 5 x 5 x 1 = 25 cm3 = 0,000025 m3

. Kolom 10 berisi volume unit komponen tambahan selama 4 minggu.

• Volume unit = Unit/ 4 Minggu x Volume Material

• Volume unit = 600 x 0,000025 = 0,015 m3

7. Kolom 11 berisi luas lantai yang diperlukan untuk komponen

tambahan sekat dengan mempertimbangkan tinggi maksimal

model rak yaitu 2 meter. Ketinggian maksimal dipilih 2 meter

karena rata-rata tinggi manusia tidak lebih dari 2 meter sehingga


15
meskipun cukup tinggi namun dengan dimensi yang relatif lebih

kecil diharapkan operator akan mudah dalam menjangkau

komponen tambahan tersebut. Selain itu, tinggi maksimal 2 meter

dapat menghemat penggunaan ruangan gudang bahan baku.

• Luas Lantai = Volume Unit : Tinggi maksimal model rak

• Luas Lantai = 0,015 : 2 = 0,0075 m2

• Kolom 12 berisi kelonggaran atau toleransi yang diberikan agar proses produksi
berjalan dengan lancar. Kelonggaran ditentukan dengan mempertimbangkan
faktor operator, mesin, dan bahan baku. Sehingga dalam pemindahan bahan baku
komponen tambahan, operator tidak akan mengalami kesulitan dan kualitas bahan
baku tetap terjamin. Pemberian kelonggaran diasumsikan 100% untuk area
pengambilan yang dilakukan oleh operator sedangkan sisanya 100% untuk gang
sehingga aliran bahan tetap lancar.

• Allowance = Luas Lantai x allowance 200% = 0,0075 x 200% = 0,015 m2

• Kolom 11 berisi total luas lantai yang diperlukan untuk komponen tambahan.

• Total Luas Lantai = Luas Lantai + Allowance = 0,0075 + 0,015 = 0,0225


m2

• Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka luas area yang diperlukan


untuk menyimpan komponen tambahan sekat dalam gudang bahan baku
(reiceiving) yaitu 0,0225 m2.

16
Contoh perhitungan luas lantai mesin meja fabrikasi:

1. Kolom 1, 2, 3, dan 4 dapat diketahui dari data-data penunjang.

2. Kolom 5 berisi luas lantai mesin tanpa toleransi dan allowance. Luas lantai ini
menggunakan rumus persegi panjang.

• Luas mesin = p x l = 2,5 x 2 = 5 m2

3. Kolom 6 berisi luas seluruh mesin berdasarkan jumlah mesin yang akan
digunakan pada multi product process chart (MPPC).

• Luas seluruh mesin = jumlah mesin x luas mesin = 14 x 5 = 70 m2

4. Kolom 7 berisi toleransi yang diberikan karena sebelum mesin melanjutkan proses
selanjutnya biasanya terdapat bahan baku yang letaknya dekat dengan mesin
tersebut. Luas toleransi diberikan untuk jalannya aliran produksi sehingga tidak
mengalami kesulitan sewaktu proses produksi berjalan.

• Toleransi bahan = luas seluruh mesin x toleransi bahan 100%

• Toleransi bahan = 70 x 100% = 70 m2

5. Kolom 8 berisi allowance yang diberikan. Luas allowance

sebesar 100% diberikan untuk operator yang

17
menjalankan mesin tersebut sedangkan sisanya 100%

untuk jalannya alat-alat pengangkut bahan dan barang

(gang).

• Allowance = luas seluruh mesin x allowance 200%

• Allowance =70 x 200% = 140 m2

6. Kolom 9 berisi total luas departemen berdasarkan luas seluruh mesin, toleransi
bahan, dan allowance.

• Total luas/departemen = luas seluruh mesin + toleransi bahan + allowance

• Total luas/departemen = 70 + 70 + 140 = 280 m2

• Berdasarkan hasil tersebut, maka luas area yang dibutuhkan untuk proses
pengukuran dengan meja fabrikasi adalah sebesar 280 m2.

5. Kolom 8 berisi allowance yang diberikan. Luas allowance

sebesar 100% diberikan untuk operator yang

menjalankan mesin tersebut sedangkan sisanya 100%

untuk jalannya alat-alat pengangkut bahan dan barang

(gang).

• Allowance = luas seluruh mesin x allowance 200%

• Allowance =70 x 200% = 140 m2

6. Kolom 9 berisi total luas departemen berdasarkan luas seluruh mesin, toleransi
bahan, dan allowance.

• Total luas/departemen = luas seluruh mesin + toleransi bahan + allowance

• Total luas/departemen = 70 + 70 + 140 = 280 m2

• Berdasarkan hasil tersebut, maka luas area yang dibutuhkan untuk proses
pengukuran dengan meja fabrikasi adalah sebesar 280 m2.

Tabel 8. Luas Lantai Gudang Barang Jadi

18
Perhitungan luas lantai gudang barang jadi produk rak buku:

1. Data nama produk (kolom 1) dan ukuran produk (kolom 2) dapat diperoleh dari
data penunjang.

2. Kolom 3 berisi volume produk jadi rak buku. Bentuk rak buku diasumsikan
seperti limas. Maka persamaan yang digunakan yaitu:

• Volume = p x l x t = 0,65 x 0,65 x 0,9 = 0,38 m3

3. Kolom 4 berisi total produk jadi yang dapat dibuat dalam jangka waktu 1 minggu.

• Produk jadi/minggu = kapasitas produksi/hari x jumlah hari kerja/minggu

• Produk jadi/minggu = 30 x 5 = 150 unit

4. Kolom 5 berisi total volume dari seluruh barang jadi

dalam 1 minggu.

• Total volume = volume x produk jadi/minggu

• Total volume = 0,38 x 150 = 57,04 m3

5. Kolom 6 berisi tinggi maksimal tumpukan yaitu 1

meter. Alasan pemilihan tinggi maksimal tumpukan

tersebut yaitu agar barang jadi tidak mengalami

kerusakan pada saat ditumpuk dan kualitas masih

terjamin.

6. Kolom 7 berisi luas lantai yang digunakan untuk menyimpan barang jadi.

• Luas lantai = total volume : tinggi maksimal tumpukan

• Luas lantai = 57,04 : 1 = 57,04 m2

19
7. Kolom 8 berisi allowance yang diberikan terhadap area penyimpanan barang jadi.
Allowance yang digunakan yaitu 200% dimana 100% diperuntukkan bagi area
operator yang menyimpan atau mengangkut barang jadi sedangkan sisanya 100%
digunakan sebagai jalannya alat-alat pengangkut barang jadi (gang).

• Allowance = luas lantai x allowance 200%

• Allowance = 57,04 x 200% = 114,08 m2

8. Kolom 9 berisi total luas lantai yang digunakan untuk menyimpan barang jadi
meliputi allowance.

• Total luas lantai = luas lantai + allowance

• Total luas lantai = 57,04 + 114,08 = 171,12 m2

• Hasil tersebut menyatakan luas area yang digunakan untuk meyimpan


barang jadi rak buku selama 1 minggu adalah sebesar 171,12 m2.

Tabel 9. Ringkasan Luas Lantai

20
BAB III

PEMBAHASAN

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
 Luas lantai adalah suatu tabel yang berisi rincian kebutuhan luas tanah/luas pabrik
untuk aktivitas dari bagian produksi, bagian penyimpanan/gudang bahan baku
(receiving) dan produk jadi (warehouse), kantor taman dan kelengkapan lain.
 Tujuan menghitung luas lantai adalah untuk memperkirakan kebutuhan luas lantai
bagian produksi, yang meliputi:
 Receiving (gudang bahan baku model tumpukan dan rak).
 Pabrikasi dan assembling (mesin dan peralatan).
 Shipping (gudang barang jadi untuk kemasan isi dan kemasan kosong).
 Metode untuk menentukan luas lantai antara lain :
 Production Centered Method: Pusat produksi terdiri dari satu mesin
ditambah seluruh peralatan yang perlu seperti area kerja
operator, area perawatan (maintenance), dan area penyimpanan.
 Production Centered Method: Pusat produksi terdiri dari satu mesin
ditambah seluruh peralatan yang perlu seperti area kerja
operator, area perawatan (maintenance), dan area penyimpanan.
 Converting Kebutuhan area yang sekarang dikonversikan untuk
kebutuhan layout yang direncanakan. . Metode ini biasa
digunakan untuk departemen pendukung dan gudang bahan baku.
 Roughed Out Layout: Model atau template diletakkan pada tata letak
yang diperoleh dari estimasi, konfigurasi umum, dan luas lantai yang
dibutuhkan.
 Space Standards: Luas lantai berdasarkan standar yang sudah ditetapkan,
untuk industri-industri standar seperti pabrik kimia. Standar yang dipakai
biasanya berdasarkan penggunaannya yang berhasil di masa lampau.
Standar yang diambil harus diteliti dengan cermat dan dibandingkan
dengan layout yang sekarang.
 Ratio Trend and Projection: Menetapkan perbandingan meter persegi dari
suatu faktor yang dapat mengukur dan memprediksi tata letak yang
akan diusulkan. Misalnya : m2/kapasitas, m2/jam kerja.
21
 Ringkasan akhir luas lantai

3.2 Saran

Semoga pembahasan ini dapat bermanfaat dan mampu menambahkan wawasan


semua pembaca. Dan harapan penulis bukan hanya sekedar dibaca tetapi dapat dipahami
tentang desain kebutuhan luas lantai.

22
DAFTAR PUSTAKA

Afrizon, Ronny. “Perancangan Tata Letak Pabrik Pada Industri Sepatu Kulit
(Studi Kasus: Perusahaan Sepatu Yoesani Shoes, Toboh Baru Padang Pariaman
Sumatera Barat)”. [Online] Available http://repository.unand. ac.id/7059/1/IMG. pdf.
Tugas Akhir Universitas Andalas Padang, 2010. (Diakses 13 maret 2011)

Annisyah, Eka Mariska. ”Perancangan Tata Letak”. [Online] Available


http://www.ittelkom.ac.id/ library/ index.php?view= article & catid=25%3 aindustri&id
=670%3atataletak & option= com_content& itemid=15. (Diakses: 13 Maret 2011)

Sutalaksana, Iftikar Z, dkk. “Teknik Perancangan Sistem Kerja”. Edisi ke dua, halaman
23-25, 30-34. ITB, Bandung. 2006.

Wicaksono, Anindityo. “Industri Mebel masih Cerah”. [Online] Available


http://www.mediaindonesia. com/read/2011/03/12/209690/21/2/Industri- Mebel-masih-
Cerah. (Diakses: 14 Maret 2011.

Wignjosoebroto, Sritomo, ”Ergonomi Studi Gerak dan Waktu”. Edisi pertama


cetakan ke tiga, halaman 131-137. ITS, Surabaya. 2009.

Wignjosoebroto, Sritomo, ”Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan”. Edisi ke


empat, halaman 67, 95-96, 133-140, 148-159, 196-197, 199-205, 269-271, 286-292.
ITS, Surabaya. 2009.

23
24

Anda mungkin juga menyukai