Anda di halaman 1dari 5

TEKHNOLOGI DAN SISTEM KEPERAWATAN

KAISAR AGUS

70300117041

PENGEMBANGAN PEMANFAATAN PROSES PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI SEBAGAI


UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN TENAGA KEPERAWATAN

Persepsi perawat tentang pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki perawat
saat merawat pasien HIV/AIDS adalah:

(1) pengetahuan dan keterampilan tentang konseling


(2) ARV & efek sampingnya
(3) Universal Precaution,
(4) symptom management,
(5) dukungan mental, dan
(6) penanganan jika terpapar HIV.

Sedangkan dari keluarga ada 4 hal yang harus diketahui oleh keluarga saat mereka
merawat pasien di rumah, yaitu:

(1) pengetahuan tentang HIV/AIDS & cara penularannya,


(2) pengetahuan tentang tanda & gejala HIV/AIDS,
(3) pengetahuan dan keterampilan tentang pencegahan penularan (Universal Precaution) dan
(4) symptom management.(Hariyati, t.t.)

STRATEGI PENGEMBANGAN IMPLEMENTASI TELEMEDICINE DI SULAWESI SELATAN

Analisis PEST menunjukkan bahwa politik, social , teknologi dan ekonomi ( terutama
pertumbuhan ekonomi ) memberikan peluang terhadap pengembangan implementasi
Telemedicine di Sulawesi Selatan.

Analisis Matriks SWOT, mengindikasikan strategi SO atau perluasan fungsi jaringan


bagi pengembangan implementasi Telemedicine di Sulawesi Selatan. Sedangkan matriks IE dan
Kuadran SWOT mengindikasikan Growth dan Stable, yang berarti peningkatan efektifitas
jaringan yang ada, tanpa membangun infrastruktur jaringan yang baru.

Analisa tersebut memberikan rekomendasi strategi .Mengembangkan Sistem


Telemedicine dengan memanfaatkan jaringa SIKDA dan jaringan yang dibangun Kominfo di
pedesaan. Mengembangkan system Tele-homecare Hasil seleksi strategi menggunakan QSPM
diperoleh strategi yang paling tepat diterapkan yaitu Membangun system Telemedicine dengan
memanfaatkan jaringan Sikda dan jaringan telekomunikasi pedesaan yang ada untuk
peleyanan kesehatan masyarakat umum.(Masa, 2017)

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN KEPERAWATAN DENGAN INTEGRATED


CLINICAL PATHWAY UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN

Clinical pathway adalah rencana penatalaksanaan pasien yang bersifat


multidisiplin,yang berisi detail langkahlangkah penanganan seorang pasien mulai masuk RS
sampai dengan keluar RS. Clinical pathway merupakan langkah- langkah protokol terapi dan
standar pelayanan pasien. Clinical pathway lebih merupakan pengingat (reminder) dan
perangkat evaluasi untuk kemajuanpasien.(Meo, t.t.) Clinical pathway bukan merupakan tirani
bukti ilmiah dan tidak mengancam kebebasan klinik.Penyimpangan/ variansi dari pathway
masih sangat dimungkinkan sesuai dengan perkembangan kondisi pasien.Wolf,dkk telah
melakukan penelitian pada 123 pasien stroke di australia dengan mengguakan metode pre and
post test analysis memperoleh hasil bahwa clinical pathway secara signifikan memperbaiki
kepatuhan program terapi,sedangkan pada penelitian kwan,dkk di inggris dengan
menggunakan metode yang serupa pada 251 pasien stroke memperoleh hasil adanya perbaikan
proses pelayanan (Pinzon, Asanti, & Widyo, 2009) Penelitian lain pernah dilakuakan oleh van
exel,dkk di belanda dengan metode uji klinik non randomisasi pada 411 pasien stroke diperleh
hasil bahwa pemberlakuan pathway terbukti bermanfaat menurunkan lama inap dan
pembiayaan. Implementasi cp sangat erat berhubungan dan berkaitan dengan clinical
governance dalam rangka menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan dengan biaya yang
dapat di estimasi dan terjangkau.Secara sederhana clinical governance adalah suatu cara (
sistem ) upaya menjamin dan meningkatkan mutu pelayanan secara sistematis dalam suatu
organisasi penyelenggara pelayanan kesehatan ( rumah sakit) yang efisien.

Clinical care pathway merupakan rencana kolaboratif asuhan pasien yang mensyaratkan
kerjasama antar dokter, perawat, staf klinis, dan staf penunjang. Alat dokumentasi primer yang
merupakan bagian dari keseluruhan proses dokumentasi asuhan (Guinane, Carole. S., 1997) dan
untuk mengoperasionalkannya terintegrasi dalam sistem informasi manjemen. Clinical
pathway dapat digunakan untuk memberikan pelayanan keperawatan professional, dengan
menghemat waktu dan tenaga. (Meo, t.t.)

Konsep pendidikan berbasis tekhnologi

Kinerja menjadi tolak ukur keberhasilan pelayanan kesehatan yang menunjukkan akuntabilitas
lembaga pelayanan dalam kerangka tata pemerintahan yang baik (good governance). Dalam
pelayanan kesehatan, berbagai jenjang pelayanan dan asuhan pasien (patient care) merupakan
bisnis utama, serta pelayanan keperawatan merupakan mainstream sepanjang kontinum
asuhan. Upaya untuk memperbaiki mutu dan kinerja pelayanan klinis pada umumnya dimulai
oleh perawat melalui berbagai bentuk kegiatan, seperti: gugus kendali mutu, penerapan
standar keperawatan, pendekatan-pendekatan pemecahan masalah, maupun audit
keperawatan. Standar pelayanan disusun oleh perawat berdasarkan standar profesi yang
tersedia dan dijadikan pedoman pelaksanaan kerja dalam organisasi pelayanan kesehatan.
Adanya standar yang menjadi pedoman asuhan pelayanan menjamin tindakan dan keputusan
klinis yang dilakukan oleh perawat dan bidan agar dapat dipertanggungjawabkan secara
profesional.(Kuntjoro, t.t.)

Education merupakan perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan


(McLeod, 1989 dalam Syah, 2000). Proses belajar seyogyanya berlangsung sejak dari lahir
sampai akhir hayat, atau lebih sering dikenal dengan life long learner (Jones, 2004). Selain
belajar sepanjang hayat, proses belajar orang dewasa juga menekankan kemandirian dan
keaktifan untuk selalu mencari pengetahuan. Metode distance learning merupakan salah satu
metode belajar secara mandiri dan terus menerus. Metode distance learning bukan merupakan
fenomena baru karena kita telah mengenal Universitas terbuka. Universitas terbuka (UT)
merupakan salah satu metode distance learning yang pada masa lalu banyak UT yang
memberikan modul pembelajaran dan peserta didik secara mandiri belajar dan meningkatkan
pengetahuan. Saat ini seiring dengan perkembangan teknologi informasi, maka metode
distance learning diarahkan pada e-learning/ electronic-learning. (Hariyati, t.t.)

MODEL PERENCANAAN PULANG YANG BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI

Perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan yang mempunyai kontribusi besar
dalam meningkatkan pelayanan kesehatan. Perawat merupakan ujung tombak pelayanan di
rumah sakit karena perawat mempunyai waktu yang terlama dalam berinteraksi dengan pasien
dan keluarga. Perawat merupakan tuan rumah di ruang perawatan dan selama 24 jam perawat
berada di dekat pasien dan keluarga. Perry & Potter mendefinisikan bahwa seorang perawat
dalam tugasnya harus berperan sebagai: kolaborator, pendidik, konselor, change agent, dan
peneliti1. Keperawatan mempunyai karakteristik profesi yaitu memiliki body of knowledge yang
berbeda dengan profesi lain, altruistik, memiliki wadah profesi, mempunyai standar dan etika
profesi, akuntabilitas, otonomi dan kesejawatan Saat ini masih banyak laporan tentang
pelayanan keperawatan yang kurang optimal.

Salah satu kegiatan keperawatan yang belum optimal adalah kegiatan discharge
planning (DP = perencanaan pulang pasien). PerencanaanKegiatan DP ini merupakan bagian
dari proses keperawatan dan fungsi utama dari perawatan. DP merupakan proses perencanaan
sistematik yang dipersiapkan bagi pasien untuk meninggalkan instansi perawatan (rumah sakit)
dan untuk mempertahankan kontinuitas perawatan. Pengembangkan model DP berbasis
teknologi informasi adalah seiring dengan kemajuan teknologi dan keandalan teknologi
informasi yang memudahkan proses pembelajaran pasien tidak saja dengan leaflet dan poster
tetapi juga dengan media interaktif multimedia.(Hariyati, Afifah, & Handiyani, t.t.)

PERKEMBANGAN DAN MASA DEPAN TELEMEDIKA DI INDONESIA

Telemedika adalah praktik kesehatan dengan memakai komunikasi audio visual dan
data. termasuk perawatan, diagnosis, konsultasi dan pengobatan serta pertukaran data medis
dan diskusi ilmiah jarak jauh. Telemedika memiliki cakupan yang luas, meliputi penyediaan
pelayanan kesehatan (termasuk klinis, pendidikan dan pelayanan administrasi) jarak jauh,
melalui transfer informasi (audio, video, grafik), dengan menggunakan perangkat–perangkat
telekomunikasi (audio-video interaktif dua arah, komputer, dan telemetri) dengan melibatkan
dokter, pasien dan pihak-pihak lain.

Menurut relasi diantara para petugas kesehatan satu dengan yang lain dan pasien,
Nakajima, telah mendefinisikan klasifikasi metode untuk dunia telemedika. Pengklasifikasian
sesuai dari titik awal dari relasi antara sebuah kegiatan operasi medis dan hukum yang berlaku.
Pengklasifikasian dibagi menjadi

1. Dokter dengan dokter (opini kedua)


2. Perawat dengan dokter (Telekonsultasi)
3. Pasien dengan dokter (Perawatan pasien secara langsung atau observasi medis jarak
jauh
4. Pasien dengan perawat (Telehomecare) (Santoso dkk., t.t.)

PENGEMBANGAN MANAJEMEN KINERJA PERAWAT SEBAGAI STRATEGI DALAM PENINGKATAN


MUTU KLINIS

1. Pengembangan Manajemen Kinerja (PMK) merupakan pendekatan yang tepat


sebagai jalan masuk diterapkannya tata pengaturan klinis ( clinical governance ) baik di
RS maupun di puskesmas. Pengembangan Manajemen Kinerja (PMK) mempunyai
struktur yang merupakan peletakan dasar pertama dalam pengembangan tata
pengaturan klinis. Advokasi dan komitmen stakeholders dan pelaksana, kepemimpinan,
kegiatan pembinaan dan pemantauan, menjadi kunci keberhasilan pelaksanaan PMK.
Penerapan PMK mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan, evaluasi, dan roll out ke
tempat pelayanan yang lain atau profesi yang lain sangat tergantung pada dukungan
stakeholders di dalam dan di luar organisasi pelayanan. Proses pelaksanaan yang
meliputi penerapan standar profesi, bekerja sesuai dengan uraian kerja, kompetensi dan
tanggung jawab, serta pelaksanaan diskusi kasus reflektif. Pada tahap awal memerlukan
pembinaan dan pemantauan yang berkesinambungan, dan merupakan struktur dasar
untuk dikembangkan dalam kerangka tata pengaturan klinis yang terintegrasi. Dengan
peningkatan mutu asuhan klinis oleh perawat dan bidan melalui PMK yang kemudian
dikembangkan untuk praktisi klinis yang lain dalam suatu tatanan yang terpadu akan
lebih menjamin tersedianya pelayanan kesehatan yang profesional bagi
masyarakatPasien dengan apoteker (Telefarmasi)(Kuntjoro, t.t.)

Kepustakaan:

Hariyati, R. T. S. (t.t.). PEMANFAATAN PROSES PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI SEBAGAI

UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN TENAGA KEPERAWATAN. Jurnal Keperawatan

Indonesia, 10, 5.

Hariyati, R. T. S., Afifah, E., & Handiyani, H. (t.t.). EVALUASI MODEL PERENCANAAN PULANG

YANG BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI, 12(2), 6.

Kuntjoro, T. (t.t.). PENGEMBANGAN MANAJEMEN KINERJA PERAWAT DAN BIDAN SEBAGAI

STRATEGI DALAM PENINGKATAN MUTU KLINIS, 6.

Masa, M. A. (2017). Strategi Pengembangan Implementasi Telemedicine Di Sulawesi Selatan.

Jurnal Telekomunikasi dan Komputer, 5(3), 227.

Meo, M. Y. (t.t.). PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN KEPERAWATAN DENGAN

INTEGRATED CLINICAL PATHWAY UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN, 3(1),

Santoso, B. S., Rahmah, M., Setiasari, T., Sularsih, P., No, J. M. R., & Cina, P. (t.t.).

PERKEMBANGAN DAN MASA DEPAN TELEMEDIKA DI INDONESIA, 8.

Anda mungkin juga menyukai