Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“FIQH LINGKUNGAN HIDUP”

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas

Dosen Pengampu :

Ressi Susanti, M.Pd

Disusun oleh :

Kelompok 12

Aryanti 1923013

Juflianti Selungunaung 1923010

Pratiwi Sulistya 1923023

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MANADO

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

2019
1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Alhamdulillah, senantiasa kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini
masih memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga kami diberi kesempatan yang luar
biasa ini yaitu kesempatan untuk menyelesaikan tugas penulisan makalah tentang “Jenis dan
Bentuk Korupsi”

Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi kita, yaitu Nabi
Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kita semua, yang
merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan
merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas ibu dosen Ressi Susanti,
M.Pd. pada mata kuliah Fikih. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Fiqh Lingkungan Hidup bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Dengan tulisan ini kami mengharapkan para pembaca mampu untuk memahami makna dari Fiqh
Lingkungan Hidup. Kami sadar tulisan ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak, agar bisa
menjadi lebih baik lagi. Kami berharap semoga tulisan ini dapat memberi informasi yang
berguna bagi pembacanya, terutama mahasiswa.

Manado, 23 November 2019

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..............................................................................................4


B. Rumusan Masalah .........................................................................................5
C. Tujuan ............................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Fiqh Lingkungan Hidup...............................................................6


B. Dalil Hukum...................................................................................................7
C. Penjelasan Ulama tentang Fiqh Lingkungan Hidup.......................................8

BAB III PENUTUP

A. Simpulan........................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................13

3
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar tempat hidup atau tempat tinggal kita,
setiap makhluk hidup akan sangat dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya dan sebaliknya
makhluk hidup itu sendiri juga dapat mempengaruhi lingkungannya karena dalam setiap
lingkungan hidup antara komponen yang satu dengan lainnya terikat oleh adanya saling
ketergantungan.

Pada kenyataannya telah banyak lingkungan di sekitar kita yang mengalami kerusakan dan
bencana yang ditimbulkan oleh perilaku manusia karena tidak memperhatikan hubungan
dirinya dengan alam lingkungannya, kerusakan ekosistem lautan maupun daratan disebabkan
karena manusia tidak menyadari keharusan hubungan yang mestinya terjalin dengan
seimbang antara dirinya dengan alam lingkungannya.

Masalah lingkungan adalah berbicara tentang kelangsungan hidup (manusia dan alam).
Melestarikan lingkungan sama maknanya dengan menjamin kelangsungan hidup manusia
dan segala yang ada di alam dan sekitarnya. Sebaliknya, merusak lingkungan hidup, apapun
bentuknya merupakan ancaman serius bagi kelangsungan hidup alam dan segala isinya, tidak
terkecuali manusia.

Di dalam ajaran Islam, manusia sebagai khilafah yang telah dipilih oleh Allah di muka bumi
ini (khalifatullah filardh), manusia wajib untuk bisa merepresentasikan dirinya sesuai dengan
sifat-sifat Allah. Salah satu sifat Allah tentang alam adalah sebagai pemelihara atau penjaga
alam (rabbul’alamin). Jadi sebagai wakil (khalifah) Allah di muka bumi, manusia harus aktif
dan bertanggung jawab untuk menjaga bumi. Artinya, menjaga keberlangsungan fungsi bumi
sebagai tempat kehidupan makhluk Allah termasuk manusia sekaligus menjaga keberlanjutan
kehidupannya.

Dalam konteks ini maka perumusan fikih lingkungan hidup menjadi penting dalam rangka
memberikan pencerahan dan paradigma baru bahwa fikih tidak hanya berpusat pada
masalah-masalah ibadah dan ritual saja, tetapi bahasan fikih sebenarnya juga meliputi tata
aturan yang sesuai dengan prinsip-prinsip agama terhadap berbagai realita sosial kehidupan
yang tengah berkembang.

Dalam makalah ini penulis bermaksud mengkaji mengenai lingkungan hidup dalam
perspektif fiqih dan dalil hukum serta penjelasan ulama tentang fiqh lingkungan hidup.

4
B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian fiqh lingkungan hidup ?
b. Apa dalil hukumnya ?
c. Bagaimana penjelasan ulama tentang fiqh lingkungan hidup ?

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian fiqh lingkungan hidup
b. Untuk mengetahui dalil hukumnya
c. Untuk mengetahui ulama tentang fiqh lingkungan hidup

5
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Fiqh Lingkungan Hidup

Fiqh al-Bi’ah berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari dua kata (kalimat majemuk; mudhaf dan
mudhaf ilaih), yaitu kata fiqh dan al-bi`ah. Secara bahasa “fiqh” berasal dari katafaqiha-yafqahu-
fiqhan yang berarti al-‘ilmu bis-syai`i (pengetahuan terhadap sesuatu), al-fahmu (pemahaman)
Sedangkan secara istilah, fiqh adalah ilmu pengetahuan tentang hukum-hukum syara’ yang
bersifat praktis yang diambil daridalil-dalil tafshili (terperinci). Adapun kata “al-bi`ah” dapat
diartikan dengan lingkungan hidup, yaitu: Kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan,
dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri,
kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.

Dari sini, dapat kita berikan pengertian bahwa fiqh al-Bi’ah atau fiqih lingkungan
adalah seperangkat aturan tentang perilaku ekologis manusia yang ditetapkan oleh ulama yang
berkompeten berdasarkan dalil yang terperinci untuk tujuan mencapai kemaslahatan kehidupan
yang bernuansa ekologis.

Dari definisi fikih lingkungan tersebut, ada empat hal yang perlu dijabarkan:
1. Seperangkat aturan perilaku yang bermakna bahwa aturan-aturan yang dirumuskan mengatur
hubungan prilaku manusia dalam interaksinya dengan alam. Rumusan aturan perilaku tersebut
akan diwadahi dengan hukum-hukum fikih dalam lima wadah: al-wujub, an-nadb, alibahah,
al-karahah, dan al-hurmah. Dengan demikian,seperangkat interaksi tersebut mengacu pada
status hukum perbuatan mukallaf dalam interaksinya dengan lingkungan hidup. Kategori-
kategori aturan tersebut memiliki kekuatan spiritual bahkan kekuatan eksekusi formal
manakala aturan fikih tersebut dapat disumbangkan kedalam proses pengembangan dan
pembinaan hukum positif/hukum nasional tentang lingkungan hidup.
2. Maksud dari kalimat “yang ditetapkan oleh ulama yang berkompeten” adalah bahwa,
perumusan fikih lingkungan harus dilakukan oleh ulama yang mengerti tentang lingkungan
hidup dan menguasai sumber-sumber normatif (al-Qur’an, al-hadis, dan ijtihad-ijtihad ulama)
tentang aturan fikih lingkungan. Dengan demikian, mujtahid lingkungan mesti memiliki
pengetahuan ideal normatif dan pengetahuan tentang fakta-fakta empirik lingkungan hidup.
Oleh karena itu, perumusan fikih lingkungan mesti melibatkan pengetahuan tentang ekologi.

6
3. Yang dimaksud dengan “berdasarkan dalil yang terperinci” adalah bahwa penetapan hukum
fikih lingkungan harus mengacu kepada dalil. Dalil, dalam hal ini, tidak hanya dipahami
secara tekstual dalam arti nass yang sarih, tetapi mencakup dalil yang diekstrak atau
digeneralisir dari maksud syariat.
4. Maksud dari kalimat “untuk tujuan mencapai kemaslahatan kahidupan yang bernuansa
ekologis” adalah sesuatu yang ingin dituju oleh fikih lingkungan, yaitu kehidupan semua
makhluk Tuhan. Hal ini menggambarkan aksiologi fikih lingkungan yang akan mengatur agar
semua sepesies makhluk Tuhan dapat hidup dalam space alam yang wajar sehingga
akan memberikan daya dukung optimum bagi kehidupan bersama yang
berprikemakhlukan, rahmatan li al-‘alamin.

B. Dalil Hukum
Secara eksplisit, Al-Qur’an menyatakan bahwa segala jenis kerusakan yang terjadi di
permukaan bumi ini merupakan akibat dari ulah tangan yang dilakukan oleh manusia
dalam berinteraksi terhadap lingkungan hidupnya,
 Q.S. Ar-Rum :41

ََ‫ض ع َِملُوالَّذِي لَعَلَّ ُه َْم يَ ْر ِجعُون‬ َ ِ َّ‫سبَتَْ أ َ ْيدِي الن‬


ََ ‫اس ِليُذِيقَ ُه َْم بَ ْع‬ َ ‫سا َُد فِي ا ْلبَ َِر َوا ْلبَحْ َِر بِ َما َك‬
َ َ‫َظ َه ََر ا ْلف‬

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.

 Q.S Al-A’raf :56

ِ ْ‫ّللاِ قَ ِريبَ ِمنََ ا ْل ُمح‬


ََ‫سنِين‬ ِ ‫ص ََْل ِح َهاإِبَ ْعد َْْل َ ْر ِضافِيوات ُ ْف‬
ََّ ََ‫سد َُو ََل َوا ْدعُوهَُ َخ ْوفًا َو َط َمعًا َۚإِنََّ َرحْ َمت‬

“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)


memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima)
dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada
orang-orang yang berbuat baik.’’

7
 Hadist riwayat Bukhari 2272

َ‫الرحْ َم ِن بْن‬ َ ‫َّللاِ أ َ َّن‬


َّ َ‫ع ْبد‬ َ ‫ط ْل َحةُ ب ُْن‬
َّ ‫ع ْب ِد‬ َ ‫الز ْه ِري ِ قَا َل َحدَّثَنِي‬ُّ ‫ع ْن‬ َ ٌ‫ش َعيْب‬ ُ ‫ان أ َ ْخ َب َرنَا‬ ِ ‫َحدَّثَنَا أَبُو ْال َي َم‬
‫سلَّ َم‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ِ‫َّللا‬َّ ‫سو َل‬ ُ ‫س ِم ْعتُ َر‬َ ‫ع ْنهُ قَا َل‬ َّ ‫ي‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ض‬ َ ‫س ْه ٍل أ َ ْخبَ َرهُ أ َ َّن‬
ِ ‫س ِعيدَ بْنَ زَ ْي ٍد َر‬ َ ‫ع ْم ِرو ب ِْن‬ َ
َ‫ضين‬ ِ ‫سبْعِ أ َ َر‬
َ ‫ط ِوقَهُ ِم ْن‬ُ ‫ش ْيئًا‬َ ‫ض‬ ِ ‫ظلَ َم ِم ْن ْاْل َ ْر‬ َ ‫يَقُو ُل َم ْن‬

Telah menceritakan kepada kami [Abu Al Yaman] telah mengabarkan kepada kami
[Syu'aib] dari [Az Zuhriy] berkata, telah menceritakan kepadaku [Tholhah bin
'Abdullah] bahwa ['Abdurrahman bin 'Amru bin Sahal] mengabarkan kepadanya
bahwa [Sa'id bin Zaid radliallahu 'anhu] berkata, aku mendengar Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Siapa yang pernah berbuat aniaya terhadap
sebidang tanah (di muka bumi ini) maka nanti dia akan dibebani (dikalungkan pada
lehernya) tanah dari tujuh bumi".

Pelajaran yang dapat kita ambil dari hadis di atas


adalah jangan sekali-kali kita mendholimi tanah. Artinya
jangan sekali-kali kita memperlakukan tanah semena-mena
tanpa adanya program atau menejemen yang baik. Tanah
harus dikelola dengan baik dengan mempertimbangkan
manajemen pengolahan tanah sehingga unsur hara, struktur
tanah terjaga.

C. Penjelasan Ulama tentang Fiqh Lingkungan Hidup


Nabi Muhammad SAW diutus ke dunia untuk menyempurnakan etika moral manusia.
Etika moral ini menjadi bagian integral dalam keseluruhan ajaran Islam itu sendiri.
Banyak sekali tuntunan Rasulullah yang menyiratkan wajibnya menjaga perdamaian,
kebaikan, dan pemeliharaan terhadap keseimbangan alam, sekalipun dalam kondisi
peperangan. Perhatikan sabda Rasulullah berikut: “Apabila engkau membunuh (dalam
suatu peperangan), maka bunuhlah dengan cara yang baik dan apabila engkau
menyembelih pun harus dengan cara yang baik pula.” Berperang dan menyembelih saja,
harus dengan cara yang baik, maka menebang pohon, memanfaatkan hasil hutan,
menggunakan sumber mata air, tentu harus dengan cara yang sangat sangat baik. Lebih

8
tegas lagi, Islam mengajarkan bahwa memelihara tanaman saja diserupakan nilainya
dengan ibadah shadaqah / zakat yang memiliki posisi penting dalam ajaran Islam.
Rasulullah juga pernah bersabda: “Barangsiapa memiliki kelebihan air bekas minum,
terus air tersebut dituangkan pada pohon, maka itu termasuk shadaqah.”
Selain dari landasan-landasan tersebut, kita juga bisa melihat pendapat para fuqoha (ahli
hukum Islam) yang sangat pro lingkungan, dan mengecam keras para perusak lingkungan.
Pernyataan Imam Malik dan Abu Hanifah: “Menggunakan hak pribadi yang akan
membahayakan orang lain adalah perbuatan melawan hukum (agama). Umpamanya,
menggunakan kepemilikan tanah yang membawa kepada kerusakan lingkungan, sehingga
membahayakan orang lain”. Imam Ibnu Qudamah dari Mazhab Hambali menyatakan,
“Diperlukan adanya peraturan khusus dalam eksploitasi air lewat penggalian (sumur)
karena tidak ada hak bagi seseorang mengganggu sumur tetangganya, sehingga
berbahaya bagi tetangganya itu atau mengakibatkan merendahnya air dari permukaan
atau mengakibatkan polusinya lapisan tanah bebatuan yang mengandung air”.
Melihat realitas perusakan lingkungan yang sangat mengerikan akhir-akhir ini, ada
baiknya para ulama di negeri ini lebih memfokuskan kajian dan dakwahnya kepada
perbaikan dan pemeliharaan lingkungan. Umat manusia di Indonesia, bahkan di seluruh
dunia kini menunggu fatwa ulama mengenai wajibnya memelihara lingkungan dan haram
serta dosa besarnya orang yang merusak lingkungan dengan dalih apapun.
Akan tetapi harus diakui bahwa fiqh belum membahas wacana lingkungan hidup secara
utuh dan lengkap dalam bah khusus. Ini tidak lain karena pada masa lalu, lingkungan
hidup belum menjadi masalah yang menyedot perhatian para ahli hukum Islam dan tidak
ada pengrusakan lingkungan yang mengancam keselamatan kehidupan manusia.
Kerusakan lingkungan hidup terjadi setelah alam dieksploi-tasi besar-besaran terutama
untuk kepentingan industrialisasi.
Pemahaman masalah lingkungan hidup (fiqh al bi`ah) dan penanganannya perlu
diletakkan diatas suatu pondasi etika dan moral untuk mendukung segala upaya yang
sudah dilakukan dan dibina selama ini meski ternyata belum mampu mengatasi
kerusakan lingkungan hidup. Fiqh lingkungan menyadarkan manusia yang beriman
supaya menginsafi bahwa masalah lingkungan hidup tidak dilepaskan dari
tanggungjawab manusia yang beriman dan merupakan amanat dari Allah SWT untuk

9
memelihara dan melindungi alam dari segala macam kerusakan dan pengrusakan yang
berakibat mengancam hidupnya sendiri. Ali Yafie, pakar hukum Islam Indonesia,
mencoba menjelaskan prinsip-prinsip dasar kewajiban pemeliharaan lingkungan hidup
dalam prespektif fiqh, yaitu antara lain.
 Pertama: Pemeliharaan jiwa-raga-kehormatan (hifdh al nafs).
Kehidupan dalam pandangan fiqh adalah sesuatu yang mulia dan
sangat berharga. Kehidupan merupakan modal dasar manusia untuk
memnuhi fungsinya dan menentukan nilai dan martabatnya. Oleh
karena itu, ajaran Islam memberikan banyak peringatan kepada manusia agar
menggunakan modal dasar itu secermat dan semaksimal
mungkin.
 Kedua: Kehidupan dunia bukan tujuan. Kehidupan dunia
adalah sarana (wasilah) dalam berprestasi guna menggapai ridha Allah
SWT hingga menuju kehidupan akhirat yang kekal.14
 Ketiga: Produksi dan konsumsi harus sesuai dengan standar
kebutuhan layak manusia (hadd al kifayah). Mengeksploitasi kekayaan alam secara
berlebihan (israf), serakah (thama`) dan tidak wajar
adalah berbahaya (terlarang).15
 Keempat: Keselarasan dan keseimbangan alam (ekosistem)
mutlak ditegakkan. Mengganggu dan merusak ekosistem sama dengan
menghancurkan kehidupan seluruhnya.
 Kelima: Semua makhluk adalah mulia (muhtaram). Siapapun
dilarang mengeksploitasi atau menyiksa semua jenis makhluk yang
menyebabkan kehidupan terganggu. Binatang buas atau liar sekalipun
tidak dibenarkan dibunuh selama tidak menyerang dan mengancam
jiwa seseorang.16
 Keenam: Manusia adalah pelaku pengelolaan alam semesta
(mukallaf) akan diminta pertanggungjawabannya atas segala tindakannya, baik di dunia
maupun di akhirat.
Ali Yafie juga menambahkan bahwa sumber daya alam seperti
air, tanah dan udara sangat diperhatikan oleh Islam (baca fiqh) untuk

10
kelestarian semua makhluk hidup. Bahkan dijadikan sebagai sarana penting yang sangat
menentukan bagi kesempurnaan iman seseorang.
Imam Syathibi dalam kitabnya yang sangat populer, alMuwafaqat, merumuskan
maqashid al-syari'ah menjadi lima hal:
hifdz al-din, hifdz al-nafs, hifdz al-aql, hifdz al-mal dan hifdz al-nasl.
Ada yang menambahkan memelihara martabat (hifdz al-'irdh).
Pendapat ini yang terus-menerus dijadikan sebagai pegangan dalam berijtihad untuk
memecahkan masalah sosial-kemanusiaan. Sementara masalah lingkungan luput dari
perhatian ulama fikih dan umat Islam tentunya.
Muncul kemudian, sebuah rumusan progesif dicetuskan oleh
Yusuf Qardlawi dan Ali Yafie yang menjadikan pemeliharaan
lingkungan (hifdz al-bi`ah/al-alam) sebagai bagian dari maqashid alsyari'ah al-
dlaruriyat.18 Karena, jika lingkungan hidup tidak terpelihara /rusak, maka tentu
bahayanya akan menimpa pada semua
komponen dasar kehidupan, yaitu keselamatan jiwa, keharmonisan
keagamaan, perlindungan kekayaan, keturunan, dan kehormatan, dan
kesehatan akal.

11
BAB III PENUTUP

A. Simpulan
Fiqih lingkungan adalah seperangkat aturan tentang perilaku ekologis manusia yang
ditetapkan oleh ulama yang berkompeten berdasarkan dalil yang terperinci untuk
tujuan mencapai kemaslahatan kehidupan yang bernuansa ekologis.
Fiqh lingkungan menyadarkan manusia yang beriman
supaya menginsafi bahwa masalah lingkungan hidup tidak dilepaskan dari
tanggungjawab manusia yang beriman dan merupakan amanat dari Allah SWT untuk
memelihara dan melindungi alam dari segala macam kerusakan dan pengrusakan
yang berakibat mengancam hidupnya sendiri.

12
DAFTAR PUSTAKA
 kalsel.muhammadiyah.or.id. (2012, 25 September). FIKIH LINGKUNGAN DALAM
PERPEKTIF ISLAM[1] (Sebuah Pengantar). Diakses 24 November 2019,
http://kalsel.muhammadiyah.or.id/artikel-fikih-lingkungan-dalam-perpektif-islam1-
sebuah-pengantar-detail-289.html
 tafsirweb.com. Cari Tafsir. Diakses 24 November 2019, https://tafsirweb.com/
 eprints.walisongo.ac.id. Ridwan Tesis Bab2. Diakses 23 November 2019,
http://eprints.walisongo.ac.id/
 wordpress.com. (2008, 22 Juni). Fikih Lingkungan. Diakses 24 November 2019,
https://bebasbanjir2025.wordpress.com/04-konsep-konsep-dasar/fiqih-lingkungan/
 Yafie, Ali. 2006, Merintis Fiqh Lingkungan Hidup, Jakarta: Yayasan Amanah 2006.

13

Anda mungkin juga menyukai