4. Patofisiologi
Pasien dengan perdarahan uterus abnormal (AUB) telah kehilangan
stimulasi endometrium siklik yang timbul dari siklus ovulasi. Akibatnya, pasien-
pasien ini memiliki kadar estrogen yang konstan dan non-daur ulang yang
merangsang pertumbuhan endometrium. Proliferasi tanpa penumpahan periodik
menyebabkan endometrium melebihi suplai darahnya.Jaringan rusak dan
mengelupas dari uterus.Penyembuhan endometrium selanjutnya tidak beraturan
dan disinkron. Stimulasi kronis oleh kadar estrogen yang rendah akan
menghasilkan perdarahan uterus abnormal ringan dan jarang. Stimulasi kronis dari
kadar estrogen yang lebih tinggi akan menyebabkan episode perdarahan berat
yang sering (Behera, 2018).
Siklus menstruasi normal adalah 28 hari dan dimulai pada hari pertama
menstruasi.Selama 14 hari pertama (fase folikuler) dari siklus menstruasi,
endometrium menebal di bawah pengaruh estrogen. Menanggapi meningkatnya
kadar estrogen, kelenjar hipofisis mengeluarkan hormon FSH dan hormon LH,
yang merangsang pelepasan sel telur di titik tengah siklus. Kapsul folikel residual
membentuk corpus luteum.Setelah ovulasi, fase luteal dimulai dan ditandai oleh
produksi progesteron dari corpus luteum.Progesteron mematangkan lapisan rahim
dan membuatnya lebih mudah menerima implantasi. Jika implantasi tidak terjadi,
dengan tidak adanya hormon HCG, corpus luteum akan mati, disertai dengan
penurunan tajam kadar hormon progesteron dan estrogen. Penarikan hormon
menyebabkan vasokonstriksi pada arteriol spiral endometrium.Hal ini
menyebabkan menstruasi, yang terjadi sekitar 14 hari setelah ovulasi ketika
lapisan endometrium iskemik menjadi nekrotik dan mengelupas (Estephan, 2018).
Pendarahan uterus abnormal adalah diagnosis eksklusi.Perdarahan uterus
abnormal adalah perdarahan ovulasi atau anovulasi, yang didiagnosis setelah
kehamilan, obat-obatan, penyebab iatrogenik, patologi saluran genital, keganasan,
dan penyakit sistemik telah dikesampingkan dengan penyelidikan yang
tepat.Sekitar 90% kasus perdarahan uterus abnormal terjadi akibat anovulasi, dan
10% kasus terjadi dengan siklus ovulasi (Estephan, 2018).Perdarahan uterus
abnormal anovulatori merupakan akibat dari gangguan aksis hipotalamus-
hipofisis-ovarium normal dan khususnya umum pada ekstrem pada tahun-tahun
reproduksi.Ketika ovulasi tidak terjadi, tidak ada progesteron yang diproduksi
untuk menstabilkan endometrium; dengan demikian, endometrium proliferatif
bertahan.Episode berdarah menjadi tidak teratur, dan amenore, metrorrhagia, dan
menometrorrhagia sering terjadi (Behera, 2018).Pendarahan akibat perdarahan
uterus abnormal anovulasi diduga merupakan hasil dari perubahan konsentrasi
prostaglandin, peningkatan respons endometrium terhadap vasodilatasi
prostaglandin, dan perubahan struktur pembuluh darah endometrium.Pada
perdarahan uterus disfungsional ovulasi, perdarahan terjadi secara siklikal, dan
menoragia diduga berasal dari defek pada mekanisme kontrol
menstruasi.Diperkirakan bahwa, pada wanita dengan perdarahan uterus
disfungsional ovulasi, ada peningkatan tingkat kehilangan darah akibat
vasodilatasi pembuluh darah yang memasok endometrium karena penurunan tonus
pembuluh darah, dan prostaglandin sangat terlibat.Oleh karena itu, para wanita ini
kehilangan darah dengan laju sekitar 3 kali lebih cepat daripada wanita dengan
menstruasi normal (Estephan, 2018).
5. Pathway (Terlampir)
6. Klasifikasi
Dalam pertemuan FIGO, ahli sepakat klasifikasi perdarahan uterusabnormal
berdasarkan jumlah perdarahannya yaitu :
a. Perdarahan uterus abnormal akut didefinisikan sebagai perdarahan
yangbanyak sehingga perlu dilakukan penanganan yang cepat untukmencegah
kehilangan darah. Perdarahan uterus abnormal akut dapatterjadi pada kondisi
PUA kronik atau tanpa riwayat sebelumnya.
b. Perdarahan uterus abnormal kronik merupakan perdarahan dari korpusuterus
yang abnormal dalam volume, keteraturan, dan atau waktu.perdarahan ini
merupakan terminologi untuk perdarahan uterus abnormalyang telah terjadi
lebih dari 3 bulan. Kondisi ini biasanya tidakmemerlukan penanganan yang
cepat dibandingkan dengan PUA akut.
c. Perdarahan tengah (intermenstrual bleeding) merupakan perdarahan
yangterjadi di antara 2 siklus haid yang teratur. Perdarahan dapat terjadi
kapansaja atau dapat juga terjadi di waktu yang sama setiap siklus. Istilah
iniditujukan untuk menggantikan terminologi metroragia.
7. Gejala Klinis
a. Perdarahan Ovulatoar
Perdarahan ini merupakan kurang lebih 10% dari perdarahan disfungsional
dengan siklus pendek (polimenorea) atau panjang (oligomenorea).Untuk
menegakkan diagnosis perdarahan ovulatoar, perlu dilakukan kerokan pada
masa mendekati haid.Jika karena perdarahan yang lama dan tidak teratur
siklus haid tidak dikenali lagi, maka kadang-kadang bentuk kurve suhu badan
basal dapat menolong. Jika sudah dipastikan bahwa perdarahan berasal dari
endometrium tipe sekresi tanpa adanya sebab organik, maka harus dipikirkan
sebagai etiologinya:
1) Korpus luteum persistens; dalam hal ini dijumpai perdarahan kadang-
kadang bersamaan dengan ovarium membesar. Sindrom ini harus
dibedakan dari kehamilan ektopik karena riwayat penyakit dan hasil
pemeriksaan panggul sering menunjukkan banyak persamaan antara
keduanya. Korpus luteum persistens dapat pula menyebabkan pelepasan
endometrium tidak teratur (irregular shedding). Diagnosis irregular
shedding dibuat dengan kerokan yang tepat pada waktunya, yakni menurut
Mc Lennon pada hari ke-4 mulainya perdarahan. Pada waktu ini dijumpai
endometrium dalam tipe sekresi disamping tipe nonsekresi.
2) Insufisiensi korpus luteum dapat menyebabkan premenstrual spotting,
menoragia, atau polimenore. Dasarnya ialah kurangnya produksi
progesteron disebabkan oleh gangguan LH releasing factor. Diagnosis
dibuat, apabila hasil biopsi endometrial dalam fase luteal tidak cocok
dengan gambaran endometrium yang seharusnya didapat pada hari siklus
yang bersangkutan.
3) Apopleksia uteri : pada wanita dengan hipertensi dapat terjadi pecahnya
pembuluh darah dalam uterus.
4) Kelainan darah, seperti anemia, purpura trombositopenik, dan gangguan
dalam mekanisme pembekuan darah.
b. Perdarahan anovulatoar
Perdarahan tidak terjadi bersamaan.Permukaan dinding rahim disatu bagian
baru sembuh lantas diikuti perdarahan di permukaan lainnya.Perdarahan
uterus abnormal dianggap sebagai diagnosis eksklusi, ada atau tidak adanya
tanda dan gejala penyebab perdarahan anovulasi lainnya harus
ditentukan.Pasien yang melaporkan menstruasi tidak teratur sejak menarche
mungkin memiliki sindrom ovarium polikistik (PCOS).PCOS ditandai oleh
anovulasi atau oligo-ovulasi dan hiperandrogenisme.Pasien-pasien ini sering
datang dengan siklus yang tidak terduga dan atau infertilitas, hirsutisme
dengan atau tanpa hiperinsulinemia, dan obesitas (Hebera, 2018).
c. Berdasarkan jenis perdarahan yang muncul yaitu :
Batasan Pola Abnromalitas Perdarahan
Oligomenorea Perdarahan uterus yang terjadi dengan interval > 35 hari
dandisebabkan oleh fase folikuler yang memanjang.
Polimenorea Perdarahan uterus yg trjadi dgn interval <21 hari &
disebabkandefek fase luteal.
Menoragia Perdarahan uterus yang terjadi dengan interval normal ( 21 –
35hari) namun jumlah darah haid > 80 ml atau > 7 hari.
Menometroragia Perdarahan uterus yang tidak teratur, interval non-siklik dan
dengandarah yang berlebihan (>80 ml) dan atau dengan durasi
yangpanjang ( > 7 hari).
Metroragia Perdarahan uterus yang tidak teratur diantara siklus ovulatoir
dengan penyebab antara lainpenyakit servik, AKDR,
endometritis, polip,mioma submukosa, hiperplasia endometrium,
dan keganasan.
Bercak Bercak perdarahan yang terjadi sesaat sebelum ovulasi
intermenstrual yangumumnya disebabkan oleh penurunan kadar estrogen.
Perdarahan Perdarahan uterus yang terjadi pada wanita menopause
pasca yangsekurang-kurangnya sudah tidak mendapatkan haid selama
menopause 12 bulan.
Perdarahan Perdarahan uterus yang ditandai dengan hilangnya darah
uterus abnormal yangsangat banyak dan menyebabkan gangguan hemostasisis
akut (hipotensi, takikardia atau renjatan).
Perdarahan Perdarahan uterus yang bersifat ovulatoir atau anovulatoir yang
uterus tidak berkaitan dengan kehamilan, pengobatan, penyebab
disfungsional iatrogenik, patologi traktus genitalis yang nyata dan atau
gangguan kondisi sistemik.
9. Penatalaksanaan
a. Perawatan farmakologis
1) Kontrasepsi oral
Menekan perkembangan endometrium, membangun kembali pola
perdarahan yang dapat diprediksi, mengurangi aliran menstruasi, dan
menurunkan risiko anemia defisiensi besi
2) Estrogen
Perdarahan uterus yang berkepanjangan menunjukkan bahwa lapisan epitel
rongga telah menjadi gundul seiring waktu; estrogen yang diberikan
sendiri akan dengan cepat menginduksi kembalinya pertumbuhan
endometrium yang normal
3) Progestin
Penatalaksanaan kronis perdarahan uterus abnormal membutuhkan
paparan progestin secara episodik atau terus menerus
4) Desmopresin
Analog sintetik arginin vasopresin, desmopresin telah digunakan sebagai
upaya terakhir untuk mengobati perdarahan uterus yang abnormal pada
pasien dengan gangguan koagulasi yang didokumentasikan.
b. Perawatan non farmakologis
a) Histerektomi
Histerektomi abdominal atau vaginal mungkin diperlukan pada pasien
yang gagal atau menolak terapi hormonal, yang memiliki anemia
simptomatik, dan yang mengalami gangguan dalam kualitas hidup mereka
dari perdarahan persisten yang tidak terjadwal.
b) Ablasi endometrium
Ablasi endometrium adalah alternatif untuk pasien yang ingin menghindari
histerektomi atau yang bukan kandidat untuk operasi besar.
c. Penatalaksanaan Bedah
Peran pembedahan dalam penatalaksanaan perdarahan uterusabnormal
membutuhkan evaluasi yang teliti dari patologi yang mendasariserta faktor
pasien. Indikasi pembedahan pada wanita dengan perdarahanuterus abnormal
adalah:
Gagal merespon tatalaksana non-bedah
Ketidakmampuan untuk menggunakan terapi non-bedah (efek
samping,kontraindikasi)
Anemia yang signifikan
Dampak pada kualitas hidup
Patologi uterus lainnya (fibroid uterus yang besar, hyperplasia
endometrium).
10. Komplikasi
Komplikasi yang kemungkinan muncul pada pasien dengan perdarahan uterus
abnormal dapat meliputi:
a. Adenokarsinoma uterus (jika stimulasi estrogen berkepanjangan)
b. Infertilitas akibat tidak adanya ovulasi
c. Anemia berat akibat perdarahan yang berlebihan dan lama
d. Pertumbuhan endometrium yang berlebihan akibat ketikseimbangan hormonal
merupakan faktor penyebab kanker endometrium.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Keluhan Utama
Perdarahan yang massif.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien datang dengan keluhan perdarahan yang banyak.Kaji pada pasien atau
keluarga tentang tindakan yang dilakukan untuk mengurangi gejala dan hal
yang dapat memperberat, misalnya keterlambatan keluarga untuk memberi
perawatan atau membawa ke rumah sakit dengan segera, serta kurangnya
pengetahuan keluarga.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Kaji pada pasien dan keluarga, pasien pernah mengalami hal yang demikian
dan perlu ditanyakan juga pasien pernah menderita penyakit infeksi atau tidak.
d. Riwayat Keluarga
Kaji pada pasien dan di dalam keluarga ada yang menderitapenyakit seperti ini
atau penyakit menular lain.
e. Psikososial
Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di rumah dan
pengetahuan keluarga tentang penyakit yang diderita.
h. Pemeriksaan Fisik Fokus
1) Kepala
- Rambut : bersih, tidak ada ketombe, dan tidak rontok
- Wajah : tidak ada oedema, ekspresi wajah menahan nyeri (meringis),
raut wajah pucat.
- Mata : konjungtiva tidak anemis
- Hidung : simetris, tidak ada lesi atau kotoran
- Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen
- Mulut : bibir tidak kering, tidak sianosis, mukosa bibir lembab, tidak
terdapat lesi
2) Leher : tidak ada pembesaran kelenjer tiroid dan tidak ada pembesaran
kelenjer getah bening
3) Dada
- Inspeksi : simetris
- Perkusi : sonor seluruh lapang paru
- Palpasi : vocal fremitus simetri kana dan kiri
- Auskultasi : suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan
4) Cardiac
- Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : ictus cordis teraba, perubahan denyut nadi
- Perkusi : pekak
- Auskultasi : tidak ada bising
5) Abdomen
- Inspeksi : simetris, tidak ascites, posisi tubuh menahan rasa nyeri di
daerah abdomen.
- Palpasi : ada nyeri tekan
- Perkusi : timpani
- Auskultasi : bising usus normal
6) Genetalia
- Inspeksi : ada lesi, pendarahan yang terjadi, volume darah yang keluar.
- Palpasi : pmbengkakan di daerah uterus yang abnormal
7) Ekstremitas dan Kulit
Tidak oedema, Kelemahan pada pasien, Keringat dingin
Kekurangan volume dapat teratasi, dengan kriteria 2. Monitor keadaan uterus dan abdomen (misal: TFU di atas
Peningkatan paparan mengalami tanda-tanda infeksi, 3. Pertahankan teknik aseptic pada pasien beresiko tinggi
organism pathogen dengan krteria hasil : 4. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
3. Gejala dan Tanda Mayor Setelah dilakukan asuhan Reduksi Ansietas (I 09314)
Subjektif: keperawatan selama ...x 24 jam 1. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
Merasa bingung diharapkan kecemasan klien 2. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (missal: kondisi,
merasa khawatir berkurang dengan kriteria hasil : waktu, stressor)
dengan akibat dari Tingkat Ansietas (L 09093) 3. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan non verbal)
kondisi yang 1. Tidak menyatakan bingung 4. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
dihadapi 2. Tidak ada prilaku gelisah kepercayaan
Sulit berkonsentrasi 3. Tidak ada ketegangan 5. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan jika
Objektif: 4. Frekuensi nafas normal (18-24 memungkinkan
Tampak tegang 5. Frekuensi nadi normal (80-100 7. Dengarkan dengan penih perhatian
Gejala dan Tanda Minor 6. Tekanan darah normal 9. Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan
Subjektif: (Sistolik 120-140 dan distolik 10. Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu
80-90 mmHg) kecemasan
Mengeluh pusing 7. Tidak ada kesulitan tidur 11. Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang
Anoreksia 8. Oientasi pasien baik akan dating
Palpitasi 12. Kolaborasi pemberian anti ansietas jika perlu
Merasa tidak
berdaya Terapi Relaksasi (I 09326)
Objektif: 1. Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan
meningkat digunakan
3. Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan
Tekanan darah
teknik sebelumnya
meningkat
4. Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah,
Diaforesis
dan suhu sebelum dan sesudah relaksasi
Tremor
5. Monitor respon terapi relaksasi
Muka tampak pucat
6. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan
Suara bergetar
pencahayaan dengan suhu ruangan yang nyaman jika
Kontak mata buruk
memungkinkan
Sering berkemih
7. Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur
Berorientasi pada
teknik relaksasi
masa lalu
8. Gunangan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan
analgetik atau tindakan medis lain, jika sesuai.
Nyeri Akut SDKI
Kategori: Psikologis D.0077
Sun Kategori: Nyeri dan Kenyamanan
Definisi: Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset Nomor Dx
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan ……..
No Gejala dan Tanda SLKI SIKI Paraf/Nama
4. Gejalaa dan Tanda Mayor Setelah diberikan tindakan Manajemen nyeri ( I 08238)
Subjektif: keperawatan selama …..x…. jam
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
Mengeluh nyeri diharapkan nyeri pasien dapat
kualitas, intensitas nyeri
Objektif: berkurang dengan kriteria hasil :
2. Identifikasi skala nyeri
Tampak meringis Tingkat Nyeri (L 08066)
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
bersikap protektif 1. Keluhan nyeri berkurang
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
Gelisah 2. Tidak ada ekspresi meringis
nyeri
Frekuensi nadi 3. Tidak tempak gelisah 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
meningkat 4. Tidak ada kesulitan tidur
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
Sulit tidur 5. Pola nafas teratur
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
Gejala dan Tanda Minor 6. Tekanan darah dalam batas
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
Subjektif:- normal (sistolik 120-140
diberikan
Objektif: mmHg dan distolik 80-90
9. Monitor efek samping kegunaan analgetik
mmHg)
Tekanan darah 10. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa
meningkat Kontrol Nyeri (L 08053) nyeri (misa: TENS, hypnosis, akupresur, terapi music,
Pola nafas berubah 1. Melaporkan nyeri berkurang biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi,
Nafsu makan 2. Kemampuan mengenali onset kompres hangat atau dingin)
berubah nyeri 11. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
Proses berfikir 3. Kemampuan menggunakan (missal: suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
terganggu teknik non farmakologis 12. Fasilitasi istirahat dan tidur
Menarik diri apabila nyeri timbul 13. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
Implementasi merupakan pelaksanaan keperawatan oleh perawat dank lien. Hal-hal yang
harus diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah implemenasi disesuaikan sesuai
dengan rencana setelah dilakukan validasi, penguasaan ketrampilan interpersonal, intelektual,
dan tejnikal. Implementasi dapat dilakukan dengan intervensi independen, dependen atau
tidak mandiri serta inter-dependen atau sering disebut intervensi kolaborasi. Imelementasi
dilaksanakan sesuai dengan intervensi keperawatan yang telah disusun.
Evaluasi
1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak ada tanda-tanda syok ditandai
dengan tanda-tanda vital dalam batas normal.
2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak ada tanda-tanda infeksi
ditandai dengan tidak ada demam, kemerahan, nyeri, bengkak, dan pengeuaran cairan
abnormal yang berbau dari vaginam
3. Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan ansietas pasien teratasi ditandai
dengan pasien tidak gelisah, kualitas tidur baik, dan tidak melaporkan cemas.
4. Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak ada nyeri pada pasien
ditandai dengan tidak melaporkan nyeri dan tidak ada ekspresi meringis
5. Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak ada disfungsi seksual
ditandai dengan pola seksual yang efekif, informasi terkait seksual yang adekuat.
Pathway
Pelepasan/peluruhan lapisan
endometrium secara terus-menerus
Perdarahan abnormal
Port de entry
Timbul rasa nyeri,
ekspresi wajah
meringis Resiko Infeksi
Nyeri Akut
DAFTAR PUSTAKA