Arina Khoirina-FKIK PDF
Arina Khoirina-FKIK PDF
TAHUN 2016
SKRIPSI
Oleh:
ARINA KHOIRINA
1112101000098
PEMINATAN GIZI
JAKARTA
1438 H / 2016 M
ii
ABSTRAK
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN GIZI
Skripsi, Desember 2016
iv
ABSTRACT
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
DEPARTEMENT OF PUBLIC HEALTH
NUTRITION CONCENTRATION
Undergraduate Thesis, Desember 2016
Abstract
This study aims to determine the factors related with hyperuricemia suspect in
pre-elderly at Posbindu in coverage area of Pamulang community health center in
2016. Respondents of this study are pre-elderly (45-59 years) were selected
through proportionate random sampling method. This study is an analytic
observational epidemiological study with cross-sectional design. Data is collected
by measuring blood with blood uric acid test strip of stick method, interview
method with questionnaires to determine the respondent characteristics, GPPAQ
method to determine physical activity level, and semi quntitative FFQ to
determine fructose, purine, and liquid intake. Analysis of the data consists of
univariate analysis and bivariate analysis using the chi-square test.
The results showed that total of patients with hyperuricemia suspect in pre-
elderly amounted to 65.6%. Based on the results of the bivariate test with
significance level of 10% can be seen that the factors associated with the
incidence of hyperuricemia is family history, overweight, fructose intake, purine
intake, and liquid intake. While the factors that are not related to the incidence of
hyperuricemia is gender and physical activity.
A. DATA PERSONAL
Kebangsaan : Indonesia
Email : arinakhoirina2828@gmail.com
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
skripsi ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Shalawat serta salam senantiasa
tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Ucapan terima kasih penulis
hanturkan secara ikhlas dan penuh dengan kerendahan hati atas terselesaikannya
1. Orang tua tercinta yang telah berikhtiar, sabar, mendidik serta kepada Mbak
Muhimmatul Aliyah dan Nang Miftahul Arzaq al-Jabar yang telah memberi
dukungan serta doa untuk penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
3. Ibu Fajar Ariyanti, SKM, M.Kes, Ph.D selaku Ketua Program Studi
Kesehatan Masyarakat sekaligus staf dosen yang telah sabar mendidik dan
4. Ibu Febrianti, S.P, M.Si dan Bapak Dr. H. Farid Hamzens, M.Si selaku
ix
6. Rekan-rekan Pesantren Luhur Sabilussalam, khususnya rekan kamar Ikhda
K.M dan Ayu Sajida D.A yang telah memberikan doa dan dukungan terhadap
Ainia Nurul A., Andi Saeful M., Astuti Akin, Ivanullah Anggriawan W.,
Maulida Nella M., Nurmala Saidah dan Suharni yang telah bersama-sama
menuntut ilmu dan menjadi keluarga bagi penulis, memberi doa dan
8. Mas Miftachul Huda yang telah mendukung dan mendampingi penulis dalam
serta doa dan dukungan yang telah diberikan dari berbagai pihak terhadap penulis
mendapatkan ganjaran pahala dari Allah. Sungguh Maha Sempurna Allah SWT,
kekurangan dan kekhilafan terdapat pada penulis maka dari itu penulis menyadari
dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang membangun dari pembaca sangat diharapkan sebagai bahan masukan
bagi penulis untuk menghasilkan karya yang lebih baik. Semoga Allah SWT
merestui dan memberikan ridho-Nya atas semua amal perbuatan kita, Amin.
Penulis
x
DAFTAR ISTILAH
Albumin adalah protein darah yang diproduksi oleh hati dan berperan dalam
mempertahankan volume darah normal.
Asam Nukleat adalah suatu polimer yang terdiri atas banyak molekul nukleotida.
Asam Urat adalah asam lemah yang pada pH normal akan terionisasi di dalam
darah dan jaringan menjadi ion urat.
Hereditas adalah informasi genetik dan sifat-sifat yang diwariskan dari orang tua
kepada keturunannya.
Hipoksantin adalah sebuah turunan purin yang diubah menjadi xantin oleh enzim
xantin oksidase dan kemudian xantin akan diubah menjadi asam urat.
Glikolisis adalah salah satu metode yang digunakan sel untuk menghasilkan
energi melalui proses pengubahan glukosa menjadi dua molekul asam piruvat
dengan menghasilkan ATP dan NADH.
Obesitas adalah kondisi kronis yang ditandai dengan akumulasi lemak tubuh yang
berlebihan.
Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah ukuran berat badan dalam kilogram dibagi
dengan kuadrat tinggi badan dalam meter. Dikategorikan kegemukan jika IMT ≥
25-27 kg/m2 dan obesitas jika IMT ≥ 27 kg/m2.
xi
Jaringan Adiposa adalah jaringan yang terdiri dari sel-sel adiposit dan tubuh
menyimpan lemak dalam bentuk trigliserida.
Darah Kapiler adalah pembuluh darah mikroskopis kecil antara arteri dan vena
yang mendistribusikan darah yang kaya oksigen ke jaringan tubuh.
Kolesterol adalah senyawa berstruktur lembek dan terdapat diantara lemak dalam
aliran darah dan semua sel tubuh. Ada dua jenis kolesterol yaitu Low Density
Lipoporitein (LDL) atau kolesterol jahat dan High Density Lipoprotein (HDL)
atau kolesterol baik.
Leptin adalah hormon yang dilepaskan dari sel-sel lemak dalam jaringan adiposa.
Metabolisme adalah pertukaran zat pada organisme yang meliputi proses fisika
dan kimia; pembentukan dan penguraian zat di dalam badan yang memungkinkan
berlangsungnya hidup.
Nukleotida adalah unit struktural dasar asam nukleat (DNA atau RNA)
Penyakit Degeneratif adalah penyakit yang bersifat merusak secara progresif dan
sering ireversibel.
Pirimidin adalah suatu basa nitrogen dalam pita DNA yang terdiri dari sitosin,
timin, dan urasil.
Purin adalah suatu basa nitrogen dalam pita DNA yang terdiri dari adenin dan
guanin yang merupakan komponen dari makanan tertentu yang dimetabolisme
menjadi asam urat dalam tubuh.
xii
Ukuran Rumah Tangga (URT) adalah ukuran takaran makanan yang biasa
digunakan dalam rumah tangga seperti sendok teh, sendok makan, sendok takar,
piring, gelas, botol, kaleng, mangkuk, bungkus, buah, dan biji. URT sering
digunakan dalam survei konsumsi makanan.
Xantin adalah salah satu bentuk purin yang merupakan bentuk antara dari
metabolisme adenine dan guanine menjadi asam urat.
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................... ii
ABSTRAK ............................................................................................................. iv
ABSTRACT ............................................................................................................ v
xiv
2.1.4 Cara Pemeriksaan Kadar Asam Urat Darah pada Hiperurisemia ...... 16
2.2 Konsep Pralansia ............................................................................................. 19
2.3 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Terduga
Hiperurisemia .................................................................................................. 23
2.3.1 Riwayat Keluarga ............................................................................... 23
2.3.2 Jenis Kelamin ..................................................................................... 25
2.3.3 Aktivitas fisik ..................................................................................... 26
2.3.4 Kegemukan (Overweight) .................................................................. 29
2.3.5 Asupan makanan ................................................................................ 32
2.4 Kerangka Teori ................................................................................................ 42
xv
5.2.3 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Pralansia di Posbindu Wilayah
Kerja Puskesmas Pamulang ............................................................... 70
5.2.4 Distribusi Frekuensi Aktivitas Fisik pada Pralansia di Posbindu
Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang ................................................. 71
5.2.5 Distribusi Frekuensi Kegemukan pada Pralansia di Posbindu Wilayah
Kerja Puskesmas Pamulang ............................................................... 71
5.2.6 Dstribusi Frekuensi Asupan Makan (Fruktosa, Purin, Cairan) pada
Pralansia di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang ............. 72
5.3 Analisis Bivariat .............................................................................................. 73
5.3.1 Hubungan Riwayat Keluarga dengan Kejadian Terduga Hiperurisemia
pada Pralansia di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang ..... 73
5.3.2 Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Terduga Hiperurisemia
pada Pralansia di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang ..... 74
5.3.3 Hubungan Aktifitas Fisik dengan Kejadian Terduga Hiperurisemia
pada Pralansia di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang ..... 75
5.3.4 Hubungan Kegemukan dengan Kejadian Terduga Hiperurisemia pada
Pralansia di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang ............. 76
5.3.5 Hubungan Asupan Makan (Fruktosa, Purin dan Cairan) dengan
Kejadian Terduga Hiperurisemia pada Pralansia di Posbindu Wilayah
Kerja Puskesmas Pamulang ............................................................... 76
xvi
7.2 Saran ................................................................................................................. 99
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Batasan IMT (Indeks Massa Tubuh) Penduduk Dewasa (>18 Tahun) . 29
Tabel 4.1 Nilai P (Proporsi) Variabel Dependen dan Variabel Independen ......... 52
Tabel 4.3 Jumlah Pralansia pada Tiap Posbindu di Wilayah Kerja Puskesmas
Pamulang dalam Populasi dan sampel ........................................................... 54
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin pada Pralansia di Posbindu Wilayah
Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2016 ....................................................... 70
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Aktivitas Fisik pada Pralansia di Posbindu Wilayah
Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2016 ....................................................... 71
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Asupan Makan (Fruktosa, Purin, Cairan) pada
Pralansia di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2016..... 72
Tabel 5.8 Analisis Hubungan antara Riwayat Keluarga dengan Kejadian Terduga
Hiperurisemia pada Pralansia di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas
Pamulang Tahun 2016 ................................................................................... 74
Tabel 5.9 Analisis Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Kejadian Terduga
Hiperurisemia pada Pralansia di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas
Pamulang Tahun 2016 ................................................................................... 74
Tabel 5.10 Analisis Hubungan antara Aktifitas Fisik dengan Kejadian Terduga
Hiperurisemia pada Pralansia di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas
Pamulang Tahun 2016 ................................................................................... 75
xviii
Tabel 5.11 Analisis Hubungan antara Kegemukan dengan Kejadian Terduga
Hiperurisemia pada Pralansia di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas
Pamulang Tahun 2016 ................................................................................... 76
Tabel 5.12 Analisis Hubungan antara Asupan Makan (Fruktosa, Purin dan Cairan)
dengan Kejadian Terduga Hiperurisemia pada Pralansia di Posbindu Wilayah
Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2016 ....................................................... 77
xix
DAFTAR GAMBAR
xx
DAFTAR LAMPIRAN
xxi
BAB I
PENDAHULUAN
peningkatan kadar asam urat lebih dari 5,7 mg/dL pada wanita dan lebih
dari 7,0 mg/dL pada laki-laki (Lang, 2009). Dampak langsung yang sering
yang terasa nyeri diakibatkan adanya peradangan sendi (Wong, 2011). Nyeri
sendi yang terjadi akibat kadar asam urat tinggi di dalam darah disebut
kaki dan jari-jari kaki yang disebabkan oleh masalah metabolisme asam urat
yang mengakibatkan deposit kristal asam dan garam di darah dan sendi.
Lebih dari itu, hiperurisemia dapat berdampak lebih besar pada organ
ginjal atau kandung kemih, menjadi batu urat saluran kemih (Soeroso,
1
2
Diketahui dari hasil survei yang dilakukan oleh You dkk (2013) di
prevalensi hiperurisemia pada kelompok usia 45-54 tahun adalah 18,7% dan
pada kelompok usia 55-64 tahun yaitu 20,0% (Kemenkes RI, 2012). Dari
Mongolia Asia.
sistemik kronik pada sendi tubuh sebagai salah satu tanda hiperurisemia
pada kelompok usia 45-54 tahun adalah 36,1% dan pada kelompok usia 55-
pra lanjut usia adalah sebesar 22,2%. Prevalensi ini juga lebih tinggi dari
Dari laporan kasus baru (LB1) bulan Juli-Desember tahun 2015 PKM
pralansia hiperurisemia.
dengan kadar asam urat darah pada pra lanjut usia adalah riwayat keluarga,
jenis kelamin, aktivitas fisik, kegemukan, asupan fruktosa, purin, dan cairan.
Analisis dari National Heart, Lung, and Blood Institute Family Studies
sebesar 19,7%, sedangkan pada perempuan sebesar 7,9%. Kadar asam urat
darah pada laki-laki sudah dapat mencapai 5,2 mg/dl saat pubertas dan akan
dalam darah. Orang gemuk mempuyai risiko 2,5 kali untuk mengalami
(Poletto dkk, 2011). Selain itu, dari penelitian Modino dkk (2012) juga
(Zimmerman, 2009). Selain itu, asupan purin yang tinggi seperti konsumsi
daging dan seafood juga terbukti sebagai faktor risiko yang berhubungan
dan gout pada pralansia. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian
mempunyai rata-rata kadar asam urat 9,14 mg/dl, sehingga perlu segera
dan penyakit degeneratif lain seperti nefropati gout, gagal jantung, stroke,
28,41%. Prevalensi gout ini lebih tinggi dari prevalensi hiperurisemia, yakni
kegemukan, asupan fruktosa, asupan purin, dan asupan cairan. Oleh karena
berikut:
6
a. Tujuan umum
b. Tujuan Khusus
1. Bagi Puskesmas
mengenai kasus kadar asam urat darah tinggi dan dapat dijadikan dasar
2. Bagi Pralansia
3. Bagi Peneliti
penelitian lanjutan.
dilakukan pada bulan Mei hingga bulan Oktober 2016 dengan jenis
8
sectional.
metode stik dengan Blood Uric Acid Test Strip, metode wawancara dengan
fruktosa, purin, dan cairan. Kemudian data dilakukan analisis univariat dan
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hiperurisemia
peningkatan kadar asam urat dalam tubuh. Untuk laki-laki, ambang batas
normal dalam darah adalah 7,0 mg/dl. Adapun pada perempuan, batas kadar
asam urat darah normal adalah 5,7 mg/dl (Soeroso, 2011). Hiperurisemia
terjadi ketika asam urat serum melebihi batas tinggi (upper limit) dari jarak
produksi purin dan/atau penurunan eksresi asam urat di ginjal (Lee, 2009).
ekskresi asam urat dan sering tidak diketahui penyebabnya disebut sebagai
pembentukan asam urat yang berlebihan atau penurunan eksresi asam urat
akibat beberapa faktor atau dikarenakan adanya penyakit lain dan terapi
9
10
asam urat berlebih, penurunan eksresi asam urat dan kombinasi peningkatan
produksi asam urat dan penurunan ekskresi asam urat (Utami dkk, 2009).
asam urat. Ketika kadar asam urat serum melebihi batas normal yang
penjelasan berikut.
metabolisme purin. Asam urat dihasilkan dari dua hal, yaitu berasal dari
dikatalis oleh enzim xanthine oksidase dengan produk akhir berupa asam
(Murray, 2009).
berbagai kation yang ada, ion urat akan membentuk garam dan 98%
11
kadar natruim urat dalam serum darah. Kandungan normal natrium urat
di dalam serum pada suhu 37 derajat celcius kurang dari 7 mg/dl. Pada
wanita, kadar asam urat normal berkisar 2,4-5,7 mg/dl dan untuk pria,
melalui gastrointestinal dan ginjal (Hsu, 2006). Jika kadar asam urat
kelebihan produksi asam urat karena pengeluaran asam urat yang tidak
retensi asam urat, sehingga kadar asam urat serum menjadi meningkat.
nyeri hebat, disebut artritis gout. Jika tidak diobati, endapan kristal akan
12
menyebabkan kerusakan yang hebat pada sendi dan jaringan lunak (Price
Asam ribonukleat
Diet dari sel
Purin
Hipoksantin
Xantin oksidase
Xantin
Xantin oksidase
↑ Asam Urat (Hiperurisemia)
Kristalisasi
dalam jaringan
Fagositosis
kristal leukosit
Inflamasi dan
kerusakan jaringan
(Murray, 2009).
dan guanosin). Asam urat dapat diabsorpsi melalui mukosa usus dan
Pada manusia normal, kurang dari 10% dari asam urat diekskresikan
dibutuhkan enzim untuk sintesis asam urat. Enzim xantin oksidase adalah
enzim yang penting berperan dalam sintesis asam urat. Enzim tersebut
sangat aktif bekerja dalam hati, usus halus, dan ginjal. Tanpa bantuan
Mekanisme turn over dari asam urat (Murray, 2009) adalah sebagai
berikut.
14
Adenosin
Inosin Guanosin
Hipoksantin Guanin
Xantin
Asam Urat
hasil pemecahan purin, pada kadar tertentu asam urat dibutuhkan juga
oleh tubuh sebagai antioksidan. Pada orang normal, jumlah asam urat
kurang lebih 1000 mg dengan kecepatan turn over 600 mg/hari (Yenrina,
2014).
yaitu 1300 mg dengan turn over normal 650 mg/hari. Grup kedua,
penyakit artritis gout, batu ginjal dan nefropati asam urat. Pada umumnya,
15
demikian, dalam jangka yang lama, kadar asam urat darah yang sangat
tinggi (≥ 13mg/dL bagi pria dan ≥ 10 mg/dL bagi perempuan) dapat menjadi
berikut:
urat darah. Semakin tinggi dan semakin lama asam urat berada di dalam
kadar asam urat yang tinggi di urin, menyebabkan kristal urat mudah
(Dalimartha, 2008).
xanthine oksidase, yaitu enzim yang mengubah xantin menjadi asam urat,
oksidatif pada dinding arteri (Ekundayo, 2010). Oleh karena itu dapat
3. Pembentukan tofus
terbentuk kristal karena di bagian ini lebih dingin dari pada bagian
tengah. Asam urat cenderung mengkristal pada suhu dingin. Kristal urat
ini akan terbentuk di ibu jari kaki, telapak kaki, pergelangan kaki, lutut,
siku, dan pergelangan tangan serta di daun telinga yang relatif dingin
(Utami, 2005).
normal asam urat dalam darah untuk laki-laki 3,4-7 mg dl. Sedangkan
pada wanita, kadar normal asam urat dalam darah 2,4-6 mg/dl. Untuk
dinyatakan berlebihan jika kadarnya lebih dari 800 mg/24 jam pada diet
biasa atau lebih dari 600 mg/24 jam pada diet bebas purin.
mengalami peradangan.
17
lebih mahal.
2. Metode enzimatik
asam dalam sampel. Metode ini memiliki kelebihan lebih spesifik, tetapi
3. Metode stik
darah diteteskan pada zona reaksi dari strip, katalisator asam urat memicu
darah kapiler bukan untuk sampel serum atau plasma. Kelebihan dari
metode ini adalah hasil tes dapat diketahui segera, volume darah yang
Ketidakakuratan blood uric acid test dapat dilihat dari empat sumber,
darah. Pada umumnya, strip asam urat dapat menyebabkan 3% hasil eror.
Hal ini dapat dikarenakan perubahan enzim yang terdapat dalam strip
sensor dan akan menimbulkan eror pada suhu yang ekstrim sekitar 5-7%.
beberapa alat ukur ini juga dapat menimbulkan eror sekitar 1-3%.
4. Metode kolorimetri
Jenis spesimen yang diperlukan dalam metode ini adalah serum atau
pengambilan sampel darah, pederita diminta puasa 8-10 jam. Metode ini
Berdasarkan pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU NO. 13 Tahun 1998 tentang
3. Lansia risiko tinggi yaitu seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/
5. Lansia tidak potensial adalah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,
menjadi pra lanjut usia (45-59 tahun), lanjut usia (60-69 tahun), dan lanjut
Lanjut usia (lansia) disebut sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
dikatakan usia emas, karena tidak semua orang dapat mencapai usia
tersebut. Oleh karena itu, orang yang berusia lanjut memerlukan tindakan
Menurut Budi Anna Keliat (1999) dalam Maryam (2008), lanjut usia
1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) No. 13
tentang kesehatan).
2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit,
usia lanjut yang sehat, aktif, dan produktif. Oleh karena pada masa ini
1. Kesehatan
sekali)
berlebihan, tidur tidak teratur, minum obat tidak sesuai anjuran, dan
2. Sosial
3. Ekonomi
b) Berwiraswasta
c) Mengikuti asuransi
masa tua yang bahagia dan berguna dalam kehidupan keluarga dan
2012).
dengan bertambahnya usia, maka fungsi dari tubuh juga akan menurun,
sehingga perlu perhatian khusus untuk masa-masa ini. Pada masa pralansia
merupakan masa persiapan diri untuk mencapai usia lanjut yang sehat, aktif,
dan produktif. Oleh karena pada masa ini banyak perubahan yang terjadi
Hiperurisemia
peningkatan produksi asam urat atau penurunan ekskresi asam urat. Menurut
eksogen yaitu diet makanan, obat-obatan tertentu dan faktor endogen yaitu
penambahan berat badan, riwayat keluarga dan jenis kelamin menjadi faktor
risiko dari hiperurisemia (Mahan, 2008). Diet tinggi purin, minum alkohol,
bahwa aktivitas fisik yang berat berperan dapat meningkatkan kadar asam
urat darah.
dinyatakan bahwa keluarga dekat yang dapat membawa sifat herediter atau
riwayat penyakit yaitu ayah, ibu, saudara kandung, kakek nenek, saudara
purin dan asam amino dijadikan sebagai unit dasar dalam proses biokimiawi
2007).
hubungan antara riwayat keluarga dengan kadar asam urat pada staf dosen
Namun, hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Astuti (2014) yang menemukan bahwa ada hubungan antara faktor riwayat
keluarga dengan kadar asam urat pada lelaki dewasa. Penelitian ini
25
tidak memiliki riwayat. Hal ini dikarenakan adanya metabolisme purin yang
berlebihan dan kondisi ini dapat diturunkan dari orang tua ke anaknya.
laki dan perempuan yang mengalami hiperurisemia adalah 4:1 pada usia
kurang dari 60 tahun. Hal ini memperlihatkan bahwa pada usia dewasa ke
atas laki-laki memiliki kadar asam urat lebih tinggi dari pada perempuan.
Dalam keadaan normal kadar urat serum pada pria mulai meningkat saat
pubertas. Pada wanita, kadar asam urat dalam serum tidak meningkat
ekskresi asam urat melalui ginjal. Setelah menopause, kadar asam urat
estrogen yang ikut membantu pembuangan asam urat lewat urin (Price,
2006). Berdasarkan penelitian Poletto dkk (2011) juga diketahui bahwa laki-
26
dengan perempuan.
Menurut hasil penelitian Lina (2014), tidak ada hubungan antara jenis
Aktivitas fisik yang dilakukan oleh usia yang mulai kanjut dapat
bermanfaat untuk kesehatan jantung dan kebugaran tubuh. Sel-sel otot pada
pralansia melai menurun seiring dengan usia yang lanjut. Kontraksi dan
otot pada usia lanjut. Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk melakukan
aktivitas fisik yang ringan seperti berjalan, bersepeda, berkebun, yoga, dan
senam secara teratur yang dapat membantu kelenturan otot dan relaksasi
pralansia (usia 45-59 tahun) dengan jenis aktivitas fisik bejalan, bersepeda,
berkebun, senam, dan lain-lain. Terdapat 4 tingkat indeks aktivitas fisik atau
PAI (Physical Activity Index) yang dikategorikan sebagai aktif, cukup aktif,
kurang aktif, dan tidak aktif. Metode ini dapat digunakan sebagai program
urat. Asam laktat diproduksi dari hasil glikolisis yang akan membuat
Selain itu, pada perempuan yang mulai masuk usia lanjut terjadi
pengeluaran asam urat sehingga terjadi penumpukan asam urat dalam darah
antara aktivitas fisik dengan kadar asam urat darah. Aktivitas fisik termasuk
diproduksi dari hasil glikolisis yang akan membuat penumpukan asam urat
sebentar saja, maka kadar asam urat akan kembali normal dalam beberapa
tidak ada hubungan antara aktivitas dengan kadar asam urat pada pekerja
2009) dan juga penelitian Villegas dkk (2010) yang menyatakan tidak ada
bahwa asam laktat terbentuk dari proses glikolis yang terjadi di otot. Jika
otot berkontraksi secara anaerob, yakni media yang tidak memiliki oksigen
maka glikogen yang menjadi produk akhir glikolisis akan menghilang dan
(kegemukan) atau kelebihan berat badan adalah keadaan ketika berat badan
antara energi yang masuk dan keluar. Masalah gizi berlebih atau kegemukan
(dalam kilogram) dibagi dengan kuadrat dari tinggi badannya (dalam meter).
Nilai IMT tidak tergantung pada jenis kelamin dan umur. Keterbatasan IMT
Dapat dilihat klasifikasi dari batas IMT yang digunakan untuk menilai
Tabel 2.1 Batasan IMT (Indeks Massa Tubuh) Penduduk Dewasa (>18
Tahun)
Keadaan Gizi IMT (kg/m2)
Kurus < 18,5
Normal ≥ 18,5 - < 24,9
Kegemukan/BB lebih ≥ 25,0 - < 27,0
Obesitas ≥ 27,0
30
penyerapan zat gizi. Proses metabolisme yang menurun pada usia lanjut jika
makanan, maka kalori yang berlebih akan diubah menjadi lemak yang
memiliki kadar asam urat darah yang tinggi, seperti seseorang yang
kg/m2) berisiko 2,5 kali lipat terjadi hiperurisemia dari pada seseorang yang
kadar asam urat darah. Adanya penurunan berat badan dapat membantu
31
energi dan keluaran energi sehingga terjadi penimbunan lemak dalam sel
yang akan mensekresi kadar leptin lebih banyak. Leptin adalah asam amino
yang disekresikan oleh jaringan adiposa yang berfungsi sebagai suatu sensor
massa lemak tubuh pada sistem saraf pusat, sehingga otak dapat melakukan
dan energi yang keluar. Selain itu, leptin berperan dalam perangsangan saraf
seseorang. Tingkat asam urat dalam serum yang tinggi atau hiperurisemia
kadar leptin seiring dengan meningkatnya kadar asam urat dalam darah. Hal
ginjal.
penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2014) juga menyatakan bahwa tidak
ada hubungan antara obesitas dengan kadar asam urat pada lelaki dewasa di
rasa nyeri dan bengkak sendi. Dalam kasus ini, penderita perlu untuk
membatasi konsumsi fruktosa dan purin untuk menurunkan kadar asam urat.
tinggi alkohol, konsumsi makanan tinggi purin seperti daging merah dan
terdapat hubungan antara pola makan dengan kadar asam urat darah pada
pada bulan Juni 2010. Hasil ini menjelaskan bahwa pengontrolan kadar
asam urat dalam batas normal dapat memiliki pengaruh terhadap kadar asam
urat darah pada wanita postmenopause, apabila pola makan dan asupan
1) Asupan Fruktosa
levulosa atau gula buah. Fruktosa banyak terdapat dalam madu, buah,
dengan enzim xantin oksidase menjadi asam urat (Johnson dkk, 2013).
2) Asupan Purin
termasuk hati dan ginjal, kulit unggas, sarden, dan lain sebagainya
purin dengan kadar asam urat pada pekerja kantor di Desa Karang
36
(Choi, 2005a).
2012). Penelitian lain yang sesuai yaitu ada hubungan antara konsumsi
makanan sumber purin dengan kadar asam urat pada wanita usia 45-
konsumsi daging dan seafood juga terbukti sebagai faktor risiko yang
dapat meningkatkan kadar asam urat dalam urin sekitar 0,5-0,75 gr/ml
asam urat. Asam urat yang terbentuk diekskresikan melalui urin. Urin
hubungan antara diet tinggi purin dengan kadar asam urat pada lelaki
3) Asupan Cairan
umum, konsentrasi cairan dalam tubuh sekitar 60%. Proporsi ini dapat
zat-zat nutrisi seperti karbohidrat, vitamin, dan mineral serta juga akan
senyawa nitrat.
asam urat dalam darah. Selain dari minuman, kandungan cairan yang
banyak juga dapat diperoleh dari sayuran dan buah yang banyak
liter per hari (6-8 gelas). Selain itu, pada lanjut usia terdapat
massa lemak).
reabsorpi air di ginjal menurun dan ekskresi zat terlarut air meningkat
asam urat dalam darah semakin kecil. Luk (2005) menyatakan bahwa
peningkatan kadar asam urat dalam serum (Price dan Wilson, 2005).
makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga, dan
40
makan dalam waktu tahun, bulan, minggu, dan hari makanan yang
(Fahmida, 2007):
porsinya.
perhari.
perhari = 0,57
perhari = 0,17
biokimia menjadi oksida purin dan menghasilkan produk asam urat dengan
bantuan suatu enzim (Utami, 2005). Menurut Lee (2009) menyatakan bahwa
purin, obat-obatan tertentu dan faktor endogen yaitu adanya penyakit dan
riwayat keluarga dan jenis kelamin menjadi faktor risiko dari hiperurisemia
Asupan purin serta asupan fruktosa yang tinggi menjadi faktor risiko
beralkohol yang tinggi dapat menurunkan kadar asam urat darah (Hall,
(2008), Krisnatuti (2006), Prakash (2012), Price dan Wilson (2005), dan
Faktor Endogen:
Riwayat Keluarga
Usia
Jenis Kelamin
Aktivitas Fisik
Kegemukan
HIPERURISEMIA
Faktor Eksogen:
Asupan Fruktosa
Asupan Purin
Asupan Cairan
Obat-obatan tertentu
3 BAB III
KERANGKA KONSEP
dengan kadar asam urat dalam darah pada pralansia, yaitu riwayat keluarga,
penelitian, peneliti mengadaptasi dari kerangka teori yang terdiri dari teori
Lee (2009), Mahan (2008), Krisnatuti (2006), Prakash (2012), Price dan
usia tidak diteliti karena adanya sifat homogenitas. Subjek dalam penelitian
ini berada di dalam kelompok umur yang sama, yaitu pra lanjut usia yang
berusia antara 45-59 tahun. Obat-obatan tidak diteliti dan merupakan salah
Riwayat Keluarga
Jenis Kelamin
Aktivitas Fisik
Kegemukan KEJADIAN
HIPERURISEMIA
Asupan Fruktosa
Asupan Purin
Asupan Cairan
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Variabel Dependen
1. Kejadian Peningkatan kadar asam urat Metode stik Easy Touch 0. Hiperurisemia, jika kadar asam Ordinal
terduga dalam tubuh yang melebihi Blood Uric urat > 5,7 mg/dl pada wanita; >
hiperurisemia ambang batas normal dalam Acid Test 7 mg/dl pada pria.
(Kemenkes, 2012)
Variabel Independen
2. Riwayat Keluarga dekat (ayah, ibu, Wawancara Kuesioner 0. Ya, jika ada riwayat keluarga Nominal
46
47
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
saudara kandung ayah atau ibu) 1. Tidak, jika tidak ada riwayat
kepada keturunannya
perempuan
4. Aktivitas Kegiatan fisik yang dilakukan Wawancara Kuesioner 0. Aktivitas fisik berat Ordinal
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
5. Kegemukan Akumulasi lemak berlebih Antropometri Timbangan 0. Ya, jika IMT ≥ 25,0 Ordinal
dengan Indeks Massa Tubuh berat badan 1. Tidak, jika IMT < 25
6. Asupan Jumlah asupan fruktosa dari Wawancara Semi 0. Berisiko, jika asupan fruktosa ≥ Ordinal
(Jaminet, 2012)
7. Asupan Purin Jumlah asupan purin dari Wawancara Semi 0. Berisiko, jika asupan purin ≥ Ordinal
(Talati, 2012)
49
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
8. Asupan Jumlah asupan cairan dari Wawancara Semi 0. Berisiko, jika asupan cairan < Ordinal
Cairan minuman atau makanan yang Quantitative 2300 ml pada wanita; < 2600 ml
pada laki-laki
(AKG, 2012)
50
2016.
5. Ada hubungan antara asupan makan (fruktosa, purin dan cairan) dengan
50
4 BAB IV
METODE PENELITIAN
(fruktosa, purin dan cairan. Pengumpulan data dan informasi antara variabel
wilayah kerja Puskesmas Pamulang pada bulan Mei sampai Oktober tahun
2016.
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pralansia (45-59 tahun) yang
51
52
⁄ (
Ket :
n = jumlah sampel minimal yang dibutuhkan
Z1-α/2 = derajat kepercayaan = 1,64
P = Proporsi dari penelitian sebelumnya
d = Presisi mutlak = 10%
{ ⁄ √ ̅( ̅ √ ( ( }
(
Ket :
n = jumlah sampel minimal yang dibutuhkan
Z1-α/2 = derajat kepercayaan = 1,64
Z1-β = kekuatan uji
P1 = Proporsi kasus berisiko
P2 = Proporsi kasus tidak berisiko
Ᵽ = rata-rata proporsi; (P1 + P2)/2
53
minimum yang paling besar yaitu dari rumus uji hipotesis 2 proporsi
dengan CI 90% serta kekuatan uji (1-β) 80% sebesar 42 orang. Karena uji
yang digunakan adalah uji hipotesis dua proporsi, maka jumlah sampel
dengan asupan fruktosa berisiko (≥ 25 gram per hari) dan kejadian terduga
54
yang ada di wilayah kerja Puskesmas Pamulang tahun 2016. Adapun rumus
Keterangan:
Berikut adalah tabel yang menunjukkan jumlah sampel yang diambil sesuai
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data
enumerator (seorang bidan atau perawat atau dokter dan dua mahasiswi
quantitative FFQ. Metode stik digunakan untuk mengukur kadar asam urat
1) Metode stik
karena dapat dikerjakan sendiri di rumah dan lebih ekonomis. Metode ini
merupakan salah satu metode yang hanya menggunakan 1-2 tetes whole
blood. Metode ini juga dapat digunakan sebagai diagnosis awal dan cepat
untuk cek alat. Strip tes diletakkan di alat (Blood Uric Acid Meter) yang
darah diteteskan pada zona reaksi strip tes (Blood Uric Acid Strip).
atau Lancet). Selanjutnya, hasil tes akan terlihat di layar alat. Pengukuran
kadar asam urat dalam penelitian ini, dilakukan langsung oleh tenaga
2) Metode Wawancara
dan enumerator.
3) Metode GPPAQ
4) Pengukuran Antropometri
dan tinggi badan (TB). Angka IMT didapatkan dari pembagian antara
berat badan (kg) dengan tinggi badan (m) yang dikuadratkan. Kemudian
5) Metode SQ-FFQ
purin. Rata-rata konsumsi per hari dimasukkan sesuai dengan grup. Rata-
rata konsumsi per hari makanan sumber purin dibagi seratus kemudian
yang ada dalam Tabel 2.2 Kadar Purin dalam Berbagai Makanan. Jumlah
Data yang didapatkan melalui data sekunder antara lain gambaran umum
Posbindu di wilayah kerja Puskesmas Pamulang dan data jumlah pra lanjut
berikut:
FFQ yang telah dimodifikasi dari penelitian Erniati (2013) dan telah
5) Blood Uric Acid Test Strip merek Easy Touch GCU dengan tingkat eror
± 17% dan presisi ≤ 7,6% (Dai dkk, 2005) yang telah dikalibrasi terlebih
digunakan.
dibaca dengan baik oleh peneliti. Apabila terdapat data yang kurang
secara lengkap.
2. Data skoring
pertanyaan B:
61
2) Jika hasil rata-rata bernilai 0,6 – 1,5 maka skor adalah 2, artinya
3) Jika hasil rata-rata bernilai 1,6 – 2,5 maka skor adalah 3, artinya
a) Tingkat active jika pekerjaan yang duduk terus menerus dan latihan
yang berdiri dan latihan fisik dan/atau bersepeda 1-2,9 jam per
tenaga berat.
dan latihan fisik dan/atau bersepeda 1-2,9 jam per minggu; ATAU
pekerjaan berdiri dan < 1 jam latihan fisik dan/atau bersepeda per
62
minggu; ATAU pekerjaan dengan fisik dan tidak ada latihan fisik
atau bersepeda.
menerus dan latihan fisik dan/atau bersepeda < 1 jam per minggu;
ATAU pekerjaan yang berdiri dan tidak ada latihan fisik atau
bersepeda.
Dalam penelitian ini, dari total skor didapatkan tingkat aktivitas fisik
responden dalam tingkat aktif, cukup aktif, dan kurang aktif. Dari tiga
responden tingkat cukup aktif dan aktivitas fisik responden kurang aktif.
2) Variabel kegemukan
IMT (Indeks Massa Tubuh) yaitu berat badan (kg) dibagi dengan
sebagai berikut:
perhari = 0,57
perhari = 0,17
subyek.
bahan makanan yang ada dalam Tabel 2.2 Kadar Purin dalam
bentuk gram.
yaitu apabila kadar asam urat > 5,7 mg/dl pada wanita; > 7 mg/dl
pada pria; dan kode “1” untuk “Normourisemia”, apabila kadar asam
kategori dengan kode “0” jika “Ya”, yaitu ada riwayat keluarga
dengan hiperurisemia dan kode “1” jika “Tidak”, yaitu tidak ada
“Aktivitas Fisik Berisiko” yang berarti aktivitas fisik berat dan kode
“1” untuk “Aktivitas Fisik Tidak Berisiko” yang berarti aktivitas fisik
5) Variabel kegemukan diberi kode “0” jika “Ya” yang berarti IMT ≥
25,0 dan kode “1” jika “Tidak” yang berarti IMT < 25,0 kg/m2.
jika “Asupan Berisiko” yaitu asupan fruktosa ≥ 25 gram per hari dan
kode “1” jika “Asupan Tidak Berisiko” yaitu asupan fruktosa < 25
“Asupan Berisiko”, yaitu asupan purin ≥ 500 mg per hari dan kode
65
“1” jika “Asupan Tidak Berisiko”, yaitu asupan purin < 500 mg per
hari.
“Asupan Berisiko”, yaitu asupan cairan < 2300 ml pada wanita; <
2600 ml pada laki-laki dan kode “1” jika “Asupan Tidak Berisiko”,
dihitung skor dan diberikan kode, maka semua data yang telah lengkap
software komputer.
purin, asupan cairan). Adapun uji statistik yang digunakan yaitu chi-square
(
X2 = Ʃ df = (b-1) (k-1)
Keterangan:
X2 = nilai chi-square
E = nilai harapan
O = nilai observasi
df = degree of freedom
b = jumlah baris
k = jumlah kolom
67
variabel dependen dan variabel independen sedangkan jika p-value > 0,05
variabel independen.
5 BAB V
HASIL
dalam satu bulan sesuai dengan jadwal yang telah disepakati bersama
68
69
cairan.
dapat diketahui dari kadar asam urat darah. Kadar asam urat darah
yang diletakkan di alat blood uric acid meter untuk menampilkan hasil
posbindu mengalami hiperurisemia atau kadar asam urat darah tinggi yaitu
sebesar 65,6%.
fisik responden:
(76,3 %) memiliki asupan fruktosa tidak berisiko yaitu asupan fruktosa <
25 gram per hari; sebagian besar pralansia (47,3%) memiliki asupan purin
73
tidak berisiko yaitu asupan purin < 500 mg per hari; dan sebagian besar
pralansia (76,3%) memiliki asupan cairan berisiko yaitu asupan cairan <
Data asupan makan (fruktosa, purin dan cairan) diperoleh dari hasil
purin dalam setiap bahan makanan yang mengandung purin dari FFQ semi
diperoleh nilai p > 0,05. Adapun hasil bivariat dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
Pamulang tahun 2016, dapat dilihat pada tabel 5.10 berikut ini.
74
artinya pada alpha 10% terdapat hubungan antara riwayat keluarga dengan
Pamulang tahun 2016, dapat dilihat pada tabel 5.11 berikut ini:
hiperurisemia ada 53 dari 81 orang (65,4%). Dari hasil uji statistik diperoleh
nilai probabilitasnya sebesar 1,000 (p-value > 0,05), artinya pada alpha 10%
aktifitas fisik berat dan mengalami kejadian terduga hiperurisemia ada 8 dari
Dari hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitasnya sebesar 0,677 (p-value
<0,05), artinya pada alpha 10% tidak terdapat hubungan antara aktifitas fisik
76
sebesar 0,019 (p-value ≤ 0,05), artinya pada alpha 10% terdapat hubungan
Hasil analisis bivariat antara asupan makan (fruktosa, purin dan cairan)
kerja Puskesmas Pamulang tahun 2016, dapat dilihat pada tabel berikut ini.
77
yang berisiko (≥ 25 gram per hari) dan mengalami hiperurisemia ada 19 dari
asupan cairan responden yang berisiko (< 2300 ml pada wanita; < 2600 ml
Dari hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitas untuk asupan fruktosa,
purin dan cairan berturut-turut sebesar 0,037; 0,014; 0,044 (p-value < 0,05),
artinya pada alpha 10% terdapat hubungan antara asupan makan (fruktosa,
PEMBAHASAN
blood uric acid meter memiliki kelemahan antara lain presisi kurang baik,
Selain itu, adanya kemungkinana bias the flat slope syndrome, yakni
79
80
peningkatan kadar asam urat dalam tubuh. Untuk laki-laki, ambang batas
normal dalam darah adalah 7,0 mg/dl. Adapun pada perempuan, batas kadar
asam urat darah normal adalah 5,7 mg/dl (Soeroso, 2011). Hiperurisemia
terjadi ketika asam urat serum melebihi batas tinggi (upper limit) dari jarak
produksi purin dan/atau penurunan eksresi asam urat di ginjal (Lee, 2009).
hiperurisemia.
Dari data di atas dapat diketahui bahwa pada pralansia kejadian terduga
produksi asam urat dan penurunan ekskresi asam urat (Utami dkk, 2009).
asam urat. Ketika kadar asam urat serum melebihi batas normal akibat
urat di dalam sendi, maka akan timbul rasa nyeri pada sendi (Price, 2005).
penyakit artritis gout, batu ginjal dan nefropati asam urat. Pada umumnya,
demikian, dalam jangka yang lama, kadar asam urat darah yang sangat
tinggi (≥ 13mg/dL bagi pria dan ≥ 10 mg/dL bagi perempuan) dapat menjadi
atau ke Puskesmas. Selain itu, perlu dibiasakan juga melakukan pola makan
hiperurisemia.
82
seseorang. Riwayat Keluarga adalah penurunan sifat genetik dari orang tua
transferase) mencapai 2-5% dari kadar normal; aktivitas berlebih dari enzim
Kelebihan produksi purin dalam kondisi tertentu dipecah menjadi asam urat,
hanyalah keluarga dekat seperti ayah, ibu, saudara laki-laki dan saudara
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Sukarmin (2015) yang
dalam keluarga agar lebih berhati-hati dan menjaga pola makan sehat
keluarga hiperurisemia.
posbindu laki-laki yang sedang bekerja sehingga sampel jenis kelamin laki-
laki juga lebih sedikit daripada jenis kelamin perempuan. Untuk pralansia
penelitian ini selaras dengan penelitian Lina (2014) yang menyatakan bahwa
tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dan kejadian
terduga hiperurisemia. Dalam keadaan normal kadar urat serum pada pria
mulai meningkat saat pubertas. Sedangkan pada wanita, kadar asam urat
menopause, kadar asam urat serum meningkat seperti pada pria (Sylvia dkk,
mengalami menopause.
asupan fruktosa dan purin yang tinggi, serta asupan cairan yang kurang,
kesehatan yang tinggi dan mendapatkan hidup yang lebih sejahtera, tidak
pralansia yang memiliki aktivitas fisik berisiko (aktivitas fisik berat) yaitu
46,0%. Hal ini dikarenakan responden yang sudah berusia lanjut tidak
86
kegiatan posbindu berlangsung. Selain itu, senam rutin setiap minggu juga
berisiko (67,1%). Namun, dari hasil uji statistik dinyatakan bahwa tidak
Pamulang tahun 2016. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian
Andry (2009) dan Villegas dkk (2012) yang menyatakan bahwa tidak ada
ketika kenaikan asam laktat tersebut hanya berlangsung sebentar saja, maka
kadar asam urat akan kembali normal dalam beberapa jam kemudian
87
(Yenrina, 2014). Dalam penelitian ini, hal ini bisa terjadi karena pengukuran
asam urat dilakukan waktu pagi hari dan sebelum melakukan aktivitas berat,
(kegemukan) atau kelebihan berat badan adalah keadaan ketika berat badan
antara energi yang masuk dan keluar. Masalah gizi berlebih atau kegemukan
gout (hiperurisemia), ginjal, sirosis hati, dan kanker (Maryam, 2008). Hasil
penyerapan zat gizi. Proses metabolisme yang menurun pada usia lanjut jika
makanan, maka kalori yang berlebih akan diubah menjadi lemak yang
daripada pralansia yang tidak gemuk (52,3%). Dari hasil uji statistik
energi dan keluaran energi sehingga terjadi penimbunan lemak dalam sel
yang akan mensekresi kadar leptin lebih banyak. Leptin adalah asam amino
yang disekresikan oleh jaringan adiposa yang berfungsi sebagai suatu sensor
massa lemak tubuh pada sistem saraf pusat, sehingga otak dapat melakukan
dan energi yang keluar. Selain itu, leptin berperan dalam perangsangan saraf
seseorang. Tingkat asam urat dalam serum yang tinggi atau hiperurisemia
kadar leptin seiring dengan meningkatnya kadar asam urat dalam darah. Hal
ginjal.
dari indikator berat badan normal, yaitu berat badan yang sesuai untuk
tinggi badannya. Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk memantau berat
Selain itu, dianjurkan juga untuk melakukan aktivitas fisik yang ringan
seperti yoga dan senam yang dapat membantu menyeimbangkan zat gizi
Fruktosa adalah jenis gula paling manis yang dinamakan juga levulosa
atau gula buah. Fruktosa banyak terdapat dalam madu, buah, nektar bunga,
fruktosa seharusnya dibawah 25 gram atau 100 kalori per hari (Jaminet,
berisiko yaitu apabila konsumsi fruktosa lebih dari sama dengan 25 gram
berisiko lebih banyak yaitu sebesar (86,4%) dari pada kelompok pralansia
(59,2%).
0,05 yang berarti terdapat hubungan antara asupan fruktosa dengan kejadian
91
Pamulang tahun 2016. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian
glukosa darah dan dapat menyebabkan peningkatan kadar asam urat. Luk
dan ATP berubah menjadi AMP. Tingkat fosfat intraseluler yang menurun,
dan xantin dengan enzim xantin oksidase menjadi asam urat (Johnson dkk,
2013).
Adapun komponen utama fruktosa yaitu gula seperti di dalam buah, teh
manis, softdrink, kopi susu, pemanis sirup dan bahan makanan manis
harum manis, dan gulali juga dapat meningkatkan kadar asam urat dalam
serum (Yenrina, 2014). Pada penelitian ini, ditemukan hasil bahwa asupan
92
fruktosa yang tinggi tersebut (>25 gram per hari) lebih banyak dihasilkan
dihasilkan dari asupan fruktosa yang tinggi. Jadi, ketika seseorang memiliki
asupan fruktosa yang tinggi, maka jumlah kalori yang dihasilkan akan
badan. Oleh karena itu, perlu untuk mengurangi konsumsi sumber makanan
lemak tinggi, seperti daging, makanan yang berminyak seperti nasi goreng,
menjadi asam urat. Diet tinggi purin dapat memicu terjadinya hiperurisemia.
dan Wilson, 2005). Asupan purin dalam makanan normal selama sehari
purin tinggi adalah organ-organ dalam dari hewan, termasuk hati dan ginjal,
memiliki asupan purin berisiko atau kurang dari 500 mg (47,2%) hampir
sama dengan jumlah pralansia yang asupan purinnya tidak berisiko (52,7%).
mengalami hiperurisemia dan asupan purin yang berisiko (kurang dari 500
mg) lebih banyak yaitu sebesar (79,5%) dari pada kelompok pralansia yang
penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Diantari (2012), Lestari (2014),
Villegas dkk (2012), Lina (2014), dan Astuti (2014) yang menemukan
bahwa asupan purin atau diet purin tinggi berperan dalam peningkatan kadar
asam urat darah atau kejadian hiperurisemia. Semakin tinggi pemasukan zat
Molekul purin yang dibentuk menjadi asam urat sebagian besar dari
oxidase dengan produk akhir asam urat. Asam urat yang terbentuk
sodium urate. Tingkat asam urat dalam serum yang tinggi atau
Oleh karena itu, perlu menghindari dan membatasi makanan tinggi purin
seperti konsumsi daging, jeroan dan seafood bagi seseorang yang telah
mengalami hiperurisemia atau kadar asam urat yang tinggi untuk membantu
konsentrasi cairan dalam tubuh sekitar 60%. Proporsi ini dapat berbeda-beda
Sistem hidrasi pada pra lanjut usia sudah mulai menurun sehingga
darah menjadi naik sehingga berisiko terjadi hipertensi. Oleh karena itu
kelompok pralansia (45-59 tahun) adalah 2600 mL pada laki-laki dan 2300
hiperurisemia dan asupan cairan yang berisiko atau kurang dari 2600 mL
pada laki-laki dan kurang dari 2300 mL pada perempuan lebih banyak yaitu
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Fajarina (2012) yang
mempunyai dua fungsi utama (Irawan, 2007) yaitu sebagai pembawa zat-zat
nutrisi seperti karbohidrat, vitamin, dan mineral serta juga akan berfungsi
sebagai pembawa oksigen (O2) ke dalam sel-sel tubuh. Selain itu, air juga
96
mengeluarkan asam urat sehingga dapat menurunkan kadar asam urat dalam
darah. Selain dari minuman, kandungan cairan yang banyak juga dapat
diperoleh dari sayuran dan buah yang banyak mengandung air seperti
tinggi, reabsorpsi air di ginjal menurun dan ekskresi zat terlarut air
satu pemicu kadar asam urat berdasarkan hasil penelitian Fajarina (2011).
Semakin banyak jumlah konsumsi air minum seseorang maka kadar asam
gelas sehari untuk membantu ekskresi asam urat lewat urin. Konsumsi
cairan terutama dari air putih harus sesuai kebutuhan, tidak boleh
kekurangan dan tidak boleh kelebihan cairan. Hal ini berhubungan dengan
sistem hidrasi pada usia lanjut yang mulai menurun sehingga kurang sensitif
7.1 Simpulan
kegemukan.
asupan purin tidak berisiko yaitu asupan purin < 500 mg per hari.
97
98
asupan cairan berisiko yaitu asupan cairan < 2300 ml pada wanita; <
10. Tidak terdapat hubungan antara faktor jenis kelamin dan aktivitas fisik
7.2 Saran
atau gout.
darah.
100
menjadi salah satu pilihan yang baik bagi penelitian lebih lanjut
hiperurisemia.
Ahmad, A. 2016. Sudahkan Anda Mengukur Kadar Asam Urat Anda? (Online).
Tersedia :
http://www.mengobatiasamurat.com/?m=6&id=10&i=Sudahkah%20Anda%
20mengukur%20kadar%20asam%20urat%20Anda%20 (5 Februari 2016)
Ahmad, S., dkk. 2015. Evaluation of Reliability and Validity of the General
Practice Physical Activity Questionnaire (GPPAQ) in 60-74 Years Old
Primary Care Patients. Journal BMC Family Practice, 16(113) : 1-9
Cirillo, P., dkk. 2006. Uric Acid, The Metabolic Syndrome, and Renal Disease.
Journal of American Society Nephrology, 17(12) : 165-168
Choi, H.K, Mount DB, dan Reginanto AM. 2005. Pathogenesis of Gout: Annals
of Internal Medicine, 143(7) : 499-516
Choi, H.K, Simin L., dan Gary C. 2005. Intake of Purine-Rich Foods, Protein, and
Dairy Products and Relationship to Serum Levels of Uric Acid. Arthritis
and Rheumatism, 52(1) : 283-289
Dalimartha, S. 2008. Resep Tumbuhan Obat Untuk Asam Urat. Jakarta: Penebar
Swadaya
101
102
Diantari, E. 2012. Pengaruh Asupan Purin dan Cairan Terhadap Kadar Asam Urat
Pada Wanita Usia 50-60 Tahun di Kecamatan Gajah Mungkur, Semarang.
Skripsi. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro. Semarang
Fajarina, E. 2011. Analisis Pola Konsumsi dan Pola Aktivitas dengan Kadar Asam
Urat Pada Lansia Wanita Peserta Pemberdayaan Lansia di Bogor.
Departemen Gizi Mayarakat, Institut Pertanian Bogor
Festy, P., Anis R.H., Afnan A. 2012. Hubungan Antara Pola Makan dengan Kadar
Asam Urat Darah Pada Wanita Post Menopause di Posyandu Lansia
Wilayah Kerja Puskesmas Dr. Soetomo Surabaya. Skripsi. Keperawatan
UM Surabaya Fakultas Ilmu Kesehatan UM Surabaya
Grassi, D., dkk. 2013. Chronic Hyperuricemia, Uric Acid Deposit and
Cardiovascular Risk. Current Pharmaceutical Design, 19(13) : 2432-2438
Harahap, H., Yekti W., dan Sri M. 2005. Penggunaan Berbagai Cut-off Indeks
Massa Tubuh Sebagai Indikator Obesitas Terkait Penyakit Degeneratif di
Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan, Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes
Hutajulu, H. Mey Sartika. 2012. Hubungan Asupan Makanan dan Faktor Lain
dengan Obesitas pada Pegawai Unit Pelayanan Gizi Pelayanan Kesehatan
St. Carolus Jakarta Tahun 2012. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Program Studi Sarjana Gizi Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia. Depok
103
Irawan, M. Anwari. 2007. Cairan Tubuh, Elektrolit & Mineral. Polton Sport
Science and Performance Lab. Journal, 01(01) : 1-6
Jaminet, P. dan Shou-Ching Jaminet. 2012. Perfect Health Diet: Regain Health
and Lose Weight by Eating the Way You Were Meant to Eat.
Johnson, R.J., dkk. 2013. Sugar, Uric Acid, and the Etiology of Diabetes and
Obesity. Journal of Diabetes 62(-) : 3307-3315
Kemenkes RI. 2012. Laporan Riskesdas Tahun 2007 Bidang Biomedis. Jakarta:
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI
___________. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan
Kim, S.Y., dkk. 2009. Hyperurisemia and Risk of Stroke: A Systematic Review
and Meta-Analysis. Arthritis Rheum, 61(7) : 885-8892
Lim, M.Y. 2007. Crash Course Third Edition: Metabolism and Nutrition. UK:
Elsevier
Lingga, L. 2012. Bebas Penyakit Asam Urat Tanpa Obat. Jakarta: AgroMedia
Pustaka
Luk, A.J. dan Peter A.S. 2005. Epidemiology of Hyperuricemia and Gout. The
American Journal of Managed Care. 11(15) : 435-442
Mahan, L.K dan Sylvia Escott-Stump. 2008. Krause’s Food & Nutrition Therapy,
International Edition, 12th ed. USA: Saunders Elsevier
Maryam, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika
Murray, Robert K., Daryl K.G., dan Victor W.R. 2009. Biokimia Harper Edisi 27.
Jakarta: EGC
Nengsi, S.W., Burhanuddin Bahar dan Abdul Salam. 2014. Gambaran Asupan
Purin, Penyakit Atritis Gout, Kualitas Hidup Lanjut Usia di Kecamatan
Tamalanrea. Skripsi. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanuddin. Makassar
Novia, Yayu, dkk. 2014. Laporan Praktikum Kimia Klinik Pemeriksaan Kadar
Asam Urat. Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Islam. Bandung
105
Rizky, M.S. 2011. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Aktivitas Fisk dengan
Fungsi Kognitif pada Lansia di Kelurahan Darat. Tesis. Program Magister
Kedokteran Klinik-Spesialis Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara Medan
Sun, Sam Z, dkk. 2010. Lack of Association Between Dietary Fructose and
Hyperuricemia Risk in Adults. Nutrition and Metabolism, 7(16) : 1-12
Supariasa, I Dewa Nyoman, Bachyar Bakri, Ibnu Fajar. 2001. Penilaian Status
Gizi. Jakarta: EGC
Talati, J.J, dkk. 2012. Urolithiasis: Basic Science and Clinical Practice.London:
Springer
106
Utami, Prapti dan Tetty Yulia. 2005. Tanaman Obat Untuk Mengatasi Rematik
dan Asam Urat. Jakarta: AgroMedia Pustaka
Utami, Prapti, dkk. 2009. Solusi Sehat Asam Urat dan Rematik. Jakarta:
Agromedia Pustaka
Villegas, Raquel, dkk. 2012. Purine-rich Foods, Protein Intake, and The
Prevalence of Hyperuricemia: The Sanghai Men’s Health Study. Nutrition
Metabolism Cardiovascular Disease, 22(5) : 409-416
Wijayakusuma, Hembing. 2006. Atasi Rematik dan Asam Urat ala Hembing.
Jakrta: Puspa Swara
Xiong, Z, dkk. 2013. Serum Uric Acid is Associated with Dietary and Lifestyle
Factors in Elderly Women in Sub-Urban Guangzhou in Guangdong
Province of South China. The Journal of Nutrition, Health and Aging,
17(1): 30-34
Yenrina, Rina, Diah Krisnatuti, dan Dini Rasjmida. 2014. Diet Sehat Untuk
Penderita Asam Urat. Jakarta: Penebar Swadaya
You, Lili, dkk. 2014. Prevalence of Hyperuricemia and The Relationship between
Serum Acid Uric and Metabolic Syndrome in The Asian Mongolian Area.
Journal of Atherosclerosis and Thrombosis 21(4) : 355-365
107
Lampiran 2
KUESIONER PENELITIAN
TAHUN 2016
Assalamu’alaikum,
Dengan ini saya bersedia mengikuti penelitian ini dan bersedia mengisi
lembar kuesioner yang telah disediakan di bawah ini.
Tertanda,
Wassalamu’alaikum.
No. Responden (diisi oleh peneliti) :
IR3 Usia
IR4 Pekerjaan
0. Ya
1. Tidak
Lampiran 3
General Practice Physical Activity Questionnaire
A1 Pernyataan
B5 Berkebun 1 2 3 4
Lampiran 4
Berat
Rata-
rata
Berat (g) Frekuensi Porsi
Porsi S
Tidak Pernah
Bahan Makanan
x/M
x/H
x/H
g/H
x/B
K S B
Berat (g)
Porsi S
Tidak Pernah
Bahan Makanan
x/M
x/H
x/H
g/H
x/B
K S B
Sayuran
Buncis 50 7 bh
Kacang panjang 50 3 bh
Bayam 50 1 prg
Kangkung 50 1 prg
Sawi putih 50 1 prg
Daun singkong 50 1 prg
Daun melinjo 20 ½ prg
Biji melindo 50 1 prg
Ketimun 50 3 iris
Wortel 50 ½ bh
Terong 50 ½ bh
Labu siam 50 1 ptg sdg
Nangka mentah 50 8 ptg kcl
Kembang kol 100 1 gelas
Kol 50 ⁄ ptg sdg
Lain-lain:
…………
Buah
Alpukat 50 ½ bh bsr
Apel 75 ½ bh bsr
Jeruk manis 107 1 bh sdg
Mangga 90 ½ bh sdg
Melon 75 1 ptg sdg
Nanas 95 ¼ bh sdg
Pepaya 110 1 ptg sdg
Semangka 180 2 ptg
Anggur 125 11 bh
Pir 85 ½ bh
Pisang 60 1 bh
Salak 80 1 bh
Durian 50 3 biji
Lain-lain:
…………
Berat
Rata-
rata
Frekuensi Porsi
Berat (g)
Porsi S
Tidak Pernah
Bahan Makanan
x/M
x/H
x/H
g/H
x/B
K S B
Minyak 5 ½ sdm
Garam 2 ½ sdt
Gula 40 2 sdm
Santan 50 ¼ gls
Minuman
Air putih 200 1 gls sdg
Susu 200 1 gls sdg
Teh 200 1 gls sdg
Kopi 150 1 cgkr
Soft drink 250 1 klg
Lain-lain:
…………
Lampiran 5
Formulir Kadar Asam Urat Darah
Statistics
Kejadian_Hiperurisemia
N Valid 93
Missing 0
Kejadian_Hiperurisemia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Hiperurisemia 61 65.6 65.6 65.6
Normourisemia 32 34.4 34.4 100.0
Total 93 100.0 100.0
2. Gambaran Riwayat Keluarga Responden
Statistics
RiwayatKeluarga
N Valid 93
Missing 0
RiwayatKeluarga
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 51 54.8 54.8 54.8
Tidak 42 45.2 45.2 100.0
Total 93 100.0 100.0
3. Gambaran Jenis Kelamin Responden
Statistics
JK
N Valid 93
Missing 0
JK
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 12 12.9 12.9 12.9
Perempuan 81 87.1 87.1 100.0
Total 93 100.0 100.0
4. Gambaran Aktivitas Fisik
Statistics
Aktivitas_Fisik_
N Valid 93
Missing 0
Aktivitas_Fisik_
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Berisiko 14 15.1 15.1 15.1
Tidak Berisiko 79 84.9 84.9 100.0
Total 93 100.0 100.0
5. Gambaran Kegemukan
Statistics
Kegemukan
N Valid 93
Missing 0
Kegemukan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 49 52.7 52.7 52.7
Tidak 44 47.3 47.3 100.0
Total 93 100.0 100.0
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 8.249 1 .004
b
Continuity Correction 7.038 1 .008
Likelihood Ratio 8.323 1 .004
Fisher's Exact Test .005 .004
Linear-by-Linear Association 8.161 1 .004
b
N of Valid Cases 93
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.45.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for
3.636 1.478 8.950
RiwayatKeluarga
For cohort
Kejadian_Hiperurisemia = 1.569 1.122 2.193
Hiperurisemia
For cohort
Kejadian_Hiperurisemia = .431 .236 .790
Normourisemia
N of Valid Cases 93
10. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Terduga Hiperurisemia
JK * Kejadian_Hiperurisemia Crosstabulation
Kejadian_Hiperurisemia
Hiperurisemia Normourisemia Total
JK Laki-laki Count 8 4 12
% within JK 66.7% 33.3% 100.0%
Perempuan Count 53 28 81
% within JK 65.4% 34.6% 100.0%
Total Count 61 32 93
% within JK 65.6% 34.4% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square .007 1 .933
b
Continuity Correction .000 1 1.000
Likelihood Ratio .007 1 .933
Fisher's Exact Test 1.000 .604
Linear-by-Linear Association .007 1 .933
b
N of Valid Cases 93
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.13.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for JK (Laki-laki /
1.057 .292 3.818
Perempuan)
For cohort
Kejadian_Hiperurisemia = 1.019 .663 1.567
Hiperurisemia
For cohort
Kejadian_Hiperurisemia = .964 .410 2.266
Normourisemia
N of Valid Cases 93
Kejadian_Hiperurisemia
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 5.509 1 .019
b
Continuity Correction 4.370 1 .037
Likelihood Ratio 6.171 1 .013
Fisher's Exact Test .021 .015
Linear-by-Linear Association 5.450 1 .020
b
N of Valid Cases 93
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.57.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for
Asupan_fruktosa (Berisiko / 4.373 1.184 16.148
Tidak Berisiko)
For cohort
Kejadian_Hiperurisemia = 1.460 1.132 1.884
Hiperurisemia
For cohort
Kejadian_Hiperurisemia = .334 .112 .991
Normourisemia
N of Valid Cases 93
14. Hubungan Asupan Purin dengan Kejadian Terduga Hiperurisemia
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 7.205 1 .007
b
Continuity Correction 6.079 1 .014
Likelihood Ratio 7.401 1 .007
Fisher's Exact Test .009 .006
Linear-by-Linear Association 7.127 1 .008
b
N of Valid Cases 93
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.14.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Asupan_purin
3.440 1.367 8.656
(Berisiko / Tidak Berisiko)
For cohort
Kejadian_Hiperurisemia = 1.499 1.107 2.030
Hiperurisemia
For cohort
Kejadian_Hiperurisemia = .436 .227 .838
Normourisemia
N of Valid Cases 93
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for
Asupan_cairan (Berisiko / 3.060 1.142 8.200
Tidak Berisiko)
For cohort
Kejadian_Hiperurisemia = 1.580 .977 2.555
Hiperurisemia
For cohort
Kejadian_Hiperurisemia = .516 .303 .880
Normourisemia
N of Valid Cases 93
Kadar
IMT Kegemukan Riwayat Aktivitas Fruktosa Asupan Purin Asupan Cairan Asupan Asam Kejadian
No Nama JK A B
Keluarga Fisik Fruktosa Purin Cairan Urat Hiperurisemia
1 Ponirah 1 30.8 0 0 3 2 1 30.2 0 640.7 0 2202.9 0 7.3 0
2 ati s 1 26.9 0 1 3 2 1 20.5 1 500.0 0 2642.3 1 4.7 1
3 sapni 0 19.2 1 1 1 2 1 22.5 1 638.7 0 2105.1 0 5.9 1
4 ina agus 1 24.0 1 1 3 3 0 16.3 1 442.1 1 2528.5 1 3.1 1
5 djoko M 0 22.9 1 1 4 3 0 16.5 1 438.1 1 2268.6 0 3.4 1
6 lurina 1 22.1 1 0 1 2 1 37.3 0 632.5 0 2289.6 0 12.2 0
7 nani mul 1 21.8 1 0 3 3 0 26.8 0 636.2 0 2587.3 1 5.9 0
8 masitoh 1 21.0 1 1 3 3 0 26.4 0 403.6 1 2388.7 1 4.8 1
9 titi tab 1 24.0 1 0 3 3 0 28.6 0 491.6 1 2533.1 1 7.6 0
10 mariah 1 26.6 0 1 1 2 1 19.8 1 537.8 0 2327.3 1 5.7 1
11 saribano 1 16.0 1 1 1 2 1 23.1 1 805.2 0 2806.9 1 4.9 1
12 sri budi 1 20.7 1 1 3 2 1 25.3 0 541.9 0 2880.4 1 3.2 1
13 mulyani 1 22.5 1 0 3 2 1 9.8 1 612.6 0 1805.8 0 8.1 0
14 simpen 0 26.2 0 0 1 2 1 22.1 1 348.4 1 2622.3 1 10.3 0
15 ati 1 25.3 0 0 1 2 1 17.2 1 394.6 1 2695.3 1 8.7 0
125
Kadar
IMT Kegemukan Riwayat Aktivitas Fruktosa Asupan Purin Asupan Cairan Asupan Asam Kejadian
No Nama JK A B
Keluarga Fisik Fruktosa Purin Cairan Urat Hiperurisemia
16 suprihat 1 26.6 0 0 1 2 1 10.1 1 522.9 0 1632.5 0 7.3 0
17 sumiati 1 25.6 0 0 3 2 1 20.7 1 694.1 0 1879.5 0 7.7 0
18 rubiyem 1 23.1 1 1 3 3 0 22.0 1 577.2 0 1843.5 0 5.8 0
19 muminatu 1 21.1 1 0 3 2 1 30.6 0 498.1 1 1978.1 0 7.9 0
20 wati 1 26.0 0 0 3 3 0 15.7 1 368.3 1 2480.2 1 8.8 0
21 yeyet su 1 21.8 1 1 1 2 1 24.3 1 409.1 1 2305.6 1 4.9 1
22 nuning 1 20.8 1 1 3 2 1 18.0 1 630.4 0 1940.1 0 9.1 0
23 umar 0 25.6 0 0 3 2 1 25.5 0 542.8 0 1932.0 0 8.2 0
24 sukatmi 1 21.9 1 0 1 2 1 20.4 1 474.5 1 1919.4 0 13.8 0
25 asiah 1 23.7 1 1 1 2 1 15.5 1 398.9 1 2071.9 0 5.6 1
26 hirni 0 24.0 1 0 1 2 1 17.3 1 579.7 0 1917.4 0 8.2 0
27 nani 1 27.8 0 0 3 2 1 16.0 1 389.1 1 2230.4 0 8.8 0
28 samiyah 1 27.1 0 0 3 2 1 18.1 1 448.7 1 1872.0 0 7.5 0
29 poniati 1 31.2 0 0 3 2 1 16.4 1 675.3 0 1992.3 0 7.0 0
30 heriyant 1 25.7 0 0 1 3 1 15.3 1 465.5 1 1866.4 0 9.2 0
Kadar
IMT Kegemukan Riwayat Aktivitas Fruktosa Asupan Purin Asupan Cairan Asupan Asam Kejadian
No Nama JK A B
Keluarga Fisik Fruktosa Purin Cairan Urat Hiperurisemia
31 erpi 1 24.9 1 0 1 2 1 15.3 1 353.7 1 1766.3 0 7.3 0
32 nafsiah 1 29.1 0 1 1 2 1 16.4 1 487.8 1 1917.5 0 7.9 0
33 karnilaw 1 23.1 1 1 3 2 1 12.8 1 369.1 1 2176.8 0 4.6 1
34 sudarman 0 25.0 0 1 3 3 0 12.4 1 490.8 1 2727.0 1 6.5 1
35 harti 1 35.6 0 1 1 2 1 20.4 1 487.0 1 1969.2 0 11.3 0
36 aminah 1 21.9 1 1 3 2 1 14.6 1 556.5 0 1672.5 0 8.4 0
37 purwanit 1 22.2 1 1 1 2 1 15.8 1 424.7 1 1738.7 0 5.6 1
38 gunawan 0 24.0 1 1 3 2 1 15.0 1 2051.0 0 2130.9 0 9.9 0
39 asnih 1 22.1 1 1 1 2 1 14.9 1 425.0 1 2649.5 1 5.3 1
40 mahdi 0 30.5 0 0 3 2 1 19.2 1 378.5 1 2085.5 0 10.9 0
41 salbiah 1 26.2 0 1 1 2 1 22.6 1 328.5 1 1899.9 0 7.9 0
42 sopiah 1 21.1 1 0 3 2 1 19.2 1 431.3 1 1704.3 0 6.3 0
43 maman z 0 25.7 0 0 4 2 0 17.1 1 481.4 1 1849.9 0 12.1 0
44 Fahyati 1 27.8 0 1 3 2 1 18.0 1 409.7 1 1685.7 0 5.2 1
45 Marsinah 1 27.9 0 0 3 2 1 15.1 1 550.8 0 1730.2 0 9.7 0
Kadar
IMT Kegemukan Riwayat Aktivitas Fruktosa Asupan Purin Asupan Cairan Asupan Asam Kejadian
No Nama JK A B
Keluarga Fisik Fruktosa Purin Cairan Urat Hiperurisemia
46 sakem 1 21.1 1 1 3 2 1 18.2 1 512.5 0 1800.8 0 4.3 1
47 asep 0 26.4 0 0 4 1 1 17.3 1 410.9 1 1793.4 0 9.7 0
48 namio 0 29.4 0 0 3 2 1 14.9 1 337.7 1 2113.3 0 8.2 0
49 maya 1 19.5 1 0 1 2 1 19.1 1 484.4 1 1867.5 0 7.9 0
50 eka yuni 1 26.4 0 0 1 2 1 21.6 1 463.9 1 2197.1 0 9.4 0
51 halimah 1 20.8 1 1 2 2 1 14.2 1 395.1 1 1861.3 0 3.2 1
52 nurhayat 1 26.2 0 1 1 2 1 20.0 1 599.1 0 1868.8 0 9.6 0
53 jelita 1 23.9 1 1 1 2 1 26.0 0 539.1 0 2098.0 0 3.1 1
54 sulastri 1 27.4 0 0 3 2 1 18.1 1 482.1 1 2318.5 1 3.4 1
55 ivon 1 34.4 0 1 1 2 1 26.9 0 516.4 0 2086.6 0 12.7 0
56 nani 1 26.2 0 0 3 3 0 22.0 1 425.8 1 2034.5 0 5.4 1
57 nurhayat 1 21.8 1 0 1 2 1 19.0 1 465.1 1 2378.9 1 4.9 1
58 syarif 0 18.9 1 0 3 2 1 21.7 1 547.6 0 2523.5 0 5.7 1
59 zailis 1 21.8 1 1 3 2 1 25.0 0 553.5 0 2125.6 0 7.6 0
60 sukartin 1 26.3 0 0 2 2 1 19.7 1 427.7 1 2401.2 1 4.9 1
Kadar
IMT Kegemukan Riwayat Aktivitas Fruktosa Asupan Purin Asupan Cairan Asupan Asam Kejadian
No Nama JK A B
Keluarga Fisik Fruktosa Purin Cairan Urat Hiperurisemia
61 rahani 1 21.0 1 1 1 2 1 26.1 0 518.6 0 2111.9 0 7.3 0
62 sumiyati 1 24.7 1 0 3 2 1 20.4 1 381.5 1 2007.9 0 4.7 1
63 surip 1 16.6 1 1 1 2 1 25.9 0 578.8 0 2078.8 0 8.2 0
64 nurul 1 20.8 1 1 3 3 0 25.1 0 558.2 0 2153.0 0 11.3 0
65 wice 1 27.8 0 0 3 2 1 25.8 0 529.3 0 2204.1 0 9.4 0
66 kasidh 1 27.1 0 1 3 2 1 11.1 1 564.2 0 1763.7 0 5.9 0
67 surani 1 23.1 1 0 1 2 1 16.6 1 602.0 0 2218.0 0 6.5 0
68 yanti 1 29.2 0 0 3 2 1 17.1 1 511.5 0 2222.6 0 7.4 0
69 isah 1 27.6 0 1 3 3 0 28.7 0 571.8 0 2687.5 1 8.0 0
70 asmi 1 31.2 0 0 3 3 0 21.9 1 468.2 1 2036.4 0 4.1 1
71 rustiah 1 30.4 0 0 1 2 1 27.5 0 586.8 0 2133.3 0 8.2 0
72 bonita 1 24.9 1 1 3 2 1 26.1 0 521.0 0 2482.3 1 12.1 0
73 saimah 1 28.9 0 0 3 2 1 21.4 1 474.0 1 2047.0 0 4.8 1
74 nunung 1 25.8 0 1 3 3 0 25.7 0 542.8 0 2636.0 1 9.7 0
75 juju 1 24.4 1 0 3 2 1 16.4 1 438.7 1 2287.6 0 5.2 1
Kadar
IMT Kegemukan Riwayat Aktivitas Fruktosa Asupan Purin Asupan Cairan Asupan Asam Kejadian
No Nama JK A B
Keluarga Fisik Fruktosa Purin Cairan Urat Hiperurisemia
76 sartini 1 23.7 1 0 3 2 1 11.7 1 394.5 1 2151.4 0 5.7 1
77 Ita 1 24.4 0 1 1 2 1 25.3 0 600.4 0 2109.9 0 11.2 0
78 sadiyah 1 30.1 0 0 1 2 1 25.0 0 518.5 0 2156.8 0 10.7 0
79 tahyati 1 28.4 0 0 3 2 1 22.6 1 619.3 0 2412.4 1 11.5 0
80 marsinem 1 27.8 0 0 1 2 1 23.7 1 623.7 0 1888.7 0 12.2 0
81 atik 1 22.5 1 1 3 2 1 21.7 1 436.8 1 1803.6 0 3.2 1
82 halimah 1 26.8 0 0 3 2 1 15.5 1 416.2 1 1640.5 0 6.7 0
83 sopiah 1 25.9 0 0 3 2 1 14.0 1 416.6 1 1622.4 0 6.4 0
84 mariah 1 26.9 0 1 3 2 1 23.8 1 350.7 1 1898.2 0 12.1 0
85 purwanit 1 21.9 1 1 3 2 1 21.9 1 431.5 1 1932.6 0 4.0 1
86 zahara 1 26.8 0 1 3 2 1 9.7 1 473.7 1 1542.0 0 8.8 0
87 maryam 1 23.1 1 0 3 2 1 15.9 1 602.0 0 1619.7 0 10.7 0
88 suprihat 1 27.9 0 1 3 2 1 17.1 1 428.7 1 2222.6 0 7.7 0
89 salbiah 1 21.2 1 0 3 2 1 28.7 0 571.8 0 2287.5 0 8.2 0
90 rubiyah 1 25.3 0 1 1 2 1 10.3 1 643.0 0 1775.6 0 4.6 1
Kadar
IMT Kegemukan Riwayat Aktivitas Fruktosa Asupan Purin Asupan Cairan Asupan Asam Kejadian
No Nama JK A B
Keluarga Fisik Fruktosa Purin Cairan Urat Hiperurisemia
91 mariah 1 28.3 0 0 3 2 1 14.8 1 465.6 1 2050.2 0 5.7 1
92 karni 1 27.0 0 0 1 2 1 15.0 1 408.6 1 2257.9 0 7.1 0
93 jahara 1 20.0 1 0 3 2 1 17.8 1 584.2 0 2369.9 1 7.8 0