Anda di halaman 1dari 5

Lampiran 1

Essay Competition 2015

“Pembentukan Karakter Profetik Dalam Mewujudkan Generasi Indonesia


Cendekia”

Pendidikan Berkarakter Profetik untuk Generasi Indonesia Cendekia

Oleh :

Hapsari Eka Wijayanti (15304244001)

Pendidikan Biologi / 2015

Universitas Negeri Yogyakarta

Yogyakarta

2015
PENDIDIKAN BERKARAKTER PROFETIK
UNTUK GENERASI INDONESIA CENDEKIA

Dewasa ini, masalah pendidikan di Indonesia masih saja menjadi pokok


diskusi di kalangan masyarakat. Apalagi setelah diberlakukannya MEA
(Masyarakat Ekonomi Asean). Ada beberapa aspek yang terkena dampak dari
MEA, yakni menjamurnya lembaga pendidikan asing, standar dan orientasi
pendidikan yang makin pro pasar, dan pasar tenaga kerja yang dibanjiri tenaga
kerja asing (Ketua Umum Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND),
Vivin Sri Wahyuni). Adanya MEA membuat persaingan dalam beberapa hal
menjadi sangat ketat, terutama pendidikan. Selain itu, karena semakin mudahnya
akses ke dalam dan luar negeri membuat budaya-budaya baru mudah masuk.
Teknologi yang semakin canggih pun semakin membuat manusia seakan-akan
menjadi robot akan dirinya sendiri. KKN kini juga semakin sulit untuk diberantas.
Budaya Copy Paste di kalangan siswa telah menjadi hal yang biasa. Moral
bangsa lama kelamaan terkikis. Anak muda yang menjadi penggerak negara mulai
kehilangan pedoman dan karakter. Padahal, Bung Karno dengan semangatnya
mengatakan, “Beri aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari
akarnya. Beri aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia”. Begitu
pentingnya arti pemuda di masa ini. Namun, pemuda, generasi harapan bangsa,
saat ini telah dijajah secara perlahan dalam hal akhlak. Globalisasi yang kini
menuntut manusia untuk bisa mengikuti perkembangan zaman, sangatlah
berpengaruh besar. Bagi yang belum siap menghadapi arus globalisasi, akan
terombang-ambing dan mudah untuk terpengaruh ke hal-hal negatif. Untuk itu,
diperlukan sebuah pendidikan berkarakter profetik yang menekankan pada akhlak
atau keagamaan agar setiap manusia memiliki keyakinan dan pedoman hidup.

Pendidikan adalah segala sesuatu yang diberikan kepada peserta didik


untuk keperluan pertumbuhan dan perkembangan jiwa dan raga serta berguna bagi
modal bagi kehidupan di masa depan (Dirto Hadisusanto, dkk). Profetik berasal
dari bahasa inggris prophetical yang mempunyai makna kenabian atau sifat yang
ada dalam diri seorang nabi (Kuntowijoyo). Yaitu sifat nabi yang mempunyai ciri
sebagai manusia yang ideal secara spiritual-individual, tetapi juga menjadi
pelopor perubahan, membimbing masyarakat ke arah perbaikan dan melakukan
perjuangan tanpa henti melawan penindasan.

Secara definitif, pendidikan profetik dapat dipahami sebagai seperangkat


teori yang tidak hanya mendeskripsikan dan mentransformasikan gejala sosial,
dan tidak pula hanya mengubah suatu hal demi perubahan, namun lebih dari itu,
diharapkan dapat mengarahkan perubahan atas dasar cita-cita etik dan profetik.
Secara normatif-konseptual, paradigma profetik versi Kuntowijoyo (alm)
didasarkan pada Surat Ali-Imran ayat 110 yang artinya: “Engkau adalah ummat
terbaik yang diturunkan/dilahirkan di tengah-tengah manusia untuk menyuruh
kepada yang ma’ruf dan mencegah kemunkaran dan beriman kepada Allah”.
Terdapat tiga pilar utama dalam ilmu sosial profetik yaitu; amar ma’ruf
(humanisasi) mengandung pengertian memanusiakan manusia. nahi munkar
(liberasi) mengandung pengertian pembebasan. dan tu’minuna bilah
(transendensi), dimensi keimanan manusia.

Oleh karena itu, perlu partisipasi aktif seluruh insan pendidikan mulai dari
kepala sekolah, pendidik, hingga karyawan untuk mewujudkannya, karena
kesuksesan ini akan dipengaruhi faktor keteladanan orang-orang terdekat mitra
didik.

Ada beberapa hal yang perlu dikembangkan pada proses internalisasi


pendidikan karakter di kelas, yaitu memberikan metode belajar partisipasi aktif
siswa untuk meningkatkan motivasi siswa, menciptakan iklim belajar kondusif
agar siswa dapat belajar efektif dalam suasana yang memberikan rasa aman dan
penghargaan. Metode pengajaran harus memperhatikan keunikan masing-masing
siswa, guru harus mampu menjadi teladan (modelling) bagi praktik implementasi
nilai-nilai profetik, membentuk kultur terbuka saling mengingatkan antara guru
dan siswa dengan prinsip kesantunan (Hal 87). Tentunya seting iklim dan tempat
di sekolah juga harus dilakukan para orang tua di rumah. Kiatnya pihak sekolah
dapat merangkul dan melibatkan wali murid untuk bekerja sama dalam proses
pendidikan anak.
Komunikasi intens perlu dijalin, jangan hanya ketika pembagian rapor dan
pelajar terkena kasus, karena mau tidak mau lingkungan keluarga merupakan
lingkaran elementer sekaligus parameter berhasil dan gagalnya pembentukan
karakter.

Selanjutnya, selain kegiatan positif di dalam proses belajar mengajar, para


guru atau mitra didik harus memberikan contoh baik dalam kehidupan sosial. Hal
tersebut dapat di terapkan melalui 5S (senyum, sapa, salam, sopan, dan santun)
baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat. Dengan hal tersebut, akan terjalin
komunikasi yang baik dan kontinyu di antara pendidik maupun siswa.

Tak bisa dielakkan lagi, generasi muda saat ini adalah calon pemimpin
bangsa di masa depan. Maka dari itu, kita memerlukan pemimpin yang lebih baik
dari sebelumnya di masa yang akan datang. Lalu harus seperti apakah seorang
pemimpin itu? Kita bisa melihat kepemimpinan Nabi Muhammad SAW. Beliau
adalah pemimpin terbaik sepanjang masa. Bagaimana pemerintah/para
guru/civitas academia membentuk pribadi yang memiliki jiwa kepemimpinan
unggul? Salah satu caranya adalah memberikan pendidikan agama. Satu kali
dalam seminggu tidaklah cukup untuk memperbaiki moral bangsa dan karakter
generasi muda. Pemerintah, para civitias academia, guru-guru disekolah, dan
pihak-pihak yang terkait dapat membentuk kegiatan intrasekolah tentang
keagamaan. Misalnya, diwajibkannya tutorial pendidikan agama. Atau, di awal
proses masuk diadakan training motivasi. Dengan adanya kegiatan itu, motivasi
untuk menjadi pribadi yang lebih baik akan muncul dari dalam diri masing-
masing.
Lampiran 2

Formulir Pendaftaran

Essay Competition 2015

HASKA JMF FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta


”Pembentukan Karakter Profetik dalam Mewujudkan Generasi Indonesia
Cendekia”

1. Nama : Hapsari Eka Wijayanti


2. Tempat Tanggal Lahir : Kebumen, 12 Januari 1998
3. NIM / Jurusan : 15304244001 / Pendidikan Biologi
4. Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Yogyakarta
5. Alamat : Karangmalang A 30 RT.02 RW.01, Catur Tunggal,
Depok, Sleman, Yogyakarta
6. No. HP : 08979043003
7. E-mail : hapsari1201@gmail.com
8. Facebook : Hapsari Eka Wijayanti
9. Judul Essay : Pendidikan Berkarakter Profetik untuk Generasi
Indonesia Cendekia

Yogyakarta, 17 September 2015

Peserta

Anda mungkin juga menyukai