Anda di halaman 1dari 10

Nama : Farizki Hapsoro

Nim : 185120400111012

Kelas : HI-A1

Pengertian dari Filsafat

Pertanyaan-pertanyaan tentang asal dan tujuan, tentang hidup dan mati, tentang
hakikat manusia mungkin tidak akan terjawab oleh ilmu pengetahuan. Begitu pula filsafat,
mungkin juga tidak bisa menjawabnya. Tetapi filsafat merupakan tempat dimana pertanyaan-
pertanyaan ini ditampung, lalu dijelaskan dan akhirnyan diteruskan. Bisa dikatakan filsafat
adalah ilmu yang tidak memiliki batasan. Filsafat juga tidak hanya mempelajari dari salah satu
segi kenyataan saja, tetapi juga dari semua yang menarik perhatian manusia. Filsafat juga sering
disebut dengan ilmu sentral karena ilmu lain seringkali juga menemui pertanyaan yang diluar
bidang khusus mereka, misalnya tentang batas-batas pengetahuan mereka, tentang darimana
asal bahasa, tentang hakikat hidup, tentang hubungan badan dan jiwa, tentang hakikat materi
dan dasar moral.

Ilmu pengetahuan dan filsafat memiliki pengertian yang berbeda dengan itu maka akan
terlihat perbedaan antara ilmu pengetahuan dan juga filsafat.

 ilmu pengetahuan adalah pengetahuan metodis, sistematis, dan koheren tentang suatu
bidang tertentu dari kenyataan
 ilmu filsafat adalah pengetahuan metodis, sistematis, dan koheren tentang seluruh
kenyataan

walaupun hasil dari filsafat kurang kongkret dan kurang berguna namun filsafat masih
dibutuhkan sebagai suatu forum, suatu tempat dimana dibicarakan soal-soal yang dating
sebelum dan sesudah semua ilmu lain.

Filsafat berasal dari yunani yang memiliki arti “cinta akan ilmu” yang berasal dari kata
“philos” yang berarti pengetahuan dan “Sophia” yang berarti cinta
Filsafat berasal dan terdorong dari 3 hal yaitu keheranan, kesangsian, dan kesadaran
akan keterbatasan.

 Keheranan, saat kita melihat sesuatu maka kita akan mengamati dan
menyelidiknya kemudian kita akan mulai bertanya-tanya tentang hal itu.
Pengamatan inilah yang memberikan dorongan untuk menyelidiki dan dari
penyelidian muncul pertanyaan dan menghasilkan filsafat.
 Kesangsian, filsum seperti Augustinus dan Descartes menunjukkan bahwa
kesangsian merupakan sumber utama berpikiran. Dari itu manusia yang
sebelumnya heran menjadi ragu-ragu. Apakah manusia tidak ditipu dengan
panca inderanya. Manusia menjadi meragukan apa yang ada di dunia ini, karena
di dunia ini terdapat banyak pendapat, keyakinan, dan interpretasi. Sikap ini
disebut skeptic dan sangat berguna untuk menemukan suatu titik pangkal yang
tidak diragukan lagi. Titik pangkal ini berfungsi sebagai dasar untuk semua
pengetahuan yang lebih lanjut.
 Kesadaran akan keterbatasan, manusia mulai berfilsafat saat menyadari bertapa
kecil dirinya jika dibandingkan dengan alam semesta yang mengelilinginya.
Semakin manusia terpukau maka manusia akan semakin menayakan
eksistensinya. Semakin jelas kelihatan terbatas makan semakin jelas juga bahwa
harus ada sesuatu yang tidak terbatas, ketakterhinggaan yang “membatasi”
segala sesuatu yang lain.

Dengan keheranan, kesangsian, dan kesadaran akan keterbatasan mendorong manusia


untuk berpikir dan pemikiran segera menjadi metodis. Manusia berpikir menggunakan hal-hal
yang lebih konkret ke prinsip-prinsip induk yang abstrak. Menurut Aristoteles pemikiran kita
melewati 3 jenis abstraksi setiap abstraksi menghasilkan satu jenis pengetahuan, yaitu
pengetahuan fisis, pengetahuan matematis, dan pengetahuan teologis.

 Tahap pertama : fisika, kita mulai perpikir kalau kita mengamati sesuatu. Akal
kita akan melepaskan dari pengamatan inderawi segi-segi tertentu, yaitu materi
yang dapat dirasakan.
 Tahap kedua : matesis, kita masih dapat melepaskan, mengabstrahir lebih
banyak lagi. Berkat abstraksi ini kita dapat menghitung dan mengukur, karena
menghitung dan mengukur itu mungkin lepas dari semua gejala dan semua
perubahan, dengan mata tertutup.
 Tahap ketiga : teologi atau filsafat pertama. Akhirnya kita bisa mengabstrahir
dari semua materi, baik materi yang bisa diamati maupun yang bisa diketahui

Dengan mempelajari ilmu filsafat pengetahuan menjadikan kita orang yang lebih kritis
dan tidak mudah percaya apalagi menelan mentah-mentah berbagai teori dan memandang
segala sesuatu tidak hanya dalam satu prespektif.

Dengan mempelajari bab ini menjadikan saya mengerti perbedaan filsafat dengan ilmu
pengetahuan, dan mengerti lebih dalam apa pengertian dari filsafat.

Sejarah Perkembangan Ilmu & Ruang Lingkup dan Kedudukan Ilmu

Filsafat adalah cerminan dari rasionalitas, kritisisme, dan radikal tentah hal-hal pokok
dalam hidup. Filsafat sudah bisa mengubah pola pikir bangsa yunani dan manusia pada
pandangan yang sebelumnya mitosentris menjadi logosentris. Jadi, yang pemikirannya
sebelumnya bergantung kepada dewa berubah menjadi pemikiran yang bergantung pada
rasionalitas. Selanjutnya ilmu terbagi menjadi beberapa disiplin, yang membutuhkan
pendekatan, sifat, obyek, tujuan dan ukuran yang berbeda dengan disiplin satu ke satunya.
Selanjutnya ilmu menjadi semakin beragam variasinya. Walaupun ilmu yang semakin
terspesialisasi semakin menjadikan jarak antar ilmu, sehingga muncullah kesombongan antar
ilmu. Jadi dapat disimpulkan semakin berkembang pesat disisi lainnya menimbulkan
kekhawatiran terhadap berkembangnya ilmu karena tidak ada orang maupun lembaga yang
memiliki otoritas untuk menghambat implikasi negative dari ilmu. Manusia tanpa sadar menjadi
budak ilmu dan teknologi. Karena itu, filsafat ilmu berusaha mengembalikan arti dan tujuan
ilmu agar ilmu tidak menjadi boomerang bagi kehidupan manusia. Sejarah filsafat juga bisa
menjadi kajian kita untuk mengetahui bagaimana ilmu itu berkembang sampai sekarang karena
sejarah filsafat dunia menjadi sumber pengetahuan, hikmat dan pengalaman, dan kepercayaan
yang luar biasa.

Dalam sejarah filsafat biasanya dibedakan menjadi 3 tradisi besar antara lain: filsafat
barat, filsafat india, dan filsafat cina. Dari ketiga filsafat tersebut mencul banyak parallel
terutama di pada filsafat india dengan barat. Pada masa itu filsafat mengalami perkembangan
yang cepat dibandingkan dengan yang lain.

Perkembangan filsafat barat dapat dibedakan menjadi 4 periode. Diawali dengan masa
Pra Socrates, dilanjutkan dengan masa The Greek Gang of Three, lalu memasuki masa The Dark
Age, dan yang terakhir merupakan masa Renaissance & Aufklarung.

Pada masa Pra Socrates (600SM) masyarakat masih menganut 2 aliran yaitu, misosentris
dam naturalis. Para penganut mitosentris percaya kepada mitos-mitos sebagai contohnya
mereka masih percaya bahwa jika ada petir menyambar maka menandakan zeus sedang marah.
Lalu ada kaum naturalis sangat mempercayai dan menghargai alam dan beranggapan sesuatu
yang alamiah itu baik. Karena mereka menerima alam sebagai realitas, mulai dari yang tampak
oleh mata hingga fenomena ruang dan waktu. Pada masa ini mereka mulai berpindah yang
sebelumnya mitosentris mulai berubah ke logosentris. Pada masa ini kaum sofis
mempertanyakan tentang manusia, lebih tepatnya kebenaran pada diri manusia.

Memasuki masa The Greek Gang of Three yang dipelopori oleh Socrates, Plato, dan
Aristoteles mereka menyatakan bahwa alam dan manusia saling berpadu atau mutually
constitude. Mereka menjadi filsuf yang pemikirannya menjadi acuan untuk perkembangan
filsafat kedepannya.

Kemudian The Dark Age atau pasca Aristotales, pada zaman ini filsafat yunani kuno
menjadi praksis/ mistis. Karena ilmu pengetahuan dikekang oleh ilmu agama. Jadi mereka
hanya memperbolehkan ilmu pengetahuan yang tidak bertentangan dengan ajaran gereja saja.
Pada masa ini banyak filsuf yang dihukum oleh gereja.

Dan terakhir adalah masa Renaissance. Zaman ini dimulai pada abad ke 15 dan
dimatangkan pada abad ke 18 oleh Aufklarung. Masa ini juga masa kejayaan dalam penemuan
penemuan penting pada ilmu-ilmu alam. Renaissance memiliki arti kelahiran yang mengartikan
bebasnya ilmu pengetahuan dari kekangan gereja yang selama ini membatasi perkembangan
ilmu pengetahuan. Setelah ini muncullah zaman modern atau saat ini. Pada zaman ini banyak
sekali aliran-aliran yang terlahir seperti empirisme, idealisme, dan rasionalisme.

Selanjutnya ada ruang lingkup ilmu yang terdiri dari

1. Epistimologi, cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan tentang keberadaan suatu


objek atau subjek
2. Logika, cabang filsafat yang menyelidiki cara berfikir yang tidak melanggar batas-batas
rasionalisme
3. Kritik ilmu-ilmu, cabang filsafat meliputi ilmu formal, empiris formal, dan hermeneutis
4. Metafisika umum, cabang yang menyelidiki kenyataan secara keseluruhan
5. Tek. Metafisika, meliputi teknologi metafisika, antropologi, dan kosmologi
6. Antropologi, cabang yang menyelidiki tentang manusia
7. Kosmologi, cabang yang mempelajari dunia
8. Etika, cabang tentang praksis manusia tentang tindakan
9. Estetika, cabang yang membahas tentang keindahan

Tumpuan pemikiran ilmu bertumpu ke 3 cabang

1. Ontologi, yang membicarakan objek yang ada


2. Epistimologi, yang membicarakan tentang kebenaran dan asal
3. Aksiologi, yang mempelajari nilai secara umum

Dari bab ini kita dapat mempelajari sejarah bagaimana filsafat berkembang dari zaman
ke zaman lalu kita juga mengetahui tentang ruang lingkup dan juga tumpuang pemikiran dari
ilmu filsafat

Filsafat Ilmu dan Logika


Logika berasal dari bahasa yunani kuno logos yang memiliki arti hasil pertimbangan akal
pikiran yang dibicarakan lewat kata dan dituangkan dalam bahasa. Dalam filsafat, logika
berperan untuk mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur. Logika
bersifat praktis yaitu dapat dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Logika digunakan dalam
bentuk pembuktian. Logika tidak bisa dihindarkan saat kita mencoba untuk mencari kebenaran.

Logika sebagai ilmu pengetahuan adalah penalaran yang dilihat dari segi ketepatannya.
Penalaran adalah proses pemikiran manusia yang berusaha tiba pada pernyataan baru yang
merupakan kelanjutan dari pernyataan lain yang telah diketahui yang nantinya.

Logika juga bisa disebut dengan keterampilan yang digunakan untuk menerapkan
hukum-hukum pemikiran dalam praktek, dengan adanya hal itu maka logika bisa disebut
dengan filsafat yang praktis.

Logical fallacy atau kekelirual berlogika adalah penalaran rusak atau gangguan dalam
logika argumen, sedangkan structure fallacy mengacu pada kesalahan dalam struktur premis
dari argument.

Orang Indonesia sering kali melakukan logical fallacy terutama pada 5 logical fallacy
berikut:

1. Appeal to belief
Appeal to belief merupakan logical fallacy dimana alasan untuk menolak atau menerima
sesuatu hanya didasarkan karena kepercayaan orang tersebut, yang akan menyebabkan
subjektifitas pada pilihannya. Logical fallacy ini merupakan logical fallacy yang paling
rawan terhadap SARA maka dari itu logical fallacy ini menjadi yang paling sensitif.
Karena jika seseorang menggunakan kepercayaannya sebagai bahan dari argument
maka itu sudah tidak bisa disebut dengan perdebatan melainkan sudah masuk dalam
pemaksaan. Contohnya: LGBT tidak boleh dilindungi oleh agama karena menurut agama
A itu tidak diperbolehkan. Maka kita harus menolak perlindungan LGBT itu.
2. Argument from adverse consequences
Argument from adverse consequences merupakan logical fallacy dimana seseorang
merasa dirinya harus benar dalam perdebatan karena jika tidak benar, maka hal yang ia
percaya tidak baik akan menjadi konsekwensinya. Maka dari itu lawan dari bicaranya
harus selalu salah menurut pandangan dia. Padahal, kadang pandangan yang ia pakai
sangat relative benarnya dan kadang tidak dapat digeneralisasikan. Contohnya: Apapun
alasannya penganut aliran sesat tetap harus dihukum dengan seberat-beratnya
walaupun kebanyakan dari mereka tidak tahu apa-apa.
3. Bandwagon Fallacy
Bandwagon fallacy merupakan logical fallacy dimana ketika seseorang mendasarkan
argument kepada mayoritas yang ada. Karena suatu label kebenaran biasanya
didasarkan pada mayoritas yang ada meskipun kebenarannya belum tentu bisa
divaliditas. Contohnya: si A menganggap si B segai pencuri karena teman-teman sekelas
menganggap kalau si B orang yang paling mencurigakan
4. Genetic Fallacy
Genetic fallacy merupakan logical fallacy dimana apabila seseorang mendasakan
argumennya pada asal usul dari hal yang diperdebatkan. Kesalahannya adalah
mengambil generalisasi dari satu hal dan menggunakannya untuk menganalisa hal lain
dimana seringkali tidak relevan. Biasanya fallacy ini digunakan untuk men-judge
seseorang. Contohnya: A dibenci oleh temannya karena dia keturunan jepang. Teman-
temannya menganggap bahwa jepang merupakan musuh karena sudah menjajah
Indonesia dulu
5. Ad Hominem
Ad hominem merupakan logical fallacy yang menyerang individu daripada menyerang
apa yang seharusnya diperdebatkan. Poin suatu perdebatan seringkali tidak berakar
pada argument empiris melainkan lebih pada serangan terhadap individu tertentu.
Contohnya: si A mulai menyerang si B dengan kata-kata body shaming setelah si B
berhasil membantah argumen dari si A.

Etika keilmuan
Etika memiliki sifat mendasar yang mengkritik. Etika biasanya mempersoalkan tentang
norma-norma yang berlaku, mencari tau dasar norma, mempermasalahkan hak dari setiap
lembaga untuk member larangan yang harus ditaati. Etika menuntut orang untuk bersikap
rasional terhadap semua norma. Sehingga membuat manusia lebih otonom. Etika berasal dari
bahasa yunani kuno ethos, yang berarti tempat tinggal dan ta etha yang berarti adat kebiasaan.
Jadi etika memiliki arti sesuatu yang biasa kita lakukan . penggunaannya bisa dibagi menjadi 3,
pertama dipakai di nilai dan norma yang menjadi patokan bertingkah laku, yang kedua
digunakan sebagai kumpulan kode etik yang berlaku, dan yang terakhir ketika etika sudah
dianggap baik maka etika tersebut pasti sudah diterima dalam masyarakat.

Perbedaan antara etika dan etiket adalah etika merupakan moral dan etiket adalah
sopan santun. Keduanya berkaitan dengan tingkah laku manusia. Oleh karena itu keduanya
saling berkaitan walaupun ada perbedaan antara etika dan etiket.

ETIKA ETIKET

pembuatan Cara pembuat

Berlaku kapanpun Berlaku ketika ada orang lain

Bersifat absolut Bersifat relatif

batiniah lahiriah

Moralitas merupakan istilah manusia menyebut manusia lainnya yang bertidak dalam
nilai positif. Sedangkan manusia yang tidak bermoral disebut dengan amoral yang artinya tidak
bermoral dan memiliiki pandangan buruk dalam sudut pandang manusia lainnya. Maka dari itu
moral merupakan hal mutlak yang harus dimiliki manusia.

Etika sebagai ilmu yang menyangkut tentang moral mempunyai 3 konteks, antara lain:

 Deskriptif, menggambarkan moralitas individu tanpa memandang penilaian moral


 Normatif, menggambarkan moral individu dan memberikan penilaian moral
 Mataetika, berfokus pada bahasa atau ucapan manusia di bidang moralitas.

Etika di masa sekarang ini berperan sebagai pengenalan nilai-nilai dan norma yang
berlaku dalam bermasyarakat. Di masa sekarang ini ada 3 hal yang menonjol pada ke etisan.
Yang pertama adalah banyaknya ragam moral di masyarakat. Yang kedua banyaknya tumbul
masalah tentang etika di masyarakat sekarang, yang ketiga semakin jelasnya kepedulian
terhadap etika

Dengan belajar etika dan moral kita menjadi lebih bisa menempatkan diri pada
masyarakat dan mengerti macam-macam hal yang boleh dilakukan dan hal-hal yang tidak patut
dilakukan saat di dalam masyarakat.

Tradisi Rasionalisme

Rasionalisme merupakan doktrin filsafat yang menyatakan kita harus melewati tahap
pembuktian, pelogikaan, dan penganalisaan yang berdasarkan fakta untuk menyatakan bahwa
suatu hal itu dianggap benar dan bukan berasal dari pengalaman inderawi. Rasionalisme
berlawanan dengan empirisme karena mereka berpendapat bahwa ada kebenaran yang secara
langsung dapat dipahami dengan ini kaum rasionalis menegaskan bahwa prinsip yang ada
dalam logika, matematika, etika dan metafisika pada dasarnya benar.

Dalam rasionalisme terdapat metode, salah satunya adalah metode induksi dan deduksi.
Pada metode deduktif, salah satu cara berfikir dilakukan dengan logis dan analitik, yang ada
karena pengamatan yang intens, sistematis, dan kritis dengan bertambahnya pengetahuan
manusia maka akan ada usaha untuk menjawab dengan rasional yang memiliki makna dapat
dipertanggung jawabkan jawabannya dan harus mengesampingkan pemikiran yang irasional.
Dengan berpikir rasional maka manusia sudah dianggap mencari jawaban yang benar. Paham
yang mengantarkan dirinya dengan proses tersebut juga disebut dengan paham rasionalisme.
Metode deduktif dan paham ini memiliki keterkaitan karena dalam sistematis menyusun logika
suatu pengetahuan para ilmuan rasionalis cenderung menggunakan penalaran deduktif.
Dalam metode induksi cara berfikir kita dengan menarik kesimpulan dari hasil
pengamatan tarhadap hal partikular kedalam hal yang universal. Jadi metode ini bisa dikatakan
berlawanan dengan kenyatakan yang terbatas dan khusus, dan memiliki akhir yang bersifat
kompleks.

Dalam metode induksi, ciri yang paling menonjol adalah generalisasi. Generalisasi disini
bukan berarti individu bisa megeneralisasikan sesuatu ke suatu kelompok tertentu yang lebih
luas. Dengan ini akan ada kesimpulan yang benar itu tidak pasti benar, oleh karena itu
menghasilkan kemungkinan-kemungkinan atau spekulasi-spekulasi.

Tokoh-tokoh yang terkenal di rasionalisme antara lain:

 Leibniz (1646-1716)
Metafisik Leibniz memusatkan perhatian pada substansi
 Christian Wolf
Filsafat harus disertai dengan pengertian yang jelas dan bukti yang kuat
 Nicolas Malebranche
Pemaduan filsafat baru descarte dengan pemikiran kristiani
 Descartes
Substansi terbagi menjadi 3, pemikiran, Allah, dan keluasaan
 Spinoza (1632-1677)
Substansi merupakan pokok utama dalam pemikirannya, dan hanya ada 1
substansi
 Blaise Pascal
Terbagi menjadi 2 yaitu Le Coure (hati pusat segala aktivitas) dan Le Pari (ada
tidaknya tuhan)

Anda mungkin juga menyukai