Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN PRODUK DARAH

PADA UNIT PELAYANAN DARAH SEBUAH RUMAH SAKIT DENGAN


METODE SIMULASI (STUDI KASUS: RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO)
ANINDITA NOVIANDARI
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Darah merupakan komponen yang vital. Menurut Katsaliaki dan
Brailsford (2007) shortage darah dapat menimbulkan resiko nyawa, semisal
ditundanya operasi karena tidak tersedianya darah untuk transfusi dalam proses
pembedahan. Kebutuhan pelayanan darah yang berkualitas semakin dituntut guna
mendukung pencapaian sasaran pembangunan kesehatan nasional. Pada saat ini,
pelaksanaan pelayanan darah di Indonesia belum berjalan sesuai dengan harapan.
Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementrian Kesehatan RI merilis
bahwa pada tahun 2011 didapatkan donasi darah sejumlah 2,1 juta kantong,
sementara jumlah yang dibutuhkan adalah 4,5 juta kantong (BUK, 2012). Dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2011 (Lampiran 6) telah dijelaskan bahwa
rencana kebutuhan darah untuk kepentingan pelayanan darah disusun oleh Unit
Transfusi Darah (UTD) dan Bank Darah Rumah Sakit (BDRS), susunan ini
dijelaskan pada Tabel 1.1. Dalam hal ini, kedua fungsi tersebutlah yang harus
secara cermat mengantisipasi adanya stockout pada pelayanan transfusi darah
dengan cara melakukan estimasi peramalan kebutuhan darah dan penyusunan
strategi pemenuhannya.
BDRS yang merupakan unit pelayanan darah terendah yang harus segera
memenuhi kebutuhan darah pada pasiennya. BDRS menentukan level persediaan
optimal dari keseluruhan produk darah berdasarkan estimasi BDRS terhadap
permintaan yang mungkin terjadi (Katsaliaki dan Brailsford, 2007). Cohen dan
Pierskalla (1979) menjelaskan tugas dari BDRS adalah untuk mengelola
pengumpulan, proses, penyimpanan dan distribusi dari Whole Blood dan produk
darah dengan cara menjamin semua permintaan darah terpenuhi. Sementara itu,
Rytilä dan Spens (2006) juga mengemukakan bahwa UTD rumah sakit
bertanggung jawab pada ketersediaan produk darah yang sesuai dan tepat waktu
untuk menjamin penggunaan produk darah yang aman.

1
ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN PRODUK DARAH
PADA UNIT PELAYANAN DARAH SEBUAH RUMAH SAKIT DENGAN 2
METODE SIMULASI (STUDI KASUS: RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO)
ANINDITA NOVIANDARI
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Tabel 1.1. Jenis instansi pelayanan darah di Indonesia

UTD PMI UTD RS BDRS

UTD PMI merupakan UTD RS merupakan fasilitas BDRS sebagai suatu unit
kegiatan donor darah pelayanan kesehatan yang pelayanan di RS yang
yang pengelolaan dan berada di RS yang bertanggung jawab atas
pelaksanaannya menyelenggarakan donor tersedianya darah untuk
diserahkan oleh PMI. darah, penyediaan darah dan transfusi yang aman,
pendistribusian darah. UTD berkualitas dan dalam
di RS selain menjalankan jumlah yang cukup untuk
fungsi sebagai UTD tetapi mendukung pelayanan di
juga sebagai BDRS di RS RS dan Fasyankes lainnya.
tersebut.
Kegiatan UTD PMI Kegiatan UTD di RS, yaitu: Kegiatan BDRS, yaitu:
yaitu:
1. Pengarahan donor 1. Pengarahan donor 1. Menerima darah yang
sudah diuji saring dari
UTD
2. Pengambilan darah 2. Pengambilan darah 2. Menyimpan darah dan
memantau persediaan
darah
3. Pengolahan darah (uji 3. Pengolahan darah (uji 3. Melakukan uji silang
saring dan komponen) saring dan komponen) serasi darah pendonor
dan darah pasien
4. Penyimpanan 4. Penyimpanan
5. Distribusi 5. Distribusi
6. Melakukan uji silang serasi
darah
7. Pemberian ke pasien

Sistem persediaan pada BDRS merupakan sistem yang stokastik karena


permintaan darah yang datang sangat berubah-ubah tergantung tipe operasi dan
terjadinya komplikasi yang memerlukan transfusi ekstra (Katsaliaki, dkk, 2009).
Pemenuhannya juga berubah-ubah, bergantung dengan ketersediaan produk yang
diminta pada unit pengelolaan darah (di Indonesia dilakukan oleh Palang Merah
Indonesia; PMI).
Pada umumnya, BDRS menerima permintaan darah secara harian. Saat
persediaan darah mencapai titik terendah dari jumlah persediaan, BDRS akan
ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN PRODUK DARAH
PADA UNIT PELAYANAN DARAH SEBUAH RUMAH SAKIT DENGAN 3
METODE SIMULASI (STUDI KASUS: RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO)
ANINDITA NOVIANDARI
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

memesan produk darah ke PMI. Setelah permintaan darah datang, proses yang
dilakukan pada BDRS dalam penanganan permintaan darah adalah crossmatch.
Crossmatch adalah uji kecocokan/uji serasi untuk pasien (Katsaliaki, dkk, 2009).
Unit produk darah yang telah di crossmatch diistilahkan dengan assigned
inventory. Namun, unit ini tidak selalu ditransfusikan karena kelebihan
pemesanan atau penundaan operasi, dan dalam praktiknya yang ditransfusikan
hanya separuh unit dari keseluruhan unit yang telah di-crossmatch (Katsaliaki dan
Brailsford, 2007).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Nahmias (1982), tidak ada model
yang memasukkan lebih dari satu produk darah atau varietas produk karena
kompleksitas pemodelan umur simpan dan perhitungan sisa umur simpan ketika
unit kembali ke BDRS. Simulasi dipilih sebagai metode yang paling sesuai pada
sistem ini, mengingat pemenuhan dan permintaan darah yang bersifat stokastik,
sistem yang komplek, dan proses dan outcome merupakan time driven sebagai
discrete event (Katsaliaki dan Brailsford, 2007). Terzi dan Cavalieri (2004) juga
menjelaskan bahwa diantara metode kualitatif, simulasi merupakan salah satu
yang tidak diragukan sebagai teknik paling powerful untuk diaplikasikan sebagai
decision support system dalam lingkungan supply chain yang stokastik.
Dengan latar belakang inilah, penelitian mengenai logistik dan supply
chain terutama persediaan pada pengelolaan dan penyusunan strategi BDRS yang
tepat sangatlah penting dalam kegiatan pemenuhan darah pada level terendah.
Simulasi menjadi salah satu metode yang dipandang powerful untuk memodelkan
sistem yang ada dan melakukan analisa serta perbaikan atau optimasi sistem yang
ada.

1.2. Rumusan Masalah


Hal yang dapat dirumuskan dalam sistem persediaan darah dapat dibagi
menjadi tiga masalah inti yaitu kompleksitas (banyaknya produk turunan darah
dan umur produk darah yang terbatas, ketersediaan masing-masing produk),
terbatasnya sumber, dan seringnya terjadi kekurangan stok. Untuk melihat hal
ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN PRODUK DARAH
PADA UNIT PELAYANAN DARAH SEBUAH RUMAH SAKIT DENGAN 4
METODE SIMULASI (STUDI KASUS: RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO)
ANINDITA NOVIANDARI
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

tersebut, maka perlu dilakukan analisis sistem pengendalian permintaan produk


darah pada unit pelayanan darah sebuah Rumah Sakit melalui metode simulasi.

1.3. Asumsi dan Batasan Masalah

Untuk lebih memfokuskan penelitian ini, maka diambil sejumlah asumsi


sebagai berikut:
1. Kebutuhan darah pada BDRS dianggap stokastik.
2. Ketersediaan Whole Blood (A, B, AB, O) dan Packed Red Cells (A, B, AB, O)
bersifat independent terhadap permintaan.
Sedangkan batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Objek penelitian adalah produk Whole Blood (A, B, AB, O) dan Packed Red
Cells (A, B, AB, O).
2. Produk darah Rhesus Negatif tidak menjadi cakupan penelitian karena jumlah
permintaan dan ketersediaan yang sangat kecil.
3. Penelitian dilakukan dalam jangka periode tertentu.
4. Studi kasus dilakukan pada BDRS RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro.

1.4. Tujuan Penelitian


Tujuan utama dilakukannya penelitian ini antara lain adalah:
1. Memodelkan sistem nyata pengendalian persediaan produk darah pada unit
pelayanan darah sebuah rumah sakit.
2. Mampu memberikan gambaran alternatif sistem yang lebih efektif di BDRS.

1.5. Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai salah satu aplikasi
pengembangan sistem persediaan produk darah di BDRS sehingga dapat
menganalisa kemampuan sistem yang telah berjalan agar sistem dapat dievaluasi
secara mudah sehingga perbaikan sistem dapat dilakukan secara kontinyu setiap
periodenya.

Anda mungkin juga menyukai