BAB I
PENDAHULUAN
1
ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN PRODUK DARAH
PADA UNIT PELAYANAN DARAH SEBUAH RUMAH SAKIT DENGAN 2
METODE SIMULASI (STUDI KASUS: RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO)
ANINDITA NOVIANDARI
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
UTD PMI merupakan UTD RS merupakan fasilitas BDRS sebagai suatu unit
kegiatan donor darah pelayanan kesehatan yang pelayanan di RS yang
yang pengelolaan dan berada di RS yang bertanggung jawab atas
pelaksanaannya menyelenggarakan donor tersedianya darah untuk
diserahkan oleh PMI. darah, penyediaan darah dan transfusi yang aman,
pendistribusian darah. UTD berkualitas dan dalam
di RS selain menjalankan jumlah yang cukup untuk
fungsi sebagai UTD tetapi mendukung pelayanan di
juga sebagai BDRS di RS RS dan Fasyankes lainnya.
tersebut.
Kegiatan UTD PMI Kegiatan UTD di RS, yaitu: Kegiatan BDRS, yaitu:
yaitu:
1. Pengarahan donor 1. Pengarahan donor 1. Menerima darah yang
sudah diuji saring dari
UTD
2. Pengambilan darah 2. Pengambilan darah 2. Menyimpan darah dan
memantau persediaan
darah
3. Pengolahan darah (uji 3. Pengolahan darah (uji 3. Melakukan uji silang
saring dan komponen) saring dan komponen) serasi darah pendonor
dan darah pasien
4. Penyimpanan 4. Penyimpanan
5. Distribusi 5. Distribusi
6. Melakukan uji silang serasi
darah
7. Pemberian ke pasien
memesan produk darah ke PMI. Setelah permintaan darah datang, proses yang
dilakukan pada BDRS dalam penanganan permintaan darah adalah crossmatch.
Crossmatch adalah uji kecocokan/uji serasi untuk pasien (Katsaliaki, dkk, 2009).
Unit produk darah yang telah di crossmatch diistilahkan dengan assigned
inventory. Namun, unit ini tidak selalu ditransfusikan karena kelebihan
pemesanan atau penundaan operasi, dan dalam praktiknya yang ditransfusikan
hanya separuh unit dari keseluruhan unit yang telah di-crossmatch (Katsaliaki dan
Brailsford, 2007).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Nahmias (1982), tidak ada model
yang memasukkan lebih dari satu produk darah atau varietas produk karena
kompleksitas pemodelan umur simpan dan perhitungan sisa umur simpan ketika
unit kembali ke BDRS. Simulasi dipilih sebagai metode yang paling sesuai pada
sistem ini, mengingat pemenuhan dan permintaan darah yang bersifat stokastik,
sistem yang komplek, dan proses dan outcome merupakan time driven sebagai
discrete event (Katsaliaki dan Brailsford, 2007). Terzi dan Cavalieri (2004) juga
menjelaskan bahwa diantara metode kualitatif, simulasi merupakan salah satu
yang tidak diragukan sebagai teknik paling powerful untuk diaplikasikan sebagai
decision support system dalam lingkungan supply chain yang stokastik.
Dengan latar belakang inilah, penelitian mengenai logistik dan supply
chain terutama persediaan pada pengelolaan dan penyusunan strategi BDRS yang
tepat sangatlah penting dalam kegiatan pemenuhan darah pada level terendah.
Simulasi menjadi salah satu metode yang dipandang powerful untuk memodelkan
sistem yang ada dan melakukan analisa serta perbaikan atau optimasi sistem yang
ada.