Pembimbing :
Disusun Oleh :
Muhammad Mucharom Chairul Umam
H2A019037
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
RSUD TUGUREJO SEMARANG
2019
1
BAB I
PENDAHULUAN
Persalinan/partus adalah suatu proses yang terdiri dari kontraksi uterus yang
efektif dan teratur sehingga sehingga menyebabkan pembukaan dan pendataran
serviks. Dari proses ini akan menyebabkan keluarnya hasil konsepsi berupa janin
dan plasenta dari uterus secara pervaginam.1,
Persalinan bisa dilakukan sebelum waktunya jika ada indikasi-indikasi yang
dipertimbangkan dapat membahayakan ibunya, janinnya atau kedua-duanya.
Partus prematurus Iminens (PPI) atau persalinan preterm merupakan penyebab
utama yaitu 60-80% morbiditas dan mortalitas neonatal di seluruh dunia. Indonesia
memiliki angka kejadian prematur sekitar 19% dan merupakan penyebab utama
kematian perinatal.1,2
Pada kebanyakan kasus, penyebab pasti persalinan preterm tidak diketahui.
Berbagai sebab dan faktor demografik diduga sebagai penyebab persalinan preterm,
seperti: solusio plasenta, kehamilan ganda, kelainan uterus, polihidramnion,
kelainan kongenital janin, ketuban pecah dini dan lain-lain. Penyebab persalinan
preterm bukan tunggal tetapi multikompleks, antara lain karena infeksi. Infeksi
pada kehamilan akan menyebabkan suatu respon imunologik spesifik melalui
aktifasi sel limfosit B dan T dengan hasil akhir zat-zat yang menginisiasi kontraksi
uterus.2
2
BAB II
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. R
Umur : 24 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Semarang
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Status : Menikah
Tanggal masuk : 22 September 2019
Biaya pengobatan : BPJS Non PBI
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis tgl 22 September 2019
pukul 20.00 WIB
1. Keluhan utama : Perut kenceng-kenceng
2. Riwayat Penyakit Sekarang
3
Ny. R usia 24 tahun datang ke IGD pada tanggal 22 September 2019
pukul 17.00 dengan keluhan perut kenceng-kenceng. Keluhan dirasakan
sejak jam 03.00 malam. Keluhan dirasakan tiba – tiba saat pasien sedang
tidur. Pasien mengeluh perut kenceng menjalar dari pinggang ke arah
perut bagian bawah, keluhan dirasakan hilang timbul tiap ±10 menit/x,
kemudian semakin lama kenceng-kenceng semakin sering dan teratur.
Tidak ada factor yang dapat memperberat dan memperingan keluhan.
Beberapa hari sebelum keluhan muncul pasien mengaku baru saja
berhubungan dengan suami. Keluhan seperti keluar lendir darah (+)
sedikit, keluar cairan dari jalan lahir (-), demam (-), BAK sering dan
lancar. BAB lancar, tidak ada keluhan.
3. Riwayat Haid :
Menarche : 13 tahun Siklus Haid : 28 hari,teratur
Lama Haid : 7 hari HPHT : Pasien lupa
4. Riwayat menikah
1x dengan suami pertama, 4 tahun
5. Riwayat Obstetri :
G3P2A0, taksiran persalinan : -
No Umur saat Tahun Umur Jenis Penolong BB Lahir Keadaan
ini lahir kehamilan persalinan umum
6. Riwayat ANC :
a. 1x di bidan
7. Riwayat KB :
a. Tidak menggunakan KB
8. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat Operasi : Diakui, SC 2x
- Riwayat Hipertensi : Disangkal
- Riwayat DM : Disangkal
4
- Riwayat Asma : Disangkal
- Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
- Riwayat Penyakit Ginjal : Disangkal
- Riwayat Alergi : Disangkal
- Riwayat penyakit selama kehamilan : Disangkal
- Riwayat penggunaan obat-obatan dan jamu : Disangkal
9. Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat Hipertensi : Disangkal
- Riwayat DM : Disangkal
- Riwayat Asma : Disangkal
- Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
- Riwayat Alergi : Disangkal
10. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien seorang ibu rumah tangga
Biaya pengobatan menggunakan BPJS Non PBI
11. Riwayat Pribadi
- Merokok : Disangkal
- Minum Alkohol : Disangkal
- Riwayat Konsumsi Narkotika : Disangkal
III. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 22 September 2019 pukul 20.20
WIB.
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis, GCS E4V5M6
Vital Sign
- TD : 113/71 mmHg
- Nadi : 81 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup.
- RR : 20 x/menit, reguler
- Suhu : 36,2º C, aksiler
Status Gizi
- Berat badan : 45 kg
5
- Tinggi badan : 145 cm
- IMT : 22,8 kg/m2 (normal)
Status Generalis
- Kepala : Mesocephal
- Mata : konjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik (-/
), reflex cahaya (+/+), pupil bulat isokor (2,5 mm /
2,5 mm), miopi (-/-)
- Telinga : normotia, discharge (-/-), massa (-/-)
- Hidung : simetris, napas cuping hidung (-), sekret (-/-), darah
(-/-), septum di tengah, konka hiperemis (-/-).
- Mulut : sianosis (-), bibir pucat (-), lidah kotor (-), karies
gigi (-), faring hiperemis (-), tonsil (T1/T1).
- Leher : pembesaran kelenjar thyroid (-), kelenjar getah
bening membesar (-)
- Thoraks
Cor :
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicularis
sinistra, nyeri tekan (-)
Perkusi : konfigurasi jantung dalam batas normal
Auskultasi : normal, tidak ada suara tambahan
Pulmo :
Inspeksi : simetris, statis, dinamis, retraksi (-/-)
Palpasi : stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : suara dasar vesikuler +/+, suara tambahan -/-
- Abdomen : sesuai status obstetrikus
- Ekstremitas :
Superior Inferior
Edema -/- -/-
6
Akral dingin -/- -/-
Status Obstetri
1. Pemeriksaan Luar
a. Inspeksi :
Perut membuncit (+), membujur dan striae gravidarum (-)
Genitalia Eksterna : Lendir darah (+) sedikit, cairan ketuban (-)
b. Palpasi :
Pemeriksaan Leopold
I. Teraba satu bagian janin bulat,besar,lunak. Kesan bokong,
TFU 16 cm TBJ : 620 gram.
II. Sebelah kiri teraba tahanan memanjang, kesan punggung.
Sebelah kanan teraba bagian kecil, kesan ekstremitas.
III. Teraba satu bagian janin bulat, keras (kesan kepala),
masih dapat digerakkan. Belum masuk Pintu Atas Panggul
His: 1x dalam 10 menit durasi 20 detik
c. Auskultasi :
Denyut jantung janin terdengar paling keras di sebelah kanan
bawah umbilikus dengan frekuensi 12-11-12 (140x/menit)
2. Pemeriksaan Dalam
a. Inspekulo : tidak dilakukan
b. VT :ϕ pembukaan 1 jari sempit, kulit ketuban sulit dinilai,
efficement 25%, portio posterior, konsistensi padat, kepala masih
tinggi, UUK sulit dinilai.
c. Pemeriksaan panggul dalam
1. Promontorium : teraba
2. Linea inominata teraba >1/3 bagian
3. Spina ischiadica teraba
4. Dinding samping panggul simetris
5. Os sacrum cekung
6. Arcus pubis 90°
7. Os coccygeus mobile.
7
Kesan : panggul sempit
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium Hematologi
Darah Rutin
PLCR 34,5 %
Diff Count
8
-Limfosit L 10,40 % 25-40
Ultrasonography
USG dilakukan pada tanggal 23 September 2019
9
V. RESUME
Ny. R usia 24 tahun datang ke IGD tanggal 29 September 2019 pukul
22.20 dengan keluhan perut kenceng-kenceng. Keluhan dirasakan sejak
pukul 18.30. Keluhan dirasakan tiba tiba saat pasien sedang tidur. Pasien
mengeluh perut kenceng menjalar dari pinggang ke arah perut bagian
bawah, keluhan dirasakan hilang timbul tiap ±10 menit/x, kemudian
semakin lama kenceng-kenceng semakin sering dan teratur. Keluhan seperti
keluar lendir darah (+) sedikit, nyeri punggung bawah (-), demam(-), BAK
sering dan lancar. BAB lancar, tidak ada keluhan. Beberapa hari sebelum
keluhan muncul pasien mengaku baru saja berhubungan dengan suami.
Pemeriksaan fisik didapatkan KU baik, compos mentis. TD: 113/71
mmHg, HR: 81x/menit, RR: 20 x/ menit, T: 36,20C, BB : 45 kg, TB: 145
cm, IMT : 22,8 kg/m2, status internus dalam batas normal. Pemeriksaan
obstetri Perut membuncit (+), membujur dan striae gravidarum (-). Genitalia
Eksterna : Lendir darah (+) sedikit, cairan ketuban (-).
Pemeriksaan Leopold
I. Teraba satu bagian janin bulat,besar,lunak. Kesan bokong,
TFU 16 cm TBJ : 620 gram.
II. Sebelah kiri teraba tahanan memanjang, kesan punggung.
Sebelah kanan teraba bagian kecil, kesan ekstremitas.
III. Teraba satu bagian janin bulat, keras (kesan kepala), masih
dapat digerakkan.
His: 1x dalam 10 menit durasi 20 detik
DJJ: 12-11-12 (140x/menit)
10
Pemeriksaan penunjang didapatkan leukosit tinggi, MCV rendah dan
MCH rendah. USG Janin 1 hidup intra uterine, presentasi kepala, punggung
kanan, plasenta implantasi di fundus, amnion cukup, jernih, biometri janin
BPD 5,26 cm, AVG 23W0D, EFW 525gr.
VI. DIAGNOSIS
G3P2A0, 24 tahun, hamil 23 minggu
Janin 1 hidup intra uterine
Presentasi kepala belum masuk PAP punggung kanan
Partus prematurus imminens
d. Ip Ex
Menjelaskan penyakit yang diderita pasien berupa ancaman
persalinan, dan komplikasinya terhadap janin dan pasien.
Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit yang dialami pasien
memerlukan tirah baring dan pengawasan.
11
VIII. PROGNOSIS
IX. FOLLOW UP
12
O: Ku : Baik, CM
TD: 90/69 mmHg N: 80 x/menit
RR: 20 x / menit T: 36,50C
DJJ : 158x/menit
HIS : -
PPV : -
A : G3P2A0, 24 tahun, hamil 23 minggu 2 hari (USG),
janin I hidup intrauterine,
letak mobile
Riwayat Partus prematurus imminens
Riwayat Obstetrik jelek (Bekas SC 2x)
P : BLPL
PO Nifedipine 3x10mg
13
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Persalinan preterm adalah persalinan yang berlangsung pada umur
kehamilan 20-37 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa bayi prematur adalah
bayi yang lahir pada usia kehamilan 37 minggu atau kurang.
Himpunan Kedokteran Fetomaternal POGI di Semarang tahun 2005
menetapkan bahwa persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi pada
usia kehamilan 22-37 minggu.1
14
menimbulkan kontraksi, menyebabkan persalinan preterm atau seorang
dokter terpaksa mengakhiri kehamilan pada kehamilan belum genap bulan.
Kondisi selama kehamilan yang berisiko terjadinya persalinan
preterm adalah:
a) Janin dan plasenta : perdarahan trimester awal, perdarahan
antepartum, KPD, pertumbuhan janin terhambat, cacat bawaan
janin, gemeli, polihidramnion1,2
b) Ibu : DM, pre eklampsia, HT, ISK, infeksi dengan demam, kelainan
bentuk uterus, riwayat partus preterm atau abortus berulang,
inkompetensi serviks, pemakaian obat narkotik, trauma, perokok
berat, kelainan imun/resus1,2
C. PATOFISIOLOGI
Persalinan preterm menunjukkan adanya kegagalan mekanisme
yang bertanggung jawab untuk mempertahankan kondisi tenang uterus
selama kehamilan atau adanya gangguan yang menyebabkan singkatnya
kehamilan atau membebani jalur persalinanan normal sehingga memicu
15
dimulainya proses persalinan secara dini. Empat jalur terpisah telah
dipaparkan, yaitu stress, infeksi, regangan dan perdarahan.3
D. DIAGNOSIS
Beberapa kriteria dapat dipakai sebagai diagnosis ancaman partus
prematurus imminens yaitu:1,2
1) Usia kehamilan antara 20 dan 37 minggu atau antara 140 dan 259
hari,
2) Kontraksi uterus (his) teratur, yaitu kontraksi yang berulang
sedikitnya setiap 7-8 menit sekali, atau 2-3 kali dalam waktu 10
menit,
3) Merasakan gejala seperti rasa kaku di perut menyerupai kaku
menstruasi, rasa tekanan intrapelvik dan nyeri pada punggung
bawah (low back pain),
4) Mengeluarkan lendir pervaginam, mungkin bercampur darah,
5) Pemeriksaan dalam menunjukkan bahwa serviks telah mendatar 50-
80%, atau telah terjadi pembukaan sedikitnya 2 cm,
6) Selaput amnion seringkali telah pecah,
7) Presentasi janin rendah, sampai mencapai spina isiadika.
16
3. Indikator biokimia
Fibrokinetin janin, Corticotropine Realising Hormone (CRH), Sitokin
Inflamasi, Isoferitin plasenta, dan Feritin.
4. Ultrasonography
a) Oligohidramnion : berhubungan dengan korioamnionitis dan
koloni bakteri pada amnion.
b) Penipisan serviks : bila ketebalan serviks < 3 cm (USG), dapat
dipastikan akan terjadi persalinan preterm..
c) Kardiotokografi : kesejahteraan janin, frekuensi dan kekuatan
kontraksi
d) Sonografi seviks transperineal dapat menghindari manipulasi
intravagina terutama pada kasus KPD dan plasenta previa
F. PENATALAKSANAAN
Beberapa langkah yang dapat dilakukan pada PPI, terutama untuk
mencegah morbiditas dan mortalitas neonatus preterm ialah:1,2,3
1) Menghambat proses persalinan preterm dengan pemberian tokolitik,
yaitu :
a. Kalsium antagonis: nifedipin 10 mg/oral diulang 2-3
kali/jam, dilanjutkan tiap 8 jam sampai kontraksi hilang.
Obat dapat diberikan lagi jika timbul kontaksi berulang.
dosis maintenance 3x10 mg.
b. Obat ß-mimetik: seperti terbutalin, ritrodin, isoksuprin, dan
salbutamol dapat digunakan, tetapi nifedipin mempunyai
efek samping yang lebih kecil. Salbutamol, dengan dosis per
infus: 20-50 μg/menit, sedangkan per oral: 4 mg, 2-4
kali/hari (maintenance) atau terbutalin, dengan dosis per
infus: 10-15 μg/menit, subkutan: 250 μg setiap 6 jam
sedangkan dosis per oral: 5-7.5 mg setiap 8 jam
(maintenance). Efek samping dari golongan obat ini ialah:
17
hiperglikemia, hipokalemia, hipotensi, takikardia, iskemi
miokardial, edema paru.
c. Sulfas magnesikus: dosis perinteral sulfas magnesikus ialah
4-6 gr/iv, secara bolus selama 20-30 menit, dan infus 2-
4gr/jam (maintenance). Namun obat ini jarang digunakan
karena efek samping yang dapat ditimbulkannya pada ibu
ataupun janin. Beberapa efek sampingnya ialah edema paru,
letargi, nyeri dada, dan depresi pernafasan (pada ibu dan
bayi).
d. Penghambat produksi prostaglandin: indometasin, sulindac,
nimesulide dapat menghambat produksi prostaglandin
dengan menghambat cyclooxygenases (COXs) yang
dibutuhkan untuk produksi prostaglandin. Indometasin
merupakan penghambat COX yang cukup kuat, namun
menimbulkan risiko kardiovaskular pada janin. Sulindac
memiliki efek samping yang lebih kecil daripada
indometasin. Sedangkan nimesulide saat ini hanya tersedia
dalam konteks percobaan klinis.
a) Oligohidramnion
b) Korioamnionitis berat pada ketuban pecah dini
c) Preeklamsia berat
d) Hasil nonstrees test tidak reaktif
e) Hasil contraction stress test positif
f) Perdarahan pervaginam dengan abrupsi plasenta, kecuali
keadaan pasien stabil dan kesejahteraan janin baik
g) Kematian janin atau anomali janin yang mematikan
18
h) Terjadinya efek samping yang serius selama penggunaan
beta-mimetik.
2) Akselerasi pematangan fungsi paru janin dengan kortikosteroid,
Pemberian terapi kortikosteroid dimaksudkan untuk
pematangan surfaktan paru janin, menurunkan risiko respiratory
distress syndrome (RDS), mencegah perdarahan intraventrikular,
necrotising enterocolitis, dan duktus arteriosus, yang akhirnya
menurunkan kematian neonatus. Kortikosteroid perlu diberikan
bilamana usia kehamilan kurang dari 35 minggu.
Obat yang diberikan ialah deksametason atau betametason.
Pemberian steroid ini tidak diulang karena risiko pertumbuhan janin
terhambat. Pemberian siklus tunggal kortikosteroid ialah:
a) Betametason 2 x 12 mg i.m. dengan jarak pemberian 24 jam.
b) Deksametason 4 x 6 mg i.m. dengan jarak pemberian 12 jam.
19
G. CARA PERSALINAN1,4
1. Janin presentasi kepala : pervaginam dengan episiotomi lebar dan
perlindungan forseps.
2. Indikasi seksio sesarea :
Janin sungsang
Taksiran berat badan janin kurang dari 1500 gram (masih kontroversial)
Gawat janin, bila syarat pervaginam tidak terpenuhi
Infeksi intrapartum dengan takikardi janin, gerakan janin melemah,
ologohidramnion, dan cairan amnion berbau. bila syarat pervaginam
tidak terpenuhi
Lindungi bayi dengan handuk hangat, usahakan suhu 36-37 C ( rawat
intensif di bagian NICU ), perlu dibahas dengan dokter bagian anak. Bila
bayi ternyata tidak mempunyai kesulitan (minum, nafas, tanpa cacat) maka
perawatan cara kangguru dapat diberikan agar lama perawatan di rumah sakit
berkurang.
H. KOMPLIKASI
Komplikasi partus prematurus iminens yang terjadi pada ibu adalah
terjadinya persalinan preterm yang dapat menyebabkan infeksi
endometrium sehingga mengakibatkan sepsis dan lambatnya penyembuhan
luka episiotomi. Sedangkan pada bayi prematur memiliki resiko infeksi
neonatal lebih tinggi seperti resiko distress pernafasan, sepsis neonatal,
necrotizing enterocolitis dan perdarahan intraventikuler.5
I. PENCEGAHAN 1,2
1. Hindari kehamilan pada ibu terlalu muda ( <17 tahun)
2. Hindari jarak kehamilan terlalu dekat
3. Menggunakan kesempatan periksa kehamilan dan memperoleh
pelayanan antenatal yang baik
4. Anjuran tidak merokok dan konsumsi obat tanpa resep dokter
5. Hindari kerja berat dan perlu istirahat yang cukup
20
6. Obati penyakit yang dapat menyebabkan persalinan preterm
7. Kenali dan obati infeksi genitali/saluran kencing
8. Deteksi dan pengamanan faktor risiko terhadap persalinan preterm
21
BAB IV
PEMBAHASAN
22
DAFTAR PUSTAKA
4. Iams J.D. 2004. Preterm Labor and Delivery. In: Maternal-Fetal Medicine.
5th ed.Saunders.
5. Jafferson Rompas. 2004 diakses tanggal 11 Juni 2019 jam 19.00
.http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/14511Persalinanpreterm.pdf/145.30
23