Anda di halaman 1dari 3

Tokoh: Jenderal Sudirman

1. Sinopsis:
Jenderal Sudirman merupakan panglima perang yang memimpin pasukan
tentara Indonesia ketika Belanda menjajah Indonesia. Kisah awal dari film ini
dimulai ketika terjadi pemungutan suara pemilihan panglima besar Tentara
Nasional Indonesia. Pada mulanya yang terpilih adalah Urip Sumoharjo dengan
jumlah suara terbanyak. Namun datang seorang prajurit yang di utus oleh
Komandan Divisi dan Komandan Resimen dari daerah Sumatera untuk
menyampaikan bahwa Sudirman yang harus menjadi panglima. Perdana
Menteri yang meragukan Sudirman menjadi panglima karena beliau adalah
mantan prajurit PETA bentukan Jepang. Disebabkan hal tersebut perdana
menteri khawatir akan megara yang menjadi fasis Jepang. Jenderal Sudirman
tidak setuju untuk mengikuti Tan Malaka untuk memerdekakan Indonesia
karena Tan malaka dianggap terlalu radikal. Bagi Jenderal Sudirman, berjuang
seutuhnya adalah hal yang harus dilakukan namun tidak dengan menjadi alat
politik. Jenderal Sudirman dituduh telah terlibat dalam penculikan Sutan
Syahrir. Namun Jenderal Sudirman memberi penjelasan bahwa membubarkan
kabinet Syahrir merupakan penyelewengan wewenang sebagai panglima besar.
Setelah menjabat menjadi panglima, tidak berselang lama, terjadilah Agresi
Militer Belanda ke 2. Agresi militer tejadi karena Belanda mengingkaro isi
Perjanjian Renville. Hal tersebut menjadi kabar buruk karena Yogyakarta akan
menjadi sasaran Belanda. Pada tanggal 19 Desember 1948, Belanda menyerang
dengan menjatuhkan bom di lapangan terbang Maguwo. Ketika itu pasukan
tidak mengetahui akan kedatangan Belanda. Jenderal Sudirman mendatangi
istana dan bertemu Sukarno tetapi karena kondisinya yang sedang sakit,
Sudirman tidak diberitahu tentang penyerangan Belanda ke Yogyakarta. Saat
itu Jenderal Sudirman harus meninggalkan anak dan istrinya dirumah untuk
berangkat ke istana. Sukarno melakukan perundingan lalu menghampiri
Jenderal Sudirman. Jenderal Sudirman diminta untuk bersama Sukarno namun
beliau menolak. Sudirman juga meminta Sukarno mengikutinya keluar dari
kota dan ikut bergerilya namun Sukarno juga menolak karena Sukarno harus
menjalankan pemerintahan untuk memimpin rakyat. Saat perang terjadi,
Jenderal Sudirman menggunakan taktik perang gerilya, yaitu teknik perang
dengan cara sembunyi-sembunyi. Dari sini dimulai momen penting yang
mengubah hidup Jenderal Sudirman. Agresi ini terjadi selama tujuh bulan,
selama itu pula Jenderal Sudirman juga menderita penyakit yang menyebabkan
hanya satu paru-paru yang berfungsi yaitu paru-paru kanan. Tetapi kendati
demikian, Jenderal Sudirman tidak pantang menyerah demi memperjuangkan
bangsa Indonesia. Beliau memulai gerilya di daerah Kretek. Prajurit
mendatangi Sudirman dan mengabarkan kepada Sudirman bahwa presiden
Sukarno di tahan oleh Belanda. Prajurit yang membawa berita itu juga
ditugaskan untuk memberikan dana taktis kepada Noly, yaitu komandan tentara
nasional Indonesia, untuk menyiapkan keperluan perang. Pada saat yang sama
juga telah disiarkan bahwa Yogyakarta keadaannya kacau. Belanda telah
mengancam kesutanan dengan berkata bahwa Repubik Indonesia sudah tidak
ada. Setelah itu Belanda kembali menjatuhkan bom di tempat para TNI
bersembunyi. Sudirman memberitahukan kepada komando bawahannya untuk
lebih menguatkan kubu agar dapat melawan Belanda. Belanda memasuki
markas persembunyian TNI dan mencari Sudirman karena yang menjadi
incaran Belanda adalah Sudirman. Ada peristiwa penangkapan Tan Malaka
karena gerakan komunis yang dipimpin telah dianggap membahayakan
Indonesia. Noly diperintahkan oleh Sudirman untuk memantau situasi
Yogyakarta dan memberikan surat terkait serangan umum kepada Sri Sultan HB
IX. Setelah itu terjadi perundingan Roem-Royen yang dilakukan oleh Mr.
Roem dan Van Royen, serta dihadiri Sri Sultan HB IX juga Muhammad Hatta.
Dimana perundingan tersebut menghasilkan keputusan bahwa pemerintah
Indonesia akan segera mengelurakan perintah untuk menghentikan perang
gerilya dan masing-maing pihak akan mengembalikan keamanan serta ketertiba.
Akhirnya Jenderal Sudirman menyerahkan pemerintahan militer kepada
Sukarno-Hatta. Walaupun sebenarnya Jenderal Sudirman memiliki keyakinan
bahwa nantinya Belanda akan kembali lagi menyerang Yogyakarta. Hingga
pada tanggal 20 Januari 1950 Jenderal Sudirman wafat.
2. Peristiwa penting yang mampu mengubah hidup Jenderal Sudirman ketika
keputusannya untuk mengusir penjajah dengan berperang namun keadaan
beliau sakit, dimana paru-parunya hanya berfungsi satu. Perang banyak
menguras tenaga dan nyawa bisa menjadi taruhan tetapi beliau berani
mengambil resiko tersebut. Selain itu, dengan berat hati beliau juga harus
meninggalkan anak serta istrinya dirumah.
3. Jenderal Sudirman juga sempat mengatakan bahwa “Robek-robeklah badanku,
potong-potonglah jasad ini, tetapi jiwaku dilindungi benteng merah putih. Akan
tetap hidup, tetap menuntut bela, siapapun lawan yang aku hadapi.” Hal ini
merupakan wujud segenap jiwa dan raga dikorbankan untuk keutuhan negara
ini. Jenderal Sudirman tidak peduli seberapa sakitnya dijajah namun ia tetap
akan menjadi orang terdepan yang membela negara Indonesia.
Jenderal Sudirman juga sempat mengatakan bahwa ia tidak sepakat untuk
melawan pemerintah karena beliau berharap negara ini merdeka sepenuhnya.
Sudirman mengatakan bahwa bergerilya didalam hutan bukanlah menunjukkan
sikap takut kepada musuh namun taktik perang dengan melakukan serangan.
4. Sudriman membawa pengaruh yang sangat besar bagi bangsa Indonesia karena
perjuangannya demi Indonesia yang damai dan bersatu. Dengan keadaan sakit
beliau tetap berangkat untuk memimpin pasukan dan kala itu menjadi panglima
perang, beliau mengedepankan semangat persatuan di atas perbedaan sikap.
Beliau juga menjadi panglima yang dapat menjaga kekompakan prajuritnya
hingga peperangan berakhir.
5. Tokoh tersebut sangat memberi dampak terhadap diri saya. Keteladanan dari
Sudirman dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Saat ini banyak
generasi muda mengeluh karena tugas yang dihadapi atau hanya masalah sepele
saja namun berkaca dari beliau, dengan usia yang sudah tua dan dengan
masalah yang lebih rumit menyangkut kelangsungan hidup bangsa tetap
menjadi sosok yang semangat. Selain itu sosok Sudirman yang rendah hati,
berwibawa dan gigih tidak menonjolkan jabatannya, beliau tetap menunjukkan
keprihatinan terhadap bangsa. Ketika keadaan darurat, Sudirman
mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi. Saat yang saya
paling kagum yaitu ketika beliau sakit keras namun tetap mau memimpin
perang. Hal itu menunjukkan bahwa Sudirman merupakan sosok yang pantang
menyerah. Terkadang memang sulit melakukan hal itu, tetapi Jenderal
Sudirman mampu memberi motivasi kepada saya untuk dijadikan panutan atas
sikap-sikapnya.

Anda mungkin juga menyukai