Anda di halaman 1dari 2

INSYAALLAH

(Aku yang dulu bukanlah aku yang sekarang)

Renungan pagi hari terinspirasi dari seorang sahabat muslimahku yang InsyaAllah cantik
hati dan parasnya. Namanya Fulan (nama samaran). Fulan adalah temanku semenjak SMP
hingga beranjak SMA. Kami pernah satu kelas ketika di bangku SMP. Dia adalah perempuan
yang anggun, selain itu dia juga pandai dibidang akademik maupun non akademik. Ketika SMA
kami pernah berada dalam satu forum kajian Islam. Kami mempelajari banyak hal dalam forum
tersebut, terutama tentang Quran dan Sunnah yang selalu ditekankan. Mungkin semenjak itulah
aku mulai terinspirasi olehnya. Bagaimana cara dia bersikap, bagimana cara dia bertutur kata,
cara dia berbusana, hamper semua yang dia lakukan dalam kehidupannya sehari-hari
berpedoman dari Al Quran dan Sunnah. Hingga suatu ketika hatiku teketuk oleh beberapa
nasihatnya.
Pada siang itu kami berbincang-bincang sederhana, beberapa hal yang kami bincangkan
jelas tentang agama, aturan Islam, Hadist, adab bergaul, sampai pada adab berpakaian. Dalam
perbincangan itu dia mengutarakan beberapa Ayat Alquran yang mungkin aku membaca dan
mendengarnya sampai Bosan. Tetapi kuucap dalam hati, “MasyaAllah!”,entah hati Sahabatku ini
terbuat dari apa ? dari Emasnya Allah mungkin ya ? Sahabatku ini tiada bosan-bosannya untuk
mengingatkan tentang bagaimana seharusnya tata cara kita dalam menjalani kehidupan sebagai
seorang wanita muslimah. Aku hanya terdiam akan ketidaktahuanku tentang kehidupan apa yang
seharusnya ku jalani. Benar, aku berjilbab, aku menutup aurat (yang menurutku sudah tertutup
rapat), aku menjaga diri (yang menurutku sudah terjaga), aku mengaji Al-quran (yang seolah-
olah aku sudah paham), dan aku menjalankan perintah Allah (yang seakan-akan aku sudah
menjadi hamba-Nya yang taat lillahi ta’ala). Tetapi, aku tersadar bahwa setiap helai benang
jilbabku dan segala perintah Allah yang menurutku sudah aku kerjakan tidaklah Istiqomah. Aku
mencoba pelan,pelan,dan sangat-sangat pelan memperbaikinya, tapi semakin menjadi malas dan
meremehkan. Aku mencoba sedikit lebih cepat, cepat,dan terlalu cepat, tapi semakin lelah dan
membosankan. Aku mencoba biasa saja,terkadang pelan, terkadang sedikit cepat, tapi semakin
membingungkan. Pernah, di titik kejenuhan, aku sama sekali tak melakukan apapun. Tetapi
kegelisahan ini semakin menjadi. Ya Allah, sekeras apa sebenarnya hatiku ini, hingga sekalipun
hamba telah tersadar akan segala kenistaan yang hamba perbuat dan sedang dalam proses
menuju pertaubatan yang Nasuha benar-benar sangat berat dan melelahkan.
Beberapa waktu berlalu setelah perbincangan itu aku merasa menyesal karena tak pernah
kuhiraukan nasihat Sahabatku. “Aku ya aku, bukan kamu !”,kalimat itulah yang sering muncul
dalam hatiku setiap ia berceramah di depanku dengan ekspresi jengkelku, tetapi hanya senyuman
manis yang selalu ia berikan padaku. Ya Allah, Masyaallah sekali bidadari dunia yang Kau
ciptakan ini. Sungguh beruntung Lelaki Soleh yang meminangnya kelak. Ijinkan Aku menjadi
dia Ya Allah,, sehariiii saja. Atau jika tidak Kau Ridhoi, sedetik saja Ya Allah. Aku juga ingin
menjadi orang Baik,, merasakan betapa surga dunia ini benar-benar memihakku ketika diri ini
menjadi seorang wanita solehah meski hanya sedetik. Aku iri padanya, yang hidupnya penuh
kebahagiaan imbalan dari setiap rasa Syukur dan amal Saleh kepada-Mu. Apakah aku bisa
sepertinya ? Apakah aku bisa menjadi hamba yang Engkau cintai ? Apa aku bisa menjadi
seorang perempuan Solehah seperti yang Kau sebutkan dalam Al-Quran ? Ampuni hamba selalu
mengeluh tanpa berusaha memperbaiki diri.
Dan sekarang, kata-kata yang terlepas dari mulutku tempo hari seakan sirna diterpa angin yang
InsyaAllah tiada pernah kembali terucap dengan kasar. “Aku ya Aku, bukan kamu!”,dengan
lembut aku katakan kalimat itu kembali karena InsyaAllah sekarang aku akan lebih Istiqomah
menjalankan kehidupanku sebagai seorang wanita muslimah. InsyaAllah melalui proses yang
sangat-sangat panjang ini, kelak akan menuntunku ke jalan yang benar, Jalan yang Engkau
Ridhoi, Bukan jalan Orang-orang yang Engkau murkai. Ampuni hamba yang selalu meremehkan
dan memalingkan Ayat-ayat Suci-Mu.

Biar orang bilang, aku buruk. Itu benar, tapi dulu. Bukan yang sekarang. InsyaAllah.
Karena aku yang dulu bukanlah yang sekarang.

Anda mungkin juga menyukai