Tuberkulosis
ICD-10 A15.–A19.
ICD-9-CM 010–018
OMIM 607948
DiseasesDB 8515
MedlinePlus 000077 000624
Patient UK Tuberkulosis
MeSH D014376
[sunting di Wikidata]
Gejala utama jenis dan stadium TB ditunjukkan dalam gambar. [7] Banyak gejala yang tumpang tindih dengan jenis
lain, tetapi ada pula gejala yang hanya spesifik (tapi tidak seluruhnya) pada jenis tertentu. Beragam jenis bisa muncul
secara bersamaan.
Dari kelompok yang bukan pengidap HIV namun kemudian terinfeksi Tuberkulosis, 5-10% di
antaranya menunjukkan perkembangan penyakit aktif selama masa hidup mereka.[8] Sebaliknya, dari
kelompok yang terinfeksi HIV dan juga terinfeksi Tuberkulosis, ada 30% yang menunjukkan
perkembangan penyakit aktif.[8] Tuberkulosis dapat menginfeksi bagian tubuh mana saja, tapi paling
sering menginfeksi paru-paru (dikenal sebagai Tuberkulosis paru).[9] Bila Tuberkulosis berkembang
di luar paru-paru, maka disebut TB ekstra paru. TB ekstra paru juga bisa timbul bersamaan dengan
TB paru.[9] Tanda dan gejala umumnya antara lain demam, menggigil, berkeringat di malam
hari,hilangnya nafsu makan, berat badan turun, dan lesu.[9] Dapat pula terjadijari tabuh yang
signifikan.[8]
TB paru[sunting | sunting sumber]
Bila infeksi Tuberkulosis yang timbul menjadi aktif, sekitar 90%-nya selalu melibatkan paru-
paru.[6][10] Gejala-gejalanya antara lain berupanyeri dada dan batuk berdahak yang berkepanjangan.
Sekitar 25% penderita tidak menunjukkan gejala apapun (yang demikian disebut
"asimptomatik").[6] Kadangkala, penderita mengalami sedikit batuk darah. Dalam kasus-kasus
tertentu yang jarang terjadi, infeksi bisa mengikis ke dalam arteri pulmonalis, dan menyebabkan
pendarahan parah yang disebut Aneurisma Rasmussen. Tuberkulosis juga bisa berkembang
menjadi penyakit kronis dan menyebabkan luka parut luas di bagian lobus atas paru-paru. Paru-paru
atas paling sering terinfeksi.[9] Alasannya belum begitu jelas.[1] Kemungkinan karena paru-paru atas
lebih banyak mendapatkan aliran udara[1] atau bisa juga karena drainase limfa yang kurang baik
pada paru bagian atas.[9]
TB ekstra paru[sunting | sunting sumber]
Dalam 15–20% kasus aktif, terjadi penyebaran infeksi hingga ke luar organ pernapasan dan
menyebabkan TB jenis lainnya.[11] TB yang terjadi di luar organ pernapasan disebut "tuberkulosis
ekstra paru".[12] TB ekstra paru umumnya terjadi pada orang dewasa dengan imunosupresi dan
anak-anak. TB ekstra paru muncul pada 50% lebih kelompok pengidap HIV.[12] Lokasi TB ekstra paru
yang bermakna termasuk: pleura (pada TB pleuritis), sistem saraf pusat (pada meningitisTB),
dan sistem kelenjar getah bening (padaskrofuloderma leher). TB ekstra paru juga dapat terjadi
di sistem urogenital (yaitu pada Tuberkulosis urogenital) dan pada tulang dan persendian (yaitu
pada penyakit Pott tulang belakang). Bila TB menyebar ke tulang maka dapat disebut "TB
tulang",[13] yang merupakan salah satu bentuk osteomielitis.[1] Ada lagi TB yang lebih serius yaitu TB
yang menyebar luas dan disebut sebagai TB diseminata, atau biasanya dikenal dengan
nama Tuberkulosis Milier.[9] Di antara kasus TB ekstra paru, 10%-nya biasanya merupakan TB
Milier.[14]
Kampanye kesehatan masyarakat pada tahun 1920-an untuk menghentikan penyebaran TB.
Tes kulit tuberkulin Mantoux sering digunakan sebagai penapisan bagi seseorang dengan risiko TB
tinggi.[53] Orang yang pernah diimunisasi sebelumnya dapat memberikan hasil tes positif yang
palsu.[60] Hasil tes dapat memberikan negatif palsu pada orang yang menderita sarkoidosis, Limfoma
Hodgkin, dan malagizi. Yang terpenting, hasil tes dapat negatif palsu pada orang yang menderita
tuberkulosis aktif.[1] Interferon gamma release assays (IGRAs) untuk sampel darah
direkomendasikan pada orang dengan hasil tes Mantoux positif.[58] IGRAs tidak dipengaruhi oleh
imunisasi ataupun sebagian besar mikobakteri dari lingkungan, sehingga mereka memunculkan
hasil tes positif palsu yang lebih sedikit.[61] Bagaimanapun mereka dipengaruhi oleh “M. szulgai,” “M.
marinum,” and “M. kansasii.”[62] IGRAs dapat meningkatkan sensitivitas bila digunakan sebagai tes
tambahan selain tes kulit. Tetapi IGRAs menjadi kurang sensitif dibandingkan tes kulit apabila
digunakan sendirian.[63]
Pada tahun 2007, prevalensi TB per 100.000 orang tertinggi di Afrika sub-Sahara, dan relatif tinggi di Asia.[81]
Kurang lebih sepertiga dari populasi dunia pernah terinfeksi “M. tuberculosis.” Satu infeksi baru
muncul setiap detik dalam skala global.[3]Bagaimanapun, kebanyakan infeksi oleh “M. tuberculosis”
tidak menyebabkan penyakit TB,[82] dan 90–95% dari infeksi tetap asimptomatik.[42] Pada tahun 2007,
diperkirakan ada 13,7 juta kasus kronis aktif.[83] Pada tahun 2010, terdapat 8,8 juta kasus baru TB
yang didiagnosis, dan 1,45 juta kematian, kebanyakan dari jumlah ini terjadi di negara-negara
berkembang.[5] Dari seluruh 1,45 juta kematian, sekitar 0.35 juta terjadi pada penderita yang juga
terinfeksi HIV.[84]
Tuberkulosis merupakan penyebab umum kematian yang kedua yang disebabkan oleh infeksi
(setelah kematian oleh HIV/AIDS).[9] Angka pasti dari kasus tuberkulosis ("prevalensi") sudah
menurun sejak tahun 2005. Kasus tuberkulosis baru ("kejadian") telah menurun sejak tahun
2002.[5] Cina khususnya telah menunjukkan kemajuan yang luar biasa. Cina telah menurunkan laju
kematian akibat TB mendekati 80% antara tahun 1990 dan 2010.[84] Tuberkulosis lebih umum
muncul di negara berkembang. Kurang lebih 80% dari populasi di berbagai negara Asia dan Afrika
memberikan tes tuberkulin positif, tetapi hanya 5–10% dari populasi di AS memberikan hasil tes
positif.[1] Para ahli berharap bahwa TB dapat dikendalikan secara penuh. Bagaimanapun, sejumlah
faktor menyebabkan pengendalian TB menjadi tidak mungkin. Vaksin yang efektif sangat sulit
dikembangkan. Sangat mahal dan memakan waktu lama untuk mendiagnosis penyakitnya.
Pengobatan memerlukan waktu beberapa bulan. Lebih banyak orang yang terinfeksi HIV menderita
TB. TB yang resisten terhadap obat muncul pada tahun 1980an.[6]
Angka tahunan laporan kasus baru TB. Data dari WHO.[85]
Pada tahun 2007, negara dengan perkiraan tingkat insiden tertinggi adalah Swaziland, dengan
1.200 kasus per 100.000 orang. India memiliki total insiden terbesar, dengan estimasi 2,0 juta kasus
baru.[83] Di negara maju, tuberculosis tidak umum dan kebanyakan ditemukan di wilayah urban. Pada
tahun 2010, laju TB per 100.000 orang di berbagai tempat di dunia adalah: di dunia 178, Afrika 332,
Amerika 36, Mediterania Timur 173, Eropa 63, Asia Tenggara 278, dan Pacifik Barat 139.[84] Di
Kanada dan Australia, tuberkulosis seringkali lebih umum terdapat di antara penduduk aborigin,
terutama di wilayah yang terpencil.[86][87] Di Amerika Serikat, para Aborigin mengalami laju mortalitas
akibat TB lima kali lebih besar.[88]
Insiden TB bervariasi sesuai usia. Di Afrika, hal ini utamanya mempengaruhi penduduk berusia
antara 12dan 18 tahun dan dewasa muda.[89] Bagaimanapun, di negara yang laju insidennya sudah
menurun dengan tajam (seperti Amerika Serikat), TB umumnya merupakan penyakit pada orang
yang lebih tua dan mereka dengan sistem imun rentan.[1][90]
Mumi Mesir di British Museum – sisa pembusukan tuberkulosis ditemukan di spina mumi-mumi Mesir.
Tuberculosis sudah ada dalam kehidupan manusia sejak zaman kuno.[6] Deteksi paling awal “M.
tuberculosis” terdapat pada bukti adanya penyakit tersebut di dalam bangkai bison yang berasal dari
sekira 17.000 tahun lalu.[91] Namun, tidak ada kepastian apakah tuberkulosis berasal dari sapi
(bovin), yang kemudian ditularkan ke manusia, atau apakah tuberkulosis tersebut bercabang dari
nenek moyang yang sama.[92] Para ilmuwan yakin bahwa manusia terkena MTBC dari binatang
selama proses penjinakan. Namun, gen “Micobacterium tuberculosis” complex (MTbC) pada
manusia telah dibandingkan dengan MTbC pada binatang, dan teori tersebut telah terbukti salah.
Galur bakteri tuberkulosis memiliki nenek moyang yang sama, yang sebenarnya bisa menginfeksi
manusia sejak Revolusi Neolitik.[93] Sisa kerangka menunjukkan bahwa manusia prasejarah
(4000 Sebelum Masehi) mengidap TB. Para peneliti menemukan pembusukan tuberkulosis di dalam
tulang spina mumi-mumi Mesir dari tahun 3000–2400 SM.[94] "Phthisis" berasal dari bahasa Yunani
yang artinya “konsumsi,” yakni istilah kuno untuk tuberkulosis paru.[95] Sekira 460
SM, Hippocrates mengidentifikasi bahwa phthisis adalah penyakit yang paling mudah menular pada
saat itu. Orang dengan phthisis mengalami demam dan batuk darah. Phthisis hampir selalu
berakibat fatal.[96] Penelitian gen menunjukkan bahwa TB telah ada di Amerika dari sekira tahun 100
AD.[97]
Sebelum Revolusi Industri, cerita rakyat seringkali menghubungkan tuberkulosis dengan vampir.
Jika seorang anggota keluarga meninggal karena TB, kesehatan anggota keluarga lainnya dari
orang yang terinfeksi tersebut perlahan-lahan menurun. Masyarakat percaya bahwa orang pertama
yang terkena TB menguras jiwa anggota keluarga lainnya.[98]
Jenis TB paru yang dikaitkan dengan tuberkel ditetapkan sebagai patologi oleh Dr Richard
Morton pada 1689.[99][100] Namun, TB memiliki berbagai gejala, sehingga TB tidak diidentifikasi
sebagai satu jenis penyakit hingga akhir 1820-an. TB belum dinamakan tuberkulosis hingga 1839
oleh J. L. Schönlein.[101] Selama tahun 1838–1845, Dr. John Croghan, pemilik Gua Mammoth,
membawa mereka yang terkena TB ke dalam gua dengan harapan menyembuhkan penyakit
tersebut dengan suhu konstan dan kemurnian udara di dalam gua: mereka meninggal setelah satu
tahun di dalam gua.[102] Hermann Brehmer membuka sanatorium pertama pada 1859 di Sokołowsko,
Polandia.[103]