Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“KONSEP DASAR TAKSONMI”


DIBUAT UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH BIOLOGI BOTANI
TUMBUHAN TINGGI YANG AKAN DIPRESENTASIKAN PADA HARI SENIN, 4
SEPTEMBER 2018.

DOSEN PENGAMPU :

1. Prof. Dr. Arrijani, M.Si


2. Dr. Suzje W.M. Warouw, M.Pd

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1

1. Egita Zachawerus
2. Rissa Simajuntak
3. Yudevith Kalamu

UNIVERSITAS NEGERI MANADO


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMJURUSAN
PENDIDIKAN BIOLOGI
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang maha ESA karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah botani tumbuhan
tinggi. ”Konnsep dasar taksonomi”.
Kami menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam proses pembuatan penulis makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai
dengan baik dan oleh karenanya, kami dengan rendah hati dan tangan terbuka menerima
masukan,saran,dan usulan guna penyempurnaan makalah ini. kami berharap semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Tondano.4 September 2018

Kelompok 1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................................... i

Daftar Isi........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...............................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................

1.3 Tujuan........................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Taksonomi Tumbuhan.................................................................................

B. Komponen Dasar Dalam Taksonomi...........................................................................

C. Taksonomi Tumbuhan Rendah.....................................................................................

BAB III PENUTUP

Kesimpulan............................................................................................................................

Saran......................................................................................................................................

Daftar pustaka......................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Taksonomi tumbuhan merupakan ilmu yang mempelajari penelusuran, dan


penyimpanan contoh,pemberian,pengenalan(identifikasi),pengelompokan(klasifikasi),dan
penamaan tumbuhan. Taksonomi merupakan salah satu cabang ilmu botani yang mempelajari
pengelompokan tumbuhan. Kata Taksonomi berasal dari Bahasa Yunani yaitu taxis yang
berarti susunan dan penataan dan nomos yang berarti hukum atau aturan.Lawrence (1969)
mendefinisikannya sebagai studi yang meliputi identifikasi, tatanama (nomenclature) dan
klasifikasi dari suatu obyek.

Ilmu taksonomi modern : mencakup studi tentang hubungan kekerabatan antar spesies
(filogenetik) maupun proses-proses evolusi yang terkait (misalnya hibridisasi, variasi dalam
populasi dan asal muasal suatu jenis).

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan taksonomi tumbuhan?

2. Bagaimana komponen dasar dalam taksonomi ?

C. Tujuan

1. untuk mengetahui pengertian taksonomi.

2. untuk mengetahui komponen dasar dalam taksonomi.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Taksonomi Tumbuhan

Taksonomi tumbuhan merupakan ilmu yang mempelajari penelusuran, dan


penyimpanan contoh,pemerian,pengenalan(identifikasi),pengelompokan(klasifikasi),dan
penamaan tumbuhan.

Taksonomi merupakan salah satu cabang ilmu botani yang mempelajari pengelompokan
tumbuhan.Kata Taksonomi berasal dari Bahasa Yunani yaitu taxis yang berarti susunan dan
penataan dan nomos yang berarti hukum atau aturan.Lawrence (1969) mendefinisikannya
sebagai studi yang meliputi identifikasi,tatanama (nomenclature) dan klasifikasi dari suatu
obyek.

Ilmu taksonomi modern : mencakup studi tentang hubungan kekerabatan antar spesies
(filogenetik) maupun proses-proses evolusi yang terkait (misalnya hibridisasi,variasi dalam
populasi dan asal muasal suatu jenis).

B. Komponen Dasar dalam Taksonomi

1. Klasifikasi

Penyusunan kelompok-kelompok tumbuhan ke dalam suatu tingkatan taksonomi


berdasarkan sifat-sifat tertentu. sistem klasifikasi dalam taksonomi tumbuhan sistem
klasifikasi alam atau sistem klasifikasi filogenetik dan sistem klasifikasi buatan (berdasarkan
habitat). Sistem klasifikasi yang tinjauannya didasarkan modifikasi dari sistem yang telah ada
dengan penambahan data yang baru, disebut sistem kontemporer.

2. Identifikasi
Identifikasi adalah determinasi suatu nama untuk suatu spesies sehingga dapat
menentukan nama yang benar dan tempatnya yang tepat dalam sistem klasifikasi. Tumbuhan
yang akan diidentifikasikan mungkin belum dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan (belum ada
nama ilmiahnya), atau mungkin sudah dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan. Identifikasi
tumbuhan ialah menentukan nama yang benar dan tempatnya yang tepat dalam sistem
klasifikasi. Tumbuhan yang akan diidentifikasikan mungkin belum dikenal oleh dunia ilmu
pengetahuan (belum ada nama ilmiahnya), atau mungkin sudah dikenal oleh dunia ilmu
pengetahuan. Penentuan nama baru dan penentuan tingkat-tingkat takson harus mengikuti
aturan yang ada dalam KITT. Prosedur identifikasi tumbuhan yang untuk pertama kali akan
diperkenalkan ke dunia ilmiah memerlukan bekal ilmu pengetahuan yang mendalam tentang
isi KITT. Untuk identifikasi tumbuhan yang telah dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan,
memerlukan sarana antara lain bantuan orang, spesimen herbarium, buku-buku flora dan
monografi, kunci identifikasi dan lembar identifikasi jenis. Flora adalah suatu bentuk karya
taksonomi tumbuhan yang memuat jenis-jenis tumbuhan yang ditemukan dalam suatu
wilayah tertentu. Dalam mengidentifikasi tanaman selalu menghadapi 2 kemungkinan yaitu:

a. Identifikasi Tanaman yang Belum dikenal dunia Pengetahuan

Identifikasi tumbuhan selalu didasarkan atas spesimen yang riil baik hidup maupun
diawetkan. Oleh pelaku Identifikasi dibuatkan Deskripsi dari tumbuhan tersebut yang
meliputi ciri-ciri diagnostiknya kemudian ditetapkan jenis, marga, famili dan berturt-turut
keatas. Penentuan tingkat-tingkat takson ini tidak boleh menyimpang dari ketentuan KITT
(Kode Internasional Tatanama Tumbuhan). Pada dasarnya Identifikasi Tanaman yang belum
diketahui ini dilakukan oleh Profesional dibidang Taksonomi Tumbuhan.

b. Identifikasi Tumbuhan yang dikenal oleh dunia Pengetahuan

Menanyakan identitas Tumbuhan pada Ahlinya Mencocokkan dengan spesimen


herbarium yang telah diidentifikasikan Penggunaan Lembar Identifikasi Jenis (Species
Identification Sheet) Mencocokkan dengan deskripsi dan gambar yang ada dalam buku flora
atau monografi Penggunaan Kunci Determinasi dalam Identifikasi Tumbuhan.

3. Deskripsi
Deskripsi adalah penjabaran karakter-karakter atau ciri-ciri suatu spesies. Biasanya
digunakan untuk membedakan antara suatu spesies dengan spesies lainnya.

4. Tatanama (Nomenclature),

Suatu sistem aturan yang jelas dan bersifat universal yang digunakan oleh semua ahli
botani di dunia untuk menamakan tumbuhan yang tertuang dalam Kode Internasional untuk
Tatanama Tumbuhan (International Code of Botanical Nomenclature, ICBN).

C. Taksonomi Tumbuhan Rendah (Cryptogamae = tumbuhan spora)

Tahun 1880 diperkenalkan suatu sistem yang membagi Cryptogamae menjadi Thallophyta,
Bryophyta, Pteridophyta. Ciri- ciri pada Cryptogamae:

Sel telah berinti, tetapi belum berdeferensiasi (belum punya berkas pengangkut)

Sporangia dan gametagianya belum diselubungi oleh dinding sel.

Terdiri dari dua anak kelas Algae dan Fungi dibedakan dari Bryophyta dan Pteridophyta
berdasarkan pada struktur alat penghasil spora dan gamet serta perkembangan
zigotnya.Berdasarkan kemajuan ilmu pengetahuan terutama dalam penelitian fisiologi,
biokimia, dan penggunaan mikroskop elektron, maka klasifikasi algae ke dalam divisinya,
kini didasarkan pada: pigmentasi, hasil fotointesis, flagelasi, sifat fisik dan kimia dinding sel,
ada atau tidak adanya inti sejati.

Atas dasar hal tersebut, Smith (1955) membagi algae menjadi; Divisi: Chlorophyta,
Euglenophyta, Pyrrophyta, Chrysophyta, Phaeophyta, Rhodophyta dan Cyanophyta,
Pyrrophyta, Chrysophyta,dan Euglenophyta termasuk Protista (Protista algae); Cyanophyta
termasuk Monera . Algae mempunyai bermacam-macam bentuk tubuh:

a. Bentuk uniseluler

Bentuk uniseluler yang berflagela dan yang tidak berflagela.

b. Bentuk multiseluler
1. Divisi Phaeophyta

Tubuh selalu berupa talus yang multiseluler yang berbentuk filamen, lembaran atau
menyerupai semak/pohon yang dapat mencapai beberapa puluh meter, terutama jenis-jenis
yang hidup di lautan daerah beriklim dingin.

1. Tempat hidup

Sebagian besar hidup di laut hanya ada beberapa jenis saja yang hidup di air tawar.

2. Divisi Rhodophyta (ganggang merah)

Sel mempunyai dinding yang terdiri dari seluloser rhodophyceae tidak pernah
menghasilkan sel-sel berflagela. Pigmen Khlorofil: terdiri dari khlorofil a, karotenoid,
fikoeritrin dan fikosianin yang sering disebut pigmen aksesoris. - karoten Pigmen-pigmen
tersebut terdapat dalam kloroplas cadangan makanan berupa tepung floride (hasil polimerase
dari glukosa) dan terdapat diluar khloroplas. Talus Hampir semuanya multiseluler, hanya 2
marga saja yang uniseluler, talus yang multiseluler berbentuk filamen silinder ataupun
helaian, talus umumnya melekat pada substrat dengan perantaraan alat pelekat. Habitat : laut
yang dalam

3. Divisi ( Chrysophyta )

Bersifat uniselular, dinding sel terdiri atas pektin yang lunak Selnya berinti,
kromatofora mengandung klorofil a, karotin, santofil dan sutu karotenoid yang menyerupai
fikosantin.

Sebagian besar bersifat autotrof, kecuali yang tidak berwarna ( heterotrof). Tempat hidup :
air laut dan air tawar (sering melekat pada tumbuhan air).

4. FUNGI (jamur, cendawan)

a. Tidak berklorofil : tidak berfotosintesis

b. Tubuhnya mempunyai benang-benang hifa


c. Perkembangbiakan : vegetatif : dengan spora, generatif, dengan isogami, anisogami,
oogami, gametangiogami dan somatogami

d. Hidup secara heterotrof sebagai saprofit atau parasit

e. Jarang hidup di air, kebanyakan di daratan.

5. Tumbuhan lumut ( Bryophyta )

Merupakan sekumpulan tumbuhan kecil yang termasuk dalam divisio Bryophyta (dari
bahasa Yunani bryum, "lumut"). Tumbuhan ini tingkatannya lebih tinggi dari Thallophyta
dengan habitus yang bermacam-macam,dengan ciri- ciri seperti berikut :

a. Warna hijau klorofil a dan b

b. Selnya berdinding terdiri dari selulosa

c. Alat kelamin terdiri atas anteridium dan arkegonium

d. Terdiri dari lumut daun (musci) dan lumut hati (hepaticae)

e. Organ penyerap haranya adalah rizoid ( "serupa akar"). Daun tumbuhan lumut dapat
berfotosintesis. Tumbuhan lumut merupakan tumbuhan pelopor, yang tumbuh di suatu tempat
sebelum tumbuhan lain mampu tumbuh.

f. Perkembangbiakan Pada Bryophyta

Tumbuhan lumut mengalami pergiliran keturunan dalam daur hidupnya. Apa yang dikenal
orang sebagai tumbuhan lumut merupakan tahap gametofit (tumbuhan penghasil gamet) yang
haploid (x = n). Dengan demikian, terdapat tumbuhan lumut jantan dan betina karena satu
tumbuhan tidak dapat menghasilkan dua sel kelamin sekaligus.

Sel-sel kelamin jantan (sel sperma) dihasilkan dari anteridium dan sel-sel kelamin betina (sel
telur atau ovum) terletak di dalam arkegonium. Kedua organ penghasil sel kelamin ini
terletak di bagian puncak dari tumbuhan. Anteridium yang masak akan melepas sel-sel
sperma. Sel-sel sperma berenang (pembuahan terjadi apabila kondisi lingkungan basah)
menuju arkegonium untuk membuahi ovum.
Ovum yang terbuahi akan tumbuh menjadi sporofit yang tidak mandiri karena hidupnya
disokong oleh gametofit. Sporofit ini diploid (x = 2n) dan berusia pendek (3-6 bulan untuk
mencapai tahap kemasakan). Sporofit akan membentuk kapsula yang disebut sporogonium
pada bagian ujung. Sporogonium berisi spora haploid yang dibentuk melalui meiosis.
Sporogonium masak akan melepaskan spora. Spora tumbuh menjadi suatu berkas-berkas
yang disebut protonema. Berkas-berkas ini tumbuh meluas dan pada tahap tertentu akan
menumbuhkan gametofit baru.

6. Pteridophyta / Filicophyta (Tumbuhan paku / paku-pakuan )

Daur hidup tumbuhan paku pergiliran keturunan, yang terdiri dari dua fase
utama:gametofit dan sporofit. Tumbuhan paku yang mudah kita lihat merupakan bentuk fase
sporofit karena menghasilkan spora. Bentuk generasi fase gametofit dinamakan protalus
(prothallus) atau protalium (prothallium), yang berwujud tumbuhan kecil berupa lembaran
berwarna hijau, mirip lumut hati, tidak berakar (tetapi memiliki rizoid sebagai penggantinya),
tidak berbatang, tidak berdaun.

Prothallium tumbuh dari spora yang jatuh di tempat yang lembab. Dari prothallium
berkembang anteridium (antheridium, organ penghasil spermatozoid atau sel kelamin jantan)
dan arkegonium (archegonium, organ penghasil ovum atau sel telur). Pembuahan mutlak
memerlukan bantuan air sebagai media spermatozoid berpindah menuju archegonium. Ovum
yang terbuahi berkembang menjadi zigot, yang tumbuh menjadi tumbuhan paku Setelah
terjadi pembuahan (zigot berkembang), protalium hilang.

a. Morfologi Pada Pteridophyta

Akar yang tumbuh pertama tidak dominan, disusul akar lain yang tumbuh dari batang Batang
bercabang, menggarpu, pada tumbuhn paku Dapat berbentuk semak , pohon sampai beberapa
meter. Ukuran daun bervariasi sampai 6 m;pada umumnya berdaun majemuk;” tipe daun
kecil, tidak bertangkai dan hanya mempunyai satu tulang daun, tersusun rapat menurut garis
spiral (Lycopsida=paku kawat)”.

b. Perkembangbiakan : vegetatif : spora

Sporangium dan spora terdapat pada daun-daun khusus : sporofil (sering terkumpul
membentuk alat yang menyerupai bunga pada Spermatophyta).
Berdasarkan klasifikasi baru tumbuhan paku dapat dikelompokkan sebagai berikut:

c. Klasifikasi Tumbuhan Paku ( Pteridophyta )

d. Divisio : Lycophyta dengan satu kelas: Lycopsida.

e. Divisio : Pteridophyta dengan empat kelas :

- Psilotopsida, mencakup Ophioglossales.

- Equisetopsida

- Marattiopsida

- Polypodiopsida (=Pteridopsida, Filicopsida)

7. Spermatophyta

Tingkat perkembangan pada spermatophyta yang paling tinggi dan telah


menghasilkan biji, tumbuhan berbiji (Spermatophyta). Biji berasal dari tumbuhan berbunga
(Anthophyta).

Dibagi menjadi 2 sub divisi tumbuhan berbiji telanjang (Gymnospermae) dan berbiji tertutup
bakal biji terbungkus oleh karpela/daun buah (Angiospermae). Angiospermae terdiri dari dua
kelas : Dicotyledoneae (tumbuhan biji belah/memiliki dua daun lembaga) dan
Monocotyledoneae ( mempunyai satu daun lembaga)

Kesepakatan umum tentang bagaimana tumbuhan berbunga dikelompokkan mulai tercapai


sejak hasil "Angiosperm Phylogeny Group" (APG) dikeluarkan pada tahun 1998 dan
diperbaharui (update) pada tahun 2003 sebagai Sistem Klasifikasi APG II. Jenisnya
diperkirakan berkisar antara 250 000 hingga 400 000 yang dikelompokkan menjadi 462
suku/famili (APG, 1998), dari keseluruhan spesies: monokotil = 23% dan dikotil= 75%.
Sepuluh besar suku tumbuhan menurut banyaknya jenis adalah sebagai berikut:

1. Asteraceae atau Compositae (suku kenikir-kenikiran) : 23.600 jenis

2. Orchidaceae (suku anggrek-anggrekan) : 21.950

3. Fabaceae atau Leguminosae (suku polong-polongan) : 19.400

4. Rubiaceae (suku kopi-kopian) : 13.183


5. Poaceae, Glumiflorae, atau Gramineae (suku rumput-rumputan) : 10.035

6. Lamiaceae atau Labiatae (suku nilam-nilaman) : 7.173

7. Euphorbiaceae (suku kastuba-kastubaan) : 5.735

8. Cyperaceae (suku teki-tekian) : 4.350

9. Malvaceae (suku kapas-kapasan) : 4.225

10. Araceae (suku talas-talasan) : 4.025

11. Orchidaceae, Poaceae,Cyperaceae dan Araceae adalah monokotil.

Kesepuluh suku di atas mencakup beragam jenis tumbuhan penting dalam kehidupan
manusia, baik dalam bidang pertanian, kehutanan maupun industri. Suku rumput-rumputan
jelas merupakan suku terpenting karena menghasilkan berbagai sumber energi pangan bagi
manusia dan ternak dari padi, gandum, jagung, juwawut, tebu, serta sorgum. Suku polong-
polongan menempati tempat terpenting kedua, sebagai sumber protein nabati dan sayuran
utama dan berbagai peran budaya lain (kayu, pewarna, dan racun).

Mengenai unsur utama yang tercakup dalam lingkup taksonomi tumbuhan seperti
identifikasi, tatanama, dan klasifikasi serta konsep-konsep dasar mengenai taksonomi
tumbuhan diuraikan sebagai berikut :

1. Identifikasi

Selain mengadakan penggolongan atau klasifikasi, unsur utama dalam taksonomi salah
satunya adalah pengenalan atau identifikasi. Melakukan identifikasi tumbuhan berarti
mengungkapkan atau menetapkan identitas (jati diri) suatu tumbuhan (meliputi : menentukan
nama yang benar, tempat yang tepat dalam sistem klasifikasi)

Identifikasi tumbuhan adalah menentukan namanya yang benar dan tempatnya yang tepat
dalam sistem klasifikasi.

Tumbuhan yang akan diidentifikasikan mungkin belum dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan
(belum ada nama ilmiahnya), atau mungkin sudah dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan.
Penentuan nama baru dan penentuan tingkat-tingkat takson harus mengikuti aturan yang ada
dalam KITT (Kode Internasional Tatanama Tumbuhan).

Prosedur identifikasi tumbuhan yang untuk pertama kali akan diperkenalkan ke dunia ilmiah
memerlukan bekal ilmu pengetahuan yang mendalam tentang isi KITT.

Untuk identifikasi tumbuhan yang telah dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan, memerlukan
sarana antara lain bantuan orang, spesimen herbarium, buku-buku flora dan monografi, kunci
identifikasi dan lembar identifikasi jenis.

2. Tatanama

Peraturan tentang pemberian nama ilmiah perlu diciptakan agar ada kesamaan pemahaman di
antara ahli-ahli Botani di seluruh dunia tentang apa yang dimaksud. Nama ilmiah adalah
nama-nama dalam bahasa Latin atau bahasa yang diperlakukan sebagai bahasa Latin tanpa
memperhatikan dari bahasa mana asalnya.

Tujuan dari tatanama tumbuhan adalah sebagai berikut :

Sebagai media untuk komunikasi

Menunjukkan identitas tumbuhan

Menunjukkan adanya kekerabatan

- Sistem pemberian nama

Ada 2 sistem dalam taksonomi untuk sistem pemberian nama antara lain :

1. Nama daerah/nama lokal/nama umum

Pada awalnya nama suatu tumbuhan menggunakan bahasa induk orang yang member nama,
dengan demikian satu jenis tumbuhan dapat mempunyai nama yang berbeda-beda sesuai
dengan bahasa orang yang memberikannya.

Misal : orang Indonesia menyebut pisang, orang Inggris menyebut banana, orang Jawa Timur
menyebut gedang, orang Sunda menyebut cauk.
Nama daerah atau nama lokal ini dasar pemberian nama berbeda- beda dan mempunyai sifat
khusus, bersifat tidak universal artinya tanpa metode penamaan dan penggunaannya sangat
terbatas. Beragamnya sebutan atau bahasa untuk satu jenis tumbuhan dalam taksonomi
dikategorikan nama nama daerah/nama lokal/nama umum.

2. Nama ilmiah

Berkembangnya ilmu taksonomi tumbuhan, maka muncul nama ilmiah (scientific name).
Dimana sistem pemberian nama ilmiah ini bersifat netral dan dapat diterima semua pihak,
dimana setiap jenis memiliki satu nama ilmiah dan bahasa ilmiah yang dilatinkan sehingga
dapat diterima dan digunakan oleh seluruh ilmu taksonomi di seluruh dunia.

- Sistem Penamaan Binomial

Tatanama binomial (binomial = dua nama) merupakan aturan penamaan baku bagi semua
organisme (makhluk hidup) yang terdiri dari dua kata dari sistem taksonomi (biologi), dengan
mengambil nama genus dan nama spesies. Nama yang dipakai adalah nama baku yang
diberikan dalam bahasa Latin atau bahasa lain yang dilatinkan. Oleh penyusunnya yaitu
Carolus Linnaeus aturan ini pada awalnya diterapkan untuk fungi, tumbuhan dan hewan,
namun kemudian dikembangkan dan diterapkan juga untuk bakteri. Sebutan yang disepakati
untuk nama ini adalah 'nama ilmiah' (scientific name). Nama ilmiah seringkali disebut
sebagai "nama latin" meskipun istilah ini tidak tepat sepenuhnya, karena sebagian besar nama
yang diberikan bukan istilah asli dalam bahasa latin melainkan nama yang diberikan oleh
orang yang pertama kali memberi deskripsi (deskriptor) kemudian dilatinkan.

- Aturan Penulisan :

Aturan penulisan dalam tatanama binomial selalu menempatkan nama genus di awal dan
nama spesies mengikutinya.
Nama genus SELALU diawali dengan huruf kapital (huruf besar, uppercase) dan nama
spesies SELALU diawali dengan huruf biasa (huruf kecil, lowercase).

Penulisan nama ini tidak mengikuti tipografi yang menyertainya, artinya: suatu teks yang
semuanya menggunakan huruf kapital/balok, misalnya pada judul suatu naskah, tidak
menjadikan penulisan nama ilmiah menjadi huruf kapital semua) kecuali untuk hal berikut:
Pada teks dengan huruf tegak (huruf latin), nama ilmiah ditulis dengan huruf miring (huruf
italik), dan sebaliknya. Contoh : Cyprinus carpio, Marsilea crenata, Pada teks tulisan tangan,
nama ilmiah diberi garis bawah yang terpisah untuk nama genus dan nama spesies.

Nama lengkap (untuk hewan) atau singkatan (untuk tumbuhan) dari deskriptor boleh
diberikan di belakang nama spesies, dan ditulis dengan huruf tegak (latin) atau tanpa garis
bawah (jika tulisan tangan). Jika suatu spesies digolongkan dalam genus yang berbeda dari
yang berlaku sekarang, nama deskriptor ditulis dalam tanda kurung. Contoh : Glycine max
Merr., Passer domesticus (Linnaeus, 1978) (Merr. adalah singkatan dari deskriptor (dalam
contoh ini E.D. Merrill) yang hasil karyanya diakui untuk menggambarkan Glycine max.

Pada penulisan teks yang menyertakan nama umum/trivial, nama ilmiah biasanya menyusul
dan diletakkan dalam tanda kurung. Contoh : PENGUJIAN AKTIVITAS PROTEIN
ANTIMIKROBIA DARI BIJI MELINJO (Gnetum gnemon L.) TERHADAP BEBERAPA
MIKROBIA PATOGENIK TANAMAN.

Nama ilmiah ditulis lengkap apabila disebutkan pertama kali. Penyebutan selanjutnya cukup
dengan mengambil huruf awal nama genus dan diberi titik lalu nama spesies secara lengkap.
Contoh : salah satu penyebab penyakit penting pada tanaman cabai adalah Fusarium
oxysporum, karena menyebabkan rendahnya produksi. Kehilangan produksi akibat F.
oxysporum ini berkisar 5-30% .

Singkatan "sp." (zoologi) atau "spec." (botani) digunakan jika nama spesies tidak dapat atau
tidak perlu dijelaskan. Singkatan "spp." (zoologi dan botani) merupakan bentuk jamak.
Contoh : Canis sp., berarti satu jenis dari genus Canis; Adiantum spp., berarti jenis-jenis
Adiantum

- Cara Pemberian Nama Kelas, Bangsa, Famili dan Spesies

Nama kelas : nama genus + nae;


contoh : Psilophti + nae sehingga menjadi kelas Psilophtinae

Kelas : Psilophtinae;

Ordo : Psilotales;

Famili : Psilotaceae;

Spesies : Psilotum nudum

Nama ordo : nama genus + ales;

contoh : Lycopodi + ales sehingga menjadi ordo Lycopodiales

Kelas : Lycopodiinae;

Ordo : Lycopodiales;

Famili : Lycopodineae;

Spesies : Lycopodium cernum

Nama famili : nama genus + aceae;

contoh : Marchantia + ceae sehingga menjadi family Marchantiaceae

Kelas : Hepaticeae;

Ordo : Marchantiales;

Famili : Marchantiaceae;

Spesies : Marchantia polymorpha


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Taksonomi merupakan salah satu cabang ilmu botani yang mempelajari


pengelompokan tumbuhan. Kata Taksonomi berasal dari Bahasa Yunani yaitu taxis yang
berarti susunan dan penataan dan nomos yang berarti hukum atau aturan. Lawrence (1969)
mendefinisikannya sebagai studi yang meliputi identifikasi, tatanama (nomenclature) dan
klasifikasi dari suatu obyek. Identifikasi adalah determinasi suatu nama untuk suatu spesies
sehingga dapat menentukan nama yang benar dan tempatnya yang tepat dalam sistem
klasifikasi. Deskripsi adalah penjabaran karakter-karakter atau ciri-ciri suatu spesies.
Biasanya digunakan untuk membedakan antara suatu spesies dengan spesies lainnya.

B. saran

Semoga makalah yang kami susun ini dapat sangat bermanfaat bagi para
pembaca , dan dapat memberikan pengetahuan sedikit tentang taksonomi tumbuhan.
Kami mengetahui bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan baik dari segi penulisan , bahasa dan sebagainya. Untuk itu saran dari
pembaca yang bersifat membangun sangat saya harapkan agar dapat terciptanya
makalah yang baik dan dapat member pengetahuan yang benar kepada pembaca. Pesan
dari kami mulailah membaca dari hal yang kecil untuk dapat mengetahui lebih banyak
hal yang belum anda ketahui , dan jadikanlah membaca sebagai kebiasaan anda karna
melalui membaca akan membuka lebih banyak gerbang ilmu untuk diri anda.
DAFTAR PUSTAKA

 https://biologi-indonesia.wordpress.com/2015/02/penjelasan-mengenai-konsep-
taksonomi.html?m=1
 http://ahmad-cecep.blogspot.com/
 http://www.fmipa.itb.ac.id/tujuan-klasifikasi http://one.indoskripsi.com/manfaat-klasifikasi
 Anonymous, 2010, www, pikipedia. Com
 http://perpustakaan-online.blogspot.com/2011/04/pengertian-taksonomi.html

Anda mungkin juga menyukai