Anda di halaman 1dari 5

P-ISSN: 1410-4369 Vol. 5, No.

1, Januari 2016

PELATIHAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)


PERTANIAN DI DESA ANTAPAN, KECAMATAN BATURITI,
KABUPATEN TABANAN
Made Kurnia Widiastuti Giri

Universitas Pendidikan Ganesha


Email: widiastutikurnia@yahoo.com

Abstrak
Petani merupakan kelompok kerja terbesar di Indonesia. Pertanian dan perkebunan dapat dianggap
sebagai satu masyarakat tertutup, sehingga usaha-usaha kesehatan pun harus disesuaikan dengan
sifat-sifat masyarakat demikian, dalam arti menyelenggarakan sendiri dan untuk kebutuhan sendiri.
Perilaku K3 yang tepat dalam penggunaan pestisida sangat penting sebagai upaya pencegahan
keracunan, sehingga perilaku K3 petani pengguna pestisida perlu disosialisasikan secara terintegrasi.
Melalui wawancara awal tentang K3 dengan petugas kesehatan yang berprofesi sebagai bidan desa,
diperoleh beberapa fakta yang menggambarkan kebutuhan akan penyelenggaraan pelatihan K3
dimana 1) adanya faktor penyebab lainnya yang juga mempengaruhi tertundanya usaha promotif
Puskesmas yaitu masih rendahnya pengetahuan tentang prinsip K3 pertanian yang dimiliki oleh
petugas kesehatan yang wilayah kerjanya di Desa Antapan, 2) Adanya prevalensi Infeksi Saluran
Pernafasan Atas pada pasien yang bekerja sebagai petani, dan 3) Kejadian kasus keracunan
pestisida akut pernah ditangani yang dialami oleh pasien yang merupakan petani di Desa Antapan.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara lainnya dengan masyarakat desa Antapan yang
mayoritas bekerja sebagai petani maka ditemukan beberapa hal berikut ini yaitu 1) Petani mengalami
keluhan tentang kondisi kesehatan utamanya gangguan saluran pernafasan dengan beberapa
diantaranya mengalami gangguan pencernaan, 2) Petani kurang memahami tentang K3 dikarenakan
rendahnya pengetahuan mereka serta belum adanya pembinaan K3 bagi mereka yang mereka
jadikan sebuah kebutuhan karena adanya kasus keracunan yang pernah terjadi pada petani di
wilayah desa Antapan tersebut. Pelatiahn K3 diberikan dalam metode ceramah, diskusi dan praktek
pendampingan berlangsung sangat efektif dengan tercapainya tujuan pengabdian berupa
peningkatan wawasan. Pada saat dilaksanakan monitoring evaluasi setelah 2 minggu pelaksanaan,
masyarakat petani desa Antapan telah menerapkan prinsip K3 pada keseharian mereka melakukan
pekerjaannya.

Kata kunci : Kesehatan dan Keselamatn Kerja (K3), Petani Desa Antapan

Abstract
Farmers are the largest working group as occupation in Indonesia. Agriculture and plantations can be
considered as a closed society, so that health efforts must be adjusted to the properties of such
communities, in the sense of organizing themselves and for their own needs. Occupational Health
and Safet ar in Indonesia known as Kesehatan dan Keselamatn Kerja (K3) proper behavior in the use
of pesticides is very important for prevention of poisoning, so that the behavior of pesticide users K3
farmers need to be socialized in an integrated manner. Through an initial interview about K3 with
health workers who work as midwives, obtained some facts that illustrate the need for organizing
training K3 where 1) the existence of other factors that also affect the delay in efforts promotive health
center is still lack of knowledge about the principle of K3 farm owned by officer health whose
jurisdiction the village Antapan, 2) The prevalence of Upper Respiratory Tract Infections in patients
who work as farmers, and 3) incident cases of acute pesticide poisoning ever dealt with that
experienced by patients who are farmers in the village Antapan. Based on observations and
interviews with other villagers Antapan majority worked as a farmer, found the following points: 1)
Farmers have complaints about the health condition of the main respiratory disorders with some of
them experiencing indigestion, 2) Farmers have less conception of K3 due to their lack of knowledge
and the lack of guidance K3 for those whom they made a requirement because of the poisoning
cases that have occurred on farmers in the village area Antapan. K3 agriculture training given in a
lecture, discussion and practice of mentoring takes place very effectively with the achievement of the
devotion of increased insight. At the time of monitoring and evaluation carried out after 2 weeks of

Jurnal Widya Laksana | 47


P-ISSN: 1410-4369 Vol. 5, No.1, Januari 2016

implementation, Antapan rural farming communities have applied the principle of K3 in their daily lives
to do his occupational activity.

Keywords: Occupational health and safety , agriculture, Antapan Village

PENDAHULUAN menyelenggarakan sendiri dan untuk


Petani merupakan kelompok kerja kebutuhan sendiri. Dalam hal ini sesuai
terbesar di Indonesia. Meski ada pula dengan luas lahan pertanian atau
kecenderungan semakin menurun, perkebunan yang sudah sepatutnya ada
angkatan kerja yang bekerja di sektor usaha-usaha meliputi bidang preventif dan
pertanian masih berjumlah 42 juta orang kuratif, baik mengenai penyakit umum,
atau sekitar 40% dari angkatan kerja. kecelakaan kerja, dan penyakit akibat
Banyak wilayah kabupaten di Indonesia kerja. Puskesmas Pembantu Desa
yang mengandalkan pertanian, termasuk Antapan sebagai fasilitas kesehatan
perkebunan sebagai sumber penghasilan primer yang sedianya memberikan
daerah. Utamanya di Provinsi Bali, layanan kesehatan promotif, preventif dan
pariwisata dan pertanian menjadi dua kuratif sederhana. Program Kegiatan
lumbung penghasil pendapatan daerah.. Puskesmas Pembantu Desa Antapan
Dalam perspektif kesehatan dan yang telah dilaksanakan selama ini
keselamatan kerja penerapan teknologi berupa tindakan preventif dan kuratif
pertanian adalah memiliki sisi dependent sederhana yang rutin setiap satu bulan
health risk. Oleh karena itu ketika terjadi sekali melalui kegiatan posyandu. Upaya
sebuah pemilihan sebuah teknologi, promotif diakui belum dapat dilaksanakan
secara implisit akan terjadi perubahan oleh petugas dikarenakan keterbatasan
faktor resiko kesehatan. Penerapan jumlah petugas serta ketersediaan waktu.
teknologi baru di pertanian memerlukan Melalui wawancara awal tentang K3
adaptasi sekaligus keterampilan. Adaptasi dengan petugas kesehatan yang
yang dialami tentunya adalah adaptasi berprofesi sebagai bidan desa, diperoleh
terhadap interaksi petani dan lingkungan beberapa fakta yang menggambarkan
serta kondisi kesehatannya. Sebagai kebutuhan akan penyelenggaraan
contohnya teknologi mencangkul kini pelatihan K3 dimana 1) adanya faktor
digantikan dengan traktor, hal ini jelas penyebab lainnya yang juga
mengubah faktor resiko kesehatan dan mempengaruhi tertundanya usaha
keselamatan kerja yang dihadapi oleh promotif Puskesmas yaitu masih
petani. Demikian pula dengan rendahnya pengetahuan tentang prinsip
penggunaan pestisida , seperti indikasi K3 pertanian yang dimiliki oleh petugas
penggunaan dalam upaya pemberantasan kesehatan yang wilayah kerjanya di Desa
hama, takaran penggunaan , teknik Antapan, 2) Adanya prevalensi Infeksi
penyemprotan, dan lain-lain. Ironisnya Saluran Pernafasan Atas pada pasien
teknologi baru ini memiliki potensi bahaya yang bekerja sebagai petani, dan 3)
kesehatan akut dan kronik. Pestisida Kejadian kasus keracunan pestisida akut
merupakan bahan kimia untuk membunuh pernah ditangani yang dialami oleh
hama tanaman. Apabila tidak tepat dalam pasien yang merupakan petani di Desa
penggunaannya, bisa menyebabkan Antapan. Berdasarkan hasil observasi dan
keracunan. Perilaku K3 yang tepat dalam wawancara lainnya dengan masyarakat
penggunaan pestisida sangat penting desa Antapan yang mayoritas bekerja
sebagai upaya pencegahan keracunan, sebagai petani maka ditemukan beberapa
sehingga perilaku K3 petani pengguna hal berikut ini yaitu 1) Petani mengalami
pestisida perlu disosialisasikan secara keluhan tentang kondisi kesehatan
terintegrasi. Pertanian dan perkebunan utamanya gangguan saluran pernafasan
dapat dianggap sebagai satu masyarakat dengan beberapa diantaranya mengalami
tertutup, sehingga usaha-usaha gangguan pencernaan, 2) Petani kurang
kesehatan pun harus disesuaikan dengan memahami tentang K3 dikarenakan
sifat-sifat masyarakat demikian, dalam arti rendahnya pengetahuan mereka serta

Jurnal Widya Laksana | 48


P-ISSN: 1410-4369 Vol. 5, No.1, Januari 2016

belum adanya pembinaan K3 bagi mereka Kesehatan Kerja (K3) bagi petani. Petani
yang mereka jadikan sebuah kebutuhan desa Antapan selama ini berkembang
karena adanya kasus keracunan yang sebagai petani yang mandiri dengan bekal
pernah terjadi pada petani di wilayah desa pengetahuan sangat minimal tentang K3.
Antapan tersebut. Penuturan dari pihak aparat desa dan
petugas Puskesmas setempat
SUMBER INSPIRASI menggambarkan penerapan teknologi
Desa Antapan di Kecamatan Baturiti pertanian sederhana seperti penggunaan
memiliki penduduk 1.065 Kepala traktor dan pemanfaatan pestisida belum
Keluarga (KK) yang mayoritas pekerjaan dibarengi dengan pengetahuan tentang
sebagai petani (745 KK) yang tersebar di K3 yang bermuara pada tindakan beresiko
6 (enam) banjar (dusun) yaitu Banjar tinggi yang berdampak pada kondisi
Anatapan, Banjar Talampati, Banjar kesehatan petani di desa Antapan.
Tohjiwa, Banjar Mayungan Anyar, Banjar Berdasarkan observasi awal setelah
Mayungan Let, dan Banjar Gelogor. mengkaji hasil wawancara dengan aparat
Lahan pertanian didominasi dengan desa, petugas kesehatan dan juga petani
penanaman tanaman sayur dan buah di desa Antapan, maka didapatkan
seperti strawberry, tomat, kubis, sawi perilaku yang tergolong tindakan beresiko
putih, wortel dan paprika. Data awal yang tinggi yang terkait dengan lonjakan kasus
kami peroleh dari pencatatan prevalensi ISPA dalam catatan kunjungan
kasus di poliklinik Puskesmas Pembantu Puskesmas Pembantu di setiap bulannya.
Desa Antapan, masyarakat usia produktif Perilaku yang kurang memperhatikan
menyumbangkan 35-50 kasus Infeksi prinsip K3 dalam pemanfaatan pestisida
Saluran Pernafasan Bagian Atas (ISPA) salah satunya adalah minimalnya
setiap bulannya. Dari jumlah kasus penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).
tersebut, sekitar 80 % pasien bekerja Berdasarkan observasi awal di lapangan,
sebagai petani. Kasus keracunan petani yang menggunakan APD hanya
(intoksikasi) akut pernah dirujuk oleh sebanyak 10 % dari total petani yang
puskesmas pembantu di desa Antapan ini bekerja. Penggunaan APD yang
yang dialami oleh seorang petani sehabis digunakan ternyata belum memenuhi
melakukan pembasmian hama dengan syarat dalam prinsip K3. Petani di desa
penyemprotan pestisida. Jumlah kasus Antapan menyadari pengetahuan mereka
intoksikasi pestisida setiap tahun yang tentang K3 dalam pekerjaan mereka
tercatat di puskesmas sebanyak 3-5 bertani masih rendah sehingga petani di
kasus. Catatan kasus ISPA dan desa Antapan memerlukan adanya
intoksikasi ini tentunya memerlukan pelatihan untuk meningkatkan
perhatian khusus berkaitan dengan pengetahuan mereka tentang K3 serta
penyebabnya. Faktor predisposisi keterampilan mengaplikasiskan
timbulnya kasus ISPA pada penduduk pengethuan tersebut yang pada akhirnya
desa Antapan adalah tindakan berisiko nanti bermuara pada peningkatan status
tinggi mereka yang akrab dengan kesehatan mereka. Berdasarkan analisis
pestisida dalam melakukan pekerjaan permasalahan dan kebutuhan akan
mereka dalam bercocok tanam. Pestisida pemecahan dari masalah yang dihadapi
sebagai bahan kimia yang telah diketahui oleh petani di desa Antapan tersebut
memiliki efek terhadap kesehatan baik maka diperlukan sebuah usaha untuk
akut maupun kronis bagi seseorang yang memenuhi permintaan petani di desa
seringkali menerima paparan pestisida. tersebut untuk diadakannya sebuah usaha
Pengorganisasian petani sayur di desa peningkatan pengetahuan dan
Antapan yang belum terangkum dalam keterampilan tentang K3. Upaya K3 yang
sebuah wadah kelompok tani menjadi diberikan nantinya dalam pelatihan seperti
salah satu fenomena yang dirasakan bagaimana menggunakan pestisida
pentani di desa Antapan sebagai faktor secara aman, bagaimana menggunakan
penyulit capaian Dinas Pertanian maupun bahan kimia berbahaya secara benar agar
Dinas Kesehatan dalam upaya promotif tidak membahayakan diri petani dan
dan preventif Keselamatan dan lingkungannya serta upaya pencegahan

Jurnal Widya Laksana | 49


P-ISSN: 1410-4369 Vol. 5, No.1, Januari 2016

dan pengobatan penyakit yang berkaitan bidangnya. Memberikan


dengan pekerjaannya. pengetahuan dasar tentang K3
2. Diskusi setelah penyampaian
materi
3. Pendampingan oleh narasumber
dan tim pelaksana (praktek
menggunakan alat pelindung diri)
4. Evaluasi pendampingan dengan
diskusi akhir untuk menatik
simpulan kegiatan

KARYA UTAMA
Sasaran dari pelatihan ini adalah
petugas kesehatan dan petani di wilayah
desa Antapan yang seluruhnya berjumlah
50 orang. Petugas kesehatan di
Puskesmas Pembantu merupakan
petugas yang lebih sering kontak dan
lebih dekat dengan petani dibandingkan
Gambar 01. Penggunaan APD Sesuai dengan petugas kesehatan lainnya.
Prinsip K3 dalam Aktivitas Penyemprotan Dengan kemantapan pengetahuan yang
Pestisida (Sumber : Balai Hiperkes, 2010) nantinya dimiliki diharapkan petugas
kesehatan tidak hanya semata melakukan
rutinitas kegiatan pelayanan kesehatan
METODE bagi pasien yang datang ke Puskesmas
Metode yang digunakan dalam saja tetapi nantinya dalam program
program P2M ini adalah pelatihan yang pendampingan dapat melaksanakan
ditujukan kepada petugas kesehatan dan promosi dan pemyuluhan kesehatan
petani di desa Antapan. Dalam hal tentang K3 kepada petani di wilayah desa
meningkatkan,pengetahuan petugas Antapan. Meningkatnya pengetahuan
kesehatan dan petani maka metode petani melalui pelatihan ini sebagai
pelatihan dipilih dibandingkan metode peserta nantinya diharapkan dapat
seminar. Hal ini dikarenakan informasi memberikan pengaruh besar bagi
lebih mudah diserap dan diingat apabila peningkatan kesadaran aplikasi prinsip K3
materi diberikan ke dalam bentuk yang di wilayah Desa Antapan demi
lebih nyata atau bentuk pengalaman peningkatan status kesehatannya.
dibandingkan hanya dalam bentuk lisan
atau tulisan. Keterkaitan program P2M ULASAN KARYA
yang akan dilakukan dengan berbagai Pihak mitra menyambut kegiatan
pihak yaitu Universitas Pendidikan pelatihan ini dengan sangat antusias dan
Ganesha, Aparat Desa Antapan, penuh rasa kekeluargaan. Kendala medan
Puskesmas Kecamatan Baturiti serta yang cukup terjal karena area desa
Dinas Kesehatan dan Dinas Pertanian berada di lereng bukit tidak menjadi
Kabupaten Tabanan sebagaimana hambatan bagi tim pelaksana dikarenakan
memang dalam permasalahan di bidang petani serta aparat desa dan pihak
kesehatan umumnya diperlukan puskesmas menyambut kami dengan
keterkaitan berbagai pihak. sangat baik. Tempat pelaksanaan di balai
Pelaksanaan pelatihan tentan pertemuan yang dekat dengan kandang
Kesehatan dan Keselamatan Kerja dari kelompok tani di desa antapan yang
dilaksanakan dengan metode pelatihan telah sering menjuarai perlombaan tingkat
yang disambut antusias oleh seluruh provinsi. Namun di awal pelatihan, tingkat
peserta. pengetahuan tentang kesehatan dan
Metode pelaksanaan pelatihan berupa : keselamatan kerja sangat rendah. Dan
1. Penyampaian materi oleh kemudian sangat berbangga tim
narasumber yang kompeten di pelaksana dan mitra dapat bersama

Jurnal Widya Laksana | 50


P-ISSN: 1410-4369 Vol. 5, No.1, Januari 2016

memberikan peningkatan wawasan


tentang kesehatan dan keselamatan kerja DAFTAR PUSTAKA
bagi petani di desa antapan. Cascio, W.F. 1998. Managing Human
Resources – Productivity Quality of
DAMPAK DAN MANFAAT KEGIATAN Work Life, Profits. Edisi ke-5.
Hasil pelaksanaan program P2M ini McGraw Hill, Amerika Serikat.
diharapkan nantinya dapat digunakan Darmanto, R. 1999. Kesehatan Kerja di
sebagai masukan kepada Dinas Perusahaan. PT Gramedia Pustaka
Kesehatan dan Puskesmas Kecamatan Utama, Jakarta.
Baturiti yang dapat digunakan sebagai Santoso, G. 2004. Manajemen
bahan pertimbangan dalam pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
program perbaikan status kesehatan Prestasi Pustaka, Jakarta.
masyarakat di desa Antapan khususnya Suardi, R. 2005. Sistem Manajemen
serta di wilayah lainnya di Kabupaten Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Tabanan yang mayoritas bekerja di Penerbit PPM, Jakarta.
bidang pertanian dan perkebunan Sugeng, A.M., dkk. 2005. Bunga Rampai
sehingga dapat dilaksanakan pemantapan Hiperkes & KK Edisi Kedua. Badan
program melalui usaha peningkatan Penerbit Universitas
pengetahuan petugas kesehatan dan Diponegoro,Semarang.
kader tentang prinsip K3 sebagai upaya Jung DY, Kim HC, Leem JH, Park SG,
peningkatan status kesehatan Lee DH, Lee SJ dan Kim GW,
masyarakat. Dengan kemampuan dalam 2011.Estimatedoccupational injury
memberikan Komunikasi, Informasi serta rate and work related factors based
Edukasi yang prima maka petugas on data from the fourth Korea
kesehatan dan kader nantinya akan dapat National Health and Nutrition
memberikan kegiatan promosi dan Examination Survey. Korean Journal
penyuluhan kesehatan yang tepat guna Occupational Environment Medicine
mendukung program promotif dan , 23(2):149–163.
preventif terkait K3. Melalui promosi dan Chae H, Kyungdoo M, Youn K, Jinwoo P3,
penyuluhan kesehatan yang baik Kyungran K1, Hyocher K1 and
diharapkan pengetahuan masyarakat Kyungsuk L, 2014.Estimated rate of
petani khususnya tentang K3 menjadi agricultural injury: the Korean
lebih baik yang tentunya akan Farmers’ Occupational Disease and
meningkatkan status kesehatannya. Injury Survey Chae et al. Annals of
Occupational and Environmental
KESIMPULAN Medicine , 26:8
Kegiatan pengabdian dalam bentuk
pelatihan ini telah berhasil mencapai
tujuannya yaitu meningkatkan
pengetahuan petani tentang peran penting
penerapan prinsip K3 bagi kesehatan
petani di desa Antapan , Kecamatan
Baturiti dan menekankan pentingnya nilai
status kesehatan manusia yang tidak
dapat digantikan oleh harta benda
maupun uang. Melalui pelatihan dengan
mengusung slogan “ Sehat sayurku, sehat
petaniku” dalam tehnik demonstrasi
tentang pemakaian Alat Pelindung Diri
(APD) yang lengkap dan benar maka
faktor enabling yaitu ketersediaan dan
kemudahan pemakaian APD akan dapat
diterima dengan baik oleh petani di desa
Antapan , Kecamatan Baturiti.

Jurnal Widya Laksana | 51

Anda mungkin juga menyukai