Disusun Oleh:
POLTEKES MALANG KAMPUS V TRENGGALEK
1. WAHYU ULGA WINANDITYATAMA
2. YOGHA DIESTIO ANOVIO
3. YOHANES DWI L.P
PAKET PENYULUHAN
CA NASOFARING
Disusun Oleh:
MENGETAHUI
PAKET PENYULUHAN
Tema : CA NASOFARING
Sub Tema : CA NASOFARING
Sasaran : Seluruh keluarga pasien
1. Analisa Situasional
Penyuluh : Mahasiswa Sarjana Terapan Keperawatan Tingkat 3
Peserta : Pasien dan keluarga pasien yang terkena KNF
2. Analisa Tujuan dan Karakteristik
A. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah mendapatkan penyuluhan, keluarga pasien mampu mendeskripsikan dan
mengenali tanda dan gejala penyakit Ca Nasofaring.
B. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah mendapatkan penyuluhan keluarga pasien mampu :
1) Menyebutkan pengertian penyakit Ca Nasofaring
2) Menyebutkan penyebab penyakit Ca Nasofaring
3) Menyebutkan tanda dan gejala penyakit Ca Nasofaring
4) Penatalaksanaan penyakit Ca Nasofaring
3. Lingkup Materi Pembelajaran
1) Pengertian penyakit Ca Nasofaring
2) Penyebab penyakit Ca Nasofaring
3) Tanda dan gejala penyakit Ca Nasoring
4) Penatalaksanaan penyakit Ca Nasofaring
4. Analisis Sumber Belajar
Materi terlampir
5. Strategi
1. Materi Pembelajaran : Ceramah dan diskusi
2. Media : LCD
Job Desk
LCD
Penyaji
Peserta
7. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Pelaksana
1. 2 menit Pendahuluan
1. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam Penyaji
dan menyatakan
pembuka dan
keadaannya
menanyakan kabar
peserta 2. Mendengarkan
2. Memperkenalkan diri
3. Memperhatikan
beserta tim
3. Menjelaskan kontrak
waktu dan tujuan 4. Memperhatikan
penyuluhan
5. Memperhatikan
4. Menjelaskan
mekanisme diskusi
5. Menjelaskan topik
yang akan diberikan
2. 10 menit Pelaksanaan
1. Menggali 1. Menjawab Penyaji
pengetahuan awal dan
pengalaman peserta 2. Memperhatikan
2. Menjelaskan materi :
Pengertian, penyebab,
tanda gejala dan
penatalaksanaan Ca 3. Bertanya
Nasofaring
3. Mempersilahkan
peserta untuk
mengajukan
4. Memperhatikan
pertanyaan dan
fasilitator memotivasi
peserta untuk bertanya
4. Fasilitator menjawab
pertanyaan
3. 3 menit Evaluasi dan Penutup Penyaji
1. Menegaskan 1. Menjawab
kesimpulan dari topik
yang sudah dibahas
sebelumnya
2. Mengucapkan
2. Mengucapkan terima kembali
kasih atas waktu dan terimakasih kepada
perhatian peserta mahasiswa yang
telah memberi
penyuluhan
3. Mengucapkan salam 3. Menjawab salam
penutup 4. Menerima
4. Membagikan leaflet
8. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan oleh mahasiswa bekerja sama dengan
perawat.
b. Kontrak waktu penyuluhan dilakukan 1 hari sebelum pelaksanaan penyuluhan
kesehatan dan ditindak lanjuti 15 menit sebelum acara dimulai
c. Media yang digunakan sudah siap sebelum acara penyuluhan dimulai
2. Evaluasi Proses
a. Peserta antusias terhadap materi yang disampaikan penyaji
b. Peserta tidak meninggalkan acara selama penyuluhan berlangsung atau
meninggalkan acara dengan ijin kepada panitia
c. Peserta terlibat aktif dalam kegiatan penyuluhan
d. Penyuluhan berjalan sesuai rencana
3. Evaluasi Hasil
a. Peserta memahami materi yang telah disampaikan
b. Ada umpan balik positif dari peserta seperti dapat menjawab pertanyaan yang
diajukan penyaji
MATERI PENYULUHAN
ANATOMI NASOFARING
Nasofaring berhubungan erat dengan sinus sphenoid, fossa nasalis, foramen pada dasar
tengkorak. Tuba eustachius membuka kedalam dinding lateral nasofaring. Di antara tulang
rawan, mulai dari bagian pertengahan tuba eustachius sampai akhir dinding belakang adalah
fossa Rossen-Muller. Histology epitel nasofaring pada orang dewasa memiliki peranan yang
sangat penting dalam penelitian. Teori menunujukkan bahwa karsinoma ini dapat berkembang
dalam epitel yang mengalami metaplasia skuamosa. Tidak diketahui mengapa metaplasia ini
lebih banyak pada masyarakat kanton dari pada orang kulit putih.
Nasofaring disebut juga dengan epifaring.terletak antara basis sphenoid sebagai batas atas
pinggir bawah pallatum molle sebagai batas bawah,koana dan pallatum molle sebagai batas
depan dan verrtebre cervical1-2 serta basis sphenoid sebagai batas belakang.
Pada daerah dinding batas belakang atap terletak jaringan lomfoid yaitu disebut dengn
tonsil faring atau adenoid.pada dinding anterior bagian atas terdapat 2 buah lubang sebagai
muara cavum nasi ke nasofaring.yang disebut koana atau nares posterior.dibawh koana terdapat
pallatum molle.
Pada dinding lateral kiri dan kanan ditentukan cekungan yaitu muara tuba eusatchius ke
nasofaring dan di belakang torus tobarius ditemukan pada suatu lekukan atau celah yang disebut
fosssa rosenumuller.
EPIDEMIOLOGI
Karsinoma nasofaring menjadi penyebab kematian utama pada sebagian besar populasi di
Asia Tenggara, di cina selatan, karsinoma nasofaring merupakan tumor terbanyak pada laki-laki,
dengan insiden rata-rata sekitar 40/100.000, insiden terbanyak ditemukan di daerah cina, khusus
nya di propinsi Kwangtung republic rakyat cina.
Pada ras mongoloid kanker nasofaring insidennya cukup tinggi, sehingga tidaklah
mengherankan pada penduduk cina bagian selatan, kemudian hongkong, Vietnam, Thailand,
Malaysia, singapura dan Indonesia banyak ditemukan kasus ini.
Selain itu cukup banyak kasus karsinoma nasofaring di yunani, afrika bagian utara seperti
aljazair, Tunisia, pada orang eksimo, Alaska dan Greenland, penyebabnya diduga adalah karena
memakan makanan yang di awetkan pada musim dingin dengan menggunakan bahan pengawet
nitrosamine.
ETIOLOGI
Etiologi karsinoma nasofaring ini masih belum diketahui secara pasti. Secara umum,
karsinoma nasofaring terjadi sebagai akibat pengaruh genetic dan lingkungan, seperti zat
karsinogen dan infeksi virus Epstein-Barr (EBV).
Hal ini didukung oleh adanya factor genetic yang berhubungan dengan karsinoma
nasofaring, yaitu HLA-A2 dan HLA-Bsin2 ( paling banyak ditemukan pada orang daerah cina
selatan tetapi jarang didapatkan pada ras kaukasoid ).selain itu telah berhasil diidentifikasi
abnormalitas pada berbagai kromosom.
Faktor lingkungan dan kultur yang berhubungan dengan karsinoma nasofaring termasuk
didalamnya adalah kebiasaan dari orang kanton yang memakan ikan yang diasinkan dan
mengawetkan makanan dengan bahan pengawet nitrosamine (hal ini telah dikonsumsi sejak
masa kanak-kanak ). Bukti ditemukannya DNA-EBV pada hampir setiap kasus karsinoma
nasofaring menjadikan pegangan bagi para ahli untuk membuat kesimpulan bahwa keganasan
yang terjadi adalah akibat ekspansi pembelahan pada sel yang diakibatkan EBV. Hal ini
memberikan indikasi bahwa EBV muncul dalam sel pada saat terjadinya transformasi sel
menjadi ganas dan menunjukkan peranan virus tersebut terhadap perkembangan awal terjadinya
proses keganasan pada nasofaring.
Gejala yang timbul oleh tumor nasofaring beraneka ragam, tidak ada gejala pasti yang
khusus untuk tumor nasofaring karena tumor primer itu sendiri dalam nasofaring kadang tidak
menimbulkan gejala. Tumor nasofaring dapat menimbulkan gejala-gejala hingga penderita
datang berobat keberbagai ahli
Untuk itu nasofaring harus diperiksa dengan cermat, kalau perlu dengan nasofaringoskop.
Karena sering gejala belum ada sedangkan tumor sudah bertumbuh atau tumor tidak
nampak karena masih terdapat dibawah mukosa ( creeping tumor ).
Tidak jarang penderita dengan gangguan pendengaran ini baru kemudian disadari bahwa
penyebabnya adalah karsinoma nasofaring.
Diplopia
Juling
Neuralgia terminal.
Penderita datang dengan keluhan juling bila melirik kekanan bengkak leher sebelah
kanan sejak dua bulan, tidak nyeri. Tidak ada keluhan lain. Pada pemeriksaan terdapat
masssa kelenjar limfe-3 dan paralysis N.VI kanan. Biopsy nasofaring memastikan
diagnosis karsinoma dengan penyebaran kelenjar limfe dan penyusupan ke dasar
tengkorak ( petrosfenoidal )
HISTOPATOLOGI
Telah disetujui oleh WHO bahwa hanya 3 karsinoma (epidermoid) pada nasofering yaitu:
PENCEGAHAN
Pemberian vaksinasi pada penduduk yang bertempat tinggal di daerah beresiko tinggi.
Memindahkan ( migrasi ) penduduk di daerah yang beresiko ketempat lainnya. Penerangan akan
kebiasaan hidup yang salah, mengubah cara memasak makanan dan mencegah akibat yang
timbul dari bahan-bahan yang berbahaya. Penyuluhan mengenai lingkungan hidup yang tidak
sehat, meningkatkan keadaan social ekonomi dan berbagai hal yang berkaitan dengan
kemungkinan-kemungkinan factor penyebab melakukan tes serologi IgA anti VCA dan IgA anti
EA secara missal dimasa yang akan datang akan bermanfaat dalam menentukan karsinoma
nasofaring secara lebih dini.
Lampiran
CUCI TANGAN
A. Definisi Cuci Tangan
Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan
tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia untuk menjadi lebih bersih dan
memutuskan mata rantai kuman. Mencuci tangan dengan sabun dikenal dengan juga sebagai
salah satu upaya pencegahan penyakit.Hal ini dilakukan karena tangan seringkali menjadi agen
yang membawakuman dan menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke orang yang lain
baik dengan kontak langsung ataupun kontak tidak langsung.
B. Tujuan Cuci Tangan
Mencuci tangan merupakan satu teknik yang paling mendasar untukmenghindari masuknya
kuman kedalam tubuh. Dimana tindakan ini dilakukan dengan tujuan :
1. Supaya tangan bersih
2. Membebaskan tangan dari kuman mikoorganisme
3. Menghindari masuknya kuman kedalam tubuh
C. Pentingnya mencuci tangan
1. Mencuci tangan bisa mencegah penyebaran penyakitmenular seperti diare dan ISPA
2. Perilaku cuci tangan pakai sbun merupakan satu hal penting untuk menghalangi terjadinya
infeksi
D. Waktu yang tepat untuk mencuci tangan
1. Sebelum dan sesudah makan
2. Setelah BAB
3. Sebelum memegang bayi
4. Sesudah menceboki nanak
5. Sebelum menyiapkan makanan
E. Persiapan Alat
a. Sabun
b. Kran
c. Tissue
d. Tempat sampah
B. Tujuan
Agar masyarakat mau mengolah sampahnya sendiri, dan menjaga lingkunganya.
C. Jenis-Jenis Sampah
1. Sampah organik
Adalah sampah yang berasal dari jasad hidup sehingga mudah membusuk dan
dapat hancur secara alami.
Contoh :
a. Sayuran
b. Daging
c. Ikan
d. Nasi
e. Potongan rumput/ daun/ ranting dari kebun.
1. Sampah non organik/ an-organik
Adalah sampah yang tidak mudah busuk
Contoh :
a. Botol
b. Gelas
c. Plastik
d. Tas plastik
e. Kaleng
f. Logam
Sampah non-organik tidak mudah diuraikan oleh alam dan bahkan sebagian sama sekali tidak
bisa terurai.
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC
Carpenito. 2001. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa keperawatan dan masalah
kolaboratif. Jakarta: EGC
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey: Upper
Saddle River
Kasuari. 2002. Asuhan Keperawatan Sistem Pencernaan dan Kardiovaskuler Dengan Pendekatan
Patofisiology. Magelang. Poltekes Semarang PSIK Magelang
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New Jersey:
Upper Saddle River
Rab, T. 2008. Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung: Penerbit PT Alumni
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika