Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF)

DI RUANG ASOKA BAWAH RSUD KELAS B

KABUPATEN SUBANG

STASE KMB

Disusun Oleh :

Usep Supriadi S.Kep

NIM. 19149012022

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)

YPIB MAJALENGKA

2019
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
DHF (Dengue Haemoragic Fever) adalah penyakit yang disebabkan oleh karena virus
dengue yang termasuk golongan abrovirus melalui gigitan nyamuk Aedes Aegygti betina.
Penyakit ini biasa disebut Demam Berdarah Dengue (Hidayat, 2006). Demam berdarah dengue
adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue (arbo virus) yang masuk ke dalam
tubuh melalui gigitan nyamuk aides aegypti.
Demam Berdarah Dengue adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus
dengue terutama menyerang anak-anak dengan ciri-ciri demam tinggi mendadak, disertai
manifestasi perdarahan dan berpotensi menimbulkan renjatan/syok dan kematian (Amin &
Hardi, 2013).
B. Penyebab
Virus dengue sejenis arbo virus (Arthropod borne viruses) artinya virus yang
ditularkan melalui gigitan antropoda misal nyamuk aedes aegypti (betina). Infeksi yang
pertama kali dapat memberi gejala sebagai dengue fever dengan gejala utama demam,nyeri
otot/sendi.
Virus dengue termasuk genus Flavirus, keluarga flaviridae.Terdapat 4 serotipe virus
yaitu DEN-1, DEN-2,DEN -3,DEN-4. Keempatnya ditemukan diindonesia dengan DEN-3
serotype terbanyak . Infeksi salah satu serotype akan menimbulkan antibody terhadap serotype
yang bersangkutan, sedangkan tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap
serotype lain tersebut . Seorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3
atau 4 serotype selama hidupnya.Keempat serotype virus dengue dapat ditemukan diberbagai
daerah di Indonesia (Sujono, 2010).

C. Manifestasi klinik
1. Demam tinggi selama 5-7 hari
2. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit; ptechie, ekhimosis, hematoma
3. Epistaksis, hematemesis, melena, hematuria
4. Trombositopenia <100.000/ul
5. Mual, muntah, tidak nafsu makan, diare, konstipasi
6. Nyeri otot,tulang sendi,abdomen dan ulu hati
7. Sakit kepala
8. Pembengkakan sekitar mata
9. Pembesaran hati,limpa,dan kelenjar getah bening
10. Tanda – tanda renjatan ( sianosis,kulit lembab dan dingin ,tekanan darah menurun,gelisah,
capillary refill lebih dari dua detik.
D. Klasifikasi
1. Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket
positif, trombositopenia, dan hemokosentrasi.
2. Derajat II : Derajat I disertai perdarahan spontan dikulit atau perdarahan lain
3. Derajat III : Kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin lembab,
gelisah.
4. Derajat IV : Renjatan berat, denyut nadi, dan tekanan darah tidak dapat diukur. Yang
disertai dengan Dengue Shock Sindrom. (Suriadi dan Rita Yuliani, 2006).
E. Patofiologi
1. Virus Dengue akan masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepty dan
kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus antibodi, dalam
sirkulasi akan mengaktifasi sistem komplemen. Akibat aktifasi C3 danC5 akan dilepas C3a
dan C5a, 2 peptida berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat
sebagai faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan
plasma melalui endotel dinding itu.
2. Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor
koagulasi (protrobin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen ) merupakan faktor penyebab
terjadinya perdarahan hebat, terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.
3. Yang menentukan beratnya penyakit adalah permeabilitas dinding pembuluh darah,
menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diatesis
hemoragik, Renjatan terjadi secara akut.
4. Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding
pembuluh darah. dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hipovolemik. Apabila
tidak diatasi bisa terjadi anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian. (Suriadi dan
Rita Yuliani, 2006).
F. Pathway
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah lengkap : hemokosentrasi (hematokrit meningkat 20 % atau lebih), trombositopenia
(100.000/mm3 atau kurang)
2. Serologi uji HI (hemoglutination inhibition test)
3. Rontgen toraks : efusi pleura. (Suriadi dan Rita Yuliani, 2006).
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk klien Demam Berdarah Dengue adalah penanganan pada
derajat I hingga derajat IV.
1. Derajat I dan II
 Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 75 ml/kg BB/hari untuk
anak dengan berat badan kurang dari 10kg atau bersama diberikan oralit, air buah atau
susu secukupnya, atau pemberian cairan dalam waktu 24 jam antara lain sebagai berikut
:
a. 100 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 kg
b. 75 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 26-30 kg
c. 60 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 kg
d. 50 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 kg
 Pemberian obat antibiotik apabila adanya infeksi sekunder
 Pemberian antipieritika untuk menurunkan panas.
 Apabila ada perdarahan hebat maka berikan darah 15 cc/kg BB/hari.
2. Derajat III
 Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 20 ml/kg BB/jam, apabila
ada perbaikan lanjutkan peberian RL 10 m/kg BB/jam, jika nadi dan tensi tidak stabil
lanjutkan jumlah cairan berdasarkan kebutuhan dalam waktu 24 jam dikurangi cairan
yang sudah masuk.
 Pemberian plasma atau plasma ekspander (dekstran L ) sebanyak 10 ml/kg BB/jam dan
dapat diulang maksimal 30 ml/ kg BB dalam 24 jam, apabila setelah 1 jam pemakaian
RL 20 ml/kg BB/jam keadaan tekanan darah kurang dari 80 mmHg dan nadi lemah, maka
berikan cairan yang cukup berupa infus RL dengan dosis 20 ml/kg BB/jam jika baik
lanjutkan RL sebagaimana perhitungan selanjutnya.
 Apabila 1 jam pemberian 10 ml/kg BB/jam keadaan tensi masih menurun dan dibawah
80 mmHg maka penderita harus mendapatkan plasma ekspander sebanyak 10
ml/kgBB/jam diulang maksimal 30 mg /kg BB/24 jam bila baik lanjutkan RL
sebagaimana perhitungan diatas.
3. Derajat IV
 Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 30 ml/kgBB/jam, apabila
keadaan tekanan darah baik, lanjutkann RL sebanyak 10 ml/kgBB/jam.
 Apabila keadaan tensi memburuk maka harus dipasang. 2 saluran infuse dengan tujuan
satu untuk RL 10 ml/kgbb/1jam dan satunya pemberian palasma ekspander atau dextran
L sebanyak 20 ml/kgBB/jam selam 1 jam.
 Apabila keadaan masih juga buruk, maka berikan plasma ekspander 20 ml/kgBB/jam.
 Apabila masih tetap memburuk maka berikan plasma ekspander 10 ml/kgBB/jam
diulangi maksimun 30 ml/kgBB/24jam.
 Jika setelah 2 jam pemberian plasma dan RL tidak menunjukan perbaikan maka
konsultasikan kebagian anastesi untuk perlu tidaknya dipasang central vaskuler pressure
atau CVP. (Hidayat A Aziz Alimul, 2008).
I. Fokus Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pada anak dengan Penyakit infeksi Demam Berdarah Dengue Menurut Nursalam
2005 adalah :
1. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua,
dan pekerjaan orang tua.
2. Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien Demam Berdarah Dengue untuk datang ke
Rumah Sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.
3. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil, dan saat demam
kesadaran komposmentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7 dan anak
semakin lemah. Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual,
muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri uluh
hati, dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manisfestasi perdarahan pada
kulit, gusi (grade 3 dan 4), melena, atau hematemesis.
4. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada Demam Berdarah Dengue, anak bisa
mengalami serangan ulangan Demam Berdarah Dengue dengan tipe virus yang lain.
5. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya
komplikasi dapat dihindarkan.
6. Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita Demam Berdarah Dengue dapat bervariasi. Semua anak
dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor
predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan
napsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut, dan tidak disertai dengan pemenuhan
nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga
status gizinya menjadi kurang.
7. Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih
(seperti air yang menggenang dan gantungan baju di kamar).
8. Pola kebiasaan
 Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, pantangan, napsu makan berkurang, napsu
makan menurun.
 Eliminasi atau buang air besar.Kadang-kadang anak mengalami diare atau konstipasi.
Sementara Demam Berdarah Dengue pada grade III-IV bisa terjadi melena.
 Eliminasi urine atau buang air kecil perlu dikaji apakah sering kencing sedikit atau
banyak sakit atau tidak. Pada Demam Berdarah Dengue grade IV sering terjadi
hematuria.
 Tidur dan istirihat. Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit/nyeri
otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya kurang.
 Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung
kurang terutama untuk membersikan tempat sarang nyamuk Aedes Aegypti.
 Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga
kesehatan.
9. Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung rambut
sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan atau (grade) Demam Berdarah Dengue, keadaan
fisik anak adalah sebgai berikut:
 Grade I : kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda vital dan nadi
lemah.
 Grade II : kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, dan perdarahan spontan
petekie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil dan tidak teratur.
 Grade III : kesadaran apatis, somnolent, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil dan
tidak teratur, serta tensi menurun.
 Grade IV : kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tensi tidak terukur,
pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat, dan kulit tampak biru.

10. Sistem integumen


 Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin, dan
lembab.
 Kuku sianosis/tidak
 Kepala dan leher. Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy),
mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade II, III, IV.
Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi dan nyeri
telan. Sementara tenggorokan mengalami hiperemia pharing ( pada Grade II, III, IV).
 Dada: Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto thorax terdapat
adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan ( efusi pleura), rales (+), Ronchi
(+), yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.
 Abdomen: Mengalami nyeri tekan, Pembesaran hati (hepetomegali), asites.
 Ekstremitas: Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.
J. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan yang muncul
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler , perdarahan,
muntah, dan demam.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,muntah,
tidak ada nafsu makan.
3. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus.
4. Nyeri Akut b/d Agen injuri fisik (DHF), viremia, nyeri otot dan sendi.
5. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perdarahan.
6. Resiko syok ( hipovolemik ) berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya
cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
7. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas terganggu akibat spasme otot-
otot pernafasan, nyeri, hipoventilasi.
INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Defisit volume cairan NOC: NIC :
berhubungan dengan  Fluid balance Fluid management
peningkatan permeabilitas  Hydration  Timbang popok/pembalut jika diperlukan
kapiler , perdarahan, Kriteria Hasil :  Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
muntah, dan demam  Mempertahankan urine output sesuai dengan  Monitor status hidrasi ( kelembaban membrane
usia dan BB,BJ urine normal,HT normal mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ) ;
 Tekanan darah,nadi dan suhu tubuh dalam batas jika diperlukan
normal  Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan (
 Tidak ada tanda dehidrasi,Elastisitas turgor kulit BUN, Hmt, osmolalitas urine )
baik, membrane mukosa lembab,tidak ada rasa  Monitor vital sign
haus berlebihan.  Monitor masukan makanan atau cairan dan hitung
1. Keseimbangan cairan intake kalori harian.
Indikator Saat dikaji Target  Kolaborasi pemberian cairan IV
Tekanan darah  Monitor status nutrisi
Denyut nadi radial  Berikan cairan
Keseimbangan intake  Berikan Diuretik sesuai interuksi
& output dalam 24 jam  Berikan cairan IV pada suhu ruangan
Turgor kulit  Dorong masukan oral
Kelembaban membran  Berikan penggantian nasogatrik sesuai output
mukosa  Dorong keluarga untuk membantu pasien makan.
Ket :1. Sangat terganggu;2.Banyak terganggu;  Tawarkan snack ( jus buah , buah segar )
3.Cukup terganggu; 4. Sedikit terganggu; 5. Tidak  Kolaborasikan dokter jika tanda cairan berlebih
terganggu. muncul memburuk
2. Hidrasi
 Atur kemungkinan transfuse
Saat
Indikator Target  Persiapan untuk transfusi
dikaji
Haus
Warna urin keruh
Fontanel cekung
Peningkatan suhu tubuh
Ket: 1=Berat 2=Cukup berat 3=Sedang
4=Ringan, 5=Tidak ada.

INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
2. Nutrisi Kurang Dari NOC: 1. Tentukan motivasi pasien untuk mengubah
Kebutuhan Tubuh :  Status gizi; tingkat ketersediaan zat gizi untuk kebiasaan makan
Factor yang berhubungan : memenuhi kegiatan metabolic 2. Pantau nilai laboratotium, khususnya Hb, Ht,
 Kesulitan mengunyah atau  Status gizi: pengukuran biokimia; komponen albumin, dan elektrolit
menelan dan kimia cairan yang mengindikasikan status 3. Ketahui makanan kesukaan pasien
 Kurang pengetahuan dasar nutrisi 4. Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi
tentang nutrisi  Status gizi: asupan makanan dan cairan; jumlah kebutuhan nutrisi
 Hilang nafsu makan makanan dan cairan yang dikonsumsi tubuh 5. Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan
 Mual dan muntah dalam waktu 24 jam asupan
Batasan karakteristik Tujuan dan criteria evaluasi 6. Timbang pasien pada interval yang tepat
Subjektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 7. Ajarkan metode untuk perencanaan makan
 Kram abdomen x 24 jam : 8. Ajarkan pasien dan keluarga tentang makanan
 Nyeri abdomen  Memperlihatkan status gizi: asupan makanan yang berizi dan tidak mahal
9. Manajemen nutrisi: berikan informasi yang tepat
 Menolak makan dan cairan, yang dibuktikan indicator sebagai
berikut: tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana
Objektif
memenuhinya
 Bising usus hiperaktif Indikator Saat Target
10. Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan
 Kurang informasi/informasi dikaji
kebutuhan protein pasien yang mengalami
yang salah Makanan oral,
ketidakadekuatak asupan protein
 Kurangnya minat terhadap pemberian
makanan makanan lewat selang,
 Rongga mulut terluka atau nutrisi parenteral
 Kelemahan otot yang total
berfungsi untuk menelan Asupan cairan oral
atau mnengunyah atau IV
Ket : 1. Tidak adekuat 2. Sedikit adekuat;
3.Cukup adekuat 4. Adekuat 5. Sangat Adekuat

INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
3. Hipertermia berhubungan NOC: NIC :
dengan proses infeksi virus  Termolegulasi; keseimbangan antara produksi Fever Treatment
Batasan karakteristik panas, peningkatan panas dan kehilangan panas 1. Pantau hidrasi (turgot kulit, kelembaban membran
 Kulit merah  TTV dalam batas normal mukosa)
 Suhu tubuh meningkat 2. Monitor TTV
 Kulit teraba hangat Tujuan dan criteria evaluasi 3. Hentikan aktivitas fisik
 Takikardia Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4. Kaji ketepatan jenis pakaian
 Takipnea x 24 jam : 5. Pantau warna kulit dan suhu
 Kejang Pasien akan menunjukan termolegulasi yang 6. Pindahkan pasien ke lingkukangan lebih dingin
dibuktikan , 7. Basahi permukaan tubuh dan kipasi pasien
 Koma
Dengan indicator sebagai berikut: 8. Monitor hasil laboratorium
 Hipotensi
9. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
Indikator Saat Target 10. Anjarkan klien dan keluarga cara mengukur suhu
dikaji untuk mencegah dan mengenali secara dini
Peningkatan suhu kulit hipertermi
11. Berikan antipiretik
Hipertermia
12. Berikan cairan intravena
Dehidarasi
13. Lepaskan pakaian yang berlebihan
Sakit kepala 14. Gunakan waslap dingin pada aksila
Denyut nadi radialis 15. Anjurkan asupan cairan sedikitnya 2 liter
Berkeringat saat panas Vital sign Monitoring
Melaporkan
kenyamanan suhu
Note : 1. Gangguan ekstrem; 2. Berat; 3. Sedang;
4. Ringan 5. Tidak ada gangguan
INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
4. Nyeri Akut b/d Agen injuri NOC: NIC :
fisik (DHF), viremia, nyeri otot  Tingkat kenyamanan : tingkat persepsi positif Pain Management
dan sendi terhadap kemudahan fisik psikologis 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
Batasan karakteristik  Pengendalian nyeri : tindakan individu untuk meliputi lokasi, karakteristik, awitam durasi
Subjektif mengendalikan nyeri frekuensi, kualitas, intensitas ,atau keparahan
Mengungkapkan secara verbal  Tingkat nyeri : keparahan nyeri yang dapat nyeri dan factor presipitasinya
atau melaporkan nyeri dengan diamati atau dilaporkan 2. Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan
isyarat Tujuan dan criteria evaluasi 3. Minta pasien untuk menilai nyeri dengan skala
Objektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama (1-10)
 Posisi untuk menghindari x 24 jam :Menunjukan tingkat nyeri 4. Pengaturan posisi yang nyaman
nyeri Indicator sebagai berikut: 5. Terapi oksigen
 Perubahan selera makan Indikator Saat Target 6. Monitor TTV
 Perubahan ekspresi misal : dikaji 7. Informasikan kepada pasien tentang prosedur
gelisah, merinih, meringis, yang dapat menungkatkan nyeri dan tawarkan
Nyeri yang dilaporkan
menangis strategi koping yang ditawarkan
Ekspresi nyeri pada
 Bukti nyeri dapat diamati wajah
8. Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab
 Gangguan tidur nyeri,
Ketegangan otot 9. Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis
Durasi episode nyeri (relaksasi, distraksi, terapi)
Merintih dan menangis 10. Pemberian analgetik
Gelisah 11. Laporkan pada dokter jika tindakan tidak berhasil
Ket : 1. Sangat Berat; 2. Berat; 3. Sedang
4. Ringan; 5. Tidak ada
INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
5. Ketidakefektifan perfusi NOC: NIC :
jaringa perifer berhubungan  Status sirkulasi; aliran darah yang tidak Peripheral Sensation Management ( Management
dengan perdarahan . obstruksi dan satu arah, pada tekanan yang sensasi perifer )
Batasan karakteristik sesuai melalui pembuluh darah besar sirkulasi 1. Lakukan pengkajian komprehensif terhadap
 Perubahan karakteristik kulit pulmonal dan sistemik sirkulasi perifer
 Perubahan tekanan darah 2. Pantau tingkat ketidaknyamanan atau nyeri saat
pada ekstremitas Tujuan dan criteria evaluasi melakukan latihan fisik
 Kelambatan penyembuhan Setelah dilakukan tidakan keperawatan selama x24 3. Pantau status cairan termasuk asupan dan haluaran
 Edema jam : Menunjukkan keseimbangan cairan, integritas 4. Pantau parestesia, kebas, kesemutan, hiperestesia
 Kulit pucat saat elevasi, dan jaringan: kulit dan membrane mukosa dan perfusi dan hipoestesia
tidak kembali saat diturunkan jaringan perifer yang dibuktikan oleh indicator 5. Pantau tromboflebitis dan thrombosis vena
 Perubahan suhu kulit sebagai berikut : 6. Ajarkan pasien atau keluarga untuk memeriksa
 Nadi lemah atau tidak teraba kulit setiap hari untuk mengetahui perubahan
Indikator Saat Target integritas kulit letakkan ekstremitas pada posisi
dikaji menggantung, jika perluBeri obat nyeri, beritahu
Pengisian kapiler jari dokter jika neri tidak kunjung reda
Pengisian kapiler jari kaki 7. Perawatan sirkulasi (NIC): beri obat antitrombosit
Suhu kulit ujung kaki dan atau antikoagulan, jika perlu
tangan 8. Lakukan modaitas terapi kompresi, jika perlu
Kekuatan denyut nadi 9. Evaluasi ekstremitas yang terkena 20 derajat atau
Tekanan darah sistolik lebih diatas jantung jika perlu
Tekanan darah diastolik 10. Dorong latihan rentang pergrakan sendi aktif dan
Note : deviasi 1.Berat 2. Cukup berat; 3. Sedang; pasif, terutama pada ekstremitas bawah, saat tirah
4. Ringan 5. Tidak ada gangguan baring
Daftar Pustaka

Amin, N.F. dan Hardhi. ( 2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA NIC-NOC
Edisi Revisi Jilid 1. Yogyakarta : Media Action publishing.
Doenges, Marilyn. E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Alih bahasa I Made Kariasa. Jakarta: EGC
North American Nursing Diagnosis Assosiation. 2001. Nursing Diagnosis: Deffinition and
Clasification, the assosiation. Philadelphia
www. nicnoc@ Harcourt.com.2000. Nursing Intervention Classification and Nursing Outcomes
Clasification.
Silvya . 1995. Patofisiologi. Jakarta: EGC
Elizabeth, J, Corwin. (2009). Biku saku Fatofisiologi. EGC, Jakarta.
Hidayat, Aziz Alimul A. (2006). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak jilid 2. Jakarta : Salemba
Medika.
Johnson, M.,et all (2002) Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition, IOWA
Intervention Project, Mosby.
Mansjoer, A. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius FKUI
Mc Closkey, C.J., Iet all, 2002, Nursing Interventions Classification (NIC) second Edition,
IOWA Intervention Project, Mosby.
NANDA, (2012) Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi.
Nuzulul. (2009). Askep Appendicitis. Diakses
http://nuzulul.fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35840-Kep%20Pencernaan
Askep%20Apendisitis.html tanggal 09 Oktober 2017.
Smeltzer, Bare (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner & suddart. Edisi 8.
Volume 2. Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai