GASTROSCHISIS
Disusun oleh
Kelompok: 4
GASTROSCHISIS
Sistem Pencernaan
Mengetahui,
Alhamdulillah kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala
limpah rahmat dan hidayahnya. Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini, dan sholawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada proklamator sedunia,
pejuang tangguh yang tak gentar menghadapi segala rintangan demi umat manusia, yakni
Nabi Muhammad SAW.
Adapun maksud penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas di STIKES
Hafshawaty, kami susun dalam bentuk kajian ilmiah dengan judul “GASTROSCHISIS”dan
dengan selesainya penyusunan makalah ini, kami juga tidak lupa menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:
1. KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah, SH.MM. Selaku pengasuh pondok pesantren
Zainul Hasan Genggong
2. Ns. Iin Aini Isnawati,S.Kep.,M.Kes. Selaku ketua STIKES Hafshawaty Zainul Hasan
Genggong
4. Ns. Rizka Yunita, S.Kep. Selaku dosen mata ajar sistem Pencernaan
Pada akhirnya atas penulisan materi ini kami menyadari bahwa sepenuhnya belum
sempurna.Oleh karena itu kami dengan rendah hati mengharap kritik dan saran dari pihak
dosen dan para audien untuk perbaikan dan penyempurnaan pada materi makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
Cover
Halaman Pengesahan ...............................................................................................................i
Kata Pengantar ........................................................................................................................ii
Daftar Isi ................................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULAAN
1.1 LatarBelakang ....................................................................................... .......1
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................1
1.3 Tujuan ............................................................................................................1
1.4 Manfaat ................................................................................................... .......2
BAB 2TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian ............................................................................................................
2.2 Etiologi................................................................................................................
2.3 Patofisiologi .........................................................................................................
2.4 Manifestasi klinis .................................................................................................
2.5 Pemeriksaan penunjang ………….…………………………………………..…..
2.6 Penatalaksanaan …………………………………………………………………
2.7 Komplikasi ……………………………………………………………………...
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian………………………………………………………………………
3.2 pemeriksaan fisik………………………………………………………………..
3.3 Diagnosa keperawatan………………………………………………………….
3.4 Implementasi Keperawatan………………………………………………….….
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan……………………………………………………………….…
4.2 Saran………………………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
Di Indonesia belum jelas angka kejadian defek abdomen, baik gastroschisis ataupun
omfalokel.Beberapa penelitian mencoba mengaitkan antara area dan etnis tertentu dengan
gastroschisis, tetapi gagal untuk menemukan hubungannya.Penelitian prevalensi gastroschisis
menemukan bahwa terdapat tren peningkatan angka kejadian sejak tahun 1970.
Calder adalah yang seorang yang pertama mendiskripsikan mengenai gastroschisis pada
abad 16, sedangkan Ambrose Pare mendiskripsikan mengenai omfalokel dimana kedua
kelainan tersebut merupakan defek dari dinding anterior abdomen.
Defek ini dapat diketahui sebelumnya dengan menggunakan USG sebelum terjadi
kelahiran, yaitu ditemukannya lengkungan isi perut yang tergenang bebas dalam cairan
amnion. Karena defek ini terjadi lama sebelum bayi lahir, maka rongga abdomen menjadi
kecil dan dinding usus yang menonjol (keluar) menjadi lebih tebal sebagai akibat kurangnya
aliran darah balik dan iritasi dari cairan amnion. Bayi dengan gastroschisis biasanya tidak
disertai dengan defek lain yang berat.
Penutupan atau reduksi secara primer akan lebih berhasil apabila dilakukan pada bayi
dengan usai muda. Adanya diagnosis prenatal dengan USG sangat membantu dalam
pengelolaan bayi dengan defek dinding abdomen. Hingga saat ini terjadi perbaikan dan
peningkatan outcome baik pada gastroschisis maupun omfalokel karena perbaikan perawatan
pra operasi dengan adanya USG dan pasca operasi. Perawatan pasca operasi yang canggih
termasuk semakin majunya nutrisi parenteral dan ventilator mekanik yang didisain untuk bayi
kecil.
Pada analisis kasus ini selain berisi tinjauan pustaka, juga ditampilkan ilustrasi kasus
yang terjadi di Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang. Analisis kasus akan disajikan dengan cara
menghubungkan kondisi dan penanganan perioperatif pada pasien dibandingkan dengan
teori-teori dan penelitian-penelitian yang ada.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui asuhan keperawatan Gastrorichisis.
1.3 Manfaat
Makalah ini bagi Institusi pendidikan kesehatan adalah untuk mengetahui tingkat
kemampuan mahasiswa sebagai peserta didik dalam menelaah suatu fenomena
kesehatan yang spesifik tentang Gastrorichisis
2.1 Definisi
2.1.1Insidens
Gastroschisis terjadi pada 1: 2.500-10.000 kelahiran. Insiden gastroschisis di
duniameningkat dalam 30 tahun terakhir. Gastroschisis umumnya terjadi pada ibu usia
muda. Ibuyang merokok, menggunakan obat-obat terlarang, dan terekspos lingkungan
yang toksindikaitkan dengan resiko terjadi gastroschisis.Lebih sering terjadi pada laki-
laki.
2.2 Etiologi
2.3 patofisiologi
Menurut Suriadi & Yuliani.R patofisiologi dari gastroschizis atau omphalocele yaitu
selama perkembangan embrio ada suatu kelemahan yang terjadi didalam dinding
abdomen semasa embrio yang mana menyebabkan herniasi pada isi usus pada salah satu
samping umbilicus (yang biasanya pada samping kanan), ini menyebabkan organ visera
abdomen keluar dari kapasitas abdomen dan tidak tertutup oleh kantong. Terjadi
malrotasi dan menurunnya kapasitas abdomen yang dianggap sebagai anomaly.
Usus – usus, visera, dan seluruh rongga abdomen berhubungan dengan dunia luar
menyebabkan penguapan dan pancaran panas dari tubuh cepat berlangsung, sehingga
terjadi dehidrasi dan hipotermi, kontaminasi usus dengan kuman juga dapat terjadi dan
menyebabkan sepsis, aerologi menyebabkan usus – usus distensi sehingga mempersulit
koreksi pemasukan kerongga abdomen sewaktu pembedahan.
Embryogenesis, pada janin usia 5-6 minggu isi abdomen terletak diluar embrio
dirongga selom. Pada usia 10 minggu terjadi pengembangan lumen abdomen sehingga
usus dari ekstra peritonium akan masuk kerongga perut.
Bila proses ini terhambat maka akan terjadi kantong dipangkal umbilicus yang
berisi usus, lambung kadang hati. Dindingnya tipis terdiri dari lapisan peritonium dan
lapisan amnion yang keduanya bening sehingga isi kantong tengah tampak dari luar,
keadaan ini disebut omfhalocele, bila usus keluar dari titik terlemah dikanan umbilicus
usus akan berada diluar rongga perut tanpa dibungkus peritonium dan amnion keadaan
ini disebut gastroschizis (Retno Setiowati, 2008).
PATHWAY
2.4 Manifestasi klinis
Gastroschisis merupakan defek dinding abdomen di sebelah kanan umbilikus,
dengandiameter < 4cm. Tidak ada kantong yang menutupi organ yang herniasi. Pada saat
lahir, ususyang herniasi masih tampak normal, tapi 20 menit setelah lahir usus yang
keluar akan tampakudem dan banyak eksudat fibrin sehingga loop usus sulit dilihat
dengan jelas.15 Bayi dengangastroschisis biasanya lahir prematur dan mempunyai
masalah respirasi.
Defek dinding abdomen dapat dideteksi melalui USG sedini mungkin sejak
usiakehamilan 10-12 minggu. USG mempunyai spesifitas 95% dan sensifitas 60-75%
dalammendiagnosa defek dinding abdomen.USG dapat mendeteksi hepar yang berada di
luarrongga abdomen tetapi tidak dapat melihat atresia intestinal pada gastroschisis.Serial
USGpada trimester ketiga dapat mendeteksi diameter dan penebalan usus yang dicurigai
akibatadanya obstruksi vaskular.Penebalan dinding usus dan dilatasi usus disertai dengan
diameterdefek yang mengecil merupakan indikasi untuk terminasi kehamilan untuk
mencegahnekrosis usus.
2.6 penatalaksanaan
Penanganan pertama pada bayi baru lahir dengan gastroschisis meliputi
resusitasicairan, NGT dekompresi, mencegah hipotermia.Pada gastroschisis perlu
diperhatikankeadaan usus untuk memastikan aliran darah tidak tertekan oleh puntiran
mesenterium ataujepitan defek dinding abdomen.Jika ukuran defek dinding abdomen
menyebabkan gangguanvaskularisasi maka defek harus segera diperlebar.Pemberian
antibiotik spektrum luas,biasanya digunakan kombinasi Ampisilin 100mg/kg/hari dan
Gentamisin 7,5mg/kg/hari.Resusitasi cairan berdasarkan hemodinamik, urin output,
perfusi jaringan dan koreksi asidosismetabolik (jika ada).Semua bayi dengan kelainan
defek dinding abdomen harus diperiksadengan teliti kelainan penyerta lainnya.
POST OPERATIVE
Pada pasien yang telah diakukan penutupan primer masalah utama adalah
apabilapasien butuh ventilator mekanik untuk beberapa hari post operatif. Selama waktu
itu, edemausus dan dinding abdomen akan mereda dan tekanan intra abdomen akan
turun. Sebuah studimelaporkan, penggunaan ventilator mekanis lebih singkat pada pasien
yang menjalanireduksi silo bertahap jika dibandingkan dengan penutupan primer.NGT
dipasang untukmembantu dekompresi.Pemberian makanan dapat dimulai saat produksi
NGT sudah tidaklagi hijau, produksinya minimal dan usus mulai bergerak.Sebaiknya
feeding diberikan dalamjumlah yang bertahap. Parenteral nutrisi sebaiknya diberikan
mengingat lamanya waktusampai tercapai full enteral feeding. Sekitar 10% pasien
dengan gastroschisis mengalamihipomotilitas usus sehingga memerlukan parenteral
nutrisi yang lebih lama.Penulismenganjurkan untuk diberi stimulasi oral lebih dini
karena refleks menghisap dan menelandapat hilang selama menunggu fungsi usus.
Antibiotik diberikan selama 48 jam post operatifkecuali terdapat tanda-tanda luka infeksi
maka antibiotik dilanjutkan. Jika terjadi hernia,operasi dilakukan setelah usia 1 tahun.
Mesh dapat dipasang bila terdapat defek fasia yangbesar.
OUTCOME JANGKA PANJANG
Pada gastroschisis, outcome jangka panjang umumnya baik.Adanya atresia
intestinalmerupakan faktor prognostik yang buruk. Pasien dengan atresia usus secara
signifikanmembutuhkan nutrisi parenteral lebih lama dengan risiko akibat yang
berhubungan dengannutrisi parenteral total menyebabkan penyakit hepar cholestasis dan
akses sentralberhubungan dengan sepsis.31 Komplikasi ini mengarah pada 20 kali
peningkatan risikokematian dibandingkan dengan pasien tanpa atresia.32 Kebanyakan
pasien dengangastroschisis akan tumbuh secara normal. Pada pasien yang umbilikusnya
dibuang pada saatrepair gastroschisis, dilaporkan lebih dari 60% pasien mengalami stres
psikososial akibattidak adanya umbilikus. Kriptorkismus dihubungkan dengan
gastroschisis dengan insidensidari 15% hingga 30%.Tidak terlalu jelas dari literatur
bahwa hal ini disebabkan karena testisberada diluar abdomen melalui defek dinding
abdomen, mengarah pada maldesensustestikular, atau akibat prematuritas yang
berhubungan dengan gastroschisis.
2.7 komplikasi
Menurut Marshall Klaus (1998) komplikasinya adalah:
1. Komplikasi dini adalah infeksi pada kantong yang mudah terjadi pada permukaan
yang telanjang
2. Kekurangan nutrisi dapat terjadi sehingga perlu balance cairan dan nutrisi yang
adekuat misalnya: dengan nutrisi parenteral.
3. Dapat terjadi sepsis terutama jika nutrisi kurang dan pemasangan ventilator yang
lama.
4. Nekrosis: Kelainan congenital dinding perut ini mungkin disertai kelainan bawaan
lain yang memperburuk prognosis (Retno Setiowati, 2008).
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Identitas klien terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, suku / bangsa, agama,
pekerjaan, pendidikan, alamat, no register, dll.
RR : 36 x/menit
Suhu : 36,6 oC
Kepala : Mesosefal
Abdomen :
Pe : -
A :-
Extremitas :
superior Inferior
Laboratorium :
Hb : 19 g/dl Ureum : -
Ht : 59 % Creatinin : -
Chlorida : -
Pre Operasi
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penekanan rongga abdomen (paru-paru)
4. Cemas pada orang tua b.d kurang pengetahuan penyakit yang diderita anaknya.
3.4 Intervensi Keperawatan
Pre Operasi
Dx 1 : Pola nafas tidak efektif b.d penekanan rongga abdomen (paru – paru)
Kriteria Hasil:
1. Pola nafas efektif, tidak ada sianosis dan dypsneu, mampu bernapas dengan mudah.
Kriteria hasil:
Kriteria hasil:
3.5 EVALUASI
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Telah dilakukan operasi reduksi visera, dengan penutupan primer pada penderita
neonatus perempuan, umur 1 hari, berat-badan 2,8 kg dengan diagnosis gastroschisis.
Tehnik anestesi yang dilakukan adalah GA. Baik rehidrasi dan induksi telah
dilaksanakan dengan tepat sesuai kepustakaan yang ada.
Pada pemeliharaan anestesi, pilihan untuk obat inhakasi anestesi masih kurang tepat,
karena masih memakai halotan yang aritmogenik dan hepatotoksik. Penggunaan
analgetik sudah sesuai yaitu opioid yang mempunyai masa kerja pendek.
4.2 Saran