Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

GASTROSCHISIS

Dosen pembimbing: Ns. Rizka Yunita, S.Kep

Disusun oleh

Kelompok: 4

Dewi Susyanti : 14201.06.14007

Fathur Rozak B : 14201.06.14011

Siti Maysaroh : 14201.06.14037

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG
PROBOLINGGO
2015
HALAMAN PENGESAHAN

GASTROSCHISIS

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Ajar

Sistem Pencernaan

Mengetahui,

Dosen Mata Ajar

Ns. Rizka Yunita, S.Kep


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala
limpah rahmat dan hidayahnya. Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini, dan sholawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada proklamator sedunia,
pejuang tangguh yang tak gentar menghadapi segala rintangan demi umat manusia, yakni
Nabi Muhammad SAW.

Adapun maksud penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas di STIKES
Hafshawaty, kami susun dalam bentuk kajian ilmiah dengan judul “GASTROSCHISIS”dan
dengan selesainya penyusunan makalah ini, kami juga tidak lupa menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:
1. KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah, SH.MM. Selaku pengasuh pondok pesantren
Zainul Hasan Genggong

2. Ns. Iin Aini Isnawati,S.Kep.,M.Kes. Selaku ketua STIKES Hafshawaty Zainul Hasan
Genggong

3. Achmad khusyairi,S.kep,Ns.M.Kep. Selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan

4. Ns. Rizka Yunita, S.Kep. Selaku dosen mata ajar sistem Pencernaan

Pada akhirnya atas penulisan materi ini kami menyadari bahwa sepenuhnya belum
sempurna.Oleh karena itu kami dengan rendah hati mengharap kritik dan saran dari pihak
dosen dan para audien untuk perbaikan dan penyempurnaan pada materi makalah ini.

Probolinggo, Oktober 2015

Penyusun
DAFTAR ISI

Cover
Halaman Pengesahan ...............................................................................................................i
Kata Pengantar ........................................................................................................................ii
Daftar Isi ................................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULAAN
1.1 LatarBelakang ....................................................................................... .......1
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................1
1.3 Tujuan ............................................................................................................1
1.4 Manfaat ................................................................................................... .......2
BAB 2TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian ............................................................................................................
2.2 Etiologi................................................................................................................
2.3 Patofisiologi .........................................................................................................
2.4 Manifestasi klinis .................................................................................................
2.5 Pemeriksaan penunjang ………….…………………………………………..…..
2.6 Penatalaksanaan …………………………………………………………………
2.7 Komplikasi ……………………………………………………………………...
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian………………………………………………………………………
3.2 pemeriksaan fisik………………………………………………………………..
3.3 Diagnosa keperawatan………………………………………………………….
3.4 Implementasi Keperawatan………………………………………………….….
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan……………………………………………………………….…
4.2 Saran………………………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gastroschisis adalah defek mayor dalam penutupan dinding abdomen. Pada


gastroshcisis, visera tidak tertutup dinding abdomen dan herniasi menembus defek pada
lateral umbilikus (biasanya pada sisi kanan dimana terjadi involusi vena umbilikal kedua)
sehingga terjadi eviserasi dari isi cavum abdomen. Gastroshisis biasanya berisi usus halus
dan sama sekali tidak terdapat membran yang menutupi. Kadang terdapat jembatan kulit
diantara defek tersebut dan umbilikalis. Dibanding omphalokel (1:6.000), insiden
gastroschisis jauh lebih rendah (1:20.000-30.000).

Di Indonesia belum jelas angka kejadian defek abdomen, baik gastroschisis ataupun
omfalokel.Beberapa penelitian mencoba mengaitkan antara area dan etnis tertentu dengan
gastroschisis, tetapi gagal untuk menemukan hubungannya.Penelitian prevalensi gastroschisis
menemukan bahwa terdapat tren peningkatan angka kejadian sejak tahun 1970.

Indonesia mungkin merupakan negara yang beresiko tinggi terjadinya gastroschisis


karena dari penelitian terdapat resiko penyebab gartroschisis yaitu:

 Kehamilan pada usia sangat muda (karena pernikahan diusia muda)


 Paritas tinggi (semakin banyak kelahiran pada satu ibu semakin tinggi kemungkinan
terkena gastroschisis), walau hal ini masih dikaitkan dengan kehamilan pada usia tua.
 Kekurangan asupan gizi, pada ibu hamil

Calder adalah yang seorang yang pertama mendiskripsikan mengenai gastroschisis pada
abad 16, sedangkan Ambrose Pare mendiskripsikan mengenai omfalokel dimana kedua
kelainan tersebut merupakan defek dari dinding anterior abdomen.

Pada sekitar tahun1940, Robert Gross melaporkan tentang keberhasilan menutup


omfalokel yang besar melalui dua tahapan operasi, yaitu melindungi secara awal dari isi
abdomen dengan skin flap, dan kemudian melakukan repair dari hernia ventral. Kemudian
Schuster mengenalkan ide dengan menggunakan material prostetik untuk menutup sementara
dari viscera yang mengalami eviserasi, yang nantinya akan dikenal dengan tehnik “silo” oleh
Allen dan Wrenn pada tahun 1969.

Defek ini dapat diketahui sebelumnya dengan menggunakan USG sebelum terjadi
kelahiran, yaitu ditemukannya lengkungan isi perut yang tergenang bebas dalam cairan
amnion. Karena defek ini terjadi lama sebelum bayi lahir, maka rongga abdomen menjadi
kecil dan dinding usus yang menonjol (keluar) menjadi lebih tebal sebagai akibat kurangnya
aliran darah balik dan iritasi dari cairan amnion. Bayi dengan gastroschisis biasanya tidak
disertai dengan defek lain yang berat.

Penutupan atau reduksi secara primer akan lebih berhasil apabila dilakukan pada bayi
dengan usai muda. Adanya diagnosis prenatal dengan USG sangat membantu dalam
pengelolaan bayi dengan defek dinding abdomen. Hingga saat ini terjadi perbaikan dan
peningkatan outcome baik pada gastroschisis maupun omfalokel karena perbaikan perawatan
pra operasi dengan adanya USG dan pasca operasi. Perawatan pasca operasi yang canggih
termasuk semakin majunya nutrisi parenteral dan ventilator mekanik yang didisain untuk bayi
kecil.

Pada analisis kasus ini selain berisi tinjauan pustaka, juga ditampilkan ilustrasi kasus
yang terjadi di Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang. Analisis kasus akan disajikan dengan cara
menghubungkan kondisi dan penanganan perioperatif pada pasien dibandingkan dengan
teori-teori dan penelitian-penelitian yang ada.

1.1 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalahnya adalah bagaimanakah proses
asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus Gastrorichisis ?

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui asuhan keperawatan Gastrorichisis.

1.2.2 Tujuan Khusus


1.2.3 Bagaimana definisi dariGastrorichisis.

1.2.4 Bagaimana etiologi dari Gastrorichisis.


1.2.5 Bagaimana patofisiologi dari Gastrorichisis

1.2.6 Bagaimana manifestasi klinis dari Gastrorichisis.

1.2.7 Bagaimana klasifikasi dari Gastrorichisis.

1.2.8 Apa saja yang dapat menjadi data penunjang Gastrorichisis.

1.2.9 Bagaimana penatalaksanaan penanganan Gastrorichisis.

1.2.10 Apa saja yang dapat menjadi komplikasi Gastrorichisis.

1.3 Manfaat

1.4.1.Bagi Institusi Pendidikan

Makalah ini bagi Institusi pendidikan kesehatan adalah untuk mengetahui tingkat
kemampuan mahasiswa sebagai peserta didik dalam menelaah suatu fenomena
kesehatan yang spesifik tentang Gastrorichisis

1.4.2. Bagi Profesi Keperawatan


Makalah ini bagi masyarakat adalah sebagai penambah wawasan terhadap
fenomena kesehatan yang saat ini menjadi momok tersendiri di kalangan
masyarakat ini.

1.4.3. Bagi Mahasiswa


Manfaat makalah ini bagi mahasiswa baik menyusun maupun pembaca adalah
untuk menambah wawasan terhadap seluk beluk tentangGastrorichisis
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Gastroschisis merupakan salah satu kelainan dinding abdomen yang


seringditemukan, walaupun secara anatomis, embriognesis, manifestasi klinis dan
masalah yangditimbulkan berbeda dengan omphalocele. Kedua kelainan tersebut dapat
didiagnosa prenataldengan menggunakan USG dan mudah dibedakan melalui lokasi dari
defek dan ada tidaknya
kantung yang membungkus usus yang eviserasi.
Gastroschisis (gaster- perut + schisis- fisura) merupakan defek kongenital
dindinganterior abdomen yang berada di sebelah kanan umbilikus, dimana otot rektus
intak dannormal.Ukuran defek bervariasi dari 2-4 cm, umumnya lebih kecil dari defek
padaomphalocele.Gaster, usus halus dan kolon dapat ditemukan berada di luar rongga
abdomen.Jarang ditemukan hepar, testis maupun ovarium yang herniasi.Tidak ditemukan
kantongyang menutupi organ yang herniasi. Gastroschisis pertama kali dilaporkan oleh
Calde pada
tahun 1733 dan tindakan pembedahan pertama dilakukan oleh Fear pada tahun 1878.

2.1.1Insidens
Gastroschisis terjadi pada 1: 2.500-10.000 kelahiran. Insiden gastroschisis di
duniameningkat dalam 30 tahun terakhir. Gastroschisis umumnya terjadi pada ibu usia
muda. Ibuyang merokok, menggunakan obat-obat terlarang, dan terekspos lingkungan
yang toksindikaitkan dengan resiko terjadi gastroschisis.Lebih sering terjadi pada laki-
laki.

2.2 Etiologi

Etiologi secara embriologi pada defek kongenital abdomen tidak sepenuhnya


diketahui dan masih merupakan subyek yang kontroversial. Meskipun beberapa bukti
mengatakan bahwa etiologi gastroschisis dan omfalokel hampir sama, namun lebih baik
memisahkan etiologi diantara keduanya secara berbeda.
Banyak kontroversi berhubungan dengan penyebab gastroschisis. Defek abdominal
pada gastroschisis terletak di sebelah lateral dan hampir selalu pada sebelah kanan dari
umbilikus. Isi cavitas abdomen yang tereviserasi tidak tertutup oleh kantong peritoneum
yang intak. Defek tersebut sebagai hasil dari rupturnya basis dari tali pusat dimana
merupakan area yang lemah dari tempat involusi vena umbilikalis kanan. Pada awalnya
terdapat sepasang vena umbilikalis, yaitu vena umbilikalis kanan dan kiri. Ruptur
tersebut terjadi in-utero pada daerah lemah yang sebelumnya terjadi herniasi fisiologis
akibat involusi dari vena umbilikalis kanan. Keadaan ini menerangkan mengapa
gastroschisis hampir selalu terjadi di lateral kanan dari umbiliks. Teori ini didukung oleh
pemeriksaan USG secara serial , dimana pada usia 27 minggu terjadi hernia umbilikalis
dan menjadi nyata gastroschisis pada usia 34,5 minggu. Setelah dilahirkan pada usia 35
minggu, memang tampak gastroschisis yang nyata.

Penulis lain berpendapat bahwa gastroschicis diakibatkan pecahnya suatu


eksomphalos. Rupturnya omphalokel kecil dan transformasi menjadi gastroschisis dapat
terjadi di dalam uterus. Tetapi banyaknya kejadian anomali yang berhubungan dengan
omphalokel tidak mendukung teori ini. Pada gastroschisis jarang terjadi anomali, tetapi
sering lahir prematur (22%).

Teori lain untuk etiologi gastroschisis adalah terputusnya secara prematur


arteri omphalomesenterik kanan, yang mengakibatkan injuri iskemik pada dinding depan
abdomen dimana herniasi menembus dan terdiri dari isi abdomen. Pada kondisi normal,
arteri ini tetap ada.

2.2.1Macam-macam Defek Dinding Abdomen

1. Omphalokel/Eksompalos: merupakan herniasi kongenital dengan isi abdomen


pada umbilikus (didalam umbilical cord): biasanya dibagi menjadi
 Umbilical cord hernia(defek < 4 cm)
 Omphalocele(defek > 4 cm)
2. Gastroschisis
3. Prune Belly Syndrome: kelainan kongenital pada muskulatur abdominal,
dilatasi traktus urinarius dan cryptorchidism. Terdapat tiga tingkat:
 Penyakit ginjal dan paru berat , membahayakan hidup
 Uropathi berat, membutuhkan rekonstruksi luas
 Neonatus sehat yang memerlukan sedikit opersi atau tidak sama sekali

2.3 patofisiologi
Menurut Suriadi & Yuliani.R patofisiologi dari gastroschizis atau omphalocele yaitu
selama perkembangan embrio ada suatu kelemahan yang terjadi didalam dinding
abdomen semasa embrio yang mana menyebabkan herniasi pada isi usus pada salah satu
samping umbilicus (yang biasanya pada samping kanan), ini menyebabkan organ visera
abdomen keluar dari kapasitas abdomen dan tidak tertutup oleh kantong. Terjadi
malrotasi dan menurunnya kapasitas abdomen yang dianggap sebagai anomaly.

Gastroschizis terbentuk akibat kegagalan fusi somite dalam pembentukan dinding


abdomen sehingga dinding abdomen sebagian terbuka. Letak defek umumnya disebelah
kanan umbilicus yang berbentuk normal. Usus sebagian besar berkembang diluar rongga
abdomen janin, akibatnya usus menjadi tebal dan kaku karena pengendapan dan iritasi
cairan amnion dalam kehidupan intra uterin, usus juga tampak pendek, rongga abdomen
janin sempit.

Usus – usus, visera, dan seluruh rongga abdomen berhubungan dengan dunia luar
menyebabkan penguapan dan pancaran panas dari tubuh cepat berlangsung, sehingga
terjadi dehidrasi dan hipotermi, kontaminasi usus dengan kuman juga dapat terjadi dan
menyebabkan sepsis, aerologi menyebabkan usus – usus distensi sehingga mempersulit
koreksi pemasukan kerongga abdomen sewaktu pembedahan.

Embryogenesis, pada janin usia 5-6 minggu isi abdomen terletak diluar embrio
dirongga selom. Pada usia 10 minggu terjadi pengembangan lumen abdomen sehingga
usus dari ekstra peritonium akan masuk kerongga perut.
Bila proses ini terhambat maka akan terjadi kantong dipangkal umbilicus yang
berisi usus, lambung kadang hati. Dindingnya tipis terdiri dari lapisan peritonium dan
lapisan amnion yang keduanya bening sehingga isi kantong tengah tampak dari luar,
keadaan ini disebut omfhalocele, bila usus keluar dari titik terlemah dikanan umbilicus
usus akan berada diluar rongga perut tanpa dibungkus peritonium dan amnion keadaan
ini disebut gastroschizis (Retno Setiowati, 2008).

PATHWAY
2.4 Manifestasi klinis
Gastroschisis merupakan defek dinding abdomen di sebelah kanan umbilikus,
dengandiameter < 4cm. Tidak ada kantong yang menutupi organ yang herniasi. Pada saat
lahir, ususyang herniasi masih tampak normal, tapi 20 menit setelah lahir usus yang
keluar akan tampakudem dan banyak eksudat fibrin sehingga loop usus sulit dilihat
dengan jelas.15 Bayi dengangastroschisis biasanya lahir prematur dan mempunyai
masalah respirasi.

Tanda dan gejala


 Keluar air ketuban sebelum waktunya
 Pendarahan yang sering
 Kejang otot perut
 Mual
 Suhu badan naik
 Payudara mengeras sakit
 Puting coklat kehitaman
 Posisi kandungan naik ke atas

2.5 pemeriksaan penunjang

Defek dinding abdomen dapat dideteksi melalui USG sedini mungkin sejak
usiakehamilan 10-12 minggu. USG mempunyai spesifitas 95% dan sensifitas 60-75%
dalammendiagnosa defek dinding abdomen.USG dapat mendeteksi hepar yang berada di
luarrongga abdomen tetapi tidak dapat melihat atresia intestinal pada gastroschisis.Serial
USGpada trimester ketiga dapat mendeteksi diameter dan penebalan usus yang dicurigai
akibatadanya obstruksi vaskular.Penebalan dinding usus dan dilatasi usus disertai dengan
diameterdefek yang mengecil merupakan indikasi untuk terminasi kehamilan untuk
mencegahnekrosis usus.

Bayi gastroschisis dilahirkan lebih awal untuk meminimalkan kerusakan usus


akibatterpapar cairan amnion.Cara persalinan yang optimal untuk bayi-bayi dengan
gastroschisistelah menjadi perdebatan selama bertahun-tahun. Pendukung persalinan
caesar berpendapatbahwa proses persalinan pervaginam akan menyebabkan cedera pada
usus yang terpapar.Kepustakaan mengemukakan bahwa baik persalinan pervaginam
maupun seksio keduanyaaman.Penelitian metaanalisis terbaru dari Segel dkk tidak
berhasil menunjukan perbedaanoutcome dari persalinan pervaginam atau persalinan
seksio.

2.6 penatalaksanaan
Penanganan pertama pada bayi baru lahir dengan gastroschisis meliputi
resusitasicairan, NGT dekompresi, mencegah hipotermia.Pada gastroschisis perlu
diperhatikankeadaan usus untuk memastikan aliran darah tidak tertekan oleh puntiran
mesenterium ataujepitan defek dinding abdomen.Jika ukuran defek dinding abdomen
menyebabkan gangguanvaskularisasi maka defek harus segera diperlebar.Pemberian
antibiotik spektrum luas,biasanya digunakan kombinasi Ampisilin 100mg/kg/hari dan
Gentamisin 7,5mg/kg/hari.Resusitasi cairan berdasarkan hemodinamik, urin output,
perfusi jaringan dan koreksi asidosismetabolik (jika ada).Semua bayi dengan kelainan
defek dinding abdomen harus diperiksadengan teliti kelainan penyerta lainnya.

2.6.1 Non Farmakologi


Pembedahan
Primary Closure
Tujuan utama pembedahan pada gastroschisis adalah mengembalikan visera
kerongga abdomen dan meminimalkan resiko kerusakan organ karena trauma langsung
ataukarena peningkatan tekanan intra abdomen. Pilihannya mencakup pemasangan silo,
reduksiserial, dan penundaan penutupan dinding abdomen, reduksi primer dengan
penutupan secaraoperatif dan reduksi primer atau reduksi tertunda dengan penutupan
umbilical cord.8 Sebagaitambahan waktu dan lokasi dari intervensi bedah masih
kontroversial, bervariasi dari repairsegera di ruang persalinan, reduksi dan penutupan di
neonatus intensif care unit sampaipenutupan bedah di ruang operasi. Pada semua kasus,
inspeksi usus untuk mencari jeratanobstruksi, perforasi, atau atresia harus dilakukan.
Jeratan yang melintang loop usus harusdilepaskan sebelum pemasangan silo atau
penutupan abdomen primer untuk menghindariterjadinya obstruksi usus. Hipomotilitas
usus hampir didapatkan pada semua pasiengastroschisis, oleh karena itu akses vena
sentral harus dipasang sejak awal.
Menurut sejarah, penutupan primer gastroschisis dianjurkan disemua
kasus.Metodeini dilakukan pada kondisi dimana seluruh visera yang herniasi
memungkinkan untuk direduksi.Metode ini dilakukan di kamar operasi, namun akhir-
akhir ini beberapa penulismenganjurkan penutupan primer di ruangan tanpa anestesi
umum.Banyak metode yangdigunakan pada keadaan dimana penutupan primer fasia
tidak dapat dilakukan.
Staged Closure
Konsep reduksi bertahap pertama kali dikemukakan pada tahun 1967 dimana
Teflonmenggunakan selembar silastic yang digunakan seperti sekarang yang dikenal
dengan silo.Penggunaan silo pertama kali oleh Shermeta tahun 1970-an tapi gagal
menarik perhatianhingga tahun 1995. Silo telah digunakan untuk reduksi bertahap sejak
awal tahun 1990.24Metode ini untuk menghindari anestesi umum dan pembedahan pada
awal-awal kelahiran dandapat mengontrol reduksi dari visera. Reduksi bertahap
meminimalkan resiko peningkatantekanan intraabdomen.
Kidd dkk tahun 2003 dalam penelitiannya membandingkan staged closure
denganprimary closure pada gastroschisis melaporkan terjadinya komplikasi (NEC,
sepsis danpersiapan operasi) yang rendah pada pasien yang menggunakan staged
closure. Namun,mortalitas dan waktu dimulainya pemberian makan tidak menunjukkan
perbedaan. Masalahyang timbul dengan staged closure yaitu defek abdomen akan
bertambah besar karenaperegangan, hal ini akan menyulitkan pada saat penutupan defek
sehingga memerlukanprostetik tambahan. Penelitian Lansdale dkk mengamati bahwa
penggunaan silo yang lebihdari 4 hari, akan menyulitkan penutupan defek dan ada resiko
untuk menyisakan defek padafasia.
Saat isi eviserasi telah seluruhnya tereduksi, penutupan definitif dapat dilakukan. Proses
ini biasanya berlangsung antara 1 hingga 14 hari, tergantung dari kondisi usus dan
bayinya

POST OPERATIVE
Pada pasien yang telah diakukan penutupan primer masalah utama adalah
apabilapasien butuh ventilator mekanik untuk beberapa hari post operatif. Selama waktu
itu, edemausus dan dinding abdomen akan mereda dan tekanan intra abdomen akan
turun. Sebuah studimelaporkan, penggunaan ventilator mekanis lebih singkat pada pasien
yang menjalanireduksi silo bertahap jika dibandingkan dengan penutupan primer.NGT
dipasang untukmembantu dekompresi.Pemberian makanan dapat dimulai saat produksi
NGT sudah tidaklagi hijau, produksinya minimal dan usus mulai bergerak.Sebaiknya
feeding diberikan dalamjumlah yang bertahap. Parenteral nutrisi sebaiknya diberikan
mengingat lamanya waktusampai tercapai full enteral feeding. Sekitar 10% pasien
dengan gastroschisis mengalamihipomotilitas usus sehingga memerlukan parenteral
nutrisi yang lebih lama.Penulismenganjurkan untuk diberi stimulasi oral lebih dini
karena refleks menghisap dan menelandapat hilang selama menunggu fungsi usus.
Antibiotik diberikan selama 48 jam post operatifkecuali terdapat tanda-tanda luka infeksi
maka antibiotik dilanjutkan. Jika terjadi hernia,operasi dilakukan setelah usia 1 tahun.
Mesh dapat dipasang bila terdapat defek fasia yangbesar.
OUTCOME JANGKA PANJANG
Pada gastroschisis, outcome jangka panjang umumnya baik.Adanya atresia
intestinalmerupakan faktor prognostik yang buruk. Pasien dengan atresia usus secara
signifikanmembutuhkan nutrisi parenteral lebih lama dengan risiko akibat yang
berhubungan dengannutrisi parenteral total menyebabkan penyakit hepar cholestasis dan
akses sentralberhubungan dengan sepsis.31 Komplikasi ini mengarah pada 20 kali
peningkatan risikokematian dibandingkan dengan pasien tanpa atresia.32 Kebanyakan
pasien dengangastroschisis akan tumbuh secara normal. Pada pasien yang umbilikusnya
dibuang pada saatrepair gastroschisis, dilaporkan lebih dari 60% pasien mengalami stres
psikososial akibattidak adanya umbilikus. Kriptorkismus dihubungkan dengan
gastroschisis dengan insidensidari 15% hingga 30%.Tidak terlalu jelas dari literatur
bahwa hal ini disebabkan karena testisberada diluar abdomen melalui defek dinding
abdomen, mengarah pada maldesensustestikular, atau akibat prematuritas yang
berhubungan dengan gastroschisis.

2.7 komplikasi
Menurut Marshall Klaus (1998) komplikasinya adalah:

1. Komplikasi dini adalah infeksi pada kantong yang mudah terjadi pada permukaan
yang telanjang

2. Kekurangan nutrisi dapat terjadi sehingga perlu balance cairan dan nutrisi yang
adekuat misalnya: dengan nutrisi parenteral.

3. Dapat terjadi sepsis terutama jika nutrisi kurang dan pemasangan ventilator yang
lama.

4. Nekrosis: Kelainan congenital dinding perut ini mungkin disertai kelainan bawaan
lain yang memperburuk prognosis (Retno Setiowati, 2008).
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Identitas klien terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, suku / bangsa, agama,
pekerjaan, pendidikan, alamat, no register, dll.

3.2 Pemeriksaan Fisik

Kedaan Umum : lemah, merintih, pucat


Tanda Vital : Nadi : 100 x/menit.

RR : 36 x/menit

Suhu : 36,6 oC

Kepala : Mesosefal

Bibir anemis : (-), sianotik (-)

Mata : Konjungtiva palpebra anemis -/-

Sklera ikterik -/-

Telinga : dalam batas normal

Hidung : dalam batas normal

Mulut : dalam batas normal

Tenggorokan : dalam batas normal

Dada : dalam batas normal

Jantung : dalam batas normal

Paru : dalam batas normal

Abdomen :

I : tampak usus halus diluar dinding, tidak tertutup peritoneal

Pa : defek ditepi, insersi tali pusat dalam batas normal


usus saling menggumpal.

Pe : -

A :-

Genitalia : dalam batas normal

Extremitas :
superior Inferior

Udem -/- -/-

Sianosis +/+ +/+

Akral dingin -/- -/-

Laboratorium :

Hb : 19 g/dl Ureum : -

Ht : 59 % Creatinin : -

Lekosit : - /µl Kalium : - tidak ada data

Trombosit : - /µl Natrium : -

Chlorida : -

Diagnosa sementara : Gastroschisis

3.3 Diagnosa Keperawatan

Pre Operasi

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penekanan rongga abdomen (paru-paru)

2. Resiko kurang volume cairan berhubungan dengan dehidrasi

3. Resiko infeksi berhubungan dengan isi abdomen yang keluar

4. Cemas pada orang tua b.d kurang pengetahuan penyakit yang diderita anaknya.
3.4 Intervensi Keperawatan

Pre Operasi

Dx 1 : Pola nafas tidak efektif b.d penekanan rongga abdomen (paru – paru)

NOC : respiratory status: Airway

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan manajemen jalan nafas selama 3 x


24 jam, diharapkan pola napas pasien kembali normal dan efektif dengan status respirasi
skala 4

Kriteria Hasil:

1. Pola nafas efektif, tidak ada sianosis dan dypsneu, mampu bernapas dengan mudah.

2. Bunyi nafas normal atau bersih

3. TTV dalam batas normal

4. Ekspansi paru normal

NIC: Airway Management

1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

2. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan napas buatan

3. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.

4. Monitor respirasi dan status oksigen

Dx 2 : Resiko kurang volume cairan b.d. dehidrasi

NOC: Keseimbangan cairan

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan manajemen cairan selama 3 x 24 jam,


diharapkan keseimbangan cairan pada pasien adekuat dengan status cairan skala 4.

Kriteria hasil:

1. Keseimbangan intake & output dalam batas normal


2. Elektrolit serum dalam batas normal

3. Tidak ada mata cekung

4. Tidak ada hipertensi ortostatik

5. Tekanan darah dalam batas normal

NIC: Manajemen Cairan

1. Pertahankan intake & output yang adekuat

2. Monitor status hidrasi (membran mukosa yang adekuat)

3. Monitor status hemodinamik

4. Monitor intake & output yang akurat

5. Monitor berat badan

DX 3 : Resiko infeksi berhubungan dengan isi abdomen yang keluar

NOC: Knowledge: infection control

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan kontrol infeksi selama 3 x 24 jam,


diharapakan infeksi tidak terjadi (terkontrol) dengan status kontrol infeksi skala 4.

Kriteria hasil:

1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi

2. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi

3. Jumlah leukosit dalam batas normal

4. Menunjukkan perilaku hidup sehat

NIC: Infection control

1. Pertahankan teknik isolasi

2. Batasi pengunjung bila perlu


3. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan

4. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain

5. Tingkatkan intake nutrisi

3.5 EVALUASI

No Tanggal Jam Perkembangan (SOAP) Paraf /Nama


1 7/4 14.00 S : Ibu mengatakan anaknya masih sering abneu
O : Abneu jam 2.10
A : Gangguan pola nafas masih actual
P : Intervensi di lanjutkan

2 7/4 14.02 S : Ibu mengatakan anak masih minum ASI


dengan sendok / selang 8 cc 5 – 8 kali sehari
O : Feces cair dalam kantong colostomi
Urine 100 cc per hari
A : Resiko kekurangan cairan masih ada
P : Intervensi dilanjutkan

3 7/4 14.05 S : Ibu mengatakan anak minum ASI dengan


sendok / slang 8 cc 5 – 8 kali sehari
O : Berat bayi tetap 2.400 gram
Suhu tubuh pernah meningkat (38,7 derajat
Celsius) pada tanggal 6/4 jam 10.00 dan
tagl 7/4 jam 1.00
Ketergantungan total pada orang tua dan
perawat untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
A : Kebutuhan nutrisi masih kurang
P : Intervensi dilanjutkan

7/4 S : Ibu mengatakan belum berani


14.10
4
membersihkan atau mengganti kantong
colostomi sendiri
O :Bidang colostomi yang terbuka
Feces keluar dari lubang colostomi
A : Resiko infeksi masih ada
P : Intervensi dilanjutkan
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Telah dilakukan operasi reduksi visera, dengan penutupan primer pada penderita
neonatus perempuan, umur 1 hari, berat-badan 2,8 kg dengan diagnosis gastroschisis.
Tehnik anestesi yang dilakukan adalah GA. Baik rehidrasi dan induksi telah
dilaksanakan dengan tepat sesuai kepustakaan yang ada.

Pada pemeliharaan anestesi, pilihan untuk obat inhakasi anestesi masih kurang tepat,
karena masih memakai halotan yang aritmogenik dan hepatotoksik. Penggunaan
analgetik sudah sesuai yaitu opioid yang mempunyai masa kerja pendek.

Disayangkan data pasca operasi tidak didokumentasikan. Pengelolaan pasca operasi


yang kurang tepat, dimana penderita dikirim ke bangsal, disebabkan tidak terdapatnya
fasilitas tempat dan ventilator di PICU. Bahkan karena tingginya biaya PICU dirumah
sakit swasta, akhirnya penderita dibawa pulang paksa oleh keluarganya. Tentu saja
kurangnya asupan nutrisi dan perawatan luka pasca operasi yang minim bila dilakukan
dirumah oleh tenaga yang kurang ahli, akan memperbesar kemungkinan kematian.

4.2 Saran

4.2.1 Bagi Institusi Pendidikan

Seharusnya pihak yang bersangkutan memberikan pengarahan yang lebih intensif


mengenai Gastrorichisis & Asuhan Keperawatan Pada Kasus Gastrorichisis.

4.2.2 Bagi Mahasiswa


Mengenai makalah yang kami buat, bila ada kesalahan maupun ketidaklengkapan
materi Gastrorichisis & Asuhan Keperawatan Pada Kasus Gastrorichisismenurut hukum
islam dan hukum Negara, kami mohon maaf.Kami pun sadar bahwa makalah yang kami
buat tidaklah sempurna. Oleh karena itu kami mengharap kritik dan saran yang mem
DAFTAR PUSTAKA

Wheeler M, M.D. 2002. Practical Anesthetic Management for Neonatal Surgical


Emergencies. Chicago, Illionis.
Khan AN. 30 Juni 2004.Gastroshisis.Departement of Diagnostic Radiology, North
Manchester General Hospital.

Ledbetter DJ (2006) Gastroschisis and omphalocele. Surg ClinNorth Am 86:249–260

Anda mungkin juga menyukai