Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH SEJARAH KEBUDAAYAN ISLAM

Substansi dan Strategi Dakwah Rasululah SAW dalam Dakwah Islam pada periode Mekkah dan

Madinah

XII IPA 2

Ida Lestari Hasibuan

Rifka Miftahul Aini


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat-Nya kami dapat

menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam selalu kami limpahkan kepada

junjungan kami Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya, atas jasa beliau kita

sebagai ummat Islam bisa melihat dunia ini dipenuhi akhlak yang mulia, rahmat dan kasih sayang

yang selalu tumbuh diantara ummatnya.

Ucapan terimakasih kami berikan kepada bapak Umar selaku guru mata pelajaran sejarah

kebudayaan islam kami, teman-teman kelas 12-IPA-2 yang turut memberi motivasi kepada kami,

dan tak lupa kepada semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.

Kami menyusun makalah ini dalam rangka agar para pembaca dapat mengetahui dan

memahami bagaimana strategi dakwah rasulullah pada periode Mekkah dan Madinah.

Di dunia ini tidak ada yang sempurna, oleh karena itu kami memohon maaf apabila dalam

makalah kami terdapat kesalahan yang tidak kami sengaja. Dan kami mengharap kritik serta saran

dari para pembaca, agar kami dapat menjadi lebih baik lagi dan makalah ini bisa lebih sempurna

dan lebih bermanfaat bagi pendidikan kami khususnya, dan pembaca umumnya.
Daftar Is

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………….. (i)

BAB II STRATEGI DAKWAH RASULULLAH PADA PERIODE MEKAH……………… (ii)

BAB III DAKWAH RASULULLAH PADA PERIODE MADINAH ……………………….(iii)

BAB IV PENUTUP ……………………………………………………………………………(iv)

DAFTAR PUSAKA ……………………………………………………………………………(v)


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Objek dakwah Rasulullah SAW pada awal kenabian adalah masyarakat Arab Jahiliyah, atau

masyarakat yang masih berada dalam kebodohan. Dalam bidang agama, umumnya masyarakat

Arab waktu itu sudah menyimpang jauh dari ajaran agama tauhid, yang telah diajarkan oleh para

rasul terdahulu, seperti Nabi Adam A.S. Mereka umumnya beragamawatsani atau agama

penyembah berhala. Berhala-berhala yang mereka puja itu mereka letakkan di Ka’bah (Baitullah =

rumah Allah SWT). Di antara berhala-berhala yang termahsyur bernama: Ma’abi, Hubai, Khuza’ah,

Lata, Uzza dan Manar. Selain itu ada pula sebagian masyarakat Arab Jahiliyah yang menyembah

malaikat dan bintang yang dilakukan kaum Sabi’in.

Muhamad diangkat Allah SWT, sebagai nabi atau rasul-Nya ditandai dengan turunnya Malaikat

Jibril untuk menyampaikan wahyu yang pertama kali yakni Al-Qur’an Surah Al-‘Alaq, 96: 1-5.

Turunnya ayat Al-Qur’an pertama tersebut, dalam sejarah Islam dinamakan Nuzul Al-Qur’an.

Setelah Nabi Miuhammad SAW menerima wahyu, maka secara resmi beliau telah diangkat menjadi

Rasul oleh Allah SWT. Beliau mempunyai kewajiban untuk membina umat yang telah berada

dalam kesesatan untuk menuju jalan yang lurus. Dakwah Nabi Muhammad SAW dimulai dari

wilayah Makkah di jazirah Arab, walaupun pada akhirnya ajaran beliau adalah untuk seluruh umat

manusia. Jauh sebelum kerasulan Nabi Muhammad SAW, sebenarnya Allah SWT juga telah

mengutus nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s. Kedua Rasul ini telahberhasil membina bangsa

Arab dan masyarakat makkah menjadi orang yang beriman dan henya menyembah kepada Allah

SWT. Bahkan kedua Rasul tersebut juga diperintah Allah SWT untuk membangun Ka’bah di

Makkah. Namun dengan berjalanya waktu, keimanan masyarakat Makkah menjadi luntur dan
berubah menjadi kemusyrikan dengan menyembah patung dan berhala. Mereka tidak hanya

mengalami kerusakan dalam hal aqidah, bahkan akhlaknya juga rusak.

Menurut sebagian ulama, setelah turun wahyu pertama (Q.S. Al-‘Alaq: 1-5) turun pula Surah Al-

Mudassir: 1-7, yang berisi perintah Allah SWT agar Nabi Muhammad berdakwah menyiarkan

ajaran Islam kepada umat manusia.

Setelah itu, tatkala Nabi Muhammad SAW berada di Mekah (periode Mekah) selama 13 tahun

(610-622 M), secara berangsur-angsur telah diturunkan kepada beliau, wahyu berupa Al-Qur’an

sebanyak 4726 ayat, yang meliputi 89 surah. Surah-surah yang diturunkan pada periode Mekah

dinamakan Surah Makkiyyah.


BAB II

STRATEGI DAKWAH RASULULLAH PERIODE MAKKAH

STRATEGI DAKWAH RASULULLAH PERIODE MAKKAH

a) Masyarakat Makkah Pada Awal Penyebaran Islam

Masyarakat Makkah pada awal kenabian Muhammad SAW dikenal dengan sebutan

jahiliyah, yakni masyarakat yang tidak mengenal Tuhan yang sebenarnya sebab patung dan

batu menjadi sembahan tuhan mereka dan mereka hidup dalam kegelapan terutama yang

berkaitan dengan akhlak dan moral. Masyarakat Arab waktu itu sudah menyimpang jauh

dan ajaran agama Tauhid, yang telah diajarkan oleh para rasul terdahulu, seperti Nabi

Ibrahim A.S. Mereka umumnya beragama watsani atau agama penyembah berhala. Berhala-

berhala yang mereka puja itu mereka letakkan di Ka’bah (Baitullah = rumah Allah SWT)

yang jumlahnya mencapai 300 lebih. Di antara berhala-berhala yang termashyur bernama:

Ma’abi, Hubal, Khuza’ah, Lata, Uzza, dan Manat. Kebiasaan buruk lainnya dalam

masyarakat jahiliyah adalah suburnya tindak kejahatan, perjudian, mabuk-mabukan,

pertikaian antar suku, saling membunuh bahkan mengubur bayi perempuan yang masih

hidup menjadi kebiasaan mereka. Tatanan kehidupan masyarakat tidak berjalan, yang

berlaku hanyalah hukum rimba, siapalah yang kuat dia yang berkuasa dan siapa yang

menang dia yang berkuasa. Mereka sudak tidak menjadikan ajaran para nabi terdahulu

sebagai pedoman hidupnya. Selain itu ada pula sebagian masyarakat Arab jahiliyah yang

menyembah malaikat dan bintang yang dilakukan kaum Sabi’in serta menyembah matahari,

bulan, dan jin yang diperbuat oleh sebagian masyarakat di luar kota Mekah. Dalam situasi

inilah Allah SWT mengutus nabi Muhammad SAW untuk menyampaikan dakwah ajaran

Islam.
b) Substansi dan strategi dakwah Rasulullah Saw Periode Makkah

1) Substansi dakwah Rasulullah SAW

Substansi ajaran Islam periode Makkah, yang didakwahkan Rasulullah SAW di awal

kenabiannya adalah sebagai berikut :

a) Keesaan Allah SWT

Islam mengajarkan bahwa pencipta dan pemelihara alam semesta adalah Allah SWT, Tuhan

Yang Maha Esa. Allah SWT tempat bergantung segala apa saja dan makhluk-Nya, tidak

beranak dan tidak diperanakkan, serta tidak ada selain Allah SWT, yang menyamai-Nya (baca

dan pelajari QS. A1-Ikhlas, 112: 1-4).

Umat manusia harus beribadah atau menghambakan diri hanya kepada Allah SWT.

Beribadah atau menyembah kepada selain Allah SWT, termasuk ke dalam perilaku syirik,

yang hukumnya haram, dan merupakan dosa yang paling besar (lihat Q.S An-Nisa’, 4: 48).

b) Hari Kiamat sebagai hari pembalasan

Islam mengajarkan bahwa mati yang dialami oleh setiap manusia, bukanlah akhir kehidupan,

tetapi merupakan awal dan kehidupan yang panjang, yakni kehidupan di alam kubur dan di

alam akhirat.

Manusia yang ketika di dunianya taat beribadah, giat beramal saleh, dan senantiasa berbudi

pekerti yang terpuji, tentu akan memperoleh balasan yang menyenangkan. Di alam kubur

akan memperoleh berbagai kenikmatan dan di alam akhirat akan ditempatkan di surga yang

penuh dengan hal-hal yang memuaskan. Tetapi manusia yang ketika di dunianya durhaka

kepada Allah SWT dan banyak berbuat jahat, tentu setelah matinya akan mendapat siksa

kubur dan dicampakkan ke dalam neraka yang penuh dengan berbagai macam siksaan. (Baca
dan pelajari Q.S. Al-Qari’ah, 101: 1-11)

c) Kesucian jiwa

Islam menyerukan umat manusia agar senantiasa berusaha menyucikan jiwanya dan melarang

keras mengotorinya. Seseorang dianggap suci jiwanya apabila selama hayat di kandung badan

senantiasa beriman dan bertakwa atau meninggalkan segala perbuatan dosa, dan dianggap

mengotori jiwanya apabila durhaka pada Allah SWT dan banyak berbuat dosa.

Sungguh beruntung orang yang senantiasa memelihara kesucian jiwanya, dan alangkah

ruginva orang yang mengotori jiwanya (baca Q.S. Asy-Syams, 91: 9-10).

Artinya : “Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan Sesungguhnya

merugilah orang yang mengotorinya”.

c) Persaudaraan dan Persatuan

Persaudaraan mempunyai hubungan yang erat dengan persatuan, bahkan persaudaraan

landasan bagi terwujudnya persatuan.Islam mengajarkan bahwa sesama orang beriman

adalah bersaudara. Mereka dituntut untuk saling mencintai dan sayang-menyayangi, di

bawah naungan rida Ilahi. Rasulullah SAW bersabda: “Tidak dianggap beriman seorang

Muslim di antara kamu, sehingga ia mencintai saudaranya, seperti rnencintai dirinya.” (H.R.

Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Nasa’i).

Selain itu sesama umat Islam, hendaknya saling menolong dalam kebaikan dan ketakwaan,

jangan sekali-kali tolong-menolong dalam dosa serta permusuhan. Jangan saling

menganiaya dan jangan pula membiarkan saudaranya yang teraniaya tanpa diberikan

pertolongan. Sedangkan umat Islam yang mampu disuruh untuk memberikan pertolongan

kepada saudaranya yang du’afa, yakni para fakir miskin dan anak-anak yatim telantar (baca

dan pelajari Q.S. Al-Ma’un, 107: 1-7).


2) Strategi dakwah Rasulullah SAW.

Tujuan dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekah adalah agar masyarakat Arab meninggalkan

kejahiliahannya di bidang agama, moral, dan hukum. Sehingga menjadi umat yang meyakini

kebenaran kerasulan Nabi Muhammad SAW dan ajaran Islam yang disampaikannya, kemudian

mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Jika masyarakat Arab telah mengamalkan seluruh

ajaran Islam dengan niat ikhlas karena Allah SWT dan sesuai dengan petunjuk-petunjuk Rasulullah

SAW, tentu mereka akan memperoleh keselamatan, kedamaian, dan kesejahteraan di dunia dan di

akhirat. Adapun strategi dakwah Rasulullah SAW dalam berusaha mencapai tujuan yang luhur

tersebut sebagai berikut:

a) Dakwah secara sembunyi-sembunyi selama 3-4 tahun.

Cara ini ditempuh oleh Rasulullah SAW karena beliau begitu yakin, bahwa masyarakat Arab

jahiliah, masih sangat kuat mempertahankan kepercayaan dan tradisi warisan leluhur mereka.

Sehingga mereka bersedia berperang dan rela mati dalam mempertahankannya. Pada masa dakwah

secara sembunyi-sembunyi ini, Rasulullah SAW menyeru untuk masuk Islam, orang-orang yang

berada di lingkungan rumah tangganya sendiri dan kerabat serta sahabat dekatnya. Mengenai orang-

orang yang telah memenuhi seruan dakwah Rasulullah SAW tersebut adalah : Khadijah binti

Khuwailid (istri Rasulullah SAW, wafat tahun ke-10 dari kenabian), Ali bin Abu Thalib (saudara

sepupu Rasulullah SAW yang tinggal serumah dengannya, waktu masuk Islam ia baru berusia 10

tahun), Zaid bin Haritsah (anak angkat Rasulullah SAW, wafat tahun 8 H = 625 M), Abu Bakar

Ash-Shiddiq (sahabat dekat Rasulullah SAW, yang hidup dan tahun 573 – 634 M), dan Ummu

Aiman (pengasuh Rasulullah SAW pada waktu kecil).

Sesuai dengan ajaran Islam, bahwa berdakwah bukan hanya kewajiban Rasulullah SAW, tetapi juga

kewajiban para pengikutnya (umat Islam), maka Abu Bakar Ash-Shiddiq, seorang saudagar kaya,
yang dihormati dan disegani banyak orang. Karena budi bahasanya yang halus, ilmu

pengetahuannya yang luas, dan pandai bergaul telah meneladani Rasuliillah SAW, yakni

berdakwah secara sembunyi-sembunyi.

Usaha dak’wah Abu Bakar Ash-Shiddiq berhasil karena ternyata beberapa orang kawan dekatnya

menyatakan diri masuk Islam, mereka adalah :

(1) Abdul Amar dari Bani Zuhrah, Abdul Amar berarti hamba milik si Amar. Karena Islam

melarang perbudakan, kemudian nama itu diganti oleh Rasulullah SAW menjadi Abdurrahman bin

Auf, yang artinya hamba Allah SWT Yang Maha Pengasih.

(2) Abu Ubaidah bin Jarrah dan Bani Hari.

(3) Utsman bin Affan.

(4) Zubair bin Awam.

(5) Sa’ad bin Ahu Waqqas.

(6) Thalhah bin Ubaidillah.

Orang-orang yang masuk Islam, pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi, yang namanya

sudah disebutkan di atas disebut Assabiqunal Awwalun (pemeluk Islam generasi awal).

b) Dakwah Secara terang-terangan

Dakwah secara terang-terangan ini dimulai sejak tahun ke-4 dari kenabian, yakni setelah turunnya

wahyu yang berisi perintah Allah SWT agar dakwah itu dilaksanakan secara terang-terangan.

Wahyu tersebut berupa ayat Al-Qur’an Surah 26: 214-216 (coba kamu cari dan pelajari).

Tahap-tahap dakwah Rasulullah SAW secara terang-terangan ini antara lain sebagai berikut :

1) Mengundang kaum kerabat keturunan dari Bani Hasyim, untuk menghadiri jamuan makan dan

mengajak mereka agar masuk Islam. Tetapi karena cahaya hidayah Allah SWT waktu itu belum

menyinari hati mereka, mereka belum menerima Islam sebagai agama mereka. Namun ada 3 orang
kerabat dari kalangan Bani Hasyim yang sebenarnya sudah masuk Islam, tetapi merahasiakan

keislamannya, pada waktu itu dengan tegas menyatakan keislamannya. Mereka adalah Ali bin Abu

Thalib, Ja’far bin Abu Thalib, dan Zaid bin Haritsah.

2) Rasulullah SAW mengumpulkan para penduduk kota Mekah, terutama yang berada dan

bertempat tinggal di sekitar Ka’bah untuk berkumpul Bukit Shafa, yang letaknya tidak jauh dan

Ka’bah. Rasulullah SAW memberi peringatan kepada semua yang hadir agar segera meninggalkan

penyembahan terhadap berhala-berhala dan hanya menyembah atau menghambakan diri kepada

Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, Pencipta dan Pemelihara alam semesta. Rasulullah SAW juga

menegaskan, jika peringatan yang disampaikannya itu dilaksanakan tentu akan meraih rida Ilahi

bahagia di dunia dan di akhirat. Tetapi apabila peringatan itu diabaikan tentu akan mendapat murka

Allah SWT, sengsara di dunia dan di akhirat.

Menanggapi dakwah Rasulullah SAW tersebut di antara yang hadir ada kelompok yang menolak

disertai teriakan dan ejekan, ada kelompok yang diam saja lalu pulang. Bahkan Abu Lahab, bukan

hanya mengejek tetapi berteriak-teriak bahwa Muhammad orang gila, seraya ia berkata “Celakalah

engkau Muhammad, untuk inikah engkau mengumpulkan kami?” Sebagai balasan terhadap

kutukan Abu Lahab itu turunlah ayat Al- Qur’an yang berisi kutukan Allah SWT terhadap Abu

Lahab, yakni Surat Al-Lahab, 111: 1-5 (coba kamu cari dan pelajari ayat Al-Qur’an tersebut).

Pada periode dakwah secara terang-terangan ini juga telah menyatakan diri masuk Islam dua orang

kuat dari kalangan kaum kafir Quraisy, yaitu Hamzah bin Abdul Muthalib (paman Nabi SAW) dan

Umar bin Khattab. Hamzah bin Abdul Muthalib masuk Islam pada tahun ke-6 dari kenabian

sedangkan Umar bin Khattab (581-644 M), tidak lama setelah sebagian kaum Muslimin berhijrah

ke Habasyah atau Ethiopia pada tahun 615 M.

3) Rasulullah SAW menyampaikan seruan dakwahnya kepada para penduduk di luar kota Mekah.
Sejarah mencatat bahwa penduduk di luar kota Mekah yang masuk Islam antara lain :

(a) Abu Zar Al-Giffari, seorang tokoh dan kaum Giffar, yang bertempat tinggal di sebelah barat laut

Mekah atau tidak jauh dari laut Merah, menyatakan diri di hadapan Rasulullah SAW masuk Islam.

Keislamannya itu kemudian diikuti oleh kaumnya.

(b) Tufail bin Amr Ad-Dausi, seorang penyair terpandang dari kaum Daus yang bertempat tinggal

di wilayah barat kota Mekah, menyatakan diri masuk Islam di hadapan Rasulullah SAW.

Keislamannya itu diikuti oleh bapak, istri, keluarganya, serta kaumnya.

(c) Dakwah Rasulullah SAW terhadap penduduk Yatsrib (Madinah), yang datang ke Mekah untuk

berziarah nampak berhasil. Berkat cahaya hidayah Allah SWT, para penduduk Yatsrib, secara

bergelombang telah masuk Islam di hadapan Rasulullah SAW. Gelombang pertama tahun 620 M,

telah masuk Islam dari suku Aus dan Khazraj sebanyak 6 orang. Gelombang kedua tahun 621 M,

sebanyak 13 orang dan pada gelombang ketiga tahun berikutnya lebih banyak lagi.

Pada gelombang ketiga ini telah datang ke Mekah untuk berziarah dan menemui Rasulullah SAW,

umat Islam penduduk Yatsrib yang jumlahnya mencapai 73 orang di antaranya 2 orang wanita.

Waktu itu ikut pula berziarah ke Mekah, orang-orang Yatsrib yang belum masuk Islam. Di

antaranya Abu Jabir Abdullah bin Amr, pimpinan kaum Salamah, yang kemudian menyatakan diri

masuk Islam di hadapan Rasulullah SAW.

Pertemuan umat Islam Yatsrib dengan Rasulullah SAW pada gelombang ketiga ini, terjadi pada

tahun ke-13 dari kenabian dan menghasilkan Bai’atul Aqabah. Isi Bai’atul Aqabah tersebut

merupakan pernyataan umat Islam Yatsrib bahwa mereka akan melindungi dan membela

Rasulullah SAW. Walaupun untuk itu mereka harus mengorbankan tenaga, harta, bahkan jiwa.

Selain itu, mereka memohon kepada Rasulullah SAW dan para pengikutnya agar berhijrah ke

Yatsrib.
Setelah terjadinya peristiwa Bai’atul Aqabah itu, kemudian Rasulullah SAW menyuruh para

sahabatnya yakni orang-orang Islam yang bertempat tinggal di Mekah, untuk segera berhijrah ke

Yatsrib. Para sahabat Nabi SAW melaksanakan suruhan Rasulullah SAW tersebut. Mereka

berhijrah ke Yatsrib secara diam-diam dan sedikit demi sedikit, sehingga dalam waktu dua bulan

sebanyak 150 orang umat Islam penduduk Mekah telah berhijrah ke Yatsrib.

Sedangkan Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a., dan Ali bin Abu Thalib masih

tetap tinggal di Mekah, menunggu perintah dari Allah SWT untuk berhijrah. Setelah datang

perintah dari Allah SWT, kemudian Rasulullah SAW berhijrah bersama Abu Bakar Ash-Shiddiq

r.a., meninggalkan kota Mekah tempat kelahirannya menuju Yatsrib. Peristiwa hijrah Rasulullah

SAW ini terjadi pada awal bulan Rabiul Awal tahun pertama hijrh (622 M). Sedangkan Ali bin Abu

Thalib, tidak ikut berhijrah bersama Rasulullah SAW, karena beliau disuruh Rasulullah SAW untuk

mengembalikan barang-barang orang lain yang dititipkan kepadanya. Setelah perintah Rasulullah

SAW itu dilaksanakan, kemudian Ali bin Abu Thalib menvusul Rasulullah SAW berhijrah ke

Yatsrib.

 Boikot Kaum Quraish terhadap Nabi Muhammad SAW.dan Sukunya.

Banyak cara dan upaya yang ditempuh para pemimpin Quraisy untuk mencega dakwah nabi

Muhammad, namun selalu gagal, baik secara diplomatic dan bujuk rayu maupun tindakan-tindakan

secara fisik.Puncak dari segala cara itu adalah dengan diberlakukan nya pemboikotan terhadap Bani

Hasyim yang merupakan tempat Nabi Muhammad saw berlindung. Pemboikotan ini berlangsung

selama tiga tahun, dan merupakan tindakan yang paling melemahkan umat islam pada saat itu.

Pemboikotan ini baru berhenti setelah kaum Quroisy menyadari bahwa apa yang mereka lakukan

sangat keterlaluan.
Tekanan dari orang-orang kafir semakin keras terhadap gerakan dakwah Nabi Muhammad

saw, terlebih setelah meninggalnya dua orang yang selalu melindungi dan menyokong Nabi

Muhammad dari orang-orang kafir yaitu, paman beliau, Abu Tholib, dan istri tercinta beliau,

Khodijah. Peristiwa itu terjadi pada tahun kesepuluh kenabian. Tahun ini merupakan tahun

kesedian bagi Nabi Muhammad saw. Sehingga dinamakan Amul Khuzn.

 Perjanjian Akabah

Di mekah dakwah Nabi Muhammad saw Mendapat rintangan dan tekanan, pada akhirnya

Nabi memutuskan untuk berdakwah di luar mekah. Namun, di Thaif beliau di caci dan di lempari

batu sampai beliau terluka. Hal ini semua hampir menyebabkan Nabi Muhammad saw. Putus asa,

sehingga untuk menguatkan hati beliau, Allah mengutus dan mengisra’ dan memi’rajkan beliau

pada tahun kesepuluh kenabian itu. Berita tentang isyra’ dan mi’raj ini menggemparkan masyarakat

makkah. Bagi orang kafir, peristiwa ini dijadikan bahan propaganda untuk mendustakan Nabi

Muhammad saw. Sedangakan bagi orang yang beriman ini merupakan ujian keimanan.

Setelah peristiwa isra’ dan mi’raj, suatu perkembangan besar bagi kemajuan dakwah islam

terjadi, yaitu dengan datang nya jumlah penduduk yasrib (madinah) untuk berhaji ke mekah,

mereka berdiri dari dua suku yang saling bermusuhan, yaitu suku Aus dan Khazraj yang masuk

islam dalam tiga gelombang. Pada gelombang pertama pada tahun kesepuluh kenabian, mereka

datang untuk memeluk agama islam dan menerapkan ajarannya sebagai upaya untuk mendamaikan

permusuhan antara kedua suku. Mereka kemudian mendakwahkan Islam di Yastrib. Gelombang

kedua, pada tahun ke-12 kenabian mereka datang kembali menemui nabi dan mengadakan

perjanjian yang dikenal dengan perjanjian “Aqabah pertma”, yang berisi ikrar kesetiaan.

Rombongan ini kemudian ke yatsrib sebagai juru dakwah di sertai oleh Mus’ab bin Umair yang di

utus oleh nabi untuk berdakwah bersama mereka. Gelombang ketiga, pada tahun ke-13 kenabian,
mereka datang kembali kepada nabi untuk hijrah ke yastrib. Mereka akan membai’at nabi sebagai

pemimpin. Nabi pun akhirnya menyetujui usul mereka untuk berhijrah. Perjanjian ini di sebut

perjanjian “Aqabah kedua” karena terjadi pada tempat yang sama.

Akhirnya Nabi Muhammad bersama kurang lebih 150 kaum muslimin hijrah ke Yatsrib.

Dan ketika sampai disana, sebagai penghormatan terhadap nabi, nama yatsrib di ubah menjadi

Madinah.

Demikian periode Mekah terjadi. Dalam periode ini Nabi Muhammad saw mengalami

hambatan dan kesulitan dalam dakwah Islamiyah. Dalam periode ini Nabi Muhammad saw belum

terfikir untuk menyusun suatu masyarakat Islam yang teratur, karena perhatian Nabi Muhammad

saw lebih terfokus pada penanaman modal atau keimanan masyarakat


BAB III

DAKWAH RASULULLAH PADA PERIODE MADINAH

SEJARAH DAKWAH RASULULLAH SAW PERIODE MADINAH

1. Arti Hijrah dan Tujuan Rasulullah SAW dan Umat Islam Berhijrah

Setidaknya ada dua macam arti hijrah yang harus diketahui oleh umat Islam. Pertama hijrah

berarti meninggalkan semua perbuatan yang dilarang dan dimurkai Allah SWT untuk melakukan

perbuatan-perbuatan yang baik, yang disuruh Allah SWT dan diridai-Nya.

Arti kedua hijrah ialah berpindah dari suatu negeri kafir (non-Islam), karena di negeri itu umat

Islam selalu mendapat tekanan, ancaman, dan kekerasan, sehingga tidak memiliki kebebasan dalam

berdakwah dan beribadah. Kemudian umat Islam di negeri kafir itu, berpindah ke negeri Islam agar

memperoleh keamanan dan kebebasan dalam berdakwah dan beribadah.

Arti kedua dari hijrah ini pernah dipraktikkan oleh Rasulullah SAW dan umat Islam, yakni

berhijrah dari Mekah ke Yastrib pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijrah, bertepatan

dengan tanggal 28 Juni 622 M.

Tujuan hijrahnya Rasulullah SAW dan umat Islam dari Mekah (negeri kafir) ke Yastrib (negeri

Islam) adalah:

 Menyelamatkan diri dan umat Islam dari tekanan, ancaman dan kekerasan kaum kafri

Quraisy. Bahkan pada waktu Rasulullah SAW meninggalkan rumahnya di Mekah untuk berhijrah

ke Yastrib (Madinah), rumah beliau sudah dikepung oleh kaum Quraisy dengan maksud untuk

membunuhnya.
 Agar memperoleh keamanan dan kebebasan dalam berdakwah serta beribadah, sehingga

dapat meningkatkan usaha-usahanya dalam berjihad di jalan Allah SWT, untuk menegakkan dan

meninggikan agama-Nya (Islam)

Artinya: “Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan

memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. dan Sesungguhnya pahala di akhirat

adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui, (yaitu) orang-orang yang sabar dan hanya kepada

Tuhan saja mereka bertawakkal.” (Q.S. An-Nahl, 16: 41-42)

2. Dakwah Rasulullah SAW Periode Madinah

Dakwah Rasulullah SAW periode Madinah berlangsung selama sepuluh tahun, yakni dari

semenjak tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijriah sampai dengan wafatnya Rasulullah SAW,

tanggal 13 Rabiul Awal tahun ke-11 hijriah.

Materi dakwah yang disampaikan Rasulullah SAW pada periode Madinah, selain ajaran

Islam yang terkandung dalam 89 surat Makiyah dan Hadis periode Mekah, juga ajaran Islam yang

terkandung dalm 25 surat Madaniyah dan hadis periode Madinah. Adapaun ajaran Islam periode

Madinah, umumnya ajaran Islam tentang masalah sosial kemasyarakatan.

Mengenai objek dakwah Rasulullah SAW pada periode Madinah adalah orang-orang yang

sudah masuk Islam dari kalangan kaum Muhajirin dan Ansar. Juga orang-orang yang belum masuk

Islam seperti kaum Yahudi penduduk Madinah, para penduduk di luar kota Madinah yang termasuk

bangsa Arab dan tidak termasuk bangsa Arab.

Rasulullah SAW diutus oleh Allah SWT bukan hanya untuk bangsa Arab, tetapi untuk

seluruh umat manusia di dunia, Allah SWT berfirman:


Artinya: “Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta

alam.” (Q.S. Al-Anbiya’, 21: 107)

Dakwah Rasulullah SAW yang ditujukan kepada orang-orang yang sudah masuk Islam (umat

Islam) bertujuan agar mereka mengetahui seluruh ajaran Islam baik yang diturunkan di Mekah

ataupun yang diturunkan di Madinah, kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari,

sehingga mereka betul-betul menjadi umat yang bertakwa. Selain itu, Rasulullah SAW dibantu oleh

para sahabatnya melakukan usaha-usaha nyata agar terwujud persaudaraan sesama umat Islam dan

terbentuk masyarakat madani di Madinah.

Mengenai dakwah yang ditujukan kepada orang-orang yang belum masuk Islam bertujuan

agar mereka bersedia menerima Islam sebagai agamanya, mempelajari ajaran-ajarannya dan

mengamalkannya, sehingga mereka menjadi umat Islam yang senantiasa beriman dan beramal

saleh, yang berbahagia di dunia serta sejahtera di akhirat.

Tujuan dakwah Rasulullah SAW yang luhur dan cara penyampaiannya yang terpuji,

menyebabkan umat manusia yang belum masuk Islam banyak yang masuk Islam dengan kemauan

dan kesadarn sendiri. namun tidak sedikit pula orang-orang kafir yang tidak bersedia masuk Islam,

bahkan mereka berusaha menghalang-halangi orang lain masuk Islam dan juga berusaha

melenyapkan agama Isla dan umatnya dari muka bumi. Mereka itu seperti kaum kafir Quraisy

penduduk Mekah, kaum Yahudi Madinah, dan sekutu-sekutu mereka.

Setelah ada izin dari Allah SWT untuk berperang, sebagaimana firman-Nya dalam surah Al-

Hajj, 22:39 dan Al-Baqarah, 2:190, maka kemudian Rasulullah SAW dan para sahabatnya menusun

kekuatan untuk menghadapi peperangan dengan orang kafir yang tidak dapat dihindarkan lagi
Artinya: “Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena Sesungguhnya

mereka telah dianiaya. dan Sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu”

(Q.S. Al-Hajj, 22:39)

Artinya: “Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi)

janganlah kamu melampaui batas, karena Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang

melampaui batas.” (Q.S. Al-Baqarah, 2:190)

Peperangan-peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para pengikutnya itu

tidaklah bertujuan untuk melakukan penjajahan atau meraih harta rampasan pernag, tetapi bertujuan

untuk:

 Membela diri, kehormatan, dan harta.

 Menjamin kelancaran dakwah, dan memberi kesempatan kepada mereka yang hendak

menganutnya.

 Untuk memelihara umat Islam agar tidak dihancurkan oleh bala tentara Persia dan Romawi.

Setelah Rasulullah SAW dan para pengikutnya mampu membangun suatu negar yang merdeka

dan berdaulat, yang berpusat di Madinah, mereka berusaha menyiarkan dan memasyhurkan agama

Islam, bukan saja terhadap para penduduk Jazirah Arabia, tetapi juga keluar Jazirah Arabia, maka

bangsa Romawi dan Persia menjadi cemas dan khawatir kekuaan mereka akan tersaingi. Oleh

karena itu, bangsa Romawi dan bangsa Persia bertekad untuk menumpas dan menghancurkan umat

Islam dan agamanya. Untuk menghadapi tekad bangsa Romawi Persia tersebut, Rasulullah SAW

dan para pengikutnya tidak tinggal diam sehingga terjadi peperangan antara umat Islam dan bangsa

Romawi, yaitu
Perang Mut’ah

Peperangan Mu’tah terjadi sebelah utara lazirah Arab. Pasukan Islam mendapat kesulitan

menghadapi tentara Ghassan yang mendapat bantuan dari Romawi. Beberapa pahlawan gugur

melawan pasukan berkekuatan ratusan ribu orang itu. Melihat kenyataanyang tidak berimbang ini,

Khalid ibn Walid, yang sudah masuk Islam, mengambil alih komando dan memerintahkan pasukan

untuk menarik diri dan kembali ke Madinah.

Selama dua tahun perjanjian Hudaibiyah berlangsung, dakwah Islam sudah menjangkau

seluruh Jazirah Arab dan mendapat tanggapan yang positif. Hampir seluruh Jazirah Arab, termasuk

suku-suku yang paling selatan, menggabungkan diri dalam Islam.

Hal ini membuat orang-orang Mekah merasa terpojok. Perjanjian Hudaibiyah ternyata

menjadi senjata bagi umat Islam untuk memperkuat dirinya. Oleh karena itu, secara sepihak orang-

orang kafir Quraisy membatalkan perjanjian tersebut.

Perang Tabuk

Melihat kenyataan ini, Heraklius menyusun pasukan besar di utara Jazirah Arab, Syria, yang

merupakan daerah pendudukan Romawi. Dalam pasukan besar itu bergabung Bani Ghassan dan

Bani Lachmides.

Untuk menghadapi pasukan Heraklius ini banyak pahlawan Islam yang menyediakan diri

siap berperang bersama Nabi sehingga terhimpun pasukan Islam yang besar pula. Melihat besarnya

pasukaDi sini beliau membuat beberapa perjanjian dengan penduduk setempat. Dengan demikian,

daerah perbatasan itu dapat dirangkul ke dalam barisan Islam. Perang Tabuk merupakan perang

terakhir yang diikuti Rasulullah SAW.


Peperangan lainnya yang dilakukan pada masa Rasulullah SAW seperti:

Perang Badar

Perang Badar yang merupakan perang antara kaum muslimin Madinah dan kaum musyrikin

Quraisy Mekah terjadi pada tahun 2 H. Perang ini merupakan puncak dari serangkaian pertikaian

yang terjadi antara pihak kaum muslimin Madinah dan kaum musyrikin Quraisy. Perang ini

berkobar setelah berbagai upaya perdamaian yang dilaksanakan Nabi Muhammad SAW gagal.

Tentara muslimin Madinah terdiri dari 313 orang dengan perlengkapan senjata sederhana

yang terdiri dari pedang, tombak, dan panah. Berkat kepemimpinan Nabi Muhammad SAW dan

semangat pasukan yang membaja, kaum muslimin keluar sebagai pemenang. Abu Jahal, panglima

perang pihak pasukan Quraisy dan musuh utama Nabi Muhammad SAW sejak awal, tewas dalam

perang itu. Sebanyak 70 tewas dari pihak Quraisy, dan 70 orang lainnya menjadi tawanan. Di pihak

kaum muslimin, hanya 14 yang gugur sebagai syuhada. Kemenangan itu sungguh merupakan

pertolongan Allah SWT (Q.S. 3: 123).

Artinya: “Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, Padahal kamu adalah

(ketika itu) orang-orang yang lemah. karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu

mensyukuri-Nya.”(Q.S. Ali-Imran: 123).

Orang-orang Yahudi Madinah tidak senang dengan kemenangan kaum muslimin. Mereka

memang tidak pernah sepenuh hati menerima perjanjian yang dibuat antara mereka dan Nabi

Muhammad SAW dalam Piagam Madinah.

Sementara itu, dalam menangani persoalan tawanan perang, Nabi Muhammad SAW

memutuskan untuk membebaskan para tawanan dengan tebusan sesuai kemampuan masing-masing.

Tawanan yang pandai membaca dan menulis dibebaskan bila bersedia mengajari orang-orang Islam
yang masih buta aksara. Namun tawanan yang tidak memiliki kekayaan dan kepandaian apa-apa

pun tetap dibebaskan juga.

Tidak lama setelah perang Badar, Nabi Muhammad SAW mengadakan perjanjian dengan

suku Badui yang kuat. Mereka ingin menjalin hubungan dengan Nabi SAW karenan melihat

kekuatan Nabi SAW. Tetapi ternyata suku-suku itu hanya memuja kekuatan semata.

Sesudah perang Badar, Nabi SAW juga menyerang Bani Qainuqa, suku Yahudi Madinah

yang berkomplot dengan orang-orang Mekah. Nabi SAW lalu mengusir kaum Yahudi itu ke Suriah.

Perang Uhud

Bagi kaum Quraisy Mekah, kekalahan mereka dalam perang Badar merupakan pukulan

berat. Mereka bersumpah akan membalas dendam. Pada tahun 3 H, mereka berangkat menuju

Madinah membawa tidak kurang dari 3000 pasukan berkendaraan unta, 200 pasukan berkuda di

bawah pimpinan Khalid ibn Walid, 700 orang di antara mereka memakai baju besi.

Nabi Muhammad menyongsong kedatangan mereka dengan pasukan sekitar 1000 (seribu)

orang. Namun, baru saja melewati batas kota, Abdullah ibn Ubay, seorang munafik dengan 300

orang Yahudi membelot dan kembali ke Madinah. Mereka melanggar perjanjian dan disiplin

perang.

Meskipun demikian, dengan 700 pasukan yang tertinggal Nabi melanjutkan perjalanan.

Beberapa kilometer dari kota Madinah, tepatnya di bukit Uhud, kedua pasukan bertemu. Perang

dahsyat pun berkobar. Pertama-tama, prajurit-prajurit Islam dapat memukul mundur tentaramusuh

yang lebih besar itu. Pasukan berkuda yang dipimpin oleh Khalid ibn Walid gagal menembus

benteng pasukan pemanah Islam. Dengan disiplin yang tinggi dan strategi perang yang jitu,

pasukan yang lebih kecil itu ternyata mampu mengalahkan pasukan yang lebihbesar.
Kemenangan yang sudah diambang pintu ini tiba-tiba gagal karena godaan harta

peninggalan musuh. Prajurit Islam mulai memungut harta rampasan perang tanpa menghiraukan

gerakan musuh, termasuk didalamnya anggota pasukan pemanah yang telah diperingatkan Nabi

agar tidak meninggalkan posnya.

Kelengahan kaum muslimin ini dimanfaatkan dengan baik oleh musuh. Khalid bin Walid

berhasil melumpuhkan pasukan pemanah Islam, dan pasukan Quraisy yang tadinya sudah kabur

berbalik menyerang. Pasukan Islam menjadi porak poranda dan tak mampu menangkis serangan

tersebut. Satu persatu pahlawan Islam gugur, bahkan Nabi sendiri terkena serangan musuh. Perang

ini berakhir dengan70 orang pejuang Islam syahid di medan laga.

Pengkhianatan Abdullah ibn Ubay dan pasukan Yahudi diganjar dengan tindakan tegas.

Bani Nadir, satu dari dua suku Yahudi di Madinah yang berkomplot dengan Abdullah ibn Ubay,

diusir ke luar kota. Kebanyakan mereka mengungsi ke Khaibar. Sedangkan suku Yahudi lainnya,

yaitu Bani Quraizah, Masih tetap di Madinah.

Perang Khandaq

Perang yang terjadi pada tahun 5 H ini merupakan perang antara kaum muslimin Madinah

melawan masyarakat Yahudi Madinah yang mengungsi ke Khaibar yang bersekutu dengan

masyarakat Mekah. Karena itu perang ini juga disebut sebagai Perang Ahzab (sekutu beberapa

suku).

Pasukan gabungan ini terdiri dari 10.000 orang tentara. Salman al-Farisi, sahabat Rasulullah

SAW, mengusulkan agar kaum muslimin membuat parit pertahanan di bagian-bagian kota yang

terbuka. Karena itulah perang ini disebut sebagai Perang Khandaq yang berarti parit.
Tentara sekutu yang tertahan oleh parit tersebut mengepung Madinah dengan mendirikan

perkemahan di luar parit hampir sebulan lamanya. Pengepungan ini cukup membuat masyarakat

Madinah menderita karena hubungan mereka dengan dunia luar menjadi terputus. Suasana kritis itu

diperparah pula oleh pengkhianatan orang-orang Yahudi Madinah, yaitu Bani Quraizah, dibawah

pimpinan Ka'ab bin Asad.

Namun akhirnya pertolongan Allah SWT menyelamatkan kaum muslimin. Setelah sebulan

mengadakan pengepungan, persediaan makanan pihak sekutu berkurang. Sementara itu pada malam

hari angin dan badai turun dengan amat kencang, menghantam dan menerbangkan kemah-kemah

dan seluruh perlengkapan tentara sekutu. Sehingga mereka terpaksa menghentikan pengepungan

dan kembali ke negeri masing-masing tanpa suatu hasil.

Para pengkhianat Yahudi dari Bani Quraizah dijatuhi hukuman mati.

Hal ini dinyatakan dalam Al-Qur'an surat Al-Ahzâb: 25-26.

Artinya: “Dan Allah menghalau orang-orang yang kafir itu yang Keadaan mereka penuh

kejengkelan, (lagi) mereka tidak memperoleh Keuntungan apapun. dan Allah menghindarkan

orang-orang mukmin dari peperangan. Dan adalah Allah Maha kuat lagi Maha Perkasa. Dan Dia

menurunkan orang-orang ahli kitab (Bani Quraizhah) yang membantu golongan-golongan yang

bersekutu dari benteng-benteng mereka, dan Dia memesukkan rasa takut ke dalam hati mereka.

sebahagian mereka kamu bunuh dan sebahagian yang lain kamu tawan.” (Q.S. Al-Ahzâb: 25-26)

Perjanjian Hudaibiyah

Pada tahun 6 H, ketika ibadah haji sudah disyariatkan, hasrat kaum muslimin untuk

mengunjungi Mekah sangat bergelora. Nabi SAW memimpin langsung sekitar 1.400 orang kaum

muslimin berangkat umrah pada bulan suci Ramadhan, bulan yang dilarang adanya perang. Untuk
itu mereka mengenakan pakaian ihram dan membawa senjata ala kadarnya untuk menjaga diri,

bukan untuk berperang.

Sebelum tiba di Mekah, mereka berkemah di Hudaibiyah yang terletak beberapa kilometer dari

Mekah. Orang-orang kafir Quraisy melarang kaum muslimin masuk ke Mekah dengan

menempatkan sejumlah besar tentara untuk berjaga-jaga.

Akhirnya diadakanlah Perjanjian Hudaibiyah antara Madinah dan Mekah, yang isinya antara

lain:

1. Selama sepuluh tahun diberlakukan gencatan senjata antara kaum Quraisy penduduk Mekah dan

umat Islam penuduk Madinah

2. Orang Islam dari kaum Quraisy yang datang kepada umat Islam, tanpa seizin walinya hendaklah

ditolak oleh umat Islam

3. Kaum Quraisy, tidak akan menolak orang-orang Islam yang kembali dan bergabung degan mereka

4. Tiap kabilah yang ingin masuk dalam persekutuan dengan kaum Quraisy, atau dengan kaum

Muslimin dibolehkan dan tidak akan mendapat rintangan

5. Kaum Muslimin tidak jadi mengerjakan umrah saat itu, mereka harus kembali ke Madinah, dan

boleh mengerjakan umrah di tahun berikutnya, dengan persyaratan:

 Kaum Muslimin memasuki kota Mekah setelah penduduknya untuk sementara keluar dari

kota Mekah

 Kaum Muslimin memasuki kota Mekah, tidak boleh membawa senjata

 Kaum Muslimin tidak boleh berada di dalm kota Mekah lebih dari tiga hari-tiga malam.

Tujuan Nabi SAW membuat perjanjian tersebut sebenarnya adalah berusaha merebut dan

menguasai Mekah, untuk kemudian dari sana menyiarkan Islam ke daerah-daerah lain.

Ada 2 faktor utama yang mendorong kebijaksanaan ini :


1. Mekah adalah pusat keagamaan bangsa Arab, sehingga dengan melalui konsolidasi

bangsa Arab dalam Islam, diharapkan Islam dapat tersebar ke luar.

2. Apabila suku Quraisy dapat diislamkan, maka Islam akan memperoleh dukungan

yang besar, karena orang-orang Quraisy mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang besar di

kalangan bangsa Arab.

Kaum kafir Quraisy mengetahui, bahwa perjanjian Hudaibiyah itu sangat menguntungkan

kaum Muslimin. Umat Islam semakin kuat, karena hampir seluruh semenanjung Arab, termasuk

suku-suku bagsa Arab yang paling selatan telah menggabungkan diri kepada Islam. Sejumlah orang

dari Bani Khuza’ah yang berada di bawah perlindungan Islam. Sejumlah orang dari Bani Khuza’ah

mereka bunuh dan selebihnya mereka cerai-beraikan. Bani Khuza’ah segera mengadu

kepada Rasulullah SAW dan mohon keadilan.

Mendapat pengaduan seperti itu kemudian Rasulullah SAW dengan 10.000 bala tentaranya

berangkat menuju kota Mekah untuk membebaskan kota Mekah dari para penguasa kafir yang

zalim, yang telah melakukan pembunuhan secara kejam terhadap umat Islam dari Bani Khuza’ah.

Rasulullah SAW sebenarnya tidak menginginkan terjadinya peperanagn, yang sudah tentu

akan menelan banyak korban jiwa. Untuk itu, Rasulullah SAW dan bala tentaranya berkemah di

pinggiran kota Mekah dengan maksud agar kaum kafir Quraisy melihat sendiri, kekuatan besar dari

bala entara kaum Muslimin.

Taktik Rasulullah SAW seperi itu ternyata berhasil, sehingga dua orang pemimpin Quraisy

yaitu Abbas (paman Rasulullah SAW) dan Abu Sufyan (seorang bangsawan Quraisy yang lahir

tahun 567 M dan wafat tahun 652 M) datang menemuiRasulullah SAW dan menyatakan diri masuk

Islam.
Dengan masuk Islamnya kedua orang pemimpin kaum kafir Quraisy itu, dan bala tentaranya

dapat memasuki kota Mekah dengan aman dan memebebaskan kota itu dari para penguasa kaum

kafir Quraisy yang zalim. Pembebasan kota Mekah ini terjadi pada tahun 8 H secara damai tanpa

adanya pertumpahan darah.

Bahkan setelah itu kaum Quraisy berbondong-bondong menyatakan diri masuk Islam,

menerima ajakan Rasulullah dengan kerelaan hati. Kemudian bersama-sama bala tentara Islam

mereka membersihkan Ka’bah dari berhala-berhala dan menghancurkan berhala-berhala itu.

Kaum Muslimin masih menghadapai kaum musyrikin, yang semula bersekutu dengan kaum

kafir Quraisy yang telah masuk Islam itu, yaitu: Bani Saqif, Bani Hawazin, Bani Nasr, dan Bani

Jusyam. Kaum musyrikin tersebut bersatu di bawah pimpinan Malik bin Auf (Bani Nasr) berangkat

menuju Mekah untuk menyerang kaum Muslimin, yang telah menghancurkan behala-berhla yang

mereka sembah.

Perang Hunain

Mendengar berita bahwa kaum musyrikin itu akan menyerang umat Islam, Nabi

mengerahkan kira-kira 12.000 tentara menuju Hunain untuk menghadapi mereka. Pasukan ini

dipimpin langsung oleh beliau sehingga umat Islam memenangkan pertempuran dalam waktu yang

tidak terlalu lama. Dengan ditaklukkannya Bani Tsaqif dan Bani Hawazin, seluruh Jazirah Arab

berada di bawah kepemimpinan Nabi. Rasulullah dan umat Islam memperoleh kemenangan yang

gilang-gemilang.

Artinya: “Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Dan kamu Lihat manusia

masuk agama Allah dengan berbondong-bondong. Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu
dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.” (Q.S. An-

Nasr, 110: 1-3)


BAB PENUTUP

Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat di simpulkan bahwa nabi Muhammad SAW melakukan strategi dakwah

dalam dua bagian yaitu berdakwah secara diam-diam dilingkungan keluarga terdekat.Mula-mula

istrinya,lalu sepupunya Ali bin Abi Thalib kemudian Abu Bakar,Zaid,Ummu aiman,Ustman bin

Affan,Zubair bin Awam,Abdurrahman bin’Auf,Sa’ad bin Abi Waqosh,Tholhah bin Ubaidillah,Abu

Ubaidillah bin Jarrah,Al-Arqom bin Abi al-Arqom dll.Mereka di kenal dengan sebutan Assabiqunal

Awwalun,yakni orang-orang yang pertama masuk islam.Setelah beberapal lama Rasulullah

melakukan dakwah secara rahasia,maka turunlah Allah agar melakukan dakwah secara terbuka

dihadapan umum.Kemudian beliau mengadakan pertemuan dengan penduduk Mekkah yang

dilakukan di Bukit Shafa.Setelah Nabi Muhammad berpidato,kaum Quraisy tidak peduli &

berusaha menentangnya habis-habisan.Meskipun begitu,Rasulullah terus berdakwah tanpa

mengenal lelah.Bahkan beliau terus menegakkan risalah Allah di tengah-tengah kehidupan

masyarakat.
DAFTAR PUSAKA

http://shikakuyumiki.blogspot.com/2012/10/strategi-dakwah-rasulullah-saw-periode.html

https://8tunas8.wordpress.com/2014/09/22/dakwah-rasulullah-periode-makkah/

http://fildan-arim.blogspot.com/2013/10/dakwah-dan-perjuangan-nabi-muhammad-saw.html

http://kurnia-sp.blogspot.com/2014/11/substansi-dan-strategi-dakwah.html

Anda mungkin juga menyukai