Makalah Sejarah Kebudaayan Islam
Makalah Sejarah Kebudaayan Islam
Substansi dan Strategi Dakwah Rasululah SAW dalam Dakwah Islam pada periode Mekkah dan
Madinah
XII IPA 2
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam selalu kami limpahkan kepada
junjungan kami Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya, atas jasa beliau kita
sebagai ummat Islam bisa melihat dunia ini dipenuhi akhlak yang mulia, rahmat dan kasih sayang
Ucapan terimakasih kami berikan kepada bapak Umar selaku guru mata pelajaran sejarah
kebudayaan islam kami, teman-teman kelas 12-IPA-2 yang turut memberi motivasi kepada kami,
dan tak lupa kepada semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.
Kami menyusun makalah ini dalam rangka agar para pembaca dapat mengetahui dan
memahami bagaimana strategi dakwah rasulullah pada periode Mekkah dan Madinah.
Di dunia ini tidak ada yang sempurna, oleh karena itu kami memohon maaf apabila dalam
makalah kami terdapat kesalahan yang tidak kami sengaja. Dan kami mengharap kritik serta saran
dari para pembaca, agar kami dapat menjadi lebih baik lagi dan makalah ini bisa lebih sempurna
dan lebih bermanfaat bagi pendidikan kami khususnya, dan pembaca umumnya.
Daftar Is
PENDAHULUAN
Objek dakwah Rasulullah SAW pada awal kenabian adalah masyarakat Arab Jahiliyah, atau
masyarakat yang masih berada dalam kebodohan. Dalam bidang agama, umumnya masyarakat
Arab waktu itu sudah menyimpang jauh dari ajaran agama tauhid, yang telah diajarkan oleh para
rasul terdahulu, seperti Nabi Adam A.S. Mereka umumnya beragamawatsani atau agama
penyembah berhala. Berhala-berhala yang mereka puja itu mereka letakkan di Ka’bah (Baitullah =
rumah Allah SWT). Di antara berhala-berhala yang termahsyur bernama: Ma’abi, Hubai, Khuza’ah,
Lata, Uzza dan Manar. Selain itu ada pula sebagian masyarakat Arab Jahiliyah yang menyembah
Muhamad diangkat Allah SWT, sebagai nabi atau rasul-Nya ditandai dengan turunnya Malaikat
Jibril untuk menyampaikan wahyu yang pertama kali yakni Al-Qur’an Surah Al-‘Alaq, 96: 1-5.
Turunnya ayat Al-Qur’an pertama tersebut, dalam sejarah Islam dinamakan Nuzul Al-Qur’an.
Setelah Nabi Miuhammad SAW menerima wahyu, maka secara resmi beliau telah diangkat menjadi
Rasul oleh Allah SWT. Beliau mempunyai kewajiban untuk membina umat yang telah berada
dalam kesesatan untuk menuju jalan yang lurus. Dakwah Nabi Muhammad SAW dimulai dari
wilayah Makkah di jazirah Arab, walaupun pada akhirnya ajaran beliau adalah untuk seluruh umat
manusia. Jauh sebelum kerasulan Nabi Muhammad SAW, sebenarnya Allah SWT juga telah
mengutus nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s. Kedua Rasul ini telahberhasil membina bangsa
Arab dan masyarakat makkah menjadi orang yang beriman dan henya menyembah kepada Allah
SWT. Bahkan kedua Rasul tersebut juga diperintah Allah SWT untuk membangun Ka’bah di
Makkah. Namun dengan berjalanya waktu, keimanan masyarakat Makkah menjadi luntur dan
berubah menjadi kemusyrikan dengan menyembah patung dan berhala. Mereka tidak hanya
Menurut sebagian ulama, setelah turun wahyu pertama (Q.S. Al-‘Alaq: 1-5) turun pula Surah Al-
Mudassir: 1-7, yang berisi perintah Allah SWT agar Nabi Muhammad berdakwah menyiarkan
Setelah itu, tatkala Nabi Muhammad SAW berada di Mekah (periode Mekah) selama 13 tahun
(610-622 M), secara berangsur-angsur telah diturunkan kepada beliau, wahyu berupa Al-Qur’an
sebanyak 4726 ayat, yang meliputi 89 surah. Surah-surah yang diturunkan pada periode Mekah
Masyarakat Makkah pada awal kenabian Muhammad SAW dikenal dengan sebutan
jahiliyah, yakni masyarakat yang tidak mengenal Tuhan yang sebenarnya sebab patung dan
batu menjadi sembahan tuhan mereka dan mereka hidup dalam kegelapan terutama yang
berkaitan dengan akhlak dan moral. Masyarakat Arab waktu itu sudah menyimpang jauh
dan ajaran agama Tauhid, yang telah diajarkan oleh para rasul terdahulu, seperti Nabi
Ibrahim A.S. Mereka umumnya beragama watsani atau agama penyembah berhala. Berhala-
berhala yang mereka puja itu mereka letakkan di Ka’bah (Baitullah = rumah Allah SWT)
yang jumlahnya mencapai 300 lebih. Di antara berhala-berhala yang termashyur bernama:
Ma’abi, Hubal, Khuza’ah, Lata, Uzza, dan Manat. Kebiasaan buruk lainnya dalam
pertikaian antar suku, saling membunuh bahkan mengubur bayi perempuan yang masih
hidup menjadi kebiasaan mereka. Tatanan kehidupan masyarakat tidak berjalan, yang
berlaku hanyalah hukum rimba, siapalah yang kuat dia yang berkuasa dan siapa yang
menang dia yang berkuasa. Mereka sudak tidak menjadikan ajaran para nabi terdahulu
sebagai pedoman hidupnya. Selain itu ada pula sebagian masyarakat Arab jahiliyah yang
menyembah malaikat dan bintang yang dilakukan kaum Sabi’in serta menyembah matahari,
bulan, dan jin yang diperbuat oleh sebagian masyarakat di luar kota Mekah. Dalam situasi
inilah Allah SWT mengutus nabi Muhammad SAW untuk menyampaikan dakwah ajaran
Islam.
b) Substansi dan strategi dakwah Rasulullah Saw Periode Makkah
Substansi ajaran Islam periode Makkah, yang didakwahkan Rasulullah SAW di awal
Islam mengajarkan bahwa pencipta dan pemelihara alam semesta adalah Allah SWT, Tuhan
Yang Maha Esa. Allah SWT tempat bergantung segala apa saja dan makhluk-Nya, tidak
beranak dan tidak diperanakkan, serta tidak ada selain Allah SWT, yang menyamai-Nya (baca
Umat manusia harus beribadah atau menghambakan diri hanya kepada Allah SWT.
Beribadah atau menyembah kepada selain Allah SWT, termasuk ke dalam perilaku syirik,
yang hukumnya haram, dan merupakan dosa yang paling besar (lihat Q.S An-Nisa’, 4: 48).
Islam mengajarkan bahwa mati yang dialami oleh setiap manusia, bukanlah akhir kehidupan,
tetapi merupakan awal dan kehidupan yang panjang, yakni kehidupan di alam kubur dan di
alam akhirat.
Manusia yang ketika di dunianya taat beribadah, giat beramal saleh, dan senantiasa berbudi
pekerti yang terpuji, tentu akan memperoleh balasan yang menyenangkan. Di alam kubur
akan memperoleh berbagai kenikmatan dan di alam akhirat akan ditempatkan di surga yang
penuh dengan hal-hal yang memuaskan. Tetapi manusia yang ketika di dunianya durhaka
kepada Allah SWT dan banyak berbuat jahat, tentu setelah matinya akan mendapat siksa
kubur dan dicampakkan ke dalam neraka yang penuh dengan berbagai macam siksaan. (Baca
dan pelajari Q.S. Al-Qari’ah, 101: 1-11)
c) Kesucian jiwa
Islam menyerukan umat manusia agar senantiasa berusaha menyucikan jiwanya dan melarang
keras mengotorinya. Seseorang dianggap suci jiwanya apabila selama hayat di kandung badan
senantiasa beriman dan bertakwa atau meninggalkan segala perbuatan dosa, dan dianggap
mengotori jiwanya apabila durhaka pada Allah SWT dan banyak berbuat dosa.
Sungguh beruntung orang yang senantiasa memelihara kesucian jiwanya, dan alangkah
ruginva orang yang mengotori jiwanya (baca Q.S. Asy-Syams, 91: 9-10).
Artinya : “Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan Sesungguhnya
bawah naungan rida Ilahi. Rasulullah SAW bersabda: “Tidak dianggap beriman seorang
Muslim di antara kamu, sehingga ia mencintai saudaranya, seperti rnencintai dirinya.” (H.R.
Selain itu sesama umat Islam, hendaknya saling menolong dalam kebaikan dan ketakwaan,
menganiaya dan jangan pula membiarkan saudaranya yang teraniaya tanpa diberikan
pertolongan. Sedangkan umat Islam yang mampu disuruh untuk memberikan pertolongan
kepada saudaranya yang du’afa, yakni para fakir miskin dan anak-anak yatim telantar (baca
Tujuan dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekah adalah agar masyarakat Arab meninggalkan
kejahiliahannya di bidang agama, moral, dan hukum. Sehingga menjadi umat yang meyakini
kebenaran kerasulan Nabi Muhammad SAW dan ajaran Islam yang disampaikannya, kemudian
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Jika masyarakat Arab telah mengamalkan seluruh
ajaran Islam dengan niat ikhlas karena Allah SWT dan sesuai dengan petunjuk-petunjuk Rasulullah
SAW, tentu mereka akan memperoleh keselamatan, kedamaian, dan kesejahteraan di dunia dan di
akhirat. Adapun strategi dakwah Rasulullah SAW dalam berusaha mencapai tujuan yang luhur
Cara ini ditempuh oleh Rasulullah SAW karena beliau begitu yakin, bahwa masyarakat Arab
jahiliah, masih sangat kuat mempertahankan kepercayaan dan tradisi warisan leluhur mereka.
Sehingga mereka bersedia berperang dan rela mati dalam mempertahankannya. Pada masa dakwah
secara sembunyi-sembunyi ini, Rasulullah SAW menyeru untuk masuk Islam, orang-orang yang
berada di lingkungan rumah tangganya sendiri dan kerabat serta sahabat dekatnya. Mengenai orang-
orang yang telah memenuhi seruan dakwah Rasulullah SAW tersebut adalah : Khadijah binti
Khuwailid (istri Rasulullah SAW, wafat tahun ke-10 dari kenabian), Ali bin Abu Thalib (saudara
sepupu Rasulullah SAW yang tinggal serumah dengannya, waktu masuk Islam ia baru berusia 10
tahun), Zaid bin Haritsah (anak angkat Rasulullah SAW, wafat tahun 8 H = 625 M), Abu Bakar
Ash-Shiddiq (sahabat dekat Rasulullah SAW, yang hidup dan tahun 573 – 634 M), dan Ummu
Sesuai dengan ajaran Islam, bahwa berdakwah bukan hanya kewajiban Rasulullah SAW, tetapi juga
kewajiban para pengikutnya (umat Islam), maka Abu Bakar Ash-Shiddiq, seorang saudagar kaya,
yang dihormati dan disegani banyak orang. Karena budi bahasanya yang halus, ilmu
pengetahuannya yang luas, dan pandai bergaul telah meneladani Rasuliillah SAW, yakni
Usaha dak’wah Abu Bakar Ash-Shiddiq berhasil karena ternyata beberapa orang kawan dekatnya
(1) Abdul Amar dari Bani Zuhrah, Abdul Amar berarti hamba milik si Amar. Karena Islam
melarang perbudakan, kemudian nama itu diganti oleh Rasulullah SAW menjadi Abdurrahman bin
Orang-orang yang masuk Islam, pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi, yang namanya
sudah disebutkan di atas disebut Assabiqunal Awwalun (pemeluk Islam generasi awal).
Dakwah secara terang-terangan ini dimulai sejak tahun ke-4 dari kenabian, yakni setelah turunnya
wahyu yang berisi perintah Allah SWT agar dakwah itu dilaksanakan secara terang-terangan.
Wahyu tersebut berupa ayat Al-Qur’an Surah 26: 214-216 (coba kamu cari dan pelajari).
Tahap-tahap dakwah Rasulullah SAW secara terang-terangan ini antara lain sebagai berikut :
1) Mengundang kaum kerabat keturunan dari Bani Hasyim, untuk menghadiri jamuan makan dan
mengajak mereka agar masuk Islam. Tetapi karena cahaya hidayah Allah SWT waktu itu belum
menyinari hati mereka, mereka belum menerima Islam sebagai agama mereka. Namun ada 3 orang
kerabat dari kalangan Bani Hasyim yang sebenarnya sudah masuk Islam, tetapi merahasiakan
keislamannya, pada waktu itu dengan tegas menyatakan keislamannya. Mereka adalah Ali bin Abu
2) Rasulullah SAW mengumpulkan para penduduk kota Mekah, terutama yang berada dan
bertempat tinggal di sekitar Ka’bah untuk berkumpul Bukit Shafa, yang letaknya tidak jauh dan
Ka’bah. Rasulullah SAW memberi peringatan kepada semua yang hadir agar segera meninggalkan
penyembahan terhadap berhala-berhala dan hanya menyembah atau menghambakan diri kepada
Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, Pencipta dan Pemelihara alam semesta. Rasulullah SAW juga
menegaskan, jika peringatan yang disampaikannya itu dilaksanakan tentu akan meraih rida Ilahi
bahagia di dunia dan di akhirat. Tetapi apabila peringatan itu diabaikan tentu akan mendapat murka
Menanggapi dakwah Rasulullah SAW tersebut di antara yang hadir ada kelompok yang menolak
disertai teriakan dan ejekan, ada kelompok yang diam saja lalu pulang. Bahkan Abu Lahab, bukan
hanya mengejek tetapi berteriak-teriak bahwa Muhammad orang gila, seraya ia berkata “Celakalah
engkau Muhammad, untuk inikah engkau mengumpulkan kami?” Sebagai balasan terhadap
kutukan Abu Lahab itu turunlah ayat Al- Qur’an yang berisi kutukan Allah SWT terhadap Abu
Lahab, yakni Surat Al-Lahab, 111: 1-5 (coba kamu cari dan pelajari ayat Al-Qur’an tersebut).
Pada periode dakwah secara terang-terangan ini juga telah menyatakan diri masuk Islam dua orang
kuat dari kalangan kaum kafir Quraisy, yaitu Hamzah bin Abdul Muthalib (paman Nabi SAW) dan
Umar bin Khattab. Hamzah bin Abdul Muthalib masuk Islam pada tahun ke-6 dari kenabian
sedangkan Umar bin Khattab (581-644 M), tidak lama setelah sebagian kaum Muslimin berhijrah
3) Rasulullah SAW menyampaikan seruan dakwahnya kepada para penduduk di luar kota Mekah.
Sejarah mencatat bahwa penduduk di luar kota Mekah yang masuk Islam antara lain :
(a) Abu Zar Al-Giffari, seorang tokoh dan kaum Giffar, yang bertempat tinggal di sebelah barat laut
Mekah atau tidak jauh dari laut Merah, menyatakan diri di hadapan Rasulullah SAW masuk Islam.
(b) Tufail bin Amr Ad-Dausi, seorang penyair terpandang dari kaum Daus yang bertempat tinggal
di wilayah barat kota Mekah, menyatakan diri masuk Islam di hadapan Rasulullah SAW.
(c) Dakwah Rasulullah SAW terhadap penduduk Yatsrib (Madinah), yang datang ke Mekah untuk
berziarah nampak berhasil. Berkat cahaya hidayah Allah SWT, para penduduk Yatsrib, secara
bergelombang telah masuk Islam di hadapan Rasulullah SAW. Gelombang pertama tahun 620 M,
telah masuk Islam dari suku Aus dan Khazraj sebanyak 6 orang. Gelombang kedua tahun 621 M,
sebanyak 13 orang dan pada gelombang ketiga tahun berikutnya lebih banyak lagi.
Pada gelombang ketiga ini telah datang ke Mekah untuk berziarah dan menemui Rasulullah SAW,
umat Islam penduduk Yatsrib yang jumlahnya mencapai 73 orang di antaranya 2 orang wanita.
Waktu itu ikut pula berziarah ke Mekah, orang-orang Yatsrib yang belum masuk Islam. Di
antaranya Abu Jabir Abdullah bin Amr, pimpinan kaum Salamah, yang kemudian menyatakan diri
Pertemuan umat Islam Yatsrib dengan Rasulullah SAW pada gelombang ketiga ini, terjadi pada
tahun ke-13 dari kenabian dan menghasilkan Bai’atul Aqabah. Isi Bai’atul Aqabah tersebut
merupakan pernyataan umat Islam Yatsrib bahwa mereka akan melindungi dan membela
Rasulullah SAW. Walaupun untuk itu mereka harus mengorbankan tenaga, harta, bahkan jiwa.
Selain itu, mereka memohon kepada Rasulullah SAW dan para pengikutnya agar berhijrah ke
Yatsrib.
Setelah terjadinya peristiwa Bai’atul Aqabah itu, kemudian Rasulullah SAW menyuruh para
sahabatnya yakni orang-orang Islam yang bertempat tinggal di Mekah, untuk segera berhijrah ke
Yatsrib. Para sahabat Nabi SAW melaksanakan suruhan Rasulullah SAW tersebut. Mereka
berhijrah ke Yatsrib secara diam-diam dan sedikit demi sedikit, sehingga dalam waktu dua bulan
sebanyak 150 orang umat Islam penduduk Mekah telah berhijrah ke Yatsrib.
Sedangkan Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a., dan Ali bin Abu Thalib masih
tetap tinggal di Mekah, menunggu perintah dari Allah SWT untuk berhijrah. Setelah datang
perintah dari Allah SWT, kemudian Rasulullah SAW berhijrah bersama Abu Bakar Ash-Shiddiq
r.a., meninggalkan kota Mekah tempat kelahirannya menuju Yatsrib. Peristiwa hijrah Rasulullah
SAW ini terjadi pada awal bulan Rabiul Awal tahun pertama hijrh (622 M). Sedangkan Ali bin Abu
Thalib, tidak ikut berhijrah bersama Rasulullah SAW, karena beliau disuruh Rasulullah SAW untuk
mengembalikan barang-barang orang lain yang dititipkan kepadanya. Setelah perintah Rasulullah
SAW itu dilaksanakan, kemudian Ali bin Abu Thalib menvusul Rasulullah SAW berhijrah ke
Yatsrib.
Banyak cara dan upaya yang ditempuh para pemimpin Quraisy untuk mencega dakwah nabi
Muhammad, namun selalu gagal, baik secara diplomatic dan bujuk rayu maupun tindakan-tindakan
secara fisik.Puncak dari segala cara itu adalah dengan diberlakukan nya pemboikotan terhadap Bani
Hasyim yang merupakan tempat Nabi Muhammad saw berlindung. Pemboikotan ini berlangsung
selama tiga tahun, dan merupakan tindakan yang paling melemahkan umat islam pada saat itu.
Pemboikotan ini baru berhenti setelah kaum Quroisy menyadari bahwa apa yang mereka lakukan
sangat keterlaluan.
Tekanan dari orang-orang kafir semakin keras terhadap gerakan dakwah Nabi Muhammad
saw, terlebih setelah meninggalnya dua orang yang selalu melindungi dan menyokong Nabi
Muhammad dari orang-orang kafir yaitu, paman beliau, Abu Tholib, dan istri tercinta beliau,
Khodijah. Peristiwa itu terjadi pada tahun kesepuluh kenabian. Tahun ini merupakan tahun
Perjanjian Akabah
Di mekah dakwah Nabi Muhammad saw Mendapat rintangan dan tekanan, pada akhirnya
Nabi memutuskan untuk berdakwah di luar mekah. Namun, di Thaif beliau di caci dan di lempari
batu sampai beliau terluka. Hal ini semua hampir menyebabkan Nabi Muhammad saw. Putus asa,
sehingga untuk menguatkan hati beliau, Allah mengutus dan mengisra’ dan memi’rajkan beliau
pada tahun kesepuluh kenabian itu. Berita tentang isyra’ dan mi’raj ini menggemparkan masyarakat
makkah. Bagi orang kafir, peristiwa ini dijadikan bahan propaganda untuk mendustakan Nabi
Muhammad saw. Sedangakan bagi orang yang beriman ini merupakan ujian keimanan.
Setelah peristiwa isra’ dan mi’raj, suatu perkembangan besar bagi kemajuan dakwah islam
terjadi, yaitu dengan datang nya jumlah penduduk yasrib (madinah) untuk berhaji ke mekah,
mereka berdiri dari dua suku yang saling bermusuhan, yaitu suku Aus dan Khazraj yang masuk
islam dalam tiga gelombang. Pada gelombang pertama pada tahun kesepuluh kenabian, mereka
datang untuk memeluk agama islam dan menerapkan ajarannya sebagai upaya untuk mendamaikan
permusuhan antara kedua suku. Mereka kemudian mendakwahkan Islam di Yastrib. Gelombang
kedua, pada tahun ke-12 kenabian mereka datang kembali menemui nabi dan mengadakan
perjanjian yang dikenal dengan perjanjian “Aqabah pertma”, yang berisi ikrar kesetiaan.
Rombongan ini kemudian ke yatsrib sebagai juru dakwah di sertai oleh Mus’ab bin Umair yang di
utus oleh nabi untuk berdakwah bersama mereka. Gelombang ketiga, pada tahun ke-13 kenabian,
mereka datang kembali kepada nabi untuk hijrah ke yastrib. Mereka akan membai’at nabi sebagai
pemimpin. Nabi pun akhirnya menyetujui usul mereka untuk berhijrah. Perjanjian ini di sebut
Akhirnya Nabi Muhammad bersama kurang lebih 150 kaum muslimin hijrah ke Yatsrib.
Dan ketika sampai disana, sebagai penghormatan terhadap nabi, nama yatsrib di ubah menjadi
Madinah.
Demikian periode Mekah terjadi. Dalam periode ini Nabi Muhammad saw mengalami
hambatan dan kesulitan dalam dakwah Islamiyah. Dalam periode ini Nabi Muhammad saw belum
terfikir untuk menyusun suatu masyarakat Islam yang teratur, karena perhatian Nabi Muhammad
1. Arti Hijrah dan Tujuan Rasulullah SAW dan Umat Islam Berhijrah
Setidaknya ada dua macam arti hijrah yang harus diketahui oleh umat Islam. Pertama hijrah
berarti meninggalkan semua perbuatan yang dilarang dan dimurkai Allah SWT untuk melakukan
Arti kedua hijrah ialah berpindah dari suatu negeri kafir (non-Islam), karena di negeri itu umat
Islam selalu mendapat tekanan, ancaman, dan kekerasan, sehingga tidak memiliki kebebasan dalam
berdakwah dan beribadah. Kemudian umat Islam di negeri kafir itu, berpindah ke negeri Islam agar
Arti kedua dari hijrah ini pernah dipraktikkan oleh Rasulullah SAW dan umat Islam, yakni
berhijrah dari Mekah ke Yastrib pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijrah, bertepatan
Tujuan hijrahnya Rasulullah SAW dan umat Islam dari Mekah (negeri kafir) ke Yastrib (negeri
Islam) adalah:
Menyelamatkan diri dan umat Islam dari tekanan, ancaman dan kekerasan kaum kafri
Quraisy. Bahkan pada waktu Rasulullah SAW meninggalkan rumahnya di Mekah untuk berhijrah
ke Yastrib (Madinah), rumah beliau sudah dikepung oleh kaum Quraisy dengan maksud untuk
membunuhnya.
Agar memperoleh keamanan dan kebebasan dalam berdakwah serta beribadah, sehingga
dapat meningkatkan usaha-usahanya dalam berjihad di jalan Allah SWT, untuk menegakkan dan
Artinya: “Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan
memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. dan Sesungguhnya pahala di akhirat
adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui, (yaitu) orang-orang yang sabar dan hanya kepada
Dakwah Rasulullah SAW periode Madinah berlangsung selama sepuluh tahun, yakni dari
semenjak tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijriah sampai dengan wafatnya Rasulullah SAW,
Materi dakwah yang disampaikan Rasulullah SAW pada periode Madinah, selain ajaran
Islam yang terkandung dalam 89 surat Makiyah dan Hadis periode Mekah, juga ajaran Islam yang
terkandung dalm 25 surat Madaniyah dan hadis periode Madinah. Adapaun ajaran Islam periode
Mengenai objek dakwah Rasulullah SAW pada periode Madinah adalah orang-orang yang
sudah masuk Islam dari kalangan kaum Muhajirin dan Ansar. Juga orang-orang yang belum masuk
Islam seperti kaum Yahudi penduduk Madinah, para penduduk di luar kota Madinah yang termasuk
Rasulullah SAW diutus oleh Allah SWT bukan hanya untuk bangsa Arab, tetapi untuk
Dakwah Rasulullah SAW yang ditujukan kepada orang-orang yang sudah masuk Islam (umat
Islam) bertujuan agar mereka mengetahui seluruh ajaran Islam baik yang diturunkan di Mekah
sehingga mereka betul-betul menjadi umat yang bertakwa. Selain itu, Rasulullah SAW dibantu oleh
para sahabatnya melakukan usaha-usaha nyata agar terwujud persaudaraan sesama umat Islam dan
Mengenai dakwah yang ditujukan kepada orang-orang yang belum masuk Islam bertujuan
agar mereka bersedia menerima Islam sebagai agamanya, mempelajari ajaran-ajarannya dan
mengamalkannya, sehingga mereka menjadi umat Islam yang senantiasa beriman dan beramal
Tujuan dakwah Rasulullah SAW yang luhur dan cara penyampaiannya yang terpuji,
menyebabkan umat manusia yang belum masuk Islam banyak yang masuk Islam dengan kemauan
dan kesadarn sendiri. namun tidak sedikit pula orang-orang kafir yang tidak bersedia masuk Islam,
bahkan mereka berusaha menghalang-halangi orang lain masuk Islam dan juga berusaha
melenyapkan agama Isla dan umatnya dari muka bumi. Mereka itu seperti kaum kafir Quraisy
Setelah ada izin dari Allah SWT untuk berperang, sebagaimana firman-Nya dalam surah Al-
Hajj, 22:39 dan Al-Baqarah, 2:190, maka kemudian Rasulullah SAW dan para sahabatnya menusun
kekuatan untuk menghadapi peperangan dengan orang kafir yang tidak dapat dihindarkan lagi
Artinya: “Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena Sesungguhnya
mereka telah dianiaya. dan Sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu”
Artinya: “Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi)
janganlah kamu melampaui batas, karena Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
Peperangan-peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para pengikutnya itu
tidaklah bertujuan untuk melakukan penjajahan atau meraih harta rampasan pernag, tetapi bertujuan
untuk:
Menjamin kelancaran dakwah, dan memberi kesempatan kepada mereka yang hendak
menganutnya.
Untuk memelihara umat Islam agar tidak dihancurkan oleh bala tentara Persia dan Romawi.
Setelah Rasulullah SAW dan para pengikutnya mampu membangun suatu negar yang merdeka
dan berdaulat, yang berpusat di Madinah, mereka berusaha menyiarkan dan memasyhurkan agama
Islam, bukan saja terhadap para penduduk Jazirah Arabia, tetapi juga keluar Jazirah Arabia, maka
bangsa Romawi dan Persia menjadi cemas dan khawatir kekuaan mereka akan tersaingi. Oleh
karena itu, bangsa Romawi dan bangsa Persia bertekad untuk menumpas dan menghancurkan umat
Islam dan agamanya. Untuk menghadapi tekad bangsa Romawi Persia tersebut, Rasulullah SAW
dan para pengikutnya tidak tinggal diam sehingga terjadi peperangan antara umat Islam dan bangsa
Romawi, yaitu
Perang Mut’ah
Peperangan Mu’tah terjadi sebelah utara lazirah Arab. Pasukan Islam mendapat kesulitan
menghadapi tentara Ghassan yang mendapat bantuan dari Romawi. Beberapa pahlawan gugur
melawan pasukan berkekuatan ratusan ribu orang itu. Melihat kenyataanyang tidak berimbang ini,
Khalid ibn Walid, yang sudah masuk Islam, mengambil alih komando dan memerintahkan pasukan
Selama dua tahun perjanjian Hudaibiyah berlangsung, dakwah Islam sudah menjangkau
seluruh Jazirah Arab dan mendapat tanggapan yang positif. Hampir seluruh Jazirah Arab, termasuk
Hal ini membuat orang-orang Mekah merasa terpojok. Perjanjian Hudaibiyah ternyata
menjadi senjata bagi umat Islam untuk memperkuat dirinya. Oleh karena itu, secara sepihak orang-
Perang Tabuk
Melihat kenyataan ini, Heraklius menyusun pasukan besar di utara Jazirah Arab, Syria, yang
merupakan daerah pendudukan Romawi. Dalam pasukan besar itu bergabung Bani Ghassan dan
Bani Lachmides.
Untuk menghadapi pasukan Heraklius ini banyak pahlawan Islam yang menyediakan diri
siap berperang bersama Nabi sehingga terhimpun pasukan Islam yang besar pula. Melihat besarnya
pasukaDi sini beliau membuat beberapa perjanjian dengan penduduk setempat. Dengan demikian,
daerah perbatasan itu dapat dirangkul ke dalam barisan Islam. Perang Tabuk merupakan perang
Perang Badar
Perang Badar yang merupakan perang antara kaum muslimin Madinah dan kaum musyrikin
Quraisy Mekah terjadi pada tahun 2 H. Perang ini merupakan puncak dari serangkaian pertikaian
yang terjadi antara pihak kaum muslimin Madinah dan kaum musyrikin Quraisy. Perang ini
berkobar setelah berbagai upaya perdamaian yang dilaksanakan Nabi Muhammad SAW gagal.
Tentara muslimin Madinah terdiri dari 313 orang dengan perlengkapan senjata sederhana
yang terdiri dari pedang, tombak, dan panah. Berkat kepemimpinan Nabi Muhammad SAW dan
semangat pasukan yang membaja, kaum muslimin keluar sebagai pemenang. Abu Jahal, panglima
perang pihak pasukan Quraisy dan musuh utama Nabi Muhammad SAW sejak awal, tewas dalam
perang itu. Sebanyak 70 tewas dari pihak Quraisy, dan 70 orang lainnya menjadi tawanan. Di pihak
kaum muslimin, hanya 14 yang gugur sebagai syuhada. Kemenangan itu sungguh merupakan
Artinya: “Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, Padahal kamu adalah
(ketika itu) orang-orang yang lemah. karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu
Orang-orang Yahudi Madinah tidak senang dengan kemenangan kaum muslimin. Mereka
memang tidak pernah sepenuh hati menerima perjanjian yang dibuat antara mereka dan Nabi
Sementara itu, dalam menangani persoalan tawanan perang, Nabi Muhammad SAW
memutuskan untuk membebaskan para tawanan dengan tebusan sesuai kemampuan masing-masing.
Tawanan yang pandai membaca dan menulis dibebaskan bila bersedia mengajari orang-orang Islam
yang masih buta aksara. Namun tawanan yang tidak memiliki kekayaan dan kepandaian apa-apa
Tidak lama setelah perang Badar, Nabi Muhammad SAW mengadakan perjanjian dengan
suku Badui yang kuat. Mereka ingin menjalin hubungan dengan Nabi SAW karenan melihat
kekuatan Nabi SAW. Tetapi ternyata suku-suku itu hanya memuja kekuatan semata.
Sesudah perang Badar, Nabi SAW juga menyerang Bani Qainuqa, suku Yahudi Madinah
yang berkomplot dengan orang-orang Mekah. Nabi SAW lalu mengusir kaum Yahudi itu ke Suriah.
Perang Uhud
Bagi kaum Quraisy Mekah, kekalahan mereka dalam perang Badar merupakan pukulan
berat. Mereka bersumpah akan membalas dendam. Pada tahun 3 H, mereka berangkat menuju
Madinah membawa tidak kurang dari 3000 pasukan berkendaraan unta, 200 pasukan berkuda di
bawah pimpinan Khalid ibn Walid, 700 orang di antara mereka memakai baju besi.
Nabi Muhammad menyongsong kedatangan mereka dengan pasukan sekitar 1000 (seribu)
orang. Namun, baru saja melewati batas kota, Abdullah ibn Ubay, seorang munafik dengan 300
orang Yahudi membelot dan kembali ke Madinah. Mereka melanggar perjanjian dan disiplin
perang.
Meskipun demikian, dengan 700 pasukan yang tertinggal Nabi melanjutkan perjalanan.
Beberapa kilometer dari kota Madinah, tepatnya di bukit Uhud, kedua pasukan bertemu. Perang
dahsyat pun berkobar. Pertama-tama, prajurit-prajurit Islam dapat memukul mundur tentaramusuh
yang lebih besar itu. Pasukan berkuda yang dipimpin oleh Khalid ibn Walid gagal menembus
benteng pasukan pemanah Islam. Dengan disiplin yang tinggi dan strategi perang yang jitu,
pasukan yang lebih kecil itu ternyata mampu mengalahkan pasukan yang lebihbesar.
Kemenangan yang sudah diambang pintu ini tiba-tiba gagal karena godaan harta
peninggalan musuh. Prajurit Islam mulai memungut harta rampasan perang tanpa menghiraukan
gerakan musuh, termasuk didalamnya anggota pasukan pemanah yang telah diperingatkan Nabi
Kelengahan kaum muslimin ini dimanfaatkan dengan baik oleh musuh. Khalid bin Walid
berhasil melumpuhkan pasukan pemanah Islam, dan pasukan Quraisy yang tadinya sudah kabur
berbalik menyerang. Pasukan Islam menjadi porak poranda dan tak mampu menangkis serangan
tersebut. Satu persatu pahlawan Islam gugur, bahkan Nabi sendiri terkena serangan musuh. Perang
Pengkhianatan Abdullah ibn Ubay dan pasukan Yahudi diganjar dengan tindakan tegas.
Bani Nadir, satu dari dua suku Yahudi di Madinah yang berkomplot dengan Abdullah ibn Ubay,
diusir ke luar kota. Kebanyakan mereka mengungsi ke Khaibar. Sedangkan suku Yahudi lainnya,
Perang Khandaq
Perang yang terjadi pada tahun 5 H ini merupakan perang antara kaum muslimin Madinah
melawan masyarakat Yahudi Madinah yang mengungsi ke Khaibar yang bersekutu dengan
masyarakat Mekah. Karena itu perang ini juga disebut sebagai Perang Ahzab (sekutu beberapa
suku).
Pasukan gabungan ini terdiri dari 10.000 orang tentara. Salman al-Farisi, sahabat Rasulullah
SAW, mengusulkan agar kaum muslimin membuat parit pertahanan di bagian-bagian kota yang
terbuka. Karena itulah perang ini disebut sebagai Perang Khandaq yang berarti parit.
Tentara sekutu yang tertahan oleh parit tersebut mengepung Madinah dengan mendirikan
perkemahan di luar parit hampir sebulan lamanya. Pengepungan ini cukup membuat masyarakat
Madinah menderita karena hubungan mereka dengan dunia luar menjadi terputus. Suasana kritis itu
diperparah pula oleh pengkhianatan orang-orang Yahudi Madinah, yaitu Bani Quraizah, dibawah
Namun akhirnya pertolongan Allah SWT menyelamatkan kaum muslimin. Setelah sebulan
mengadakan pengepungan, persediaan makanan pihak sekutu berkurang. Sementara itu pada malam
hari angin dan badai turun dengan amat kencang, menghantam dan menerbangkan kemah-kemah
dan seluruh perlengkapan tentara sekutu. Sehingga mereka terpaksa menghentikan pengepungan
Artinya: “Dan Allah menghalau orang-orang yang kafir itu yang Keadaan mereka penuh
kejengkelan, (lagi) mereka tidak memperoleh Keuntungan apapun. dan Allah menghindarkan
orang-orang mukmin dari peperangan. Dan adalah Allah Maha kuat lagi Maha Perkasa. Dan Dia
menurunkan orang-orang ahli kitab (Bani Quraizhah) yang membantu golongan-golongan yang
bersekutu dari benteng-benteng mereka, dan Dia memesukkan rasa takut ke dalam hati mereka.
sebahagian mereka kamu bunuh dan sebahagian yang lain kamu tawan.” (Q.S. Al-Ahzâb: 25-26)
Perjanjian Hudaibiyah
Pada tahun 6 H, ketika ibadah haji sudah disyariatkan, hasrat kaum muslimin untuk
mengunjungi Mekah sangat bergelora. Nabi SAW memimpin langsung sekitar 1.400 orang kaum
muslimin berangkat umrah pada bulan suci Ramadhan, bulan yang dilarang adanya perang. Untuk
itu mereka mengenakan pakaian ihram dan membawa senjata ala kadarnya untuk menjaga diri,
Sebelum tiba di Mekah, mereka berkemah di Hudaibiyah yang terletak beberapa kilometer dari
Mekah. Orang-orang kafir Quraisy melarang kaum muslimin masuk ke Mekah dengan
Akhirnya diadakanlah Perjanjian Hudaibiyah antara Madinah dan Mekah, yang isinya antara
lain:
1. Selama sepuluh tahun diberlakukan gencatan senjata antara kaum Quraisy penduduk Mekah dan
2. Orang Islam dari kaum Quraisy yang datang kepada umat Islam, tanpa seizin walinya hendaklah
3. Kaum Quraisy, tidak akan menolak orang-orang Islam yang kembali dan bergabung degan mereka
4. Tiap kabilah yang ingin masuk dalam persekutuan dengan kaum Quraisy, atau dengan kaum
5. Kaum Muslimin tidak jadi mengerjakan umrah saat itu, mereka harus kembali ke Madinah, dan
Kaum Muslimin memasuki kota Mekah setelah penduduknya untuk sementara keluar dari
kota Mekah
Kaum Muslimin tidak boleh berada di dalm kota Mekah lebih dari tiga hari-tiga malam.
Tujuan Nabi SAW membuat perjanjian tersebut sebenarnya adalah berusaha merebut dan
menguasai Mekah, untuk kemudian dari sana menyiarkan Islam ke daerah-daerah lain.
2. Apabila suku Quraisy dapat diislamkan, maka Islam akan memperoleh dukungan
yang besar, karena orang-orang Quraisy mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang besar di
Kaum kafir Quraisy mengetahui, bahwa perjanjian Hudaibiyah itu sangat menguntungkan
kaum Muslimin. Umat Islam semakin kuat, karena hampir seluruh semenanjung Arab, termasuk
suku-suku bagsa Arab yang paling selatan telah menggabungkan diri kepada Islam. Sejumlah orang
dari Bani Khuza’ah yang berada di bawah perlindungan Islam. Sejumlah orang dari Bani Khuza’ah
mereka bunuh dan selebihnya mereka cerai-beraikan. Bani Khuza’ah segera mengadu
Mendapat pengaduan seperti itu kemudian Rasulullah SAW dengan 10.000 bala tentaranya
berangkat menuju kota Mekah untuk membebaskan kota Mekah dari para penguasa kafir yang
zalim, yang telah melakukan pembunuhan secara kejam terhadap umat Islam dari Bani Khuza’ah.
Rasulullah SAW sebenarnya tidak menginginkan terjadinya peperanagn, yang sudah tentu
akan menelan banyak korban jiwa. Untuk itu, Rasulullah SAW dan bala tentaranya berkemah di
pinggiran kota Mekah dengan maksud agar kaum kafir Quraisy melihat sendiri, kekuatan besar dari
Taktik Rasulullah SAW seperi itu ternyata berhasil, sehingga dua orang pemimpin Quraisy
yaitu Abbas (paman Rasulullah SAW) dan Abu Sufyan (seorang bangsawan Quraisy yang lahir
tahun 567 M dan wafat tahun 652 M) datang menemuiRasulullah SAW dan menyatakan diri masuk
Islam.
Dengan masuk Islamnya kedua orang pemimpin kaum kafir Quraisy itu, dan bala tentaranya
dapat memasuki kota Mekah dengan aman dan memebebaskan kota itu dari para penguasa kaum
kafir Quraisy yang zalim. Pembebasan kota Mekah ini terjadi pada tahun 8 H secara damai tanpa
Bahkan setelah itu kaum Quraisy berbondong-bondong menyatakan diri masuk Islam,
menerima ajakan Rasulullah dengan kerelaan hati. Kemudian bersama-sama bala tentara Islam
Kaum Muslimin masih menghadapai kaum musyrikin, yang semula bersekutu dengan kaum
kafir Quraisy yang telah masuk Islam itu, yaitu: Bani Saqif, Bani Hawazin, Bani Nasr, dan Bani
Jusyam. Kaum musyrikin tersebut bersatu di bawah pimpinan Malik bin Auf (Bani Nasr) berangkat
menuju Mekah untuk menyerang kaum Muslimin, yang telah menghancurkan behala-berhla yang
mereka sembah.
Perang Hunain
Mendengar berita bahwa kaum musyrikin itu akan menyerang umat Islam, Nabi
mengerahkan kira-kira 12.000 tentara menuju Hunain untuk menghadapi mereka. Pasukan ini
dipimpin langsung oleh beliau sehingga umat Islam memenangkan pertempuran dalam waktu yang
tidak terlalu lama. Dengan ditaklukkannya Bani Tsaqif dan Bani Hawazin, seluruh Jazirah Arab
berada di bawah kepemimpinan Nabi. Rasulullah dan umat Islam memperoleh kemenangan yang
gilang-gemilang.
Artinya: “Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Dan kamu Lihat manusia
masuk agama Allah dengan berbondong-bondong. Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu
dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.” (Q.S. An-
Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat di simpulkan bahwa nabi Muhammad SAW melakukan strategi dakwah
dalam dua bagian yaitu berdakwah secara diam-diam dilingkungan keluarga terdekat.Mula-mula
istrinya,lalu sepupunya Ali bin Abi Thalib kemudian Abu Bakar,Zaid,Ummu aiman,Ustman bin
Ubaidillah bin Jarrah,Al-Arqom bin Abi al-Arqom dll.Mereka di kenal dengan sebutan Assabiqunal
melakukan dakwah secara rahasia,maka turunlah Allah agar melakukan dakwah secara terbuka
dilakukan di Bukit Shafa.Setelah Nabi Muhammad berpidato,kaum Quraisy tidak peduli &
masyarakat.
DAFTAR PUSAKA
http://shikakuyumiki.blogspot.com/2012/10/strategi-dakwah-rasulullah-saw-periode.html
https://8tunas8.wordpress.com/2014/09/22/dakwah-rasulullah-periode-makkah/
http://fildan-arim.blogspot.com/2013/10/dakwah-dan-perjuangan-nabi-muhammad-saw.html
http://kurnia-sp.blogspot.com/2014/11/substansi-dan-strategi-dakwah.html