Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN FLU HONGKONG

Dosen Pembimbing :
Supriliyah Praningsih, S.Kep,Ns

Oleh
Kelompok 6 tingkat 1A

1. Aan Anisyah K.U. (151001001)


2. Adinda Vici Pandulum (151001002)
3. Faradela Sendi (151001013)
4. Faridatul Umroh (151001014)
5. Hasri Provitasari (151001019)
6. Irma Maulinda Damayanti (151001021)
7. Makfiatul Abadyah (151001023)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG
S1 KEPERAWATAN/2A
TAHUN AJARAN 2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmatNya kami
dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Gangguan Hematologi
pada Anak dan Bayi ( THALASEMIA) yang sederhana ini tidak kurang dari pada waktunya.
Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini tidaklah lain untuk memenuhi salah satu
dari sekian kewajiban mata kuliah Sistem Imun Dan Hematologi. Pada kesempatan ini, kami
juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyelesaian makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Demikian pengantar yang dapat kami sampaikan dimana kami pun sadar bawasannya
kami hanyalah manusia yang tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang konstruktif akan senantiasa kami nanti dalam upaya evaluasi diri.
Akhirnya kami hanya bisa berharap, bahwa dibalik ketidak sempurnaan penulisan dan
penyusunan makalah ini memberikan manfaat atau bahkan hikmah bagi kami, pembaca, dan
bagi seluruh mahasiswa-mahasiswi Keperawatan.

Jombang,15 Juli 2016

Kelompok 2
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii
BAB I PEDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG ...................................................................................... 1
1.2.RUMUSAN MASALAH .................................................................................. 2
1.3 TUJUAN .............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. PEGERTIAN THALASEMIA ........................................................................ 2
2.2. EPIDEMIOLOGI ............................................................................................. 2
2.3. ETIOLOGI ....................................................................................................... 3
2.4. MANIFESTASI KLINIS ................................................................................. 3
2.5. PATOFISIOLOGI ............................................................................................ 4
2.6. WOC ................................................................................................................ 5
2.7. PEMERIKSAAN PENUNJANG ..................................................................... 6
2.8. KOMPLIKASI ................................................................................................. 7
2.9. PENATALAKSANAAN MEDIS ................................................................... 7

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORI


3.1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN ................................................................. 8
3.2. DIAGNOSA KEPERAWATAN .................................................................... 15
3.3. RENCANA KEPERAWATAN ...................................................................... 16

BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN


4.1. KASUS ........................................................................................................... 19
4.2. PENGKAJIAN ................................................................................................ 19
4.3. ANALISA DATA ........................................................................................... 24
4.4. INTERVENSI KEPERAWATAN ..................................................................... 26
4.5. IMPLEMENTASI .............................................................................................. 27
4.6. EVALUASI ........................................................................................................ 28
4.7. ANALISA DATA .............................................................................................. 29
4.8. INTERVENSI KEPERAWATAN ..................................................................... 30
4.9. IMPLEMENTASI .............................................................................................. 31
4.10. EVALUASI ...................................................................................................... 32

BAB V PENUTUP
5.1 KESIMPULAN ................................................................................................... 33
5.2 SARAN ............................................................................................................... 33

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 34


BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi
Chikungunya berasal dari bahasa Swahili berdasarkan gejala pada penderita, yang
berarti (posisi tubuh) meliuk atau melengkung, mengacu pada postur penderita yang
membungkuk akibat nyeri sendi hebat (arthralgia). Nyeri sendi ini menurut lembar data
keselamatan (MSDS) Kantor Keamanan Laboratorium Kanada, terutama terjadi pada
lutut, pergelangan kaki serta persendian tangan dan kaki. Selain kasus demam berdarah
yang merebak di sejumlah wilayah Indonesia, masyarakat direpotkan pula dengan
kasus Chikungunya. Gejala penyakit ini termasuk demam mendadak yang mencapai 39
derajat C, nyeri pada persendian terutama sendi lutut, pergelangan, jari kaki dan tangan
serta tulang belakang yang disertai ruam (kumpulan bintik-bintik kemerahan) pada
kulit. Terdapat juga sakit kepala, conjunctival injection dan sedikit fotofobia. Penyakit
ini biasanya dapat membatasi diri sendiri dan akan sembuh sendiri. Perawatan
berdasarkan gejala disarankan setelah mengetepikan penyakit-penyakit lain yang lebih
berbahaya.

2. Etiologi
Virus chikungunya merupakan anggota genus Alphavirus dalam family
Togaviridae. Strain asia merupakan genotype yang berbeda dengan yang di afrika.
Virus Chikungunya disebut juga Arbovirus A Chikungunya Type CHIK, CK. Virus
Chikungunya masuk keluarga Togaviridae, genus alphavirus. Virions mengandung satu
molekul single standed RNA. Virus dapat menyerang manusia dan hewan. Virions
dibungkus oleh lipid membrane, plemorfik, spherical, dengan diameter 70 µm. Pada
permukaan envelope didaptkan glycoprotein spikes (terdiri atas 2 virus protein
membentuk heterodimer). Nucleopapsids isometric dengan diameter 40 µm.
Nyamuk Aedes aegypti berukuran kecil dibanding nyamuk lain, ukuran badan
3-4 mm, berwarna hitam dengan hiasan titik-titik putih dibadannya dan pada kakinya
warna putih melingkar. Nyamuk dapat hidup berbulan-bulan. Nyamuk jantan tidak
menggigit manusia. Hanya nyamuk betina yang menggigit yang diperlukan untuk
membuat telur. Telur nyamuk aedes diletakkan induknya menyebar, berbeda dengan
telur nyamuk lain yang dikeluarkan berkelompok. Nyamuk bertelur di air bersih. Telur
menjadi pupa dalam beberapa minggu. Nyamuk bila terbang hampir tidak
mengeluarkan bunyi sehingga manusia yang diserang tidak mengetahui kehadirannya.
Telur nyamuk Aedes dapat bertahan lama dalam kekeringan (dapat lebih dari 1 tahun).
Virus dapat masuk dari nyamuk ke telur, nyamuk dapat bertahan dalam air yang
chlorinated. Nyamuk Aedes aegypti merupakan vector Chikungunya (CHIK) virus
(alpha virus). Beberapa nyamuk resisten terhadap CHIK virus, namun sebagian
susceptible. Ternyata Susceptbility gen berada di kromosom 3. Vektor Chikunguya di
Asia adalah Aedes aegypti, Aedes albopticus. Di Afrika adalah Aedes furcifer dan
Aedes africanus.

3. Epidemiologi
Chikungunya disebarkan/ditularkan ke manusia oleh gigitan nyamuk aedes
yang terinfeksi oleh virus Chikungunya. Nyamuk terinfeksi dengan virus saat ia
menggigit pasien sakit Chikungunya dan setelah sekitar seminggu, nyamuk dapat
menularkan virus saat ia menggigit orang lain yang sehat. Penyakit tidak dapat
menularkan langsung dari satu orang ke orang lain. Wabah Chikungunya dapat
berjangkit dimana nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albocpictus hidup meliputi daerah
tropis terutama daerah perkotaan.
Penyakit ini pertama sekali dicatat di Tanzania, Afrika pada tahun 1952,
kemudian di Uganda tahun 1963. Di Indonesia, kejadian luar biasa (KLB) Chikungunya
dilaporkan pada tahun 1982, Demam Chikungunya di Indonesia dilaporkan pertama
kali di Samarinda pada tahun 1973, kemudian berjangkit di Kuala Tungkal, Martapura,
Ternate, Yogyakarta (1983), Muara Enim (1999), Aceh dan Bogor (2001). Sebuah
wabah Chikungunya ditemukan di Port Klang di Malaysia pada tahun 1999, selanjutnya
berkembang ke wilayah-wilayah lain. Awal 2001, kejadian luar biasa demam
Chikungunya terjadi di Muara Enim, Sumatera Selatan dan Aceh. Disusul Bogor bulan
Oktober. Setahun kemudian, demam Chikungunya berjangkit lagi di Bekasi (Jawa
Barat), Purworejo dan Klaten (Jawa Tengah). Diperkirakan sepanjang tahun 2001-2003
jumlah kasus Chikungunya mencapai 3.918 jiwa dan tanpa kematian yang diakibatkan
penyakit ini.

4. Patofisiologi
Demam Chikungunya mempunyai masa inkubasi (periode sejak digigit nyamuk
pembawa virus hingga menimbulkan gejala) sekitar 2 hingga 4 hari. Pada saat virus
masuk ke dalam sel secara endositosis virus tersebut menuju sitoplasma dan reticulum
endoplasma. Di dalam sitoplasma terjadi proses sisntesis DNA dan sisntsesis RNA
virus sedangkan di dalam reticulum endoplasma terjai proses sintesis protein virus.
Setetah masa inkubasi tersebut virion matang di sel endothelial di limfonodi, sumsum
tulang, limfa dan sel kuffer, lalu virus tersebut di keluarkan melewati sel membrane
maka virus beredar dalam darah. Demam chikungunya salah satunya dapat
menginfekasi sel hati sehingga sel hati mengalami degenerasi dan dapat menyebabkan
nekrosis pada sel hati tersebut yang akan mempengaruhi metabolisme pada sel hati
yang mempengaruhi peningkatan bilirubin sehingga seseorang yang mengalami demam
ini biasanya terdapat ikterus. Gejala yang paling menonjol pada kasus ini adalah nyeri
pada setiap persendian (poliarthralgia) terutama pada sendi lutut, pergelangan kaki dan
tangan, serta sendi-sendi tulang punggung. Radang sendi yang terjadi menyebabkan
sendi susah untuk digerakkan, bengkak dan berwarna kemerahan. Itulah sebabnya
postur tubuh penderita menjadi seperti membungkuk dengan jari-jari tangan dan kaki
menjadi tertekuk Gejala lain adalah munculnya bintik-bintik kemerahan pada sebagian
kecil anggota badan, serta bercak-bercak merah gatal di daerah dada dan perut. Muka
penderita bisa menjadi kemerahan dan disertai rasa nyeri pada bagian belakang bola
mata. Meskipun gejala penyakit itu bisa berlangsung 3-10 hari (kemudian sembuh
dengan sendirinya), tetapi tidak dengan nyeri sendinya yang bisa berlangsung
berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan.

5. Tanda dan gejala


Demam chikunguya memiliki gejala dan keluhan yang mirip dengan demam dengue
namun lebih ringan dan jarang menimbulkan pendarahan. Adapun tanda dan gejala
demam chikunguya adalah :
- Demam yang timbul mendadak mencapai 39 derajat celcius selama 5 hari.
- Nyeri pada persendian, terutama sendi lutut, pergelangan, jari kaki dan tangan serta
tulang belakang (break-bone fever).
- Pada orang dewasa, gejala nyeri sendi dan otot sangat dominan dan sampai
menimbulkan kelumpuhan sementara karena rasa sakit bila berjalan.
- Ruam kemerahan pada kulit (setelah 3-5 hari)
- Terdapat juga sakit kepala, gejala flu, conjunctiva injection dimana pembuluh
konjungtiva mata akan tampak nyata dan terjadi fotofobia.
- Pembesaran kelenjar getah bening.
- Jarang menyebabkan pendarahan hebat, renjatan (shock) maupun kematian.
(oedarto. 2009. Penyakit menular di Indonesia. Jakarta : Sagung Seto)

6. Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan Laboratorium
 Isolasi Virus (paling akurat)
- 2-5 ml darah dalam minggu I perjalanan penyakit
- Virus CHIK (efek sitopatik) dikonfirmasi dengan antiserum CHIK spesifik
- Hasil didapat dalam 1-2 minggu
 Pemeriksaan Serologi
- 10-15 ml darah pada fase akut (segera setelah onset klinik terjadi) dan pada
fase penyembuhan (10-14 hari) setelah sampel I diambil.
- Pemeriksaan IgM dilanjutkan MAC-ELISA, hasil dalam 2-3 hari
- Reaksi silang sering terjadi, konversi dengan uji neutralisasi dan HIA
- Diagnosa (+):
 Peningkatan antibody 4x pada fase akut dan fase penyembuhan
 Antibody IgM spesifik CHIKV (+)
 Polymerase Chain Reaction (PCR)
- Melalui enzim reserve transcriptase = tes RT-PCR
- Specimen sama dengan untuk isolasi virus
- Hasil didapat dalam 1-2 hari I
6. Komplikasi

- a. Myelomeningoensefalitis
- b. Sindrom guillain Barre
- c. Hepatitis fulminan
- d. Miokarditis
- e. Perikarditis (jarang)
- f. Infeksi asimptomatik sering terjadi dan ini menyebabkan terbentuknya
imunitas terhadap virus (tidak ada serangan kedua).
7. Penatalaksanaan
Demam Chikungunya termasuk ”Self Limiting Disease” atau penyakit yang
sembuh dengan sendirinya. Tak ada vaksin maupun obat khusus untuk penyakit ini.
Pengobatan yang diberikan hanyalah terapi simtomatis atau menghilangkan gejala
penyakitnya. Seperti, obat penghilang rasa sakit atau demam seperti golongan
paracetamol, sebaiknya dihindarkan penggunaan obat sejenis asetosal. Antibiotika
tidak diperlukan pada kasus ini. Penggunaan antibiotika dengan pertimbangan
mencegah infeksi sekunder tidak bermanfaat. Untuk memperbaiki keadaan umum
penderita dianjurkan makan makanan yang bergizi, cukup karbohidrat serta minum
sebanyak mungkin. Perbanyak mengkonsumsi buah-buahan segar atau minum jus buah
segar. Pemberian vitamin peningkat daya tahan tubuh mungkin bermanfaat untuk
penanganan penyakit. Selain vitamin, makanan yang mengandung cukup banyak
protein dan karbohidrat juga meningkatkan daya tahan tubuh. Daya tahan tubuh yang
bagus dan istirahat cukup bisa mempercepat penyembuhan penyakit. Minum banyak
juga disarankan untuk mengatasi kebutuhan cairan yang meningkat saat terjadi demam.

8. Pencegahan
Satu-satunya cara menghindari penyakit ini adalah membasmi nyamuk
pembawa virusnya. Nyamuk ini, senang hidup dan berkembang biak di genangan air
bersih seperti bak mandi, vas bunga, dan juga kaleng atau botol bekas yang menampung
air bersih. Nyamuk bercorak hitam putih ini juga senang hidup di benda-benda yang
menggantung seperti baju-baju yang ada di belakang pintu kamar. Selain itu, nyamuk
ini juga menyenangi tempat yang gelap dan pengap. Mengingat penyebar penyakit ini
adalah nyamuk Aedes aegypti maka cara terbaik untuk memutus rantai penularan
adalah dengan memberantas nyamuk tersebut, sebagaimana sering disarankan dalam
pemberantasan penyakit demam berdarah dengue. Insektisida yang digunakan untuk
membasmi nyamuk ini adalah dari golongan malation, sedangkan themopos untuk
mematikan jentik-jentiknya. Malation dipakai dengan cara pengasapan, bukan dengan
menyemprotkan ke dinding. Hal ini karena Aedes aegypti tidak suka hinggap di
dinding, melainkan pada benda-benda yang menggantung.

Namun, pencegahan yang murah dan efektif untuk memberantas nyamuk ini
adalah dengan cara menguras tempat penampungan air bersih, bak mandi, vas bunga
dan sebagainya, paling tidak seminggu sekali, mengingat nyamuk tersebut berkembang
biak dari telur sampai menjadi dewasa dalam kurun waktu 7-10 hari. Halaman atau
kebun di sekitar rumah harus bersih dari benda-benda yang memungkinkan
menampung air bersih, terutama pada musim hujan seperti sekarang. Pintu dan jendela
rumah sebaiknya dibuka setiap hari, mulai pagi hari sampai sore, agar udara segar dan
sinar matahari dapat masuk, sehingga terjadi pertukaran udara dan pencahayaan yang
sehat. Dengan demikian, tercipta lingkungan yang tidak ideal bagi nyamuk tersebut.
Pencegahan individu dapat dilakukan dengan cara khusus seperti penggunaan obat oles
kulit (insect repellent). Penggunaan baju lengan panjang dan celana panjang juga
dianjurkan untuk dalam keadaan daerah tertentu yang sedang terjadi peningkatan kasus.

BAB III
ASKEP TEORI

3.1 Pengkajian Keperawatan


IDENTITAS KLIEN
Nama : ………………… No. Reg : ……
Umur : …..Tahun Tgl. MRS : ………(Jam…..)
Jenis Kelamin : L/P Diagnosis medis : …………
Suku/Bangsa : ……………………………. Tgl Pengkajian:……(Jam…)
Agama : …………………………….
Pekerjaan : …………………………….
Pendidikan : …………………………….
Alamat : …………………………….
I. RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)
Keluhan utama :
Singkat dan jelas, 2 atau 3 kata yang merupakan keluhan yang membuat pasien meminta
bantuan kesehatan.
Jika pengkajian dilakukan setelah beberapa hari pasien MRS maka keluhan utama diisi
dengan keluhan yang dirasakan saat pengkajian. Misalnya: keluhan utama pada pasien
dengan gangguan sistem pernafasan: sesak nafas, batuk.

I. Riwayat Penyakit Sekarang


Provokatif Qualitas Regio Skala Time ( analisis gejala keluhan utama yang
meliputi awitan, waktu, durasi, karakteristik, tingkat keparahan, lokasi, faktor
pencetus, gejala yang berhubungan dengan keluhan utama, dan faktor yang
menurunkan keparahan).
Merupakan penjelasan dari permulaan klien merasakan keluhan sampai di
bawa ke pelayanan kesehatan. Jika pengkajian dilakukan beberapa hari setelah
pasien rawat inap, maka riwayat penyakit sekarang ditulis dari permulaan pasien
merasakan keluhan sampai kita melakukan pengkajian.

Upaya yang telah dilakukan :


Upaya pasien yang dilakukan untuk mengatasi masalah sebelum dilakukan
pengkajian.

Terapi/operasi yang pernah dilakukan :


Pengobatan/ operasi yang pernah di dapatkan berhubungan dengan kasus sekarang
sebelum Rawat inap di pelayanan kesehatan.

2. Riwayat Kesehatan Terdahulu


Penyakit berat yang pernah diderita : akut, kronis atau fraktur ( semua riwayat
penyakit yang pernah di derita, operasi ).
Obat-obat yang biasa dikonsumsi : obat dengan resep atau dengan bebas atau herbal
( sebutkan jenis dan kegunaannya)
Kebiasaan berobat : pelayanan kesehatan dan non tenaga kesehatan.
Alergi ( makanan, minuman, obat, udara, debu, hewan) sebutkan :
Kebiasaan merokok, minuman ( penambah energy, suplemen
makanan/minuman,alkohol), makanan siap saji.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Penyakit yang dialami satu anggota keluarga, bila merupakan penyakit keturunan,
mengkaji 3 generasi ke atas. Mencangkup setiap kelainan genetic keluarga ( HT,
DM )/ penyakit dengan kecenderungan keluarga ( cancer), penyakit menular
( TBC,Hepatitis, HIV/AIDS ), gangguan psikiatrik ( skizofrenia ) dan penyalah
gunaan obat.
Genogram :
Genogram dituliskan dalam 3 generasi keatas.
Ket : ………………………….

4. Riwayat Kesehatan Lingkungan


Khusus untuk penyakit infeksi/ penyakit yang disebabkan oleh kondisi
lingkungan. Identifikasi lingkungan rumah/ keluarga, pekerjaan atau hobi klien
( yang berhubungan dengan penyakit klien ), fokuskan pada adanya paparan yang
menyebabkan penyakit tersebut (debu, asbestosis, silica atau zat racun lainnya)
tanyakan keadaan lingkungan klien, lingkungan yang penuh (crowded) resiko
peningkatan infeksi pada saluran pernafasan seperti TBC, Virus dll.
II. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda-tanda Vital, TB dan BB :
S : ……°C (SUHU. axial, rectal, oral) N : …. x/menit ( NADI. teratur, tidak teratur,
kuat, lemah) TD : …../…..mmHg (lengan kiri, lengan kanan, berbaring, duduk)
RR : ….x/menit (regular/ irregular)
TB : … cm BB : …. Kg ( cara menghitung berat badan ideal : TB -100 ( ± 10%
dari hasil ).

2. PEMERIKSAAN PER SISTEM


I. Sistem Pernapasan
Anamnesa :
Karakteristik batuk (batuk produktif dan non produktif, serangan batuk kuat dan
hebat), karakteristik sputum (warna, konsistensi, bau), pengobatan yang sudah
dilakukan, sesak nafas, nyeri dada (PQRST), demam, kelemahan, berkeringat
pada malam hari.

Hidung:
Inspeksi: Nafas cuping hidung, Secret / ingus, epistaksis, polip, warna mukosa,
oedem pada mukosa, kebersihan, intak septumnasi, deformitas, naso faringeal
tube, pemberian O2: nasal, masker.
Palpasi: nyeri tekan, adakah fraktur tulang nasal.

Mulut
Inspeksi : mukosa bibir (sianosis), Alat bantu nafas ETT, oro faringeal tube.

Sinus paranasalis
Inspeksi : pemeriksaan sinus paranasalis
Palpasi : nyeri tekan

Leher
Inspeksi : trakheostomi.
Palpasi : Nyeri tekan, adanya massa, pembesaran kelenjar limfe, posisi trachea.

Faring :
Inspeksi : kemerahan, oedem / tanda-tanda infeksi, pseudomembran

Area dada:
Inspeksi: pola nafas, penggunaan otot Bantu pernafasan, rytme dan kedalaman
inspirasi, pergerakan dada simetris/tidak, waktu inspirasi ekspirasi (rasio
inspirasi : ekspirasi/ normalnya 1:2), perbedaan kesimetrisan intercosta kiri dan
kanan, kesimetrisan supraklavikula, bentuk dada ( barrel chest, pigeon chest,
funnelchest, normal, dada cembung atau cekung), trauma dada, pembengkakan,
penyebaran warna kulit, cikatrik.
Palpasi: nyeri tekan, kelainan pada dinding thorax, bengkak (konsistensi, suhu,
denyutan, dapat di gerakkan / tidak), kulit terasa panas, krepitasi, vocal fremitus
melemah / mengeras kanan dan kiri sama atau tidak.
Perkusi : pada daerah anterior posterior ( resonansi diatas seluruh permukaan
paru, pekak di intercoste V kanan, intercoste II-V kiri, tympani di intercoste VI
kanan).
Auskultasi : suara nafas trakeal, bronkial, bronkovesikuler, vesikuler (sesuai
dengan lokasi), ronkhi, wheezing, stridor, pleural friction rub, crakcles.

II. Cardiovaskuler Dan Limfe


Anamnesa: nyeri dada (PQRST), sesak saat istirahat/beraktivitas, tidur dengan
berapa bantal, mudah lelah, diaphoresis, perubahan berat badan, pusing (sesuai
dengan etiologi), tension headache.
Wajah
Inspeksi : sembab, pucat, oedem periorbital, sianosis, pembuluh darah mata
pecah, konjungtiva pucat/tidak.

Leher
Inspeksi : bendungan vena jugularis
Palpasi : Arteri carotis communis (frekuensi, kekuatan, irama), nilai JVP untuk
melihat fungsi atrium dan ventrikel kanan.

Dada
Inspeksi : Pulsasi dada, ictus cordis, bentuk dada sinistra
cembung/cekung.
Palpasi : letak ictus kordis ( ICS 5, 1 cm medial dari garis midklavikula
sinistra) apabila tidak dapat diinspeksi, pergeseran ke arah lateral menunjukkan
pembesaran
Perkusi : batas jantung dengan adanya bunyi redup, apakah terjadi
pelebaran atau pengecilan
Auskultasi : bunyi jantung normal ( BJ 1 dan BJ 2) atau ada kelainan bunyi
jantung (gallop, murmur, friction rub, BJ3(fibrasi pengisian ventrikel),
BJ4(tahanan pengisian ventrikel setelah kontraksi atrium, terdengar antara BJ 1
dan BJ 2)).

Ekstrimitas Atas
Inspeksi : sianosis, clubbing finger, perfusi (merah, pucat
Palpasi : CRT, suhu akral, perfusi (hangat, dingin, kering, basah)
Ekstrimitas Bawah
Inspeksi : Varises, sianosis, clubbing finger, oedem
Palpasi : CRT, pulsasi arteri (iliaka, femoralis, dorsalis pedis), suhu akral, pitting
oedem

III. Hematologi
Perawat melakukan pengkajian dengan teknik inspeksi, auskultasi, palpasi dan
perkusi untuk mengidentifikasi apakah terdapat tanda dan gejala sebagai
berikut :

Kulit.
Kulit akan tampak pucat karena berkurangnya jumlah hemoglobin (anemia);
kemerah-meahan karena menigkatnya jumalah hemoglobin (polisitemia);
jaundis karena penumpukan pigmen empedu yang disebabkan oleh hemolisis
yang cepat atau berlebihan; purpura, peteki, ekkimosis, hematom yang
disebabkan oleh defisiensi hemostatik factor pembeku yang menyebabkan
perdarahan di kulit; ekskoriasi dan pruritus disebabkan oleh garukan pada kulit
karena rasa gatal sekunder terhadap gangguan seperti penyakit Hodgkin dan
peningkatan jumlah bilirubin; ulser pada tungkai disebabkan oleh penyakit sikel
sel terutama terjadi pada bagian maleolus pergelangan kaki; perubahan warna
menjadi kecoklatan disebabkan oleh hemosiderin dan melanin dari eritrosit yang
pecah dan deposit zat besi sekunder terhadap transfuse zat besi yang berlebihan;
sianosis disebabkan oleh penurunan hemoglobin; telengiektasis disebabkan oleh
hiperemik spot disebabkan oleh dilatasi kapiler atau pembuluh darah yang kecil
dan angioma kecil dan cendrung mengalmi perdarahan; angioma disebabkan
oleh tumor benigna pada pembuluh darah atau getah bening; spidernevi
disebabkan oleh dilatasi kapiler-kapiler yang tampak seperti sarang laba-laba,
hal ini berhubungan dengan penyakit liver dan peningkatan kadar estrogen pada
kehamilan.

Kuku.
Pada bagian kuku akan telihat dan teraba rigid memanjang, datar dan cekung
yang disebabkan oleh anemia defisiensi zat besi yang kronik.
Mata.
Bagian-bagian dari mata dapat terlihat jaundis pada sclera yang disebabkan oleh
penumpukan pigmen empedu karena hemolisis yang berlebihan atau cepat;
pucat pada konjungtiva disebabkan karena penurunan jumlah hemoglobin
(anemia); perdarahan pada retina disebabkan oleh trombositopenia dan anemia;
dilatasi vena-vena akibat polisitema.
Mulut.
Sekitar mulut akan terlihat pucat karena penurunan jumlah hemoglobin
(anemia); ulserasi gusi dan mukosa karena anemia berat dan neutropenia;
infiltrasi pada gusi (membengkak, kemerahan, perdarahan) disebabkan oleh
leukemia ; tekstrur lidah halus oleh karena anemia pernicious dan deriseinsi zat
besi.
Kelenjar getah bening.
Teraba lunak karena respon normal terhadap infeksi pada bayi dan anak, adanya
invasi kanker pada orang dewasa, pembesaran akibat infeksi, infiltrasi benda
asing, atau gangguan metabolic terutama lemak.
Dada.
Tampak pelebaran mediastinum karena pembesaran nodus lymph; teraba
tenderness/perlunakan pada seluruh bagian sternal karena kondisi leukemia
yang menyebakan erosi tulang; tenderness sternal local karena myeloma
multiple akibat dari peregangan periosteum; terdengar takikardia karena
mekanisme kompensatori pada anemia untuk meningkatkan kardiak output;
teraba tekanan pols melebat karena mekanisme kompensatori pada anemia
untuk meningkatkan kardiak output dengan meningkatkan volume sekuncup;
terdengar murmur karena biasanya murmur sistolik akan mucul pada anemia
disebabkan oleh peningkatan jumlah dan kecepatan dari viskositas rendah
melalui katup pulmonik; terdengar bruit (terutama karotis) karena kecepatan
dari viskositas darah yang rendah melalui katub pulmoni; angina pectoris karena
peningkatan aliran darah dengan viskositas rendah melalui pembuluh darah;
hipertensi dan bradikardia karena anemia.
Abdomen.
Dari palpasi ditemukan hepatomegali akibat dari leukemia, sirosis atau fibrosis
sekunder terhadap kelebihan zat besi pada sikel sel atau thalasemia;
spenomegali karena leukemia, lymphoma, mononucleosis; dari auskultasi akan
terdengar bruit dan rub akibat infraksi splenik.
System saraf.
Dari hasil pemerisaan sensasi getar, propriosepsi/posisi, nyeri, sentuhan, getaran
dan reflek tendon ditemukan kerusakan fungsi system saraf karena defisiensi
cobalamin atau penekanan dari saraf oleh massa.

III. Pola Konsep Diri


1. CitraTubuh :
Adalah bagaimana sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar.
Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk dan fungsi
penampilan tubuh saat ini dan masa lalu.

2. Ideal Diri :
Bagaimana klien mempersepsi ia harus berperilaku sesuai dengan standar
perilaku.Ideal diri akan mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi.
3. HargaDiri :
Bagaimana penilaian klien terhadap hasil pencaian yang dicapai dengan
menganalisis sejauh mana perilaku yang sesuai dengan ideal diri. Jika individu selau
sukses maka cenderung harga dirinya akan tinggi dan jika mengalami kegagalan
cenderung harga dirinya rendah. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain.
4. Peran Diri :
bagaimana pola, perilaku nilai yang diharapkan klien berdasarkan fungsinya di
dalam masyarakat.

5. Identitas Diri :
Bagaimana kesadaran akan dirinya sendiri yang bersumber dari observasi dan
penilaian yang merupakan sintesis dari semua aspek konsep diri sebagai suatu
kesatuan yang utuh.

IV. Pola Persepsi Tata Laksana Hidup Sehat


1. Bagaimana kebiasaan klien dalam tata cara hidup sehat (pola makan termasuk
Makan buah dan sayur setiap hari, Melakukan aktivitas fisik setiap hari, Tidak
merokok/ tidak konsumsi minuman/makanan beralkohol/ napza , menggunakan air
bersih, Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, Menggunakan jamban sehat).
2. Pemanfaatan sarana dan prasarana kesehatan yang terdekat dalam mengatasi
permasalahan kesehatan ( PKM, Tenaga kesehatan, dukun, alternatif, ramuan obat –
obatan herbal, membeli obat –obat bebas di toko obat/ apotek ).
3. Kebiasaan sehari-hari : mandi, keramas, sikat gigi, memotong kuku, ganti pakaian
dll yang berhubungan dengan pola hidup sehat.

V. Pola Nilai Dan Kepercayaan/ Spiritual


Konsep klien tentang kepercayaan/ keyakinan terhadap Tuhan YME, sumber
kekuatan/ harapan saat sakit. Bagaimana cara yang klien lakukan dalam melaksanakan
pendekatan terhadap Tuhan YME saat sakit. Bagaimana cara klien melaksanakan
kegiatan keagamaannya/ kepercayaannya saat sakit di Rumah Sakit.
Bagaimana budaya untuk mencari pengobatan saat sakit yang berhubungan
dengan nilai kepercayaan dan keagamaan yang dianut. Bagaimana kepercayaan/
keyakinan klien terhadap situasi sakit dan penyebab sakitnya, serta cara
penanganannya/ penanggulangannya .

VI. Pola Mekanisme Koping


Mengkaji bagaimana individu dalam mengahapi persepsi diri yang tidak
menyenangkan terhadap diri klien sendiri atau dalam menghadapi masalah / penyakit
yang sedang di alaminya.
Strategi koping : strategi koping apa yang digunakan klien bila menghadapi masalah.
VII. Hubungan Peran
Bagaimana peran klien dalam masyarakat saat sebelum sakit dan bagaimana
setelah sakit , apakah perannya terganggu ataukah ada yang menggantikan perannya
saat klien sakit.
VIII. Pola Istirahat Tidur
Apa kebiasaan yang dilakukan klien sebelum tidur, berapa lama klien tidur pada siang
hari dan malam hari, kebiasaan klien tidur siang pukul berapa dan tidur malam berapa
lama.
Aktivitas klien sehari
IX. Pola Psikologi
Meliputi reaksi psikologi atau Verbal & Non verbal klien:
Mengamati ekspresi muka, apakah menunjukkan kemarahan, kesedihan, kesakitan, apa
gelisah, melamun, takut, bingung, pendiam, agresif, banyak bicara, bicara lambat atau
menangis, ada perasaan bersalah dan hanya berespon bila ditanya.
Bagaimana respon psikologis yang digunakan : tmenurunkan ketegagangan , Menarik
diri, kecemasan, HDR.
Bagaimana Interaksi klien dengan orang lain. Siapa hubungan klien yang palin dekat /
paling
Bagaimana dukungan keluarga, kelompok dan masyarakat pada klien saat sakit.
Bagaimana interaksi klien dengan perawat, klien di dekatnya dan dokter.

X. Pemeriksaan penunjang
1. Darah tepi :
2. Sumsum tulang (tidak menentukan diagnosis) :
3. Pemeriksaan khusus :
- Hb F meningkat : 20%-90% Hb total
- Elektroforesis Hb : hemoglobinopati lain dan mengukur kadar Hb F.
- Pemeriksaan pedigree: kedua orangtua pasien thalassemia mayor merupakan
trait (carrier) dengan Hb A2 meningkat (> 3,5% dari Hb total).
4. Pemeriksaan lain :
- Foto Ro tulang kepala : gambaran hair on end, korteks menipis, diploe melebar
dengan trabekula tegak lurus pada korteks.
- Foto tulang pipih dan ujung tulang panjang : perluasan sumsum tulang sehingga
trabekula tampak jelas.
- Pemantauan
3.2 Diagnosa Keperawatan
a. Diagnosa Prioritas

1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus (penyakit), ditandai dengan


suhu tubuh meningkat (> 37,5°C), kulit tampak kemerahan, kulit teraba panas.

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai


dengan penurunan tekanan darah, penurunan volume nadi, penurunan turgor kulit,
membrane mukosa kering, kulit kering, peningkatan hematokrit, terdapat haus
yang berlebihan.

3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis ditandai dengan: klien
tampak meringis, klien tampak melindungi area tubuh yang nyeri, klien
melaporkan nyeri secara verbal.

4. Nausea berhubungan dengan toksin virus ditandai dengan : adanya peningkatan


salivasi, keengganan terhadap makanan, malaporkan mual secara verbal.

b. Diagnose lain

5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakmampuan menelan makanan ditandai dengan BB berkurang > 20%,
porsi makan berkurang.
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan gangguan fisik ditandai dengan
perubahan pola tidur normal,klien mengatakan kurang istirahat.
7. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kendali otot ditandai
dengan keterbatasan pergerakan sendi
8. Hambatan berjalan berhubungan dengan nyeri ditandai dengan ketidakmampuan
untuk berjalan di tempat tertentu.
9. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan ditandai
dengan pasien gelisah, takut, khawatir.
10. PK Infeksi

3.3 Rencana Keperawatan


1. Perubahan Perfusi jaringan berhubungan dengan Rendahnya eritrosit dan Suplai
oksigen yang menjadi kurang.
- Tujuan :
klien mampu mempertahankan perfusi jaringan adekuat
- Kriteria hasil :
Nadi perifer teraba, kulit hangat atau kering, tidak terjadi sianosis
- Intervensi :

 Awasi tanda vital, palpasi nadi perifer.


Rasional : Indikator umum status sirkulasi dan keadekuatan sirkulasi

 Lakukan pengkajian neurofaskuler periodik, misalnya sensasi, gerakan nadi,


warna kulit atau suhu
Rasional:Untuk mengetahui status kesadaran klien

 Berikan oksigenasi sesuai dengan indikasi


Rasional:Untuk mensuplai kebutuhan organ tubuh
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbanngan antara suplai oksigen
dan kebutuhan
- Tujuan :
klien mampu melakukan aktivitas sehari-hari
- Kriteria hasil :
anak bermain dan beristirahat dengan tenang serta dapat melakukan aktivitas sesuai
kemampuan
- Intervensi :

 Kaji toleransi fisik anak dan bantu anak dalam aktivitas sehari-hari yang melebihi
toleransi anak
Rasional: Menetapkan kemampuan atau kebutuhan pasien

 Berikan anak aktivitas pengalihan misalnya bermain


Rasional: Aktivitas pengalihan dapat membantu anak melakukan aktivitas sesuai
kemampuan

 Berikan anak periode tidur dan istirahat sesuai kondisi dan usia
Rasional: Istirahat yang cukup berguna untuk mempercepat pemulihan kebutuhan
anak
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Penekanan ruang
abdomen
- Tujuan :
Klien mampu Menunjukkan adanya peningkatan berat badan,
- Kriteria hasil :
Nafsu makan anak meningkat dan Anak mengkonsumsi jumlah makanan yang
bernutrisi
- Intervensi :

 Berikan makanan yang bergizi (TKTP)


Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan tubuh, untuk mempercepat pemulihan

 Berikan minuman yang bergizi pada anak misalnya susu


Rasional : Untuk memenuhi kekurangan kalori

 Berikan anak porsi makan yang sedikit tapi dengan lauk yang bervariasi misalnya:
pagi telur siang daging
Rasional : Merangsang nafsu makan

 Berikan suplement atau vitamin pada anak


Rasional : Memudahkan absorbsi makanan

 Berikan lingkungan yang menyenangkan, bersih dan rileks pada saat makan
misalnya makan ditaman
Rasional : Meningkatkan nafsu makan anak

 Kolaborasi berikan pengikat zat besi (desferoxamine) Selama 10 jam 5x seminggu


Rasional : Karena transfusi itu sendiri menyebabkan kelebihan zat besi sehingga
perlu pemberian pengikat zat besi

 Kolaborasi berikan Vitamin C 100-250 mg sehari selama pemberian kelasi besi


Rasional : Untuk meningkatkan efek kelasi besi

 Kolaborasi berikan Asam folat 2-5 mg / hari


Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat

 Kolaborasi Vitamin E 200-400 IU setiap hari


Rasional : Sebagai anti oksidan dan dapat memperpanjang umur sel darah merah
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Chikungunya adalah penyakit yang disebabkan oleh virus chikungunya yang
disebarkan ke manusia melalui gigitan nyamuk. Sebagai penyebar penyakit adalah nyamuk
Aedes aegypti; juga dapat oleh nyamuk Aedes albopictus. Nama penyakit berasal dari bahasa
Swahili yang berarti “yang berubah bentuk atau bungkuk”, mengacu pada postur penderita
yang membungkuk akibat nyeri sendi yang hebat Masa inkubasi berkisar 1-4 hari, merupakan
penyakit yang self-limiting dengan gejala akut yang berlangsung 3-10 hari. Virus chikungunya
merupakan anggota genus Alphavirus dalam family Togaviridae. Strain asia merupakan
genotype yang berbeda dengan yang di afrika. Virus Chikungunya disebut juga Arbovirus A
Chikungunya Type CHIK, CK.
Masa inkubasi dari demam Chikungunya 2-4 hari. Viremia dijumpai kebanyakan dalam
48 jam pertama, dan dapat dijumpai sampai 4 hari pada beberapa pasien.
B. SARAN
Kami sebagai penyusun makalah menyadari akan keterbatasan kemampuan yang kami
miliki sehinga menyebabkan kekurang, kesempurnaan dalam menyusun makalah ini, baik dari
segi isi maupun materi, bahasa dan lain sebagainya. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan-perbaikan selanjutnya agar makalah
selanjutnya dapat lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

S, Das AK. Chikungunya. JAPI: 2006; 54: 725-727.


WHO. Guidelines on Clinical Management on Chikungunya Fever. October 2008. Widodo, Djoko. 2007.
Diagnosis dan PenatalaksanaanChikungunya.
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM. Wilson Mary. Chikungunya on Three Continents.
(Online). ( http://infectious-diseases.jwatch . org/cgi/content/full/ 2008/227/2 , diakses 26 Pebruari 2009
).
Yulvi H. Rapid Detection of Chikungunya Virus by PCR. USU Repository 2006
Budiarto, Eko. 2002 . Pengantar Epidemiologi. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai