Anda di halaman 1dari 7

Nama : Ayu Shandra Sasqia

NIM : 1603431
Kelas : 7A PGSD

MODEL PEMBELAJARAN YANG SESUAI DENGAN KURIKULUM 2013


Pembelajaran merupakan proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka. Potensi yang dimaksud adalah potensi
pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Melalui pembelajaran diharapkan ketiga potensi tersebut
akan semakin meningkat. Peningkatan potensi tersebut akan sangat diperlukan peserta didik
dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam lingungan keluarga, sekolah, dan dalam lingkungan
masyarakat. Karena itu guru sebagai pembelajar harus mampu merencanakan dan melaksanakan
pembelajaran yang tepat bagi peserta didik.
Pada masa sekarang peserta didik tidak lagi dianggap sebagai objek. Mereka bukanlah
benda mati yang dapat dijejali dengan teori-teori yang sudah disiapkan oleh guru. Peserta didik
juga bukan manusia yang pasif yang tidak tahu apa-apa. Mereka sebenarnya memiliki ketiga
potensi tersebut. Apalagi sejak diberlakukannya Kurikulum Berbasis Kompetensi peserta didik
sudah menjadi subjek dalam pembelajaran. Kurikulum tersebut dirasa masih kurang mampu
mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik, maka pada saat ini pemerintah menetapkan
Kurikulum 2013.
Beberapa model pembelajaran yang sesuai dengan Kurikulum 2013 antara lain model
pembelajaran penemuan (discovery learning), model pembelajaran berbasis masalah (problem
based learning), dan model pembelajaran berbasis projek (project based learning). Ketiga model
pembelajaran di atas menuntut partisipasi aktif peserta didik.
1. Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning)
Dalam model pembelajaran penemuan peserta didik harus mengerahkan seluruh
keterampilan dan pikirannya untuk mendapatkan temuan-temuan. Dalam model pembelajaran
penemuan ini peserta didik dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi,
membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan
serta membuat kesimpulan-kesimpulan. Guru harus memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh
yang dijumpai dalam kehidupan. Dengan banyak berbuat, peserta didik akan menguasainya,
menerapkan serta menemukan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya. Jadi pada dasarnya
Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya
tidak diketahui. Masalah yang dihadapi siswa atau peserta didik dalam model pembelajaran ini
adalah semacam masalah yang secara sengaja direkayasa oleh guru untuk mendukung proses
pembelajaran bukan masalah yang memang secara alami ada.
Tiga ciri utama belajar dengan Model Pembelajaran Discovery Learning atau
Penemuan yaitu: (1) mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan,
menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan; (2) berpusat pada peserta didik; (3) kegiatan
untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada.
Berikut ini langkah-langkah dalam mengaplikasikan model discovery learning di kelas.
a. Menentukan tujuan pembelajaran.
b. Melakukan identifikasi karakteristik siswa peserta didik (kemampuan awal, minat, gaya
belajar, dan sebagainya).
c. Memilih materi pelajaran
d. Menentukan topik-topik yang harus dipelajarisiswapeserta didiksecara induktif (dari
contoh-contoh generalisasi)
e. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan
sebagainya untuk dipelajarisiswapeserta didik
f. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke
abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik.
g. Melakukan penilaian proses dan hasil belajarsiswapeserta didik.

2. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning)


Dalam model pembelajaran berbasis masalah peserta didik harus mengembangkan
keterampilannya untuk memecahkan masalah dan berpikir kritis sekaligus membangun
pengetahuan baru. Peserta didik bekerja sama dalam kelompok untuk memecahkan masalahnya.
Model ini merangsang peserta didik untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata.
Disamping mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, pembelajaran berbasis masalah
juga mendorong peserta didik belajar berkolaborasi. Pemecahan masalah sangat membutuhkan
kerjasama dan sharing antarteman. Penelitian adalah inti dari pembelajaran berbasis masalah.
Karena itu guru harus mengupayakan agar semua peserta didik aktif terlibat dalam sejumlah
kegiatan penelitian. Hasil-hasil penelitian ini dapat menghasilkan penyelesaian masalah.
Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam Kurikulum 2013 memiliki
tahapan sebagai berikut:
a. Orientasi peserta didik terhadap masalah
Pada tahap ini, guru harus menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitas yang akan
dilakukan agar peserta didik tahu apa tujuan utama pembelajaran, apa permasalahan yang
akan dibahas, bagaimana guru akan mengevaluasi proses pembelajaran. Hal ini untuk
memberi konsep dasar kepada peserta didik. Guru harus bisa memberikan motivasi
peserta didik untuk terlibat aktif dalam pemecahan masalah yang dipilih.
b. Mengorganisasikan peserta didik
Pada tahap ini, guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas
belajar yang berhubungan dengan masalah yang telah diorientasi, misalnya membantu
peserta didik membentuk kelompok kecil, membantu peserta didik membaca masalah
yang ditemukan pada tahap sebelumnya, kemudian mencoba untuk membuat hipotesis
atas masalah yang ditemukan tersebut.
c. Membimbing penyelidikan individu dan kelompok
Pada tahap ini, guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi sebanyak-
banyaknya, melaksanakan eksperimen, menciptakan dan membagikan ide mereka sendiri
untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Pada tahap ini guru membantu peerta didik dalam menganalisis data yang telah terkumpul
pada tahap sebelumnya, sesuaikah data dengan masalah yang telah dirumuskan, kemudian
dikelompokkan berdasarkan kategorinya. Peserta didik memberi argumen terhadap
jawaban pemecahan masalah. Karya bisa dibuat dalam bentuk laporan, video, atau model.
e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Pada tahap ini, guru meminta peserta didik untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas
yang telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya. Guru dan peserta didik
menganalisis dan mengevaluasi terhadap pemecahan masalah yang dipresentasikan setiap
kelompok.
3. Model pembelajaran berbasis projek (Project Based Learning)
Sedangkan model pembelajaran berbasis projek menfokuskan aktivitas peserta didik
untuk melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan pemanfaatan informasi untuk
menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Karena peserta didik memiliki gaya belajar yang
berbeda maka pembelajaran berbasis projek memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
menggali materi dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya dalam
melakukan eksprerimen kolaboratif. Peran guru dalam pembelajaran berbasis projek adalah
sebagai fasilitator, pelatih, penasehat, dan perantara. Hal itu dimaksudkan untuk mendapatkan
hasil yang optimal sesuai dengan daya imajinasi, kreasi dan inovasi peserta didik. Pembelajaran
berbasis projek dapat member peluang pada peserta didik untuk bekerja mengktruk tugas yang
diberikan guru sehinngga dapat menghasilkan produk.
Tujuan pembelajaran berbasis projek adalah sebagai berikut.
a. Memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru dalam pembelajaran.
b. Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pemecahan masalah.
c. Membuat peserta didik lebih aktif dalam memecahkan masalah yang kompleks.
d. Mengembangkan dan meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber
bahan dan alat untuk menyelesaikan tugas.
e. Meningkatkan kolaborasi peserta didik khususnya dalam pembelajaran berbasis projek.
Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)
sebagai berikut.
a. Penentuan pertanyaan mendasar (Start With the Essential Question).
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat
memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas. Mengambil topik yang
sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam.
Pengajar berusaha agar topik yang diangkat relevan untuk para peserta didik.
b. Mendesain perencanaan proyek (Design a Plan for the Project)
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta didik. Dengan
emikian peserta didik diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut.
Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam
menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek yang
mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu
penyelesaian proyek.
c. Menyusun jadwal (Create a Schedule)
Pengajar dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam
menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) membuat timeline untuk
menyelesaikan proyek, (2) membuat deadline penyelesaian proyek, (3) membawa peserta
didik agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing peserta didik ketika mereka
membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (5) meminta peserta didik
untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara.
d. Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the Progress of
the Project)
Pengajar bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta
didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara menfasilitasi
peserta didik pada setiap roses. Dengan kata lain pengajar berperan menjadi mentor bagi
aktivitas peserta didik. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik yang
dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting.
e. Menguji hasil (Assess the Outcome)
Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar dalam mengukur ketercapaian
standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing- masing peserta didik, memberi
umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu
pengajar dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
f. Mengevaluasi pengalaman (Evaluate the Experience)
Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik melakukan refleksi
terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik
secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk
mengungkapkan perasaan dan pengalamanya selama menyelesaikan proyek. Pengajar dan
peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses
pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk
menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran.

Selain tiga model pembelajaran diatas masih banyak model pembelajaran yang lain yang
sesuai dengan kurikulum 2013 yang dapat memacu peserta didik untuk aktif, giat, dan
bekerjasama dengan teman sejawatnya. Memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai
merupakan keharusan bagi guru karena akan dapat membantu mewujudkan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai.
DAFTAR PUSTAKA

https://ainamulyana.blogspot.com/2016/06/model-pembelajaran-berbasis-proyek.html

https://www.kompasiana.com/suryaningsihwardana/54f683a3a33311e6048b4f14/model-
pembelajaran-problem-based-learning-dalam-kurikulum-2013

https://www.kajianpustaka.com/2017/09/metode-pembelajaran-penemuan-discovery-
learning.html

Anda mungkin juga menyukai