Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit merupakan bagian penting dari sistem


kesehatan. Rumah sakit menyediakan pelayanan kuratif komplek,
pelayanan gawat darurat, pusat alih pengetahuan dan teknologi dan
berfungsi sebagai pusat rujukan. Rumah sakit harus senantiasa
meningkatkan mutu pelayanan sesuai dengan harapan pelanggan
untuk meningkatkan kepuasan pemakai jasa.
Dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit, Pasal 29 huruf b menyebutkan bahwa rumah sakit wajib
memberikan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti
diskriminasi dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien
sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit, kemudian pada Pasal
40 ayat (1) disebutkan bahwa dalam upaya peningkatan mutu
pelayanan rumah sakit wajib dilakukan akreditasi secara berkala
minimal tiga tahun sekali. Dari undang-undang tersebut diatas
akreditasi rumah sakit penting untuk dilakukan dengan alasan agar
mutu dan kualitas diintegrasikan dan dibudayakan ke dalam sistem
pelayanan di rumah sakit ( Depkes, 2009 ).
Proses akreditasi dirancang untuk meningkatkan budaya
keselamatan dan budaya kualitas di rumah sakit, sehingga senantiasa
berusaha meningkatkan mutu dan pelayanannya. Melalui proses
akreditasi salah satu manfaatnya rumah sakit dapat meningkatkan
kepercayaan masyarakat bahwa rumah sakit menitikberatkan
sasarannya pada keselamatan pasien dan mutu pelayan.

1
Standar akreditasi rumah sakit merupakan upaya Kementrian
Kesehatan RI menyediakan suatu perangkat yang mendorong rumah
sakit senantiasa meningkatkan mutu dan keamanan pelayanan.
Dengan demikian rumah sakit harus menerapkan standar akreditasi
rumah sakit, termasuk standar-standar lain yang berlaku bagi rumah
sakit sesuai dengan penjabaran dalam Standar Akreditasi Rumah
Sakit edisi 2011. Sesuai dengan standar akreditasi rumah sakit,
sebagai bagian peningkatan kinerja, rumah sakit secara teratur
melakukan penilaian terhadap isi dan kelengkapan berkas rekam
medis pasien ( Depkes, 2011 ).
Pelayanan yang bermutu bukan hanya pada pelayanan
medis saja, tetapi juga pada penyelenggaraan rekam medis yang
menjadi salah satu indikator mutu pelayanan rumah sakit yang dapat
diketahui melalui kelengkapan pengisian rekam medis. Rekam medis
merupakan berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan
lain yang telah diberikan kepada pasien. Pemanfaatan rekam medis
dapat dipakai sebagai pemeliharaan kesehatan dan pengobatan
pasien, alat bukti dalam proses penegakan hukum, keperluan
pendidikan dan penelitian, dasar pembayar biaya pelayanan
kesehatan dan data statistik kesehatan ( Depkes, 2008 ).
Sesuai dengan standar akreditasi rumah sakit, sebagai
bagian peningkatan kinerja, rumah sakit secara teratur melakukan
penilaian terhadap isi dan kelengkapan berkas rekam medis pasien (
Depkes, 2011 ). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di
Unit Rekam Medis Rumah Sakit H.L Manambai Abdulkadir, rumah
sakit telah melaksanakan akreditasi pada tahun 2018 lulus tingkat
utama yaitu termasuk Rekam Medis, dari tahun sebelumnya masih
terjadi permasalahan mengenai penyelenggaraan rekam medis. Data
yang diperoleh dari panitia rekam medis yang secara rutin telah
melakukan evaluasi standar pelayanan minimal dan evaluasi indikator

2
mutu pelayanan didapatkan hasil persentase kelengkapan pengisian
rekam medis pasien sebesar 70% dan persentase ketidaklengkapan
pengisian rekam medis sebesar 30%, dari gambaran tersebut terjadi
permasalahan penyelenggaraan rekam medis yang belum sesuai
dengan standar baik pada standar pelayanan minimal ataupun
indikator mutu pelayanan yang seharusnya tercapai 100% untuk
kelengkapan pengisian rekam medis.
Penyelenggaraan rekam medis yang belum memenuhi
standar inilah perlu dilakukan mengevaluasi penyelenggaraan rekam
medis dalam pemenuhan standar akreditasi rumah sakit. Dari latar
belakang diatas maka penulis melakukan analisa peningkatan mutu
kelengkapan pengisian berkas rekam medis rawat inap di RSUD
Provinsi H.L Manambai abdulkadir Sumbawa besar dalam
pemenuhan standar akreditasi rumah sakit.

B. Tujuan
Mengaktualisasikan nilai–nilai dasar ASN yang terkandung dalam
melaksanakan pelayanan rekam medis dan dalam upaya peningkatan
mutu pelayanan rekam medis dalam menunjang akreditasi rumah
sakit di Rumah Sakit H.L Manambai Abdulkadir Sumbawa Besar

1. Untuk membentuk Aparatur Sipil Negara (ASN) perekam medis


yang profesional.
2. Menjadikan nilai-nilai dasar ASN (Akuntabilitas, Nasionalisme,
Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi) sebagai dasar
dalam peningkatan mutu pelayanan rekam medis dalam
menunjang Akreditasi Rumah Sakit.
3. Untuk meningkatkan mutu pelayanan rekam medis di RSUD
Provinsi H.L Manambai AbdulKadir Sumbawa Besar.
4. Untuk meningkatkan rasa tanggung jawab dan kepedulian
petugas dalam melaksanakan tugasnya.
5. Menjaga kelengkapan, kerahasiaan dan keamanan rekam medis

3
C. Ruang Lingkup
Aktualisasi ini disusun sesuai dengan SKP (Sasaran Kerja
Pegawai) sesuai dengan jabatan untuk Perekam Medis bagian
assembling. Hal ini tercantum dalam Tugas Pokok Dan Fungsi
Perekam Medis sebagai berikut:
1. Berkas rekam medis yang telah selesai dari ruangan, segera dikembalikan ke Unit
Rekam Medis dengan menggunakan buku pengembalian.
2. Petugas memeriksa berkas rekam medis yang kembali dengan buku pengembalian
(sesuai atau tidak).
3. Berkas rekam medis diperiksa kelengkapannya, termasuk keberadaan rontgennya.
4. Petugas memeriksa kebenaran nomor RM di berkas RM, sampul dan rontgen
pasien.
5. Lembaran-lembaran rekam medis diperiksa melalui formulir Assembling.
6. Apabila ada berkas rekam medis yang tidak lengkap, dikembalikan ke ruangan
perawatan untuk dilengkapi
7. Berkas yang sudah lengkap diinput dikomputer

4
BAB II
PENETAPAN ISU

A. Identifikasi Isu
Isu adalah sebuah masalah yang muncul akibat dari kesenjangan
antara realita (kondisi saat ini) dengan kondisi ideal (harapan para
stakeholder). Rancangan aktualisasi ini dimulai dengan
mengidentifikasi isu yang muncul pada instansi kerja penulis di
Instalasi Rekam Medis RSUD Provinsi NTB. Isu-isu yang ditemukan
oleh penulis antara lain sebagai berikut:
1. Kualifikasi dan kompetensi staf pendaftaran pasien rawat jalan
dan di Rumah Sakit H.L Manambai Abdulkadir Sumbawa Besar
belum sesuai dengan tugas pokok dan fungsi di bidang
tersebut.(A)
2. Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) di Rumah Sakit H.L
Manambai Abdulkadir Sumbawa Besar belum berjalan.(B)
3. Rendahnya kelengkapan pengisian formulir-formulir rekam medis
pasien rawat inap di Rumah Sakit H.L Manambai Abdulkadir
Sumbawa Besar.(C)
4. Pengembalian berkas rekam medis dari ruang rawat inap tidak
tepat waktu atau lebih dari 1x24 jam setelah pasien pulang.(D)
5. Pasien tidak membawa kartu identitas atau tanda pengenal
sehingga terjadi kasus double nomor rekam medis dan tidak
akuratnya data sosial pasien.(E)

B. Analisis Dan Pemilihan Isu


Untuk menentukan isu mana yang akan diangkat dari isu-isu
yang muncul tersebut, maka digunakan alat penetapan isu
berdasarkan APKL (Aktual, Problematik, Kekhalayakan, Layak).

5
Aktual artinya benar-benar terjadi dan sedang terjadi. Problematik
artinya sebuah isu memiliki permasalahan yang kompleks sehingga
butuh dicarikan solusi permasalahannya. Kekhalayakan artinya isu
yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Layak artinya isu yang
diangkat realistis dan masuk akal untuk dipecahkan masalahnya.

Tabel 2.1 Analisis Penentuan Isu Dengan APKL


No Isu Kriteria Isu Total Rangking
A P K L Skor
1 A 4 3 4 3 14 4
2 B 3 2 3 4 12 5
3 C 5 5 4 4 18 1
4 D 4 5 4 4 17 2
5 E 4 5 3 3 15 3

Keterangan:
A : Aktual,
P : Problematik,
K : Kekhalayakan,
L : Layak
Berdasarkan hasil dari analisa isu menggunakan metode APKL
(Aktual, Problematik, Kekhalayakan, Layak) diatas, terdapat 3 buah
isu yang memenuhi kriteria. Diantaranya yaitu:
1. Rendahnya kelengkapan pengisian formulir-formulir rekam medis
pasien rawat inap di Rumah Sakit H.L Manambai Abdulkadir
Sumbawa Besar. (C)
2. Pengembalian berkas rekam medis dari ruang rawat inap tidak
tepat waktu atau lebih dari 1x24 jam setelah pasien pulang. (D)
3. Pasien tidak membawa kartu identitas atau tanda pengenal
sehingga terjadi kasus double nomor rekam medis dan tidak
akuratnya data sosial pasien. (E)
Dari ketiga isu tersebut, akan dilakukan analisa penetapan
prioritas isu menggunakan metode USG (Urgency, Seriousness dan

6
Growth). Urgency artinya seberapa mendesaknya suatu isu untuk
segera dibahas, dianalisis dan ditindak lanjuti. Seriousness artinya
seberapa serius suatu isu untuk segera dibahas dikaitkan dengan
akibat yang akan ditimbulkan. Growth adalah seberapa besar
kemungkinan memburuknya isu tersebut jika tidak ditangani segera.
Adapun analisa isu berdasarkan USG ditampilkan pada Tabel 2.2

Tabel 2.2 Pemilihan Isu Berdasarkan Kriteria USG


No Isu U S G Total Prioritas
1 C 5 4 5 14 1
2 D 4 4 3 12 2
3 E 5 3 3 11 3

Keterangan:
U :Urgency Skor 5 : sangat USG
S :Seriousness Skor 4 : USG
G :Growth Skor 3 : cukup USG
Skor 2 : kurang USG
Skor 1 : tidak USG

Berdasarkan analisis isu menggunakan kriteria USG diatas


dapat disimpulkan bahwa isu nomor 1 yaitu “Rendahnya kelengkapan
pengisian formulir-formulir rekam medis pasien rawat inap di Rumah
Sakit H.L Manambai Abdulkadir Sumbawa Besar”, mendapatkan
jumlah terbesar sehingga menjadi prioritas utama yang akan
dipecahkan permasalahannya. Kelengkapan pengisian formulir-
formulir rekam medis merupakan hal yang sangat mendesak karena
sangat mempengaruhi secara langsung mutu pelayanan rekam medis
khususnya ketepatan waktu pengembalian dan distribusi rekam
medis.
Isu tersebut juga berdampak serius (Seriousness) karena jika
tidak segera ditangani akan mengganggu proses filling dan distribusi
rekam medis. Jika isu tersebut tidak segera ditangani maka akan

7
meningkatkan (Growth ) angka keterlambatan penyediaan berkas
rekam medis pasien rawat jalan, rawat darurat, maupun rawat inap.

C. Pemecahan Isu
Isu yang telah didapatkan memiliki dampak yang serius apabila
tidak diselesaikan dengan segera. Beberapa rencana kegiatan yang
dilakukan untuk memberikan solusi pemecahan isu tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Melakukan penerimaan berkas rekam medis dengan buku
ekspedisi pengembalian berkas rekam medis.
2. Melakukan penyusunan formulir rekam medis.
3. Melakukan analisa kelengkapan pengisian formulir berkas
rekam medis rawat inap.
4. Membuat buku register ketidaklengkapan pengisian formulir
rekammedis rawat inap
5. Sosialisasi kelengkapan pengisian formulir rekammedis rawat
inap ke unit terkait.
6. Melakukan evalusi kelengkapan pengisian rekam medis rawat
inap.
7. Membuat kartu penegendali berkas rekam medis

8
BAB III
RANCANGAN AKTUALISASI

A. Deskripsi Organisasi
1. Nama Organisasi
Instalasi Rekam Medis dipimpin oleh seorang kepala Instalasi
Rekam Medis bertanggung jawab kepada kasie penunjang medis, kepala
ruangan dan perlengkapan. Instalasi Rekam Medis RS H. L. Manambai
Abdulkadir adalah suatu unit yang mempunyai kegiatan pelayanan yang
meliputi : penerimaan pasien, pencatatan kegiatan rekam medis,
pengelolaan data rekam medis, serta penelitian dan pengembangan. Untuk
struktur organisasinya lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan di bawah
ini.
Table 3.1 Struktur Organisasi Instalasi Rekam Medik Rumah
Sakit H.L Manambai Abdulkadir Sumbawa Besar

Direktur

Kepala Bidang

Kepala Kasie Penunjang

Kepala Ruangan

Asembling Koding Indeksing Pelaporan

Filling TPPRJ TPPRI / UGD PORTER BRM Korespondensi RM

9
2. Visi, Misi dan Nilai Dasar Organisasi
Visi Mewujudkan unit rekammedis yang berkualitas
dalam pelayanan sesuai standar system manajemen mutu yang
didukung oleh sumber daya manusia yang terampil dan
profesional.
Misi Unit Rekam Medis RS H.L. Manambai Abdulkadir
Provinsi NTB adalah sebagai berikut
a. Memberikan pelayanan rekam medis dengan ramah, cepat,
dan tepat.
b. Menghasilkan pelaporan rekam medis rumah sakit yang
akurat, valid dan informatif.
c. Menjaga kelengkapan, kerahasiaan dan keamanan rekam
medis.

Nilai-Nilai Dasar Unit Rekam Medis adalah sebagai berikut :

a. Profesional
Dalam memberikan pelayanan rekam medis dilakukan
dengan professional.
b. Efektif Dan Efisien
Memberikan pelayanan secara efektif dan efisien kepada
pelanggan internal maupun eksternal di RS H.L Manambai
Addulkadir.
c. Informatif
Informative dalam memberikan pelayanan rekam medis di RS
H.L Manambai Abdulkadir.
d. Akurat
Menghasilkan data dan infoormasi yang akurat yang dapat
membantu dalam menentukan pelayanan kesehtan bagi
pasien.

10
3. Tugas Pokok Dan Fungsi Organisasi
Rumah sakit H.L. Manambai Abdulkadir mempunyai tugas
melaksanakan kegiatan teknis operasional Dinas di bidang
pelayanan kesehatan yang meliputi upaya promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara sesari dan
terpadu sebagai upaya peningkatan kesehatan di Pulau
Sumbawa. Fungsi RS H.L. Manambai Abdulkadir yakni:
a. Penyelenggaraan Pelayanan Medik sesuai dengan standar
pelayanan rumah sakit
b. Penyelenggaraan Pelayanan Penunjang Medik dan Non
Medik
c. Penyelenggaraan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan
d. Penyelenggaraan Pelayanan Rujukan
e. Penyelenggaraan kegiatan ketatausahaan
f. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Gubernur
sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

4. Kedudukan Penulis dalam Struktur Organisasi


Kedudukan penulis dalam struktur organisasi di Instalasi
Rekam Medis Rumah Sakit adalah sebagai Perekam Medis
dengan kualifikasi pendidikan D3 Rekam Medis berada debawah
kepala Instalasi Rekam Medis Rumah Sakit kemudian Kasi
Penunjang Medis dan Kabid Penunjang Medis.

5. Tugas Pokok dan Fungsi Penulis


Tugas pokok dan fungsi penulis sebagai perekammedis
adalah :
a. Menerima dokumen rekam medis dan sensus harian dari
unit-unit pelayanan
b. Meneliti kelengkapan isi dan merakit kembali urutan formulir
rekam medis

11
c. Mencatat dan mengendalikan dokumen rekam medis yang
isinya belum lenkap
d. Mengendalikan penggunaan formulir-formulir rekammedis
dan melaporkan kepada kepala unit rekam medis mengenai
jumlah dan jenis formulir yang di gunakan
e. Mengalokasikan dan mengendalikan nomor rekam medis
f. Menyerahkan sensus harian ke fungsi analisis dan pelaporan.

B. Nilai-Nilai Dasar Profesi ASN


1. Akuntabilitas
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu,
kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggungjawab yang
menjadi amanahnya. Amanah seorang PNS adalah menjamin
terwujudnya nilai-nilai publik berikut :
a. Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi
konflik kepentingan, antara kepentingan publik dengan
kepentingan sektor, kelompok, dan pribadi;
b. Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan
mencegah keterlibatan PNS dalam politik praktis;
c. Memperlakukan warga negara secara sama dan adil dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik;
d. Menunjukan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat
diandalkan sebagai penyelenggara pemerintahan.
Selain itu, akuntabilitas juga memiliki aspek-aspek yang
mencangkup beberapa hal antara lain :
1) Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is
a relationship)
2) Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is
results oriented)
3) Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan
(Accountability requires reporting)

12
4) Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (Accountabilityis
meaningless with out consequences)
5) Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability
improvesper formance)

Akuntabilitas publik memiliki 3 fungsi utama, yaitu :


a) Untuk menyediakan kontrol demokratis
b) Untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan
kekuasaan
c) Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas

Nilai-nilai dasar yang terkandung pada aspek akuntabilitas


antara lain:
a) Jujur / Kepemimpinan
Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas kebawah
dimana pimpinan memainkan yang penting dalam
menciptakan lingkungannya. Pimpinan mempromosikan
lingkungan yang akuntabel dapat dilakukan dengan
memberikan contoh pada orang lain, adanya komitmen
yang tinggi dalam melakukan pekerjaan sehingga
memberikan efek positif bagi pihak lain untuk
berkomitmen pula.
b) Transparansi
tujuan dari adanya transfaransi adalah :
1) Mendorong komunikasi yang lebih besar dan
kerjasama antara kelompok internal dan eksternaal
2) Memberikan perlindungan terhadap pengaruh yang
tidak seharusnya dan korupsi dalam pengembalian
keputusan
3) Meningkatkan akuntabilitas dalam setiap keputusan

13
4) Meningkatkan kepercayaan dan keyakinan kepada
pimpinan secara keseluruhan.

c) Integritas
Dengan adanya integritas menjadikan suati
kewajiban untuk menjunjung tinggi dan mematuhi yang
berlaku, undang-undang, kontrak, kebijakan dan
peraturan yang berlaku. Dengan adanya integritas
institusi, dapat memberikan kepercayaan dan keyakinan
kepada publik.
d) Tanggung jawab (responsibilitas)
Konsekuensi dan setiap tindakan yang dilakukan
yaitu adanya tuntutan untuk bertanggung jawab atas
keputusan yang telah dibuat dan mempertanggung
jawabkan tindakan dan kinerja kepada publik.
Contoh : membuat sasaran kinerja pegawai dan bekerja
sesuai tupoksinya.
e) Keadilan
Keadilan adalah landasan utamaakuntabilitas.
Keadilan harus dipelihara dan dipromosikan pimpinan
pada lingkungan organisasinya. Oleh sebab itu,
ketidakadilan harus dihindari karena dapat
menghancurkan kepercayaan dan kredibilitas organisasi
yang mengakibatkan kinerja akan menjadi tidak optimal.
f) Kepercayaan
Rasa keadilan akan membawa kepada sebuah
kepercayaan, maka dengan begitu akan melahirkan
akuntabilitas.
g) Keseimbangan
Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan
kerja, maka diperlukan adanya keseimbangan antara

14
akuntabilitas dan kewenangan, serta harapan dan
kapasitas. Setiap individu yang ada dilingkungan kerja
harus dapat menggunakan kewenangannya untuk
meningkatkan kinerja.
h) Kejelasan target
Merupakan salah satu elemen untuk
menciptakan dan mempertahankan akuntabilitas.
Dalam melaksanakan wewenang dan tanggung
jawab maka individu atau kelompok harus mempunyai
gambaran yang jelas tentang tujuan dan hasil yang
diharapkan. Dengan demikian fokus utama dalam
kejelasan yakni mengetahui kewenangan, peranan
tanggung jawab, misi organisasi, kinerja yang diharapkan
organisasi, dan system pelaporan kinerja baik individu
maupun organisasi.
i) Konsisten
Konsistensi menjamin stabilitas. Penerapan yang
tidak konsisten dari sebuah kebijakan, prosedur , sumber
daya akan memiliki konsekuensi terhadap tercapainya
lingkungan kerja yang tidak akuntabel.
j) Partisipatif
Partisipasi yang tinggi maka akan melahirkan
akuntabilitas.

2. Nasionalisme
Nasionalisme dapat dirumuskan sebagai satu paham yang
menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara
(nation) dengan mewujudkan satu identitas sebagai ikatan
bersama dalam satu kelompok.
Nasionalisme Pancasila adalah pandangan atau paham
kecintaan Warga Negara Indonesia terhadap bangsa dan tanah

15
airnya yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Dengan adanya
nilai-nilai Pancasila diharapkan setiap ASN memiliki rasa
nasionalisme yang kuat dan lebih memikirkan kepentingan publik,
bangsa dan negara dibanding kepentingan pribadi dalam
menjalankan tugasnya.
Nilai-nilai dasar nasionalisme yang terkandung dalam
pancasila, antara lain :
a. Sila Pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa
Nilai nilai positif yaitu menjunjung tinggi keadilan dan
persaudaraan di implementasikan dengan cara
mengembangkan etika social dimasyarakat.
b. Sila Kedua : kemanusiaan yang adil dan beradab
Kebijakan dan perilaku Aparatur Negara harus
dilandasi oleh prinsip kemanusiaan yaitu ; mengakui
persamaan derajat, hak, dan kewajiban asasi setiap manusia
serta menjunjung tinggi nilai kebenaran dan keadilan
sehingga arah kebijakan pembangunan mengedepankan
keselarasan antara kepentingan nasional dan kemaslahatan.
c. Sila Ketiga : Persatuan Indonesia
Semangat gotong royong diimplementasikan
dalamkehidupan sehari-hari mampu melandasi nilai-nilai
persaudaraan, perdamaian, dan keadilan.
d. Sila Keempat : Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat
Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan
Merupakan cerminan dari jiwa, kepribadian dan cita-
cita bangsa Indonesia dimana cirri permusyawaratan
menghendaki persatuan di atas kepentingan pribadi/
golongan.
e. Sila Kelima : Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Dimana rakyat memiliki hidup yang sejahtera tidak
secara eekonomis saja tetapi juga peningkatan martabat

16
kemanusiaan, pemupukan solidaritas kebangsaan dan
kedaulatan rakyat.

3. Etika Publik
Etika publik adalah refleksi tentang baik / buruk, benar /
salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan
kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung jawab
pelayanan publik.
Nilai-Nilai Dasar Etika Publik Antara Lain :
a) Memegang teguh nilai-nilai ideologi Pancasila
b) Setia dan mempertahankan UUD NKRI 1945
c) Profesional
d) Tidak berpihak
e) Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian
f) Non diskriminatif
g) Beretika luhur
h) Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada
public
i) Memberikan pelayanan dengan jujur, tanggap, cepat, tepat
dan akurat
j) Berdaya guna dan berhasil guna
k) Santun dalam berkomunikasi, berkonsultasi dan bekerjasama
l) Transparan
m) Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja
pegawai
n) Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan
o) Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang
demokratis sebagai perangkat sistem karir.

17
4. Komitmen Mutu
Penilaian mutu sesuatu berdasarkan pada subyektifitas
seseorang, maka dari itu untuk mengukur penilaian tersebut
perlu adanya standar pelayanan sehingga sebuah mutu
pelayanan dapat terkontrol dengan baik.
a. Sepuluh Ukuran Dalam Menilai Mutu Pelayanan :
1) Tangiable (nyata/berwujud)
2) Reliability (kehandalan)
3) Responsiveness (cepat tanggap)
4) Competence (kompetensi)
5) Access (kemudahan)
6) Courtesy (keramahan)
7) Communication (komunikasi)
8) Credibility (kepercayaan)
9) Security (keamanan)
10) Understanding the custumer (pemahaman pelanggan)
b. Berikut adalah nilai-nilai yang perlu diperhatikan dalam
komitmen mutu antara lain :
1) Bekerja dengan berorientasi pada mutu
2) Inovatif
3) Selalu melakukan perbaikan mutu
4) Membangun komitmen pegawai untuk jangka panjang
5) Membangun kerjasama kolegial antar pegawai yang
dilandasi kepercayaan dan kejujuran
6) Memfokuskan kegiatan pada kepuasan pelanggan, baik
internal maupun eksternal
7) Menampilkan kinerja tanpa cacat (zerodefect) dan tanpa
pemborosan (zerowaste), sejak memulai setiap
pekerjaan
8) Efektif dan efisien dalam bekerja

18
5. Anti Korupsi
Korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruption
dancorruptus yang artinya kerusakan atau kebobrokan,
kebusukan. Dalam bahasa Yunani corruptio perbuatan yang tidak
baik, buruk, curang, dapat disuap, tidak bermoral, menyimpang
dari kesucian, melanggar norma-norma agama, material, mental
dan umum.
Korupsi adalah tindakan melanggar hukum dengan tujuan
untuk memperkaya diri sendiri maupun golongan.
Nilai-nilai yang terkandung dalam aspek anti korupsi antara
lain :
a. Jujur
b. Peduli
c. Mandiri
d. Disiplin
e. Tanggung jawab
f. Kerja Keras
g. Sederhana
h. Berani
i. Adil

19

Anda mungkin juga menyukai