Anda di halaman 1dari 12

STUDI TUTUPAN TERUMBU KARANG DI PERAIRAN

PULAU UNGGEH KECAMATAN BADIRI KABUPATEN


TAPANULI TENGAH SUMATERA UTARA

Azwir Siregar¹, Budi Utomo², Zulham Apandy Harahap³

¹Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian,


Universitas Sumatera Utara, email: azwirsiregarmsp@gmail.com
²Staff Pengajar Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan,
Universitas Sumatera Utara.
³Staff Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

Unggeh island is administratively located in Sitardas Village, Badiri


Subsistrict Tapanuli Tengah Regency. Exposure to the sea floor south, west, and
north of Unggeh Island is overgrown by coral reef. Coral reef ecosystem is one of
the coastal resources that are highly vulnerable to damage, especially those caused
by human behavior. This research held on April 2017. This research aimed to
know percent cover and the condition of coral reef ecosystem in the Unggeh
Island. This research using Underwater Photo Transect (UPT) method. From this
research results obtained 17 types of coral lifeform namely Acropora Branching,
Coral Branching, Coral Encrusting, Coral Mushroom, Soft Coral, Coral
Submassive, Coral Massive, Makro Algae, Halimeda, Coral Foliose, Dead Coral
with Algae, Dead Algae, Sand, Silt , Rubble, Turf Algae and Others, with were
dominated by Dead Coral with Algae (DCA). The cover percentage of coral in the
first station was 25,4 %, in the second station was 12,33 % and in the third station
was 28,54 % with an average value was 22,09 % and coral reef condition in
Unggeh Island was bad status.

Keywords: Coral Reef Ecosystem, Unggeh Island, Percentage of Coral


Reef, Underwater Photo Transect (UPT)

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah mengalami kerusakan yang sangat
satu negara yang terletak pada pusat serius. Data dari Pusat Penelitian
segitiga terumbu karang (the coral Oseanografi -LIPI (2017),
triangle) yang memiliki menunjukkan bahwa kondisi
keanekaragaman hayati yang tinggi. terumbu karang hanya 6,39%
Sebagai negara kepulauan, Indonesia terumbu karang Indonesia yang
terdiri lebih dari 17.480 Pulau besar tergolong kondisi sangat baik.
dan kecil, dengan panjang garis Sementara 23,40 % tergolong dalam
pantai mencapai 95.186 km. Luas baik, 35,06 % tergolong dalam
ekosistem terumbu karang Indonesia kondisi cukup baik, dan 35,15 %
diperkirakan mencapai 50.875 km2. kondisi buruk.
Namun, sebagian besar dari luas Ekosistem terumbu karang
terumbu karang tersebut telah terdapat pada lingkungan perairan
yang dangkal seperti paparan benua 01034’23” -01034’37” LU dan
dan gugusan pulau-pulau di perairan 98045’26”-98045’42” BT dan secara
tropis antara lintang 30° LU dan 25° administrasi terletak di Desa
LS. Terumbu karang sebagai tempat Sitardas, Kecamatan Badiri,
hidup dari berbagai biota laut tropis Kabupaten Tapanuli Tengah.
lainnya memiliki keanekaragaman Paparan dasar laut sebelah selatan,
jenis biota yang sangat tinggi dan barat, dan utara Pulau Unggeh
sangat produktif. Umumnya ditumbuhi oleh terumbu karang
keberadaan dan kondisi terumbu (COREMAP II, 2008).
karang sangat mempengaruhi Perairan Pulau Unggeh
kekayaan dan keanekaragaman ikan memiliki potensi kegiatan
karang. Jika kondisi terumbu karang perikanan. Perairan Pulau unggeh
baik maka keanekaragaman ikannya terdapat beberapa ekosistem
tinggi, begitu juga sebaliknya diantaranya yaitu ekosistem lamun,
(Nybakken, 1992). terumbu karang dan mangrove, dan
Terumbu karang merupakan setiap ekosistem memiliki peranan
hewan bentik yang hidup di dasar masing-masing.
perairan. Hewan ini sebagian besar Monitoring tutupan karang
hidupnya berkoloni yang tersusun merupakan kegiatan yang dilakukan
atas kalsium karbonat (CaCO3) untuk mengetahui persentase lifeform
sebagai hasil sekresi dari karang yang terdapat di suatu
Zooxanthellae. Terumbu karang perairan dan selanjutnya dapat
merupakan habitat berbagai biota ditentukan kondisi karang yang ada
laut untuk tumbuh dan berkembang di perairan tersebut. Oleh sebab itu
biak dalam kehidupan yang perlu dilakukan monitoring tutupan
seimbang. Sifat yang menonjol dari karang untuk mengetahui kondisi
terumbu karang adalah karang yang ada di Perairan Pulau
keanekaragaman, jumlah spesies, dan Unggeh, agar diketahui cara
bentuk morfologi tinggi dan pengelolaan yang tepat untuk masa
bervariasi (Hazrul, et al., 2016). yang akan datang oleh pihak terkait.
Karang adalah anggota filum
Cnidaria yang dapat menghasilkan METODE PENELITIAN
kerangka luar dari kalsium karbonat. Waktu dan Tempat
Karang dapat berkoloni atau sendiri, Penelitian ini dilakukan pada
tetapi hampir semua karang bulan April Tahun 2017, bertempat
hermatipik merupakan koloni dengan di Perairan Pulau Unggeh. Pulau
berbagai individu hewan karang atau Unggeh atau Pulau Unggas berada
polip menempati mangkuk kecil atau pada koordinat 01034’23”- 01034’37”
kolarit dalam kerangka yang massif. LU dan 98045’26”- 98045’42” BT
Tiap mangkuk mempunyai beberapa dan secara administrasi terletak di
seri septa yang tajam dan berbentuk desa Sitardas Kecamatan Badiri
daun yang keluar dari dasar. Pola Kabupaten Tapanuli Tengah Provinsi
septa berbeda-beda pada tiap spesies Sumatera Utara. Peta lokasi
dan merupakan dasar pembagian penelitian dapat dilihat pada Gambar
spesies karang (Prasetia, 2013). 1.
Pulau Unggeh atau Pulau
Unggas berada pada koordinat
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

Alat dan Bahan yaitu Ekosistem Mangrove, Padang


Alat yang digunakan dalam Lamun dan Terumbu karang dapat
penelitian ini adalah perlengkapan ditemukan pada kedalam 3 meter dan
scuba diving, roll meter, kapal jarak stasiun ini dari garis pantai +
bermotor, kamera underwater, GPS, 250 meter. Stasiun II berjarak ± 200
refraktometer, pH meter, DO meter, meter dari garis pantai dan terumbu
thermometer, stopwatch, secchi disk, karang dapat ditemukan pada
bola duga, alat tulis, tongkat kedalaman 2 meter dan banyak
berskala, komputer/laptop/program ditemukan serpihan karang. Stasiun
CPCe (Coral Point Count with Excel III terumbu karang ditemukan pada
Extension), frame 58 cm × 44 cm kedalaman 5 meter, jarak stasiun dari
dan buku identifikasi terumbu karang garis pantai + 200 meter.
(Suharsono, 2008).
Bahan yang digunakan pada Pengambilan Data
penelitian ini adalah sampel jenis- Mengacu pada COREMAP-
jenis terumbu karang yang ada di CTI (2014) tentang panduan
Perairan Pulau Unggeh dan data monitoring kesehatan terumbu
sekunder dari Dinas Kelautan dan karang. Penelitian ini menggunakan
Perikanan Kabupaten Tapanuli metode UPT (Underwater Photo
Tengah. Transect).
Pengambilan sampel di
Prosedur Penelitian lapangan dengan menggunakan
Penentuan stasiun Penelitian metode UPT, datanya hanyalah
Stasiun pengambilan sampel berupa foto-foto hasil pemotretan
dibagi menjadi 3 lokasi berdasarkan bawah air Pemotretan dimulai dari
komponen ekosistem, kedalaman dan meter ke-1 pada bagian sebelah kiri
jarak dari garis pantai. Stasiun I garis transek (bagian yang lebih
terdapat tiga komponen ekosistem dekat dengan daratan) sebagai
”Frame 1” (Gambar 2a), dilanjutkan pada bagian sebelah kanan garis
dengan pengambilan foto pada meter transek (Gambar 2b).
ke-2 pada bagian sebelah kanan garis Ilustrasi dalam pengambilan
transek (bagian yang lebih jauh data dengan metode transek foto
dengan daratan) sebagai ”Frame 2” bawah air dapat dilihat pada Gambar
(Gambar 2b), dan seterusnya 3. Selanjutnya foto-foto tersebut
sehingga untuk panjang transek 50 m masih perlu dianalisis di darat (ruang
diperoleh 50 buah frame (”Frame 1” kerja) dengan menggunakan
sampai dengan ”Frame 50”). Jadi komputer dan Software CPCe 4.1
untuk frame dengan nomor ganjil (1, untuk mendapatkan data-data yang
3, 5,...,49) diambil pada sebelah kiri kuantitatif, sedangkan perbandingan
garis transek (Gambar 2a), data yang didapat dengan data
sedangkan untuk frame dengan sebelumnya diperoleh dari penelitian
nomor genap (2, 4, 6,...,50) diambil yang dilakukan oleh Sirait (2009)..

a b
Gambar 2. Pengambilan Foto di Lapangan dengan metode UPT
a. Posisi pita berskala pada Frame 1 dan Frame bernomor ganjil
b. Posisi pita berskala pada Frame 2 dan Frame bernomor genap

1 3 49

2 48 50

Gambar 3. Ilustrasi dalam pengambilan data dengan metode Transek Foto


Bawah Air (UPT) (COREMAP-CTI, 2014).

Pengukuran Parameter Lingkungan


Pengukuran parameter salinitas, pH, dan substrat.
lingkungan dilakukan pada setiap Pengukuran tersebut dilakukan
transek pengamatan meliputi suhu bersamaan dengan pengambilan data
air, kedalaman, kecepatan arus, terumbu karang.
kecerahan, DO (oksigen terlarut),
Analisis Data
Persen Tutupan dan Kondisi Terumbu Karang
Data berupa foto penutupan karang mati, karang hidup
diidentifikasi dan dihitung tutupan dan jenis lifeform lainnya dihitung
karang menggunakan program CPCe dengan rumus (COREMAP-CTI,
berdasarkan COREMAP-CTI 2014) :
(2014). Penentuan Persentase

Jumlah titik kategori tersebut


Persentase Tutupan Kategori = X 100%
Banyaknya titik acak

Tabel 1. Kriteria Persen Tutupan Terumbu Karang Menurut Keputusan Menteri


Lingkungan Hidup N0.4 Tahun 2001.
Kategori %

Buruk 0-24,9 %

Sedang 25-49,9 %

Baik 50-74,9 %

Sangat Baik 75-100 %

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dari penelitian yang fauna lain sebesar 0,07 % (Gambar
dilakukan di Perairan Pulau Unggeh 3c).
Kecamatan Badiri Kabupaten Secara umum persentase
Tapanuli Tengah, pada Stasiun I karang mati lebih tinggi
persentase tutupan karang dari dibandingkan persentase kategori
masing-masing kategori yaitu karang karang lainnya. Terlihat pada stasiun
hidup (Hard Coral dan Soft Coral) I dan III, persentasi kategori karang
diperoleh sebesar 25,4 %, karang mati masing-masing sebesar 48,67 %
mati sebesar 48,67 %, algae 0 % dan dan 61,66 %. Dead coral disebabkan
abiotik sebesar 24,84 %, fauna lain karena kurangnya densitas sejenis
sebesar 0,27 % (Gambar 3a). Stasiun tumbuhan algae yang disebut dengan
II diperoleh persentase karang dari Zooxanthellae dan menyebabkan
masing-masing kategori yaitu karang hilangnya pigmen warna pada
hidup (Hard Coral dan Soft Coral) terumbu karang. Hal ini didukung
sebesar 12,33 %, karang mati sebesar oleh Fitt, et al., (2000) yang
21 %, algae sebesar 3,4 % dan menyatakan bahwa coral bleaching
abiotik sebesar 62,47 %, fauna lain (pemutihan karang) dapat diartikan
sebesar 0,47 % (Gambar 3b). Stasiun sebagai hilangnya warna-warna
III diperoleh persentase tutupan karang yang disebabkan oleh
karang dari masing-masing kategori degradasi populasi Symbiodinium
yaitu karang hidup (Hard Coral dan (Zooxanthellae simbiotik).
Soft Coral) sebesar 28,54 %, karang Berbeda dengan stasiun II
mati sebesar 61,66 %, algae sebesar persentasi kategori abiotik lebih
1,07 % dan abiotik sebesar 4,27 %, tinggi dibandingkan kategori yang
lainnya yaitu sebesar 62,47 %. Hal
ini karena di stasiun II berhadapan menggunakan bom hal ini dibuktikan
kearah darat dimana terdapat daratan pada stasiun II ditemukan persentase
dangkal dengan substrat pasir, serta dari Silt (pasir halus) sebesar 52,6 %,
diakibatkan aktivitas manusia seperti dan Rubble sebesar 8,87 %.
penangkapan ikan dengan

a. Stasiun I b. Stasiun II

c. Stasiun III
Gambar 3. Persentase Kategori Tutupan Karang Masing-masing Stasiun

Stasiun I,II,III didapatkan penelitian ditemukannya pecahan-


perbedaan persentase tutupan karang. pecahan karang. Hal ini sesuai
Persentase tutupan karang pada dengan laporan monitoring Dinas
Stasiun I sebesar 25,4 %, Stasiun II Perikanan dan Kelautan Kabupaten
sebesar 12,33 % dan Stasiun III Tapanuli Tengah (2015) yang
sebesar 28,54 % (Gambar 4a). Nilai menyatakan bahwa beberapa
rata-rata persentase tutupan karang penyebab kerusakan terumbu karang
yang diperoleh sebesar 22,09 % dan biota perairan di Desa Sitardas
(kondisi buruk) sedangkan penelitian Kecamatan Badiri Kabuparen
yang dilakukan oleh Sirait (2009) Tapanuli Tengah adalah
masih dalam kondisi baik dengan pengangkapan ikan dengan bahan
persentase sebesar 63,37 % (Gambar peledak, penangkapan ikan dengan
4b). Hal ini terjadi penurunan menggunakan bahan kimia
kondisi tutupan karang yang sangat potassium, penangkapan ikan dengan
signifikan yang disebabkan karena menggunakan pukat disekitar
adanya kegiatan penangkapan ikan terumbu karang dan pembuangan
dengan menggunakan pukat, bahan jangkar diatas kapal. Perbandingan
peledak dan bahan kimia dan juga persentase tutupan karang tahun
pembuangan jangkar diatas karang 2009 dan 2017 dapat dilihat pada
hal ini dibuktikan bahwa di lokasi Gambar 4b.
(a) (b)
Gambar 4. Diagram Rata-rata Persentase Tutupan Karang Perstasiun (a) dan
Perbandingan Persentase Tutupan Karang pada Tahun 2009 ( Sirait)
dengan Hasil Penelitian (b).

Jenis dan Persentase Terumbu Karang


Jenis bentuk pertumbuhan atau patahan karang akan langsung
karang (lifeform) yang ditemukan di ditutupi oleh filamen alga.
Perairan Pulau Unggeh Kecamatan Untuk persentase tutupan
Badiri Kabupaten Tapanuli Tengah karang dari kategori alga diperoleh
Sumatera Utara adalah : Acropora dengan nilai rata-rata sebesar 1,49 %
Branching, Coral Branching, Coral yang hanya ditemukan dari jenis
Encrusting, Coral Mushroom, Soft Makro Alga dengan nilai rata rata
Coral, Coral Submassive, Coral sebesar 1,46 % dan Turf Algae
Massive, Makro Algae, Halimeda, sebesar 0,023 % , dan untuk jenis
Coral Foliose, Dead Coral with Algal Assemblages dan Coraline
Algae, Dead Algae, Sand, Silt, Algae tidak ada ditemukan pada
Rubble, ,Turf Algae dan Others. lokasi penelitian (Tabel 2).
Jenis yang mendominasi yaitu Dead Keberadaan makro alga pada lokasi
Coral with Algae (DCA) dengan rata- penelitian disebabkan karena di
rata persentase sebesar 37,2 % Perairan Pulau Unggeh terdapat
(Tabel 2), hal ini disebakan oleh vegetasi mangrove yang dapat
karena karang mengalami stres dan memicu pertumbuhan makro alga di
mengakibatkan kematian karang ekositem terumbu karang dan dapat
kemudian akan ditutupi oleh alga. merusak ekosistem terumbu karang,
Hal ini sesuai dengan literatur hal ini sesuai dengan literatur
Kambey (2014) yang menyatakan Pratamo (2012) yang menyatakan
bahwa persentase karang mati bahwa keberadaan mangrove dan
mengindikasikan adanya stres pada pemukiman penduduk dapat
terumbu karang. Karang mati yang berdampak negative terhadap kondisi
terdapat alga atau disebut DCA, karang. Ketika terjadi pasang air
sehingga diduga terlepasnya jaringan menggenangi mangrove kemudian
Zooxanthellae dari kerangka karang pada saat surut massa air tersebut
batu. Biasanya pada areal yang membawa unsur nitrat ke perairan.
mengalami kematian karang batu Hal ini dapat memicu terjadi
pertumbuhan makro alga dengan (2008) Alga dapat bersaing dengan
begitu cepat. Meningkatnya karang menutupi dan menghalangi
kematian karang dapat juga cahaya matahari yang menyediakan
disebabkan oleh alga. Menurut Arrafi 90 % lebih makanan bagi karang.

Tabel 2. Jenis lifeform dan Persentase Terumbu Karang di Perairan Pulau


Unggeh Kecamatan Badiri Kabupaten Tapanuli Tengah Sumatera
Utara.
Persen Tutupan Karang (%)
Jenis Lifeform Stasiun Stasiun Stasiun
I II III
Karang Hidup Acropora ACB 0.33 0.4 0
ACD 0 0 0
ACE 0 0 0
ACS 0 0 0
ACT 0 0 0
Non-Acropora CB 0.67 1.8 0.03
CS 0.47 0 0.73
CM 20.93 9.73 16.13
CE 1.93 0.13 7.2
CF 0.87 0 4.27
CMR 0 0.07 0
CME 0 0 0
CHL 0 0 0
Total 25.2 12.13 28.47
Karang Mati DC 9.87 0.53 9.33
DCA 38.8 20.47 52.33
48.67 21 61.66
Fauna Lain SC 0.2 0.2 0.07
SP 0 0 0
ZO 0 0 0
OT 0.07 0.27 0
0.27 0.47 0.07
Algae AA 0 0 0
CA 0 0 0
MA 0 3.33 1.07
TA 0 0.07 0
0 3.4 1.07
Abiotik S 13.37 1 1.67
R 7.6 8.87 1.33
SI 2.87 52.6 0
RK 1 0 1.27
24.84 62.47 4.27
Faktor Pembatas Pertumbuhan Terumbu Karang
Pengukuran faktor pembatas Suhu, DO, Kedalaman, Salinitas, pH,
pertumbuhan karang di Perairan Kecepatan Arus, Kecerahan dan
Pulau Unggeh Kecamatan Badiri Substrat. Hasil pengukuran faktor
Kabupaten Tapanuli Tengah pembatas pertumbuhan karang dapat
Sumatera Utara meliputi pengukuran dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Pengukuran Faktor Pembatas Pertumbuhan Karang di Perairan


Pulau Unggeh Kecamatan Badiri Kabupaten Tapanuli Tengah
Sumatera Utara.
Parameter Suhu DO Kedalaman Salinitas pH Kecepatan Kecerahan Substrat
(ᵒC) (mg/L) (m) (ppt) Arus (%)
Stasiun (m/s)
I 31 4,7 4 33 7,91 0,07 100 Berpasir
II 31 4,6 2 34 7,91 0,05 100 Berpasir
III 30 4 5 34 7,94 0,08 100 Berpasir

Berdasarkan tabel diatas nilai kedalaman 2 m, dan pada stasiun III


suhu pada setiap stasiun hampir sama kedalamannya 5 meter, hal ini
yaitu 30-31ᵒC. Nilai ini masih dapat membuktikan bahwa pada
ditoleransi oleh pertumbuhan karang. kedalaman kurang dari 25 meter
hal ini sesuai dengan literatur Purba sangat baik untuk pertumbuhan
(2013) yang menyatakan bahwa karang. Hal ini sesuai dengan
terumbu karang pada umumnya literatur Nybakken (1992) yang
ditemukan terbatas pada suhu menyatakan bahwa pertumbuhan
perairan antara 18-36oC, sedangkan karang juga dibatasi oleh kedalaman.
nilai optimal karang pertumbuhan Hasil pengukuran salinitas
karang berkisar 26-28 oC. perairan pada ketiga stasiun
Kadar DO di Perairan Pulau pengamatan hampir sama yaitu
Unggeh berkisar antara 4 mg/L - 4,7 berkisar antara 33 – 34 ppt (Tabel 3).
mg/L, dengan nilai ini maka Hal ini kadar salinitas bersifat positif
kandungan nilai DO untuk dengan persentase tutupan karang
pertumbuhan karang di Perairan hidup di Perairan Pulau Unggeh.
Pulau Unggeh tidak baik untuk Menurut Dahuri (2003) yang
pertumbuhan karang karena menyatan pada umumnya karang
berdasarkan Keputusan Menteri tumbuh dengan baik di wilayah dekat
Lingkungan Hidup No. 51 Tahun pesisir pada salinitas 30-35 ppt.
2004 yang menyatakan bahwa kadar Nilai pH yang terukur pada
DO yang baik untuk kelangsungan stasiun pengamatan memiliki kisaran
hidup biota laut adalah lebih dari 5 7,91-7,94 (Tabel 3). Oleh karena itu
mg/L. Sehingga dari kandungan DO nilai pH di Perairan Pulau Unggeh
yang relatife rendah di Perairan sesuai untuk pertumbuhan terumbu
Pulau Unggeh menyebabkan karang, hal ini sesuai dengan literatur
rendahnya tutupan karang hidup. Zamani dan Madduppa (2011),
Pada penelitian yang telah Kisaran nilai pH yang sesuai untuk
dilakukan terumbu karang ditemukan pertumbuhan terumbu karang yaitu
pada kedalaman kurang dari 25 7-8,5.
meter dimana pada stasiun I Kisaran 0,05-0,08 m/s,
kedalaman 4 meter, pada stasiun II dengan rata-rata kondisi arus sebesar
0,06 m/s. Secara keseluruhan arus di penting bagi karang, karena fase
Perairan Pulau Unggeh tergolong hidup karang hanya bebas bergerak
baik bagi pertumbuhan karang. dalam jumlah waktu terbatas
Suharsono (1991) menyatakan terutama saat larva paluna.
bahwa arus yang optimal bagi
pertumbuhan terumbu karang adalah Rekomendasi Pengelolaan
0,05-0,08 m/s. Pergerakan air atau Kondisi terumbu karang yang
arus air sangat berpengaruh bagi ada di Perairan Pulau Unggeh
pertumbuhan karang. Karena dikhawatirkan akan lebih parah jika
pergerakan air bagi organisme tidak dilakukan pengelolaan dan
perairan adalah sebagai penyediaan penanganan dari masyarakat dan
oksigen dan makanan. Bagi karang Pemerintah terkait, dengan
penyuplai nutrien terbesar berasal mengadakan kegiatan transplantasi
dari simbionnya Zooxanthellae. karang di Perairan Pulau Unggeh ,
Nilai kecerahan yang penegakan hukum yang tegas, dan
didapatkan pada lokasi penelitian memperkuat koordinasi antar instansi
yaitu dengan rata-rata 100%. hal yang berperan dalam penanganan
tersebut disebabkan karena kondisi terumbu karang baik pengelola
perairan yang sangat tenang pada kawasan, aparat keamanan,
saat penelitian, sehingga tidak ada pemanfaat sumberdaya dan
faktor sedimen yang mempengaruhi pemerhati lingkungan.
kecerahan perairan, oleh karena itu
nilai kecerahan cocok bagi KESIMPULAN DAN SARAN
pertumbuhan terumbu karang. Kesimpulan
Nilai kecerahan dengan nilai 1. Rata-rata persentase tutupan
rata-rata sebesar 100% hal ini karang di Perairan Pulau Unggeh
menunjukkan bahwa cahaya adalah sebesar 22,09 % yang
matahari mampu menembus sampai terdiri atas stasiun I sebesar
dasar perairan sehingga proses 25,4 %, stasiun II sebesar
fotosintesis oleh Zooxhanthellae 12,33 %, dan stasiun III sebesar
dapat berlangsung dengan baik dan 28,54 %.
mendukung pertumbuhan terumbu 2. Kondisi ekosistem terumbu karang
karang. Menurut Dahuri, et al., di Perairan Pulau Unggeh dapat
(1996) yang menyatakan tanpa dikategorikan kedalam kategori
cahaya yang cukup, laju fotosintesis buruk, dan didominasi oleh Dead
akan berkurang dan bersamaan Coral with Algae (DCA) pada
dengan itu, kemampuan karang stasiun I, III, dan pada stasiun II
untuk membentuk terumbu (CaCO3) yang mendominasi yaitu Silt.
akan berkurang pula.
Pada lokasi penelitian Saran
substrat yang ditemukan adalah Saran yang dapat diberikan
pasir. Menurut Thamrin (2006) yang ialah sebaiknya dilakukan
menyatakan pasir halus atau substrat monitoring di Perairan Pulau
halus yang bergerak serta dasar Unggeh, agar setiap tahunnya dapat
perairan yang berlumpur tidak diketahui bagaimana keadaan kondisi
menjadi substrat target bagi planula ekosistem terumbu karang, dalam
karang dalam penempelan. Substrat upaya pelestarian terumbu karang
termasuk faktor pembatas sangat sebaiknya juga dilakukan kegiatan
transplantasi khusunya oleh pihak Pembangunan Berkelanjutan.
Dinas Kelautan dan Perikanan PT. Gramedia Pustaka
Kabupaten Tapanuli Tengah agar Utama, Jakarata.
persentase dan kondisi karang di
Perairan Pulau Unggeh dapat Dinas Perikanan dan Kelautan
meningkat. Kabupaten Tapanuli Tengah -
COREMAP-CTI. 2015.
UCAPAN TERIMA KASIH Laporan Akhir Monitoring
Ucapan terima kasih kepada Kesehatan Terumbu Karang
Lembaga Bantuan Pendanaan (Reef Health). Kabupaten
Perguruan Tinggi Negeri (BPPTN) Tapanuli Tengah.
USU yang telah membantu dalam Fitt, W.K., F. K. McFarland, M. E.
pendanaan biaya penelitian Warner dan G. C. Chilcoat.
ini. Ucapan terima kasih juga 2000. Seasonal Patterns of
disampaikan kepada seluruh pihak Tissue Biomass and
dari Dinas Perikanan dan Kelautan Dinoflagellates in Reef
Tapanuli Tengah atas bantuan sarana Corals and Realition to Coral
dan prasarana sehingga penelitian ini Bleaching. Limnology and
dapat terlaksana dengan baik. Oceanography. 45:677-685.

DAFTAR PUSTAKA Hazrul., R. D. Palupi dan R.


Arrafi, M. 2008. Kondisi Terumbu Ketjulan. 2016. Identifikasi
Karang di Perairan Pesisir Penyakit Karang
Aceh Besar. [Skripsi]. (Scleractinia) di Perairan
Universitas Syiah Kuala, Pulau Saponda Laut,
Aceh. Sulawesi Tenggara. Sapa
Laut 1(2) :32-41. ISSN 2503-
COREMAP II. 2008. Buletin 0396.
COREMAP II Provinsi
Sumatera Utara: Midterm Kambey, A.D. 2014. Kondisi
Review ADB, Edisi ke-3. Terumbu Karang Pulau
Dinas Kelautan dan Bunaken Provinsi Sulawesi
Perikanan Provinsi Sumatera Utara. Jurnal Ilmiah Platax 2
Utara, Medan. (1) : ISSN 2302-3589.

COREMAP-CTI. 2014. Panduan Keputusan Menteri Lingkungan


Monitoring Kesehatan Hidup. 2001. Nomor : 04
Terumbu Karang. Jakarta. Tahun 2001 Tentang Kriteria
Baku Kerusakan Terumbu
Dahuri, R., J. Rais., S. P. Ginting dan Karang. Jakarta.
M. J. Sitepu. 1996.
Pengelolaan Sumberdaya Keputusan Menteri Lingkungan
Wilayah Pesisir dan Laut Hidup. 2004. Nomor : 51
Secara Terpadu. Pradnya Tahun 2004. Tentang: Baku
Paramita, Jakarta. Mutu Air Laut untuk Biota
Laut, Jakarta.
Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman
Hayati Laut: Aset
Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut
: Suatu Pendekatan Ekologis.
PT. Gramedia, Jakarta.

Prasetia, N. D. 2013. Kajian Jenis


dan Kelimpahan Rekrutmen
Karang di Pesisir Desa
Kalibukbuk, Singaraja, Bali.
Jurnal Bumi Lestari 13(1)
:69-78.

Pratomo, A.F. 2012. Pengaruh


Sedimentasi Terhadap
Kondisi terumbu karang di
Perairan Pulau Abang Kota
Batam. Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelauatan,
Universitas Padjadjaran.
12hlm.

Purba, N. P. 2013. Pengantar Ilmu


Kelautan. Jatinagor:
Universitas Padjajaran,
Bandung.

Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI.


2017. Status Terumbu
Karang Indonesia.
COREMAP-CTI, Jakarata.

Suharsono. 1991. Bulu Seribu


(Acanthaster planci). Balai
Penelitian dan
Pengembangan Biologi Laut.
Puslitbang Oseanologi-LIPI,
Jakarta. 16(3) :17.

Thamrin. 2006. Karang: Biologi


Reproduksi dan
Ekologi. Minamandiri Press,
Pekanbaru.

Zamani, N. P dan H. Madduppa.


2011. A Standard Criteria for
Assesing the Health of Coral
Reefs Implicationfor Manage
ment and Conservation.
Journal of Indonesia Coral
Reefs 1(2) : 137-146.

Anda mungkin juga menyukai