UNIVERSITAS JAMBI
2019
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh:
Fadel Mahfuzd,S.Ked
G1A218090
Universitas Jambi
Pembimbing,
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Clinical Science Session mengenai “Unawareness of Olfactory Dysfunction in
Older Adults” sebagai kelengkapan persyaratan dalam mengikuti Kepaniteraan
Klinik Senior Bagian Ilmu Neurologi di Rumah Sakit Umum Raden Mattaher
Jambi.
Penulis menyadari bahwa Clinical Science Session ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak
sangat diharapkan guna kesempurnaan Clinical Science Session ini, sehingga
dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.
Abstrak
Partisipan
Self-Report
Para partisipan mengisi formulir laporan dari diri mereka sendiri tentang
keadaan penciuman mereka setiap tahun dari 2004-2008 (T1-T4) yang
mencangkup pertanyaan: “apakah anda memiliki masalah penciuman ? penurunan
persepsi bau atau mencium bau tidak sedap. Pilihan jawaban: “Tidak”, “Ya”,
“Saya tidak tahu” dan “Jika iya, yang mana ? benar-benar kehilang indra
penciuman, kehilangan sebagian indra penciuman, mencium aroma yang tidak
semestinya, atau saya tidak tahu”. Pada 2015/2016, 93 partisipan yang menjadi
subjek penelitian ORCA juga menyelesaikan kuesioner laporan pribadi mereka
(yang mirip dengan laporan pribadi dari NuAge) pada saat penandatanganan
formulir persetujuan. Laporan pribadi partisipan lainnya, juga telah diselesaikan
dihadapan evaluator pada tahun 2016, pada saat yang sama saat penilaian oleh
university of Pennsylvania smell Identification Test (UPSIT) test.
Evaluasi Penciuman
Analisis Statistik
Hasil
Perlu dicatat bahwa sejak tahun 2004 hingga 2016, hanya 10% partisipan
yang merubah jawaban mereka pada laporan mandiri dari “Tidak” menjadi “Ya”.
Pada kasus sebaliknya, 45% dari partisipan merubah pernyataan mereka dari “Ya”
menjadi “Tidak”, perubahan yang agak signifikan. Kami juga membandingkan
proporsi subjek yang mempertahankan jawaban yang sama selama bertahun-
tahun. 86% subjek yang menyatakan “Tidak” mempertahankan jawaban mereka
(10% mengubah jawaban mereka untuk “Ya” dan 5% untuk “Saya tidak tahu”).
Akan tetapi hanya 27% individu yang mempertahankan “Ya” sebagai jawaban
selama bertahun-tahun (45% merubah jawaban mereka menajdi “Tidak” dan 27%
untuk jawaban “Saya tidak Tahu”). Mungkin ini dapat menjelaskan bedasarkan
fakta bahwa ketidak-sadaran dari disfungsi organ penciuman adalah umum pada
lansia dan tidak ada perbaikan dengan bertambahnya usia. Faktanya 72% dari
partisipan telah menyangkal masalah penciuman mereka mungkin disebabkan
oleh penurunan ingatan penciuman mereka karena sebagian besar sub kelompok
peserta yang spesifik ini (7/11) tampaknya menderita anosmia atau mikrosmia
berat. Dengan kata lain, meskipun partisipan ini sebelumnya mengakui gangguan
penciuman mereka, mereka tampaknya lupa jika memiliki kelainan berupa
mikrosmia. Hasil ini menunjukkan bahwa laporan mandiri memiliki ukuran yang
sangat subjektif dan tidak sensitif untuk penciuman serta tidak cukup spesifik
untuk mencerminkan keadaan penciuman yang sebenarnya pada suatu individu.
Skrining tes penciuman perlu menjadi hal yang rutin dalam praktik
kesehatan. Sejumlah tes semacam itu tesedia termasuk disket aroma yang dapat
digunakan kembali. Sampai saat ini UPSIT masih merupakan tes yang paling
umum digunakan untuk tes penciuman. Akan tetapi ada batasan waktu dengan tes
ini. Ada beberap tes penciuman yang lebih praktis dan murah, dan data yang ada
kemungkinan cocok sebagai gambaran pertama. (Suplemental Tabel 1). Sebagai
contoh, kantong tes adalah tes yang sangat singkat yang hanya mengandung tiga
aroma berbeda dan telah terbukti sangat sensitif dalam mendeteksi disfungsi
penciuman. Jika individu salah dalam mengidentifikasi salah satu dari tiga aroma,
makan B-SIT dan atau UPSIT (yang mengandung 40 aroma yang berbeda) dapat
digunakan untuk menyelidiki lebih lanjut tingkat mikrosmia. Untuk
mempertimbangakan kepentingan yang terbaik untuk lansia, serta beban keuangan
akibat penyakit neurodegeneratif yang akan datang, menggunakan tes kuantitatif
dalam mengevaluasi penciuman, pada individu dengan usia > 50 tahun dapat
dijadikan sebagai bagian dari pemeriksaan medis rutin.