Anda di halaman 1dari 12

1.

1 Latar Belakang

Bakteri mampu berkembang biak dengan cepat dan mudah beradaptasi dengan
lingkungannya. Bakteri juga mampu menyesuaikan dirinya terhadap efek antibiotik.
Kemampuan bakteri resisten terhadap antibiotik disebut dengan resistensi antibiotik. Bakteri
dikatakan resisten apabila suatu antibiotik tidak dapat menghambat pertumbuhan bakteri padahal
sebelumnya bakteri tersebut sensitif terhadap antibiotik tersebut. Resistensi antibiotik
merupakanmasalah kesehatan global saat ini. Ketika terinfeksi bakteri yang resisten terhadap
antibiotik, pengobatan menjadi lebih sulit sehingga harus menggunakan obat yang lebih kuat dan
lebih mahal dengan lebih banyak efek samping. Penggunaan antibiotik dalam jangka waktu yang
lamamemiliki efek samping antara lain: diare, muntah, mual, kekebalan tubuh menurun,
pembentukan batu ginjal, gangguan pembekuan darah, dan gangguan fungsi hati.

Tumbuhan merupakan salah satu sumber obat-obatan yang diperlukan dalam dunia medis.
Salah satu tanaman yang dapat dijadikan sebagai bahan pembuatan obat-obatan tradisional
adalah tanaman salam.

1.2 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui ada tidaknya aktivitas antibakteri dari ekstrak daun salam terhadap pertumbuhan
bakteri E.coli
2. Mengetahui ada tidaknya aktivitas antibakteri dari antibiotik penisilin terhadap pertumbuhan
bakteri E.coli
3. Mengetahui konsentrasi hambat minimal (KHM) ekstrak daun salam yang mampu
menghambat pertumbuhan bakteri E.coli
4. Mengetahui konsentrasi bunuh minimal (KBM) antibiotik penisilin yang mampu membunuh
bakteri E.coli

1.3 Rumusan Masalah


1. Bagaimana aktivitas antibakteri dari ekstrak daun salam terhadap pertumbuhan bakteri E.coli
2. Bagaimana aktivitas antibakteri dari antibiotik penisilin terhadap pertumbuhan bakteri E.coli
3. Bagaimana konsentrasi hambat minimal (KHM) ekstrak daun salam yang mampu
menghambat pertumbuhan bakteri E.coli
4. Bagaimana konsentrasi bunuh minimal (KBM) antibiotik penisilin yang mampu membunuh
bakteri E.coli
1.4 Manfaat
Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan peneliti tentang cara pengujian
bagian tanaman seperti daun salam sebagai antibakteri khususnya bakteri yang patogen dan
membantu peneliti memahami potensi tanaman sebagai antibakteri.
2. Bagi Pendidikan
Penelitian ini dapat menjadi sumber referensi mengenai manfaat daun salam dalam
menghambat pertumbuhan bakteri E.coli. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
referensi kepada pendidik untuk melakukan penelitian ilmiah khususnya pada pembelajaran
biologi .
3. Bagi Masyarakat
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan masyarakat tentang manfaat daun salam
sehingga masyarakat dapat memanfaatkan daun salam sebagai obat alternatif untuk infeksi
seperti impetigo, bisul, pneumonia dan penyakit lain yang disebabkan oleh bajteri E.coli.
Pembuatan ekstrak gel daun salam untuk infeksi pada kulit dapat dibuat dengan merendam daun
salam pada air panas kemudian ditumbuk dan langsung ditempelkan pada kulit yang terinfeksi.
Infeksi dalam tubuh seperti pneumonia dapat diobati dengan meminum ekstrak gel daun salam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Daun Salam


1. Klasifikasi (Tjitrosoepomo, 2005: 130-221)
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Anak Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Anak Kelas : Dialypetalae
Bangsa : Myrtales
Suku : Myrtaceae
Marga : Syzygium
Jenis : Syzygium polyanthum (Wight) Walp.

2. Nama Daerah
Nama daerah dari daun salam ini antara lain salam (Madura), salam atau ubar serai (Melayu),
salam atau manting (Jawa), salam atau gowok (Sunda), salam (Makassar), salam (Bugis)
(Hariana, 2008: 20).

3. Morfologi
Pohon bertajuk rimbun, tinggi mencapai 25 m, berakar tunggang, batang bulat, dan memiliki
permukaan yang licin. Daun tunggal, letak berhadapan, bertangkai yang panjangnya 0,5-1 cm.
Helaian daun berbentuk lonjong sampai elips atau bundar telur sungsang, ujung meruncing,
pangkal runcing, tepi rata, panjang 5-15 cm, lebar 30-8 cm, pertulangan menyirip, permukaan
atas licin berwarna hijau tua, permukaan bawah warnanya hijau muda.
Apabila diremas daunnya berbau harum. Bunganya bunga majemuk, tersusun dalam malai
yang keluar dari ujung ranting, berwarna putih dan berbau harum. Buahnya buah buni, bulat,
diameter 8-9 mm, warnanya bila muda hijau, setelah masak menjadi merah gelap, rasa agak
sepat. Biji bulat, penampang sekitar 1 cm, dan berwarna coklat (Wijoyo, 2008: 10-11).

4. Ekologi
Terdapat di Birma ke arah selatan sampai Indonesia. Di Jawa tumbuh di Jawa Barat sampai
Jawa Timur pada ketinggian 5 m sampai 1.000 m di atas permukaan laut. Pohon Salam dapat
tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 1800 m, banyak tumbuh di
hutan maupun rimba belantara (Utami, 2008: 4).
5. Kandungan Kimia
Tanaman daun salam secara keseluruhan mengandung minyak atsiri 0,05% terdiri atas
sitral, eugenol, tanin, dan flavonoid. Anggota keluarga Myrtaceae itu memiliki sifat rasa kelat,
wangi, astringen, dan memperbaiki sirkulasi darah (Hariana, 2008: 20). Secara khusus
kandungan kimia daun salam adalah minyak atsiri 0.05% (sitral dan eugenol), tanin, flavonoid.
Minyak atsiri daun salam terdiri dari fenol sederhana, asam fenolat, sekuisterfenoid dan lakton
(Murtini, 2006: 1).

6. Manfaat
Daun salam digunakan terutama sebagai rempah pengharum masakan di sejumlah negara di
Asia Tenggara, baik untuk masakan daging, ikan, sayur mayur, maupun nasi. Daun ini dicampur
dalam keadaan utuh, kering ataupun segar dan turut dimasak hingga masakan tersebut matang.
Rempah ini memberikan aroma yang khas. Kayunya berwarna coklat jingga kemerahan dan
berkualitas menengah. Kayu yang tergolong dalam kayu kelat (nama dalam perdagangan) ini
dapat dipergunakan sebagai bahan bangunan dan perabot rumah tangga. Kulit batang salam
mengandung tanin, sering digunakan sebagai ubar (mewarnai dan mengawetkan) jala dan
anyaman dari bambu.
Dari segi kesehatan, daun salam efektif menurunkan kadar gula darah, menurunkan tekanan
darah, menurunkan kadar kolesterol darah, menurunkan kadar asam urat, mengobati sakit maag
(gastritis), gatal-gatal (pruritis), kudis (scabies) dan eksim. Selain daunnya, tumbuhan salam
memiliki bagian lain yang juga berpotensi sebagai obat alam. Kulit batang atau kulit pohon dan
buah salam juga bisa digunakan sebagai obat antidiare. Buah salam memiliki kelebihan lain
diantaranya bisa menetralisasi efek mabuk karena mengonsumsi alkohol terlalu banyak (Enda,
2009: 22).

2.2 1. Escherichia coli


a. Klasifikasi (Garrity, 2004: 24-141)
Dunia : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Kelas : Gammaproteobacteria
Bangsa : Enterobacteriales
Suku : Enterobacteriaceae
Marga : Escherichia
Jenis : Escherichia coli

b. Sifat dan morfologi


Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang lurus, 1,1 – 1,5 µm x
2,0 – 6,0 µm, motil dengan flagellum peritrikum atau non motil. Tumbuh dengan mudah pada
medium nutrien sederhana. Laktosa difermentasi oleh sebagaian besar galur dengan produksi
asam dan gas, ada pula yang tidak memfermentasi glukosa dan maltosa. Dapat ditemukan dalam
usus mamalia dan tumbuh optimal pada suhu 37o C (Pelczar, 2008: 949).

2.3 Ekstraksi
Agoes (2009) mengemukakan defenisi tentang ekstraksi yaitu: “Ekstraksi merupakan proses
pemisahan bahan dari campurannya dengan
menggunakan pelarut. Jadi, ekstrak merupakan sediaan yang diperoleh dengan cara ekstraksi
tanaman obat dengan ukuran partikel tertentu dan menggunakan medium pengekstraksi
(menstruum) yang tertentu pula”. Ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai pelarut sesuai
dengan bahan yang ingin diekstraksi. Salah satu pelarutyang umum digunakan adalah air. Hasil
ekstraksi menggunakan pelarut air disebut ekstrak air. Menurut Agoes (2009),pembuatan ekstrak
air dapat dilakukan dengan cara-cara berikut:
a. Decoctum (dekok): menggunakan simplisia dengan perbandingan dan derajat kehalusan
tertentu dan digunakan pada suhu 90°-95°C selama 30 menit.
b. Infusum (infus): sama seperti dekoktum hanya ekstraksinya lebih singkat yakni 15 menit.
c. Coque (perebusan): penyarian dengan merebus tanaman obat dengan menggunakan api
langsung misalnya pada pembuatan jamu tradisional.
d. Seduhan: simplisia direndam menggunakan air mendidih selama 10-15 menit.
e. Maserasi: penyarian simplisia menggunakan pelarut pada suhu kamar dalam waktu tertentu.
f. Perkolasi: ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai semua bahan aktif terekstraksi.

2.4 Uji Aktivitas Bakteri


Uji aktivitas antibakteri dilakukan untuk menentukan kadar terendah dari suatu bahan yang
dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Salah satu cara untuk mengukur aktivitas antibakteri
adalah dengan metode difusi kertas cakram. Daerah yang terlihat tidak ditumbuhi oleh bakteri
disebut sebagai daerah hambatan. Lebar daerah hambatan ini tergantung pada daya resap bahan
antibakteri ke dalam agar dan kepekaan bakteri terhadap bahan antibakteri tersebut (Misnadiarly
dan Djajaningrat, 2014).

2.5 Kategori Zona Hambat


Menurut Davis dan Stout (1971), zona hambat yang terbentuk pada media dapat
dikategorikan ke dalam empat kategori, yaitu:
a. Daya hambat lemah : zona hambat yang terbentuk kurang dari 5 mm
b. Daya hambat sedang : zona hambat yang terbentuk 5-10 mm
c. Daya hambat kuat : zona hambat yang terbentuk 10-19 mm
d. Daya hambat sangat kuat: 20 mm atau lebih
2.6 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Aktivitas Antibakteri
Banyak faktor yang dapat memengaruhi hasil uji aktivitas antibakteri. Beberapa faktor yang
dapat memengaruhi aktivitas antibakteriyaitu:
a. Populasi inokulum
Semakin besar populasi bakteri maka semakin rendah pula kepekaan bakteri terhadap antibakteri.
Bakteri resisten sering muncul pada populasi yang besar.
b. Masa inkubasi
Semakin lama masa inkubasi berlangsung; makin besar kemungkinan timbulnya mutan resisten;
semakin besar juga kemungkinan bakteri yang kurang peka untuk mulai berkembang biak
sementara kekuatan antibakteri berkurang.
c. Spesies bakteri
Spesies bakteri menunjukkan kerentanan yang berbeda-beda terhadap antibakteri. Spesies bakteri
yang memiliki spora lebih resisten terhadap antibakteri.
d. Media
Media memengaruhi ukuran zona melalui efeknya terhadap kecepatan pertumbuhan bakteri,
kecepatan difusi bahan antibakteri, dan aktivitas antibakteri (Brooks dkk., 1996).
e. Suhu
Suhu inkubasi optimal umumnya 35°C. Jika suhu di bawah 35°C maka zona hambat yang
terbentuk lebih lebar dan waktu yang dibutuhkan lebih lama, sedangkan bila suhu terlalu tinggi
seluruh biakan tampak sensitif.
f. Potensi cakram antibakteri
Diameter zona hambat yang terbentuk tergantung pada potensi cakram antibakteri yaitu jumlah
bahan antibakteri yang terkandung dalam kertas cakram tersebut. Bila selama penyimpanan
bahan antibakteri rusak, maka kemampuan antibakteri cakram tersebut juga berkurang
(Vandepitte dkk., 2011).
BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dialakukan di laboratorium biologi Universitas Negeri Medan. Waktu penelitan
dilaksanakan dari tanggal 12 November hingga tanggal 21 November 2019.

3.2. Sampel Penelitian


Sampel yang akan digunakan pada penelitian ini adalah daun salam yang diperoleh dari
lingkungan kampus Universitas Negeri Medan.
3.3 Alat dan bahan
No Alat Jumlah No Bahan Jumlah
1. Tabung 2 Buah
Reaksi 1. Pennisilin Secukupnya
2. Kertas Saring 2 Buah
2. Daun salam 300 gram
3. Cawan Petri 2 Buah
4. Kertas Label Secukupnya 3. Etanol 96% Secukupnya
dan Spidol
5. Bunsen 1 Buah 4. Botol Kaca Secukupnya
6. Pinset 1 Buah 5. Aquades Secukupnya
7. Inkubator 1 Buah
6. Alumunium dan Plastik Secukupnya
8. Belender 1 Buah Wrap
9. Plastik 5 Buah 7. Media NA 1 Buah
Fotocopy
10 Timbangan 1 Buah

3.4 Metode Penelitian :


3.4.1 Ekstraksi
Daun diekstraksi dengan metode maserasi, dengan cara merendam daun Salam dalam pelarut
etanol 96%. Pada proses ekstraksi ini dilakukan tahap 3:3:1. Dimana dalam tiga hari pertama
perendaman larutan tersebut disaring dengan kertas saring, lalu direndam lagi selama tiga hari
setelah itu disaring kembali dan tahapan terakhir di rendam lagi selama satu hari hingga larutan
benar benar bening sehingga menghasilkan ekstrak yang baik.

3.4.2 Standarisasi ekstrak


Untuk standarisasi ekstrak dilakukan melalui dua parameter, yang pertama parameter spesifik
yaitu dengan menggunakan panca indra dan uji senyawa terlarut dalam air dan etanol sedangkan
untuk parameter non-spesifik dilakukan dengan melihat kesusustan pengeringan daun beserta
bobot jenis daunnya.
3.5 .Prosedur Kerja :
3.5.1 Pembuatan Ekstrak
1. Pengambilan daun basah sebanyak 3 kg.
2. Daun yang sudah diambil di oven dan dikeringkan dengan suhu 100®C.
3. Setelah dikeringkan, daun yang sudah memenuhi standart pengeringan ditimbang lagi berat
keringnnya.
4. Selanjutnya, daun yang sudah kering dibelender hingga halus.
5. Setelah halus, daun tersebut di rendam dengan menggunakan etanol 96%. Dengan
perbandingan 1:3. Rendadaman tersebut di masukkan kedalam botol yang sudah di lapisi
aluminium dan plastic warp.
6. Perendaman dilakukan selama 7 hari.
7. Dalam proses perendaman dilalui oleleh beberapa tahap lagi, yaitu:
a. Pada hari ketiga setelah di rendam, maka harus dilakukan penyaringan ekstrat daunnyannya.
b. Selanjutnya ekstrak yang sudah di saring, di rendam lagi selama 3 hari.
c. Setelah tiga hari direndam, maka dilakukan kembali penyaringan ekstrat daunnya.
d. Selamjutnnya di rendam lagi ekstrak yang sudah disaring selama 1 hari.
8. Setelah 7 hari, maka ekstrak di campurkan dengan penisilin.
9. Selanjutnya ekstrak daun sudah dapat digunakan.

3.5.2 Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji


Pembuatan larutan ekstrak daun salam terdiri dari pembuatan larutan stok. Pembuatan larutan
stok 500 mg/mL ekstrak daun salam dibuat dengan cara melarutkan 100 ml ekstrak dalam 25 ml
Penisislin (perbandingan ekstrak dengan penisilin 4:1 ). Kemudian untuk larutan yang di ujikan
harus berjumlah 100 ml dengan perbandingan penambahan larutan uji dengan aguades yaitu
dengan perbandingan larutan ektrak dengan aquades 1 : 9 dan 1 : 18.

3.5.3 Pengujian Aktivitas Bakteri Escherichia coli


Pengujian aktivitas bakteri Escherichia coli dapat dilihat dengan melakukan perebusan daun atau
rimbang pada tumbuhan, kemudian ekstrak yang sudah dibuat di masukkan kedalam botol atau
wadah lalu dimasukkanlah saring kedalam wadah tersebut selama 10 menit. Kemudian di
inkubasikan pada suhu 37oC selama 24 jam. Setelah itulah baru diukur diameter penghambatnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian


4.1.1 Hasil Ekstraksi Daun Salam
Ekstraksi yang dilakukan menggunakan metode maserasi. Hasil ekstraksi daun salam (Syzygium
polyanthum (Wight) Walp.) sebanyak 1 kg keadaan kering dengan menggunakan metode
maserasi dengan cairan etanol 79% sebanyak 3 liter diperoleh hasil ekstraksi daun salam
(Syzygium polyanthum (Wight) Walp.).

4.1.2 Tabel Hasil Pengamatan

No Nama Sampel Ada/Tidak Warna Ukuran/


Bercakan Jarak

1 Ekstrak Daun + Putih/bening 5 mm


Salam

2 Antibiotik penicilin + Putih/bening 7 mm

Gambar :

4.2 Pembahasan
Dalam dunia pengobatan, pemanfaatan dari khasiat tanaman salam (Syzygium polyanthum
(Wight) Walp.) sudah tidak asing lagi. Dari segi kesehatan, daun salam efektif menurunkan
kadar gula darah, menurunkan tekanan darah, menurunkan kadar kolesterol darah, menurunkan
kadar asam urat, mengobati sakit maag (gastritis), gatal-gatal (pruritis), kudis (scabies) dan
eksim. Selain daunnya, tumbuhan salam memiliki bagian lain yang juga berpotensi sebagai obat
alam. Kulit batang atau kulit pohon dan buah salam juga bisa digunakan sebagai obat antidiare.
Buah salam memiliki kelebihan lain diantaranya bisa menetralisasi efek mabuk karena
mengonsumsi alkohol terlalu banyak (Enda, 2009: 22). Adanya aktivitas sebagai obat gatal-gatal
(pruritis), kudis (scabies), eksim dan sebagai antidiare maka dilakukan penelitian untuk
membuktikan kebenaran khasiat sebagai antimikroba alamiah dengan metode KLT-
Bioautografi agar penggunaanya dalam masyarakat dapat dipertanggung jawabkan.
Medium yang digunakan adalah medium Glukosa Nutrient Agar (GNA) merupakan
medium yang digunakan untuk menumbuhkan biakan bakteri. Medium GNA mengandung
glukosa sebagai sumber karbon, ekstrak beef sebagai sumber energi, pepton sebagai sumber
asam amino, dan NaCl untuk menjaga sifat isotonik dari sel mikroba uji. Medium Potato
Dekstrosa Agar (PDA) digunakan untuk menumbuhkan biakan jamur. Perbedaan antara medium
GNA dan medium PDA yaitu terdapat pada nutrien penyusunnya. Pada medium GNA, nutrien
utama penyusunnya yakni adalah 5 gram ekstra beef medium PDA nutrien utama penyusunnya
terdapat pada kentang. Sedangkan Glukosa Nutrient Broth (GNB) merupakan medium untuk
membuat stok bakteri dan jamur.
Pemilihan mikroba uji tersebut karena sifat-sifatnya yang patogenik. Escherichia colii
merupakan bakteri Gram negatif bersifat patogenik penyebab utama diare kronik, tifoid dan
infeksi saluran kemih. Dari hasil uji aktivitas antimikroba, menunjukan bahwa ekstrak daun
salam memiliki hambatan yang kecil terhadap pertumbuhan mikroba uji dibandingkan dengan
antibiotik penisilin yang hambatannya sedikit lebih besar. Ini dapat disebabkan karena
kandungan senyawa kimia dalam ekstrak yang memiliki sedikit sebagai antimikroba bahkan
bersifat non polar tidak mempunyai aktivitas sebagai antimikroba. Sedangkan antibiotik penisilin
memiliki hambatan pertumbuhan mikroba terhadap bakteri Escherichia colii.
Ekstrak etanol memberikan aktivitas penghambatan yang cukup baik terhadap pertumbuhan
mikroba, hal ini berarti senyawa kimia yang memberikan aktivitas antimikroba bersifat polar.
Berdasarkan literatur tanaman salam mengandung senyawa kimia minyak atsiri 0.05% (sitral dan
eugenol), tanin, dan flavonoid. Minyak atsiri daun salam terdiri dari fenol sederhana, asam
fenolat, sekuisterfenoid dan lakton, dan setelah dilakukan identifikasi senyawa kimia, hasil
menunjukkan bahwa daun salam positif mengandung flavonoid, fenol dan triterpen.
Flavonoid dan fenol merupakan senyawa kimia yang bersifat polar sehingga mudah larut
dalam pelarut polar seperti air dan etanol, sedangkan senyawa triterpenoid dapat dibagi menjadi
empat golongan, yaitu: triterpen sebenarnya, saponin, steroid, dan glikosida jantung (Harborne,
1987: 147). Triterpenoid secara umum bersifat non polar, tetapi ketika triterpen berbentuk dalam
glikosida triterpen atau saponin maka akan larut dalam air dan etanol dan tidak larut dalam
pelarut non polar. Ketiga senyawa kimia yang terkandung dalam ekstrak etanol daun salam
(Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) ini memberikan aktivitas antimikroba.
Senyawa fenol memberikan aktivitas antimikroba terhadap bakteri Escherichia coli.
Golongan fenolik ini diduga menjadi salah satu komponen yang bertanggung jawab menghambat
pertumbuhan mikroba uji. Meskipun komponen senyawa fenol sendiri masih tergolong luas,
sehingga belum dapat dipastikan senyawa spesifik apa yang memilki aktivitas antimikroba.
Namun dapat dilihat dari literatur bahwa daun salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.
mengandung tanin yang merupakan senyawa polifenol selain itu, minyak atsiri yang terkandung
dalam daun salam berbentuk fenol sederhana.
Cara kerja senyawa fenol dalam membunuh mikroorganisme yaitu dengan cara
mendenaturasi protein sel, senyawa flavonoid diduga mekanisme kerjanya mendenaturasi protein
sel bakteri dan merusak membran sel tanpa dapat diperbaiki lagi (Pelczar, 2008: 260).
Terdenaturasinya protein sel menyebabkan aktivitas metabolisme sel dikatalisis oleh enzim yang
merupakan suatu protein. Pada tumbuhan flavonoid sebagai antimikroba dapat membentuk
kompleks dengan protein ekstraseluler dan dinding sel. Selain itu flavonoid yang bersifat
lipofilik dapat merusak membran mikroba. Terpena atau terpenoid memilki aktivitas sebagai
antimikroba. Mekanismenya tidak sepenuhnya diketahui, akan tetapi diduga senyawa ini bekerja
pada pengrusakan membran oleh senyawa lipofilik (Cowan, 1999: 564-582).Mekanisme kerja
antimikroba salah satunya adalah mendenaturasi protein. Suhu dan konsentrasi zat kimia dapat
mendenaturasi protein yang merupakan komponen esensial bagi berlangsungnya kehidupan sel.
Senyawa pengahambat sintesis protein juga dapat menyebabkan kesalahan dalam pembacaan
kode pada m-RNA sehingga protein tidak terbentuk dan sel akan mati. Selain itu ada antimikroba
bekerja secara langsung pada membran sel yang mempengaruhi permeabilitas dan menyebabkan
keluarnya senyawa intraseluler mikroorganisme. Membran sel adalah lapisan dibawah dinding
sel dan mempunyai sifat permeabilitas selektif dan berfungsi mengontrol keluar masuknya
substansi dari dan ke dalam sel, serta memelihara tekanan osmotik internal dan ekskresi. Ikatan
hidrogen yang terbentuk antara fenol dan protein mengakibatkan struktur protein menjadi rusak.
Hal ini akan mempengaruhi permeabilitas.
DAFTAR PUSTAKA

● Tjitrosoepomo, Gembong. Taksonomi Tumbuhan Obat-Obatan. Yogyakarta: Gadjah


Mada University Press, 2005.
● Hariana, H. Arief. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri Ketiga. Jakarta: Penebar
swadaya, 2008.
● Wijoyo, Padmiarso M. Sehat dengan tanaman obat seri kelima. Jakarta: Bee Media
Indonesia, 2008.
● Utami, Indah Wahyu. Efek Fraksi Air Ekstrak Etanol Daun Salam (Syzygium
polyanthum Wight.) Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Pada Mencit Putih (Mus
musculus) Jantan Galur BALB-C Yang Diinduksi Dengan Kalium Oksonat. Surakarta:
Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2008.
● Murtini, Sri. Pengaruh pemberian Ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum) dengan
dosis 540 mg terhadap hitung jumlah koloni kuman Salmonella typhimurium pada hepar
mencit Balb/c yang diinfeksi Salmonella typhimuriu. Semarang: Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro, 2006.
● Enda, Winda Agus. Uji efek antidiare ekstrak etanol kulit batang salam (Syzygium
polyanthum (Wight) Walp) terhadap mencit jantan. Medan: Fakultas farmasi universitas
sumatera utara, 2009.
● Garrity.G. M., Bell. J. A. and Lilburn. T.G.Taxonomic Outlineof The Prokaryotes
Bergey’s Manual of Systematic Bacteriolog, 2th Edition., United States of America,
Springer, New York Berlin Hendelberg, 2004.
● Pelczar, Michael J. and Chan. E.C.S. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Terjemahan oleh
Hadioetomo, Ratna sari dkk. Jakarta: Universitas Indonesia, 2008.
● Agoes, G., 2009. Teknologi Bahan Alam (serial Industri-2) edisi revisi, ITB, Bandung.
● Misnadiarly dan Djajaningrat, H., 2014, Mikrobiologi untuk Klinik dan Laboratorium,
Rineka Cipta, Jakarta.
● Davis, W.W. dan Stout, T.T., 1971, Disc Plate Method of Microbiological Antibiotic
Assay, Microbiology 22, pp. 659-665.
● Vandepitte, V.J.J., Engbaek, K., Rohner, P., Piot, P., Heuck, C.C., 2011. Prosedur
Laboratorium Dasar Untuk Bakteriologi Klinis Edisi 2, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai