Anda di halaman 1dari 6

PAPER PRAKTIKUM

TEKNOLOGI INFORMASI SPASIAL


(Pembuatan Peta Kontur, Peta Topografi dan Peta Kemiringan Lereng Dengan
Menggunakan Data DEM (SRTM))

Shift : 2 (Dua)
Nama : Azhari Dwi Pramesti
NPM : 240110170092
Hari, Tanggal Praktikum : Selasa, 12 November 2019
Waktu : 08.00-10.00 WIB
Asisten Praktikum : 1. Jeremy Lion D. Mamora
2. Muhammad Wildan Sapoetro
3. Tia Putri Budiarti

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
1. DEM
DEM (Digital Elevation Models). DEM adalah salah satu tipe dariDigital
Terrain Model, perekaman gambaran topografi atau geomorfometrik dari
permukaan bumi atau permukaan lain dalam format digital. DEM merekam
ketinggian dalam format raster. Oleh karena itu, dalam DEM suatu area biasanya
dibagi ke dalam rectangular pixels dan data elevasi disimpan dalam tiap pixel
tersebut. Sehingga data DEM merupakan sampel permukaan tinggi dalam bentuk
raster. (Nugraha, 2013)
Beberapa metoda umum yang biasa digunakan untuk menurunkan DEM adalah :
a. Melakukan interpolasi, yaitu melakukan interpolasi terhadap titik ketinggian
(dimana titik berisi informasi ketinggian Z dan koordinat XY) atau interpolasi
terhadap garis kontur untuk menghasilkan DEM.
b. Penurunan DEM mengunakan citra stereo, yaitu menggunakan 2 atau lebih
citra yang diperoleh dari sudut pandang yang berbeda.
c. Radar Interferometri (InSAR).Teknik dimana data dari sensor radar dari satelit
penginderaan jauh (contoh: ERS, JERS-1, RadarSAT dan PALSARALOS)
digunakan untuk memetakan ketinggian (topografi) dari permukaan bumi. Dua
citra radar yang meliput wilayah yang sama di permukaan bumi dan direkam
dalam waktu yang bersamaan, dikombinasikan untuk membentuk
interferogram. Lingkaran warna (fringes) yang terdapat pada interferogram
memperlihatkan ketinggian permukaan bumi, ketinggian akan berubah dengan
drastis pada lingkaran warna yang berdekatan.
Kualitas DEM dilihat dari seberapa akurat elevasi tiap pixel (keakuratan absolut)
dan seberapa akurat morfologi yang ditampilkan (keakuratan relatif). Beberapa
faktor yang berperan penting dalam penentuan kualitas DEM yaitu:
a. Kekasaran atau morfologi dataran yang diteliti.
b. Kepadatan contoh atau sampel (metode pengumpulan data).
c. Resolusi grid (ukuran pixel).
d. Algoritma interpolasi
e. Resolusi vertikal.
f. Analisis algoritma dataran.
2. SRTM
SRTM (Shuttle Radar Topography Mission) merupakan citra yang saat ini
banyakdigunakan untuk melihat secara cepat bentuk permukaan. SRTM adalah
data elevasi resolusitinggi merepresentasikan topografi bumi dengan cakupan
global (80% luasan dunia). DataSRTM adalah data elevasi muka bumi yang
dihasilkan dari satelit yang diluncurkan NASA(National Aeronautics and Space
Administration). Data ini dapat digunakan untuk melengkapiinformasi ketinggian
dari produk peta 2D, seperti kontur, profil. Ketelitian bisa mencapai 15 mdan
berguna untuk pemetaan skala menengah sampai dengan skala tinggi (Lili
Somantri).Alasan menggunakan SRTM dalam GIS tentu karena kelebihannya.
(Nugraha, 2013)
Beberapa kelebihan citra SRTM diantarannya :
a. Gratis :kelebihan utama yang dimiliki SRTM. Siapa saja dan di mana saja
dapatmendownload SRTM tanpa bayar.
b. Digital : SRTM dapat didownload secara digital melalui aplikasi Global
Mapper.SRTM dapat didownload dengan format HGT, ASCII, atau
GEOTIFF, kita bisamengkonversi ke format yang kita inginkan misalnya Grid
ArcView
c. Resolusi : Resolusi lumayan tinggi untuk sakala tinjau. Resolusi horizontal
(yang bisakita download untuk Indonesia) adalah 90m. Tentu saja dengan
resolusi ini SRTMtidak bisa digunakan untuk pemetaan secara detail.
SRTM memiliki struktur data yang sama seperti format Grid lainnya, yaitu
terdiri darisel-sel yang setiap sel memiliki wakil nilai ketinggian. Nilai ketinggian
pada SRTM adalah nilai ketinggian dari datum WGS1984, bukan dari permukaan
laut, tapi karena datum WGS1984 hampir berimpit dengan permukaan laut maka
untuk skala tinjau dapat diabaikan perbedaan diantara keduanya.Meskipun SRTM
memiliki resolusi yang rendah sekitar 90m tetapi masih banyak digunakan sebagai
informasi untuk pekerjaan lapangan serta dimanfaatkan untuk membuat
petakontur dan lereng (slope). Hasil peta kontur maupun peta lereng dari
pengolahan data SRTM maksimal berskala 1:900000, tetapi dalam realisasinya
banyak yang memperbesar skalanya hingga skala 1:250000 atau malah lebih besar
lagi. Dengan melakukan perbesaran skala tersebutakan memberikan konsekuensi
menyangkut akurasi dari peta kontur maupun peta lereng yang dihasilkan.
3. Topografi dan Peta Topografi
Peta topografi dapat juga diartikan sebagai peta yang menggambarkan
kenampakan alam (asli)dan kenampakan buatan manusia, diperlihatkan pada
posisi yang benar. Selain itu petatopografi dapat diartikan peta yang menyajikan
informasi spasial dari unsur-unsur pada muka bumi dan dibawah bumi meliputi,
batas administrasi, vegetasi dan unsur-unsur buatan manusia. Peta topografi
mempunyai garisan lintang dan garisan bujur dan titik
pertemuannyamenghasilkan koordinat. Koordinat ialah titik persilangan antara
garisan lintang dan bujur. Peta topografi menyediakan data yang diperlukan
tentang sudut kemiringan, elevasi, daerah aliran sungai, vegetasi secaraumum dan
pola urbanisasi. Peta topografi juga menggambarkan sebanyak mungkin ciri-
ciripermukaan suatu kawasan tertentu dalam batas-batas skala. (Noor, 2012)
4. Kontur dan Peta Kontur
Peta kontur adalah peta yang menggambarkan sebagian bentuk-bentuk
permukaan bumi yang bersifat alami dengan menggunakan garis-garis kontur.
Garis kontur adalah garis yang menghubungkan tempat-tempat atau titik-titik pada
peta yang mempunyai ketinggian sama di atas atau di bawah suatu datun plane
(bidang level). Garis kontur memiliki beberapa sifat sebagai berikut: (Kasjuaji,
2015)
a. Garis kontur yang lebih rapat lerengnya lebih curam.
b. Garis kontur bersifat selalu horizontal.
c. Garis kontur selalu membelok-belok dan akan mengikuti lereng dari suatu
lembah.
d. Garis kontur selalu tegak lurus jurusan air yang mengalir di permukaan.
e. Garis kontur merupakan garis yang tertutup.
5. Slope dan Peta Slope
Slope Kemiringan Lereng adalah kenampakan permukan alam disebabkan
adanya perbedaan ketinggian antar dua tempat. Sudut yang membentuk 2
ketinggian tersebut biasannya kita sebut sudut kemiringan /slope. Untuk daerah
yang relatif flat (datar) memiliki nilai slope yang kecil. Untuk daerah yang berupa
dataran tinggi terjal biasanya memiliki niai slope / kemiringan lereng yang tinggi.
Dari Data kontur tersebut selanjutnya dapat kita turunkan menjadi peta kelas
kemiringan lahan untuk dapat mengkategorikan kondisi topografi dari suatu
hamparan lahan. (Wastono, 2017)
6. Z Faktor dalam Hillshade dan Slope
Z Factor merupakan faktor konversi unit pengukuran untuk vertikal atau
elevasi. Berbeda dengan unit koordinat horizontal (x,y) yang merupakan unit
untuk input data.
Ketinggian dasar kemudian akan dikalikan dengan angka yang ada dalam
kolom faktor Z. Gunakan nilai selain 1.0 untuk faktor Z jika satuan ketinggian
dasar tidak sama dengan satuan x,y dari theme. Jika satuan ketinggian dasar dalam
ukuran kaki, sebagai contoh, dan satuan x,y dalam meter, spesifikasi faktor Z
adalah 0.3048. Faktor ini mengkonversi satuan kaki (feet) ke dalam satuan meter
(Esri,2018)
DAFTAR PUSTAKA
Esri. 2018. ArcGIS Pro – Properties of Map. Terdapat pada:
https://www.google.co.id/http://pro.arcgis.com, diakses pada tanggal 18
November 2019 pukul 19.08 WIB.
Kasjuaji, Kidhot. 2015. Garis Kontur : Fungsi, Karakteristik, Macam-
Macam. Terdapat pada https://ilmugeografi.com/kartografi/garis-kontur, diakses
pada tanggal 18 November 2019 pukul 21. 58 WIB.
Noor, Djauhari. 2012. Peta Topografi. Lampung : Universitas Negeri
Lampung
Nugraha, Arief L. 2013. Kajian Pemanfaatan Dem Srtm & Google Earth
Untuk Parameter Penilaian Potensi Kerugian Ekonomi Akibat Banjir Rob.
TEKNIK – Vol. 34 No.3 Tahun 2013, ISSN 0852-1697
Wastono. 2017. Slope. Terdapat pada http://terra-image.com/slope-
kemiringan-lereng/, diakses pada tanggal 18 November 2019 pukul 22. 09 WIB,

Anda mungkin juga menyukai