Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH MINYAK ATSIRI

PENGARUH LAMA EKSTRAKSI TERHADAP RENDEMEN DAN MUTU


MINYAK BUNGA MELATI PUTIH MENGGUNAKAN METODE
EKSTRAKSI PELARUT MENGUAP (SOLVENT EXTRACTION)

OLEH :

CANDRA PURNAMA

K1A017046

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN KIMIA
PURWOKERTO
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
curahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga tugas makalah ini dapat terselesaikan
tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas
terstruktur mata kuliah Kimia Minyak Atsiri. Dalam pembuatan makalah ini,
penulis masih memiliki banyak kesulitan dan hambatan, dikarenakan kurangnya
wawasan penulis dan sumber informasi pengetahuan yang terbatas.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis
harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan
informasi yang bermanfaat bagi pembaca untuk saat ini dan dapat pula dijadikan
pedoman pada masa yang akan datang.

Purwokerto, September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………... i
DAFTAR ISI ……………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………… 3
1. 1 Latar Belakang ……………………………… 3
1. 2 Rumusan Masalah ………………....………….... 4
1. 3 Tujuan ……………....……………………………… 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA …………………………….... 5
2. 1 Minyak Atsiri …....………………………………… 5
2. 2 Minyak Melati ....…………........…………………… 6
2. 3 Ekstraksi Penguap ....…………………………… 7
BAB III PEMBAHASAN …………………………………........ 9
3. 1 Pengaruh Lama Ekstraksi Terhadap Rendemen ....... 9
3. 2 Pengaruh Lama Ekstraksi Terhadap Mutu Minyak .. 10
3. 2. 1. Aroma ……………………………………… 10

3. 2 .2. Bobot Jenis …………....………………… 11

3. 2 .3 . Kelarutan dalam Alkohol ……………… 12


3. 2. 4. Kadar Sisa Pelarut …………………….... 13

3. 3 Rekapitulasi hasil terbaik berdasarkan rendemen dan

mutu minyak bunga melati ………........……….... 13

BAB IV PENUTUP …………………………………………….... 16

4. 1 Kesimpulan ……………………………………… 16

DAFTAR PUSTAKA ………………………………............ 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Minyak atsiri atau yang disebut juga dengan essential oils, etherial oils,
atau volatile oils adalah komoditi ekstrak alami dari jenis tumbuhan yang berasal
dari daun, bunga, kayu, biji-bijian bahkan putik bunga. Setidaknya ada 150 jenis
minyak atsiri yang selama ini diperdagangkan di pasar internasional dan 40 jenis
di antaranya dapat diproduksi di Indonesia. Meskipun banyak jenis minyak atsiri
yang bisa diproduksi di Indonesia, baru sebagian kecil jenis minyak atsiri yang
telah berkembang dan sedang dikembangkan di Indonesia.

Kegunaan minyak atsiri sangat banyak, tergantung dari jenis tumbuhan


yang diambil hasil sulingannya. Minyak atsiri digunakan sebagai bahan baku
dalam perisa maupun pewangi (flavour and fragrance ingredients). Industri
kosmetik dan parfum menggunakan minyak atsiri kadang sebagai bahan
pewangi pembuatan sabun, pasta gigi, samphoo, lotion dan parfum. Industri
makanan menggunakan minyak atsiri setelah mengalami pengolahan sebagai
perisa atau menambah cita rasa. Industri farmasi menggunakannya sebagai obat
anti nyeri, anti infeksi, pembunuh bakteri. Fungsi minyak atsiri sebagai
fragrance juga digunakan untuk menutupi bau tak sedap bahan-bahan lain seperti
obat pembasmi serangga yang diperlukan oleh industri bahan pengawet dan
bahan insektisida.

Melati merupakan salah satu komoditas bernilai ekonomi tinggi,


kegunaannya tidak hanya sebagai tanaman hias pot dan taman, tetapi juga
sebagai pengharum teh, bahan baku industri parfum, kosmetik, obat tradisional,
bunga tabur, penghias ruangan, dan pelengkap dalam upacara adat. Produksi
bunga melati di Indonesia pada tahun 2013 mencapai 30,26 ribu ton dengan luas
areal 979 ha dan pada tahun 2014 mengalami peningkatan produksi menjadi
36,16 ribu ton dengan luas areal 1569 ha (BPS dan Dirjen Hortikultura, 2014).
Permasalahan yang muncul adalah pemanfaatan bunga melati yang tidak terjual
ke pasar pada saat melimpahnya bunga melati ketika panen tiba. Untuk

3
mengatasi permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan proses pengolahan
terhadap bunga melati menjadi produk olahan. Salah satu contoh pengolahan
bunga melati yaitu diolah menjadi minyak atsiri. Salah satu metode untuk
mendapatkan minyak bunga melati adalah metode ekstraksi pelarut menguap.

1. 2 Rumusan Masalah

1. Bagaiaman pengaruh lama ekstraksi terhadap rendemen?


2. Bagaimana pengaruh lama ekstraksi terhadap mutu minyak?
3. Bagaimana rekapitulasi hasil terbaik berdasarkan rendemen dan mutu
minyak bunga melati?
1. 3 Tujuan
1. Mengetahui pengaruh lama ekstraksi terhadap rendemen yang dihasilkan.
2. Mengetahui pengaruh lama ekstraksi terhadap mutu minyak.
3. Mengetahui perlakuan yang membeikan hasil terbaik berdasarkan
rendemen dan mutu minyak bunga melati.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2. 1. Minyak Atsiri
Minyak atsiri juga dikenal dengan nama minyak mudah menguap atau
minyak terbang. Pengertian atau definisi minyak atsiri yang ditulis dalam
Encyclopedia of Chemical Technology menyebutkan bahwa minyak atsiri
merupakan senyawa yang pada umumnya berwujud cairan, yang diperoleh dari
bagian tanaman, akar, kulit, batang, daun, buah, dan biji maupun dari bunga
dengan cara ekstraksi (Sastrohamidjojo 2004). Minyak atsiri mempunyai sifat-
sifat mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi,
mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai tanaman penghasilnya, umumnya
larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air. Minyak atsiri akan
mengabsorpsi oksigen dari udara sehingga akan berubah warna, aroma, dan
kekentalan sehingga sifat kimia minyak atsiri tersebut akan berubah (Ketaren
1985).

Tanaman penghasil minyak atsiri diperkirakan berjumlah 150-200


spesies tanaman yang termasuk dalam famili Pinaceae, Labiatae, Compositae,
Lauraceae, Myrtaceae dan Umbelliferaceae. Minyak atsiri dapat bersumber pada
setiap bagian tanaman yaitu, dari daun, bunga, buah, biji, batang atau kulit dan
akar atau rizhome. Minyak atsiri selain dihasilkan oleh tanaman, dapat juga
terbentuk dari hasil degradasi trigliserida oleh enzim atau dapat dibuat secara
sintetis. Minyak atsiri dapat diekstrak dengan 4 cara yaitu, penyulingan
(distillation), pengepresan (pressing), ekstraksi dengan pelarut menguap (solvent
extraction), dan ekstraksi dengan lemak padat (enfleurasi) (Ketaren 1985).

Umumnya, metode yang paling sering digunakan adalah penyulingan.


Minyak atsiri dalam industri digunakan untuk pembuatan kosmetik, parfum,
antiseptik, obat-obatan, flavoring agent dalam bahan pangan atau minuman dan
sebagai pencampur rokok kretek. Minyak atsiri merupakan komoditas ekspor
non migas yang dibutuhkan oleh berbagai negara. Aplikasi banyak digunakan
pada berbagai industri antara lain

5
1) industri makanan sebagai bahan penyedap dan penambah cita rasa,

2) industri farmasi sebagai obat anti nyeri, anti infeksi, dan anti bakteri,

3) industri bahan pengawet sebagai insektisida,

4) industri kosmetik dan personal care product seperti sabun, pasta gigi,
lotion, skin care, produk-produk kecantikan, dan sebagainya,

5) industri parfum.

Penggunaan minyak atsiri dapat melalui konsumsi langsung melalui mulut atau
dengan pemakain luar. Minyak atsiri yang dikonsumsi secara langsung dapat
berupa makanan atau minuman seperti jamu yang mengandung minyak atsiri,
penyedap, flavor ice cream, permen, dan pasta gigi. Pemakaian luar minyak atsiri
antara lain pemijatan, lulur, obat luka, pewangi (parfum), pewangi ruangan,
lotion, dan sebagainya (Ketaren 1985).

2. 2. Minyak melati

Tanaman melati terdapat hampir disetiap daerah di Indonesia, terutama


di Pulau Jawa, misalnya di daerah Pasuruan, Pamekasan, Banyumas,
Purbalingga, Pemalang dan Tegal. Adapun jenis melati yang banyak terdapat di
Pulau Jawa menurut Rukmana (1997) antara lain Jasminum sambac (melati
putih), Jasminum multiflorum (star jasmine) dan Jasminum officinale (melati
gambir). Bunga yang digunakan harus dalam kondisi kering karena bunga
dengan kondisi basah yang biasa disebabkan karena embun dapat menimbulkan
ketengikan pada lemak yang disebabkan oksidasi lemak karena adanya
kandungan H2O. Kondisi bunga yang masih kuncup serta mekar penuh juga
tidak dapat digunakan untuk menghasilkan minyak atsiri selain karena tidak
dapat mekar dan tidak harum, bunga pada kondisi kuncup sangat sulit digunakan
untuk proses enfleurasi karena bunga harus diletakkan dengan posisi seluruh
bagian menempel pada lemak sehingga lemak dapat mengadsorbsi minyak di
seluruh kelopak bunga (Sani, 2012).

Pengambilan minyak atsiri yang terkandung dalam bunga melati tidak


bisa dilakukan dengan cara penyulingan/destilasi seperti halnya pada bunga
melati, sedap malam, violet, jonquil, dan beberapa jenis bunga lainnya. Hal ini

6
disebabkan oleh penyulingan dengan uap air atau air mendidih yang relatif lama
cenderung merusak komponen minyak karena proses hidrolisa, polimerisasi dan
resinifikasi, komponen yang bertitik didih tinggi khususnya yang larut dalam air
tidak dapat diangkut oleh uap air sehingga rendemen minyak dan mutu yang
dihasilkan lebih rendah (Ketaren, 1985). Oleh karena itu melati harus diproses
dengan metode ekstraksi lain untuk mengambil minyak atsirinya (minyak
melati). Salah satu metode ekstraksi yang dapat dilakukan untuk melati adalah
metode enfleurasi (ekstraksi dengan lemak dingin) dan ekstraksi pelarut
menguap (Sani, 2012).

2. 3 Ekstraksi Penguap

Ekstraksi adalah suatu cara untuk memisahkan campuran beberapa zat


menjadi komponen-komponen yang terpisah. Ada 2 syarat agar pelarut dapat
digunakan di dalam proses ekstraksi, yaitu pelarut tersebut harus merupakan
pelarut terbaik untuk bahan yang akan diekstraksi dan pelarut tersebut harus
dapat terpisah dengan cepat setelah pengocokan. Dalam pemilihan pelarut yang
harus diperhatikan adalah toksisitas, ketersediaan, harga, sifat tidak mudah
terbakar, rendahnya suhu kritis, dan tekanan kritis untuk meminimalkan biaya
operasi serta reaktivitas (Williams 1981). Pelarut yang sesuai untuk ekstraksi
adalah heksan (Atawia et al. 1988), karena jumlah dan kualitas concrete yang
dihasilkan paling baik.

Salah satu faktor yang mempengaruhi ekstraksi adalah jumlah pelarut


yang digunakan. Menurut Prabawati (2002), penggunaan lebih banyak pelarut
dapat meningkatkan minyak melati yang diperoleh. Pernyataan tersebut
dibuktikan oleh hasil penelitiannya dan hasil penelitian Rosmayati (1999) yang
menunjukkan bahwa rendemen minyak melati lebih tinggi dengan
menggunakan rasio bunga dan pelarut sebesar 1:2 daripada 1:1,5. Begitupun
halnya pada penelitian ekstraksi minyak mawar yang dilakukan oleh Amiarsi
(2006), rasio bunga dengan pelarut sebesar 1:3 menghasilkan rendemen
tertinggi dibandingkan dengan rasio 1:1 dan 1:2. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui bagaimana pengaruh dari rasio bunga dengan pelarut terhadap
rendemen dan mutu minyak melati yang dihasilkan.

7
Cara kerja ekstraksi dengan pelarut menguap ini mengacu pada
prosedur Rosmayati (1999) yaitu dengan cara merendam bunga melati dalam
pelarut n-heksan selama 12 jam pada suhu ruang dengan massa bunga dan
pelarut disesuaikan dengan perlakuan yang digunakan. Pelarut akan berdifusi
ke dalam bunga melati dan melarutkan minyak bunga melati beserta lilin dan
albumin serta zat warna. Larutan tersebut selanjutnya dievaporasi dalam
keadaan vakum pada suhu 35 ᵒC untuk dipisahkan dari pelarut nheksan. Setelah
n-heksan dievaporasi, lilin dan zat semi padat yang dikenal dengan concrete
akan tertinggal (Benedicta, 2016).

Concrete merupakan cairan kental berwarna kuning yang memiliki


aroma wangi melati, mengandung minyak atsiri melati dan zat lilin yang ikut
terekstrak namun zat lilin tersebut tidak dapat dipisahkan dengan evaporasi.
Concrete dilarutkan dengan etanol sehingga senyawa aromatik dapat terekstrak
dan menyisakan zat yang tidak larut dalam etanol seperti zat lilin. Lilin
dipisahkan dari larutan dengan cara penyaringan. Kemudian etanol dalam
larutan dievaporasi secara vakum pada suhu 40 ᵒC hingga menyisakan absolute
(Benedicta, 2016).

8
BAB III

PEMBAHASAN

3. 1. Pengaruh Lama Ekstraksi Terhadap Rendemen

Rendemen total merupakan perbandingan massa minyak bunga melati


(absolute) yang dihasilkan dengan massa bahan baku (bunga melati segar) yang
diekstraksi. Nilai rendemen total akan menentukan lama ekstraksi yang optimal
untuk digunakan dalam ekstraksi minyak bunga melati dengan menggunakan
metode pelarut menguap. Rendemen total dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Grafik pengaruh lama ekstraksi terhadap rendemen total

Rendemen total minyak bunga melati mengalami peningkatan pada


setiap perlakuan. Pada perlakuan 8 jam diperoleh rata-rata rendemen total
sebesar 0,13% lalu pada perlakuan 12 jam rata-rata rendemen total meningkat
menjadi 0,15% dan pada perlakuan 16 jam ratarata rendemen total meningkat
lagi menjadi 0,18%. Jadi, rendemen total tertinggi pada penelitian ini adalah
perlakuan lama ekstraksi 16 jam.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin lama ekstraksi


dengan waktu yang optimal, maka semakin tinggi rendemen yang dihasilkan.
Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Irawan (2010),
bahwa waktu ekstraksi yang pendek akan memberikan hasil yang rendah sebab
tidak semua komponen terekstrak. Semakin lama waktu ekstraksi maka
kesempatan untuk bersentuhan antara bunga melati dengan n-heksan semakin
besar sehingga rendemen juga akan bertambah sampai titik jenuh larutan, akan

9
tetapi setelah mencapai waktu optimal jumlah minyak yang terambil
mengalami penurunan.

Hal ini disebabkan komponen minyak bunga melati jumlahnya terbatas


dan pelarut yang digunakan mempunyai batas kemampuan, tetapi waktu yang
terlalu lama akan menyebabkan minyak atsiri menguap dan mengalami
oksidasi, sehingga menimbulkan perubahan bau. Hal ini seperti yang dijelaskan
oleh Suyanti dkk. (2005), lama waktu ekstraksi terkait dengan kontak atau
difusi antara pelarut dengan bunga. Semakin lama kontak pelarut dan bunga
tersebut akan diperoleh rendemen yang semakin banyak.

3. 2 Pengaruh Lama Ekstraksi Terhadap Mutu Minyak

3. 2. 1. Aroma

Uji organoleptik ini terdiri dari dua bagian yaitu yang pertama, panelis
menguji panelis menguji keharuman aroma dan tingkat kewangian terhadap
aroma minyak bunga melati yang dihasilkan dengan bahan uji pembanding
berupa minyak bunga melati yang sudah beredar dipasaran (komersil) dan yang
kedua menguji keharuman aroma dan tingkat kesukaan terhadap aroma minyak
bunga melati hasil penelitian. Hasil pengujian tingkat kewangian minyak
bunga melati terlihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Persentase pemilih tingkat kewangian minyak bunga


melati

Rata-rata panelis menyatakan bahwa tingkat kewangian minyak bunga


melati baik minyak bunga melati hasil ekstraksi maupun minyak bunga melati

10
komersil masuk pada kategori wangi. Akan tetapi, ada perlakuan yang masuk
pada kategori agak wangi yaitu perlakuan lama ekstraksi 16 jam. Adapun
pengaruh lama ekstraksi terhadap aroma minyak bunga melati yaitu pada
perlakuan lama ekstraksi 12 jam waktu yang optimal untuk mendapatkan
wangi yang baik, karena lama ekstraksi yang pendek akan memberikan hasil
yang rendah sebab tidak semua komponen dapat diharapkan untuk terekstrak
sedangkan semakin lama waktu ekstraksi akan menyebabkan minyak atsiri
menguap dan mengalami oksidasi, sehingga menimbulkan perubahan bau
(Irawan, 2010).

3. 2. 2. Bobot Jenis

Bobot jenis merupakan perbandingan massa suatu zat dengan massa air
pada suhu dan volume yang sama. Bobot jenis menjelaskan banyaknya
komponen yang terkandung dalam zat tersebut. Menurut Simbolon (2012),
besar kecilnya nilai bobot jenis sering dihubungkan dengan fraksi berat
komponen-komponen yang terkandung didalamnya. Maka dari itu, apabila
semakin besar fraksi berar yang terkandung dalam minyak, maka semakin
besar pula nilai bobot jenisnya. Perbandingan nilai bobot jenis berdasarkan
lama ekstraksi dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Grafik nilai bobot jenis minyak bunga melati

Secara keseluruhan, nilai bobot jenis minyak bunga melati hasil ekstraksi
antara 0,8446 hingga 0,8675. Perlakuan lama ekstraksi berpengaruh terhadap

11
nilai bobot jenis. Semakin lama ekstraksi, maka semakin tinggi pula nilai bobot
jenis minyak bunga melati yang dihasilkan. Hal ini diduga karena semakin
lama ekstraksi maka semakin banyak komponen yang terekstraksi dari dalam
bunga sehingga menaikkan nilai bobot jenisnya.

3. 2. 3. Kelarutan dalam Alkohol


Pada penelitian ini minyak bunga melati yang digunakan untuk
pengujian kelarutan dalam alkohol adalah sebanyak 1 ml untuk masing-masing
sampel. Kemudian banyaknya alkohol yang diperlukan untuk melarutkan
minyak bunga melati adalah rata-rata sebanyak 1 ml pula. Artinya nilai
kelarutan dalam alkohol minyak bunga melati ratarata adalah 1:1 seperti yang
terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kelarutan minyak bunga melati dalam alcohol

Menurut Ketaren (1985), minyak atsiri yang kaya akan komponen


teroksigenasi lebih mudah larut dalam alkohol daripada komponen yang kaya
akan terpen. Komponen teroksigenasi merupakan komponen yang penting
dalam minyak atsiri karena umumnya aroma yang lebih wangi dan mempunyai
kelarutan yang tinggi dalam alkohol encer, serta lebih tahan dan stabil terhadap
proses oksidasi dan resinifikasi. Dari hasil pengujuan kelarutan dalam alkohol
yang rata-rata bernilai 1:1 menandakan bahwa komponen minyak bunga melati
didominasi oleh komponen hidrokarbon teroksigenasi dibandingkan dengan
komponen terpen. Semakin kecil kelarutan minyak atsiri dalam alkohol maka
kualitas minyak atsiri semakin baik.

12
3. 2. 4. Kadar Sisa Pelarut

Kadar sisa pelarut menyatakan banyaknya pelarut yang masih tersisa


pada absolute melati. Kadar sisa pelarut yang masih terdapat pada minyak
bunga melati akan mempengaruhi mutunya, dimana semakin sedikit kadar sisa
pelarut yang terdapat pada minyak maka mutunya menjadi lebih baik. Nilai
kadar sisa pelarut minyak bunga melati hasil ekstraksi tersaji pada Tabel 2.

Tabel 2. Nilai kadar sisa pelarut minyak bunga melati

Kadar sisa pelarut erat kaitannya dengan rendemen total minyak bunga
melati. Apabila rendemen tinggi namun kadar sisa pelarut masih tinggi
menandakan tingginya rendemen tersebut karena masih banyaknya pelarut
yang tertinggal pada minyak. Guenther (1987) menyatakan bahwa minyak
atsiri merupakan campuran yang kompleks, sehingga sulit menentukan dengan
pasti sisa pelarut yang tidak menguap. Hal ini karena lilin dan bahan tidak
menguap bertitik didih tinggi cenderung mengikat komponen bertitik didih
rendah.

3. 3 Rekapitulasi hasil terbaik berdasarkan rendemen dan mutu minyak


bunga melati

Perlakuan yang optimal ini dapat diketahui berdasarkan analisis


rendemen dan mutu minyak bunga melati yang dihasilkan. Rendemen yang
digunakan untuk menentukan hasil minyak bunga melati terbaik adalah
rendemen total. Sedangkan parameter mutu yang digunakan untuk menentukan
minyak bunga melati terbaik terdiri dari aroma, warna, bobot jenis, indeks bias,
bilangan asam, kelarutan dalam alkohol dan kadar sisa pelarut. Rekapitulasi
nilai rata-rata rendemen dan mutu minyak bunga melati hasil ekstraksi
menggunakan metode pelarut menguap dengan tiga perlakuan yang berbeda
tersaji pada Tabel 3.

13
Tabel 3. Rekapitulasi hasil terbaik minyak bunga melati

Keterangan: Warna kuning menunjukkan parameter yang terbaik

Tabel 3 menunjukkan nilai-nilai dari karakteristik fisiko kimia yang


diuji pada penelitian ini tiga lama ekstraksi. Perlakuan yang terbaik adalah
perlakuan lama ekstraksi 16 jam dengan rendemen tertinggi yaitu 0,18%
dengan bobot jenis dan indeks bias tertinggi. Untuk kewangian, perlakuan 8
jam dan 12 jam memiliki aroma yang wangi. Bilangan asam yang terbaik
adalah perlakuan lama ekstraksi 8 jam.

Dari hasil terbaik tersebut diuji GC-MS. Menurut Ketaren (1985),


minyak atsiri tersusun oleh berbagai komponen senyawa dengan titik didih
yang berbeda-beda. Komponen kimia minyak atsiri pada umumnya dibagi
menjadi dua golongan yaitu golongan hidrokarbon yang terbentuk dari unsur
karbon (C) dan hidrogen (H) dan golongan hidrokarbon teroksigenasi yang
terbentuk dari unsur karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O).Guenther
(1987) menyebutkan bahwa golongan hidrokarbon teroksigenasi merupakan

14
senyawa yang penting dalam minyak atsiri karena umumnya beraroma lebih
wangi dan mempunyai kelarutan yang tinggi dalam alkohol encer, serta lebih
tahan dan stabil terhadap proses oksidasi dan resinifikasi. Sebaliknya, senyawa
hidrokarbon lebih mudah mengalami proses oksidasi dan resinifikasi di bawah
pengaruh cahaya dan udara atau pada kondisi penyimpanan yang kurang baik,
sehingga dapat merusak aroma dan menurunkan nilai kelarutan minyak dalam
alkohol. Berdasarkan analisis GC-MS, minyak bunga melati dengan perlakuan
16 jam karena perlakuan tersebut yang terbaik berdasarkan hasil penelitian ini
mengandung 38 komponen dengan persentase komponen utama dapat dilihat
pada Tabel 5.

Tabel 5. Komponen minyak bunga melati

15
BAB IV

PENUTUP

4. 1 Kesimpulan

1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin lama ekstraksi dengan


waktu yang optimal, maka semakin tinggi rendemen yang dihasilkan.
2. Pengaruh lama ekstraksi terhadap aroma minyak bunga melati yaitu pada
perlakuan lama ekstraksi 12 jam waktu yang optimal untuk mendapatkan
wangi yang baik, karena lama ekstraksi yang pendek akan memberikan hasil
yang rendah sebab tidak semua komponen dapat diharapkan untuk
terekstrak sedangkan semakin lama waktu ekstraksi akan menyebabkan
minyak atsiri menguap dan mengalami oksidasi, sehingga menimbulkan
perubahan bau. Semakin lama ekstraksi, maka semakin tinggi pula nilai
bobot jenis minyak bunga melati yang dihasilkan. Hal ini diduga karena
semakin lama ekstraksi maka semakin banyak komponen yang terekstraksi
dari dalam bunga sehingga menaikkan nilai bobot jenisnya. Nilai kelarutan
dalam alkohol minyak bunga melati rata-rata adalah 1:1. Hasil pengujuan
kelarutan dalam alkohol yang rata-rata bernilai 1:1 menandakan bahwa
komponen minyak bunga melati didominasi oleh komponen hidrokarbon
teroksigenasi dibandingkan dengan komponen terpen. Semakin kecil
kelarutan minyak atsiri dalam alkohol maka kualitas minyak atsiri semakin
baik. Semakin sedikit kadar sisa pelarut yang terdapat pada minyak maka
mutunya menjadi lebih baik
3. Perlakuan yang terbaik adalah perlakuan lama ekstraksi 16 jam dengan
rendemen tertinggi yaitu 0,18% dengan bobot jenis dan indeks bias
tertinggi. Untuk kewangian, perlakuan 8 jam dan 12 jam memiliki aroma
yang wangi. Untuk kelarutan dalam alkohol semua perlakuan menunjukkan
hasil yang sama yaitu memiliki kelarutan rata-rata 1:1 dalam alkohol.
Terakhir perlakuan terbaik terhadap kadar sisa pelarut yaitu pada lama
ekstraksi 16 jam yang memberikan kadar 28%.

16
DAFTAR PUSTAKA

Amiarsi, D., Yulianingsih, dan Sabari S.D. 2006. Pengaruh Jenis dan
Perbandingan Pelarut terhadap Hasil Ekstraksi Minyak Atsiri Mawar.
Jurnal Hortikultura 16 (4) : 356-359.

Benedicta, Nur Oktavia, dkk. 2016. Pengaruh Rasio Bunga Dengan Pelarut
Terhadap Rendemen dan Mutu Minyak Melati (Jasminum Sambac)
Menggunakan Metode Ekstraksi Pelarut Menguap (Solvent Extraction).
Jurnal Teknotan Vol. 10 No. 2, November 2016

Atawia, B.A., S.A.S. Hallabo, and M.K Morsi. 1988. Effect of type of solvent on
quantity and quality jasmine concrete and absolute. Egyptian J. Food Sci.
l6(1-2):213224.

Irawan, B. 2010. Peningkatan Mutu Minyak Nilam dengan Ekstraksi dan


Destilasi pada Berbagai Komposisi Pelarut. Tesis. Teknik Kimia
UniversitasDiponegoro. Semarang.

Ketaren, S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Balai Pustaka. Jakarta.

Prabawati, S., Endang D.A., Suyanti, dan Dondy. 2002. Perbaikan Cara
Ekstraksi untuk Meningkatkan Rendemen dan Mutu Minyak Melati. Jurnal
Hort. Vol. 12 No. 4 : 270-275.

Rosmayati, S. 1999. Pengaruh Perbandingan Bunga dengan Pelarut Menguap


dan Frekuensi Penggunaan Pelarut untuk Ekstraksi terhadap Rendemen dan
Mutu Minyak Melati (Jasminum sp.). Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sani, Nazma Sabrina dan Rofiah Racchmawati dan Mahfud. 2012. Pengambilan
Minyak Atsiri dari Melati dengan Metode Enfleurasi dan Ekstraksi Pelarut
Menguap. JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-4

Sastrohamidjojo, H. 2004. Kimia Minyak Atsiri. Gadjah Mada University Press.


Yogyakarta.
Simbolon, R. 2012. Pengaruh Perbedaan Jumlah Imbangan Pelarut dengan
Adsorben Terhadap Rendemen dan Mutu Hasil Ekstraksi Minyak Atsiri
Bunga Kamboja (Plumeria obtusa) dengan Metode Enfleurasi. Skripsi.
Fakultas Teknologi Industri Pertanian. Universitas Padjadjaran. Jatinangor.

Suyanti, S., Prabawati, Yulianingsih; Setyadjit; dan Unadi A. 2005. Pengaruh


Cara Ekstraksi dan Musim terhadap Rendemen dan Mutu Minyak Bunga
Melati. Jurnal Pascapanen 2(1):18-23.

Williams, D.F. 1981. Extraction with supercritical gases. Chem.Engineering


Sci. 36(11):1769-1788.

Anda mungkin juga menyukai