Masa remaja merupakan masa perkembangan pada anak yang sangat
penting, diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga nantinya mampu bereproduksi (Putri et al, 2018). Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun. Menurut Peraturan Menteri kesehatan RI nomor 25tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut badan kependudukan dan keluarga berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah dalam usia reproduksi.Usia normal bagi seorang wanita mendapat menstruasi untuk pertama kalinya pada usia 12 atau 13 tahun. Tetapi ada juga yang mengalaminya lebih awal, yaitu usia 8 tahun atau lebih lama yaitu usia 18 tahun (Purba et al., 2014). Menstruasi merupakan perubahan fisiologis pada wanita yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi, biasanya terjadi setiap bulan. Menstruasi merupakan pelepasan dinding uterus yang disertai dengan perdarahan dan terjadi berulang setiap bulan , kecuali pada saat kehamilan (Kusmiyati et al, 2016). Menstruasi akan berhenti dengan sendirinya pada saat wanita sudah berusia 40-50 tahun, yang dikenal dengan isilah menopause (Rukmala, S. and Sarwinanti, S., 2017). Beberapa perempuan yang mendapatkan menstruasi, ada yang mengalami beberapa keluhan namun ada pula yang tanpa adanya keluhan.Keluhan pada saat menstruasi salah satunya berupa dismenore yang terjadi pada saat menstruasi atau setelah menstruasi (Fatmawati et al., 2016). Dismenore merupakan nyeri sebelum atau saat haid, biasanya dengan rasa kram dan terpusat diabdomen bawah. Dismenore dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu dismenore primer dan dismenore sekunder (Shanti, E.F.A., 2017). Dismenore primer merupakan rasa nyeri, tanpa adanya gangguan fisik baik berupa patologi pelvis, penyakit organik ataupun kelainan pada alat-alat genital. Sedangkan dismenore sekunder merupakan rasa nyeri yang timbul akibat adanya penyakit pelvis organik, seperti endometriosis dan penyakit radang panggul (Pradiyanti et al., 2016). Dismenore atau nyeri saat menstruasi merupakan suatu masalah ginekologi yang paling umum dialami wanita dari berbagai tingkat usia. Angka kejadian dismenore di dunia sangat besar. Rata-Rata lebih dari 50% perempuan di setiap Negara mengalami dismenore. Di Indonesia kejadian dismenore diperkirakan sekitar 55% pada perempuan produktif yang sedang menstruasi (Kusmiyati et al., 2016). Remaja putri akan lebih sering merasakan sakit akibat dismenore primer karena siklus hormonal yang dialami belum begitu stabil, dan remaja putri sering mengalami kontraksi uterus seperti wanita dewasa muda (Shanti, E.F.A., 2017). Nyeri saat haid menyebabkan ketidaknyamanan dalam melakukan aktivitas . Sekitar 70-90 persen kasus nyeri haid terjadi saat usia remaja, dan remaja yang mengalami nyeri haid akan terpengaruh aktivitas akademis, sosial dan olahraganya (Lestari, 2013). Secara umum penanganan nyeri dismenore terbagi dalam dua kategori yaitu pendekatan farmakologi dan non farmakologi. Secara farmakologi nyeri dapat ditangani dengan terapi analgesik seperti aspirin, asam mefenamat, parasetamol, kofein, dan feminax yang merupakan metode paling umum digunakan untuk menghilangkan nyeri (Rustam, 2014). Untuk penanganan non-farmakologi bisa dilakukan dengan tehnik relaksasi dan pemijatan. Dari kejadian tersebut dapat dilihat bahwa yang mengalami disminorea di dunia Lebih dari 50%, dan di Indonesia diperkirakan sekitar 55%. Sekitar 70-90% kasus nyeri haid terjadi pada usia remaja. Adapun Fakta-fakta penelitian sebelumnya oleh : 1. Anggreyani Bertua Br Sitorus ( UNIVERSITAS SUMATERA UTARA) Gambaran Pengetahuan Dan Permahasiswi SMA NEGERI 1 Kisaran Terhadap Penggunaan Analgesik Sebagai Penanganan Dismenorhea 2. Asri Rahayu, Sinar Pertiwi, Siti Patimah ( Pengaruh Endorphine Massage Terhadap Rasa Sakit Dismenorhea Pada Mahasiswa Jurusan Kebidanan Poltekes KEMENKES Tasikmalaya Tahun 2017 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah yang dapat diuraikan adalah “Bagaimana Upaya penanganan awal yang dilakukan untuk mengatasi disminorea?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahuinya upaya penganan awal yang dilakukan untuk mengatasi disminorea 2. Tujuan khusus a) Untuk mengetahui jumlah siswi yang mengetahui pengertian dismenore dengan benar b) Untuk mengetahui penanganan dismenore yang digunakan siswi c) Untuk mengetahui persepsi siswi dalam penggunaan analgesik terhadap dismonerhea D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Bagi Responden Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penanganan awal disminorea 2. Manfaat Bagi Tempat Penelitian Agar siswi mengetahui bagaimana penaganan awal yang dilakukan baik dengan farmakologi maupun non-farmakologi. 3. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian dijadikan sebagai sumber informasi dan sumber referensi diperpustakan untuk penelitian selanjutnya.
4. Manfaat Bagi Peneliti
a. Dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh semasa perkuliahan dan menambah pengalaman peneliti dalam mengambil sampel dan mengolah data. 5. Manfaat Bagi Masyarakat Dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi masyarakat setempat untuk tidak menggonakan obat-obat tertentu saat menstruasi.