PENDAHULUAN
permintaan arang aktif untuk berbagai keperluan baik untuk industri, lingkungan dan
kesehatan. Industri yang menggunakan arang aktif antara lain industri makanan dan
minuman, air mineral, petrokimia, kimia, farmasi dan kedokteran. Seiring dengan
peningkatan permintaan akan arang aktif maka industri arang aktif di Indonesia
berkembang dengan pesat. Pada tahun 2004, ekspor arang aktif Indonesia tercatat sebesar
ton/tahun, dan 10,12% bahan bakunya berasal dari arang tempurung kelapa (Aliatun dkk,
2004).
Arang aktif telah banyak digunakan untuk mengadsorpsi logam berat, diantaranya
untuk mengadsorpsi tembaga (Aliatun dkk, 2004), kadmium dan alumunium (Sigh dkk,
2006). Aplikasi komersial, baru dikembangkan pada tahun 1974 yaitu pada industri gula
sebagai pemucat, dan menjadi sangat terkenal karena kemampuannya menyerap uap gas
beracun yang digunakan pada Perang Dunia I. Arang merupakan suatu padatan berpori
karbon dengan pemanasan pada suhu tinggi. Ketika pemanasan berlangsung, diusahakan
agar tidak terjadi kebocoran udara didalam ruangan pemanasan sehingga bahan yang
bahan baku untuk membuat arang aktif sebagian besar menggunakan tempurung kelapa
dan kayu. Di lain pihak, bahan baku yang dapat dibuat menjadi arang aktif adalah semua
bahan yang mengandung karbon, baik yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, binatang,
maupun barang tambang seperti batu bara. Pada abad XV, diketahui bahwa arang aktif
dapat dihasilkan melalui komposisi kayu dan dapat digunakan sebagai adsorben warna
dari larutan.
Beberapa tahun terakhir ini pemanfaatan limbah padat pertanian untuk dijadikan
karbon aktif menjadi alternatif baru dalam pembuatan karbon aktif, seperti karbon aktif
dari sari serat pisang (Namasivayam et al.,1998), dari tongkol jagung, sekam padi (Valix
et al., 2004), tempurung kelapa, arang kayu (Kardivelu, 2003), ampas tebu (Rachakornkij
et al., 2004), kulit kemiri (Labuka, 2003; Nasrullah, 2003), kulit buah coklat (Hakim,
2003; Jannah, 2003), Kayu bakau (Nasruddin, 2002), tempurung kenari (Wijaya, 2005;
Sherliy, 2004). Namun pada penelitian ini bahan yang digunakan yaitu tempurung kelapa.
bahan baku arang aktif. Selain itu produksi limbah tempurung kelapa sangat tinggi.
Tingginya produksi limbah ini sebanding dengan tingginya produksi kelapa. Semakin
tinggi produksi kelapa, maka tingkat produksi limbah tempurung kelapa juga semakin
tinggi. Kualitas arag aktif dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu salah satunya tahap
aktivasi. Tahap aktivasi merupakan tahap proses perlakuan terhadap karbon untuk
membuka pori karbon. Proses aktivasi dapat dilakukan melalui aktivasi secara fisika dan
adsorpsi methilen blue terbaik. Penggunaan larutan natrium klorida sebagai aktivator
kimia dikarenakan karbon aktif yang diperoleh mempunyai daya adsorpsi yang lebih
besar dibandingkan dengan karbon aktif yang diaktivasi menggunakan KCl, CaCl2,
MgCl2.6H2O, Na2CO3, K2CO3, H2SO4 dan ZnCl2 , selain itu harga NaCl yang murah
Butiran arang tempurung jika direndam dalam larutan NaCl akan mengadsorbsi
garam tersebut. Semakin tinggi konsentrasi larutan NaCl maka semakin bertambah
banyak mineral yang teradsorpsi sehingga menyebabkan volume pori karbon cenderung
bertambah besar karena garam ini dapat berfungsi sebagai dehydrating agentdan
(Wijaya, 2005). Beberapa penelitian yang telah dilakukan, tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi NaCl terhadap mutu dari arang aktif batok
a. Mengetahui proses pembuatan arang aktif dari batok kelapa sawit dan batu
zoeloid.
dan ZO.
a. Mahasiswa dapat mengetahui proses pembuatan arang aktif batok kelapa sawit
Arang aktif merupakan padatan berpori yang mengandung 85% - 95% karbon yang
konfigurasi atom karbonnya dibebaskan dari ikatan dengan unsur lain, serta pori
dibersihkan dari senyawa lain sehingga permukaan dan pusat aktif menjadi luas akibatnya
daya adsorbsi terhadap cairan atau gas akan meningkat. Luas permukaan berkisar antara
300-2000 m3/gra, dengan luas yang besar dari struktur dalam pori-pori karbon aktif
(adsorb) gas-gas dan uap-uap dari gas dan dapat mengurangi zat-zat dari liquida
(Elly,2008) Sifat dan konsentrasi permukaan gugus fungsional pada permukaan arang
aktif dapat dimodifikasi dengan termal (fisik) atau dengan zat kimia. Oksidasi dalam fasa
gas atau cairan dapat menaikkan konsentrasi gugus oksigen pada permukaan, pemanasan
dapat menghilangkan bebrapa gugus tertentu. Oksidasi pada fase gas dapat menaikkan
konsentrasi gugus hidroksil dan karbonil. Sedangkan oksidasi dalam fase cair menikkan
gugus asam karboksilat, karbonil, fenol, quinon, dan lakton. Berdasarkan penggunaannya
arang aktif terbagi menjadi dua tipe yaitu arang aktif sebagai pemucat dan arang aktif
sebagai penyerap uap. Serta arang aktif ini memiliki sifat adsorbsi yang cukup selektif
dalam penyerapannya tergantung pada besar atau volume pori – pori dan luas permukaan.
Dalam mencapai standar arang aktif yang diinginkan, standar industri indonesia telah
membuat kriteria yang harus dipenuhi oleh produsen yang dilihat pada peraturan Standar
Nasional Indonesia (SNI) 06 – 3730-1995 (Wijaya, 2005) pada tabel 1. berikut: Tabel 1.
Proses pembuatan arang aktif secara umum terdiri dari tiga tahap yaitu tahap
dehidrasi, karbonasi dan aktivasi. Tahap dehidrasi yaitu tahap pengurangan kadar air pada
bahan yang akan digunakan dengan menggunakan metode pemanasan hingga suhu
170⁰ C. Tahap ini bertujuan untuk mengurangi kadar air pada bahan sehingga proses
selanjutnya menjadi lebih mudah. Proses karbonisasi dilakukan dengan pembakaran dari
material yang mengandung karbon dan dilakukan tanpaadanya kontak langsung dengan
udara (Marsh, 2006). Proses karbonisasi juga dikenal dengan pirolisis yang didefinisikan
sebagai suatu tahapan dimana material organik awal ditransformasikan menjadi sebuah
material yang semuanya berbentuk karbon (Hugh, 1993). Pirolisis adalah penguraian
bahan-bahan organik pada temperatur tinggi di bawah kondisi non oksidatif. Pendekatan
utama dari pirolisis adalah pendaurulangan bahan-bahan yang dapat diuraikan secara
memungkinkan memperoleh oksigen yang benar-benar bebas dari campuran udara lain,
pemecahan karbon. Pada tahap ini terjadi 3 pembentukan menurut suhu pemanasan yaitu
pada suhu 170⁰ C menghasilkan CO, CO2 dan asam asetat, pada suhu 275⁰ C terjadi
dekomposisi tar, metanol dan hasil samping lainnya dan pada suhu 400 – 600 terjadi
aktivasi dimana proses ini akan mengubah produk atau material karbon menjadi
adsorben. Aktifasi adalah suatu perlakuan terhadap arang yang bertujuan untuk
memperbesar pori yaitu dengan cara memecahkan ikatan hidrokarbon atau mengoksidasi
maupun kimia, yaitu luas permukaannya bertambah besar dan berpengaruh terhadap
Tahap aktivasi merupakan tahap proses perlakuan terhadap karbon untuk membuka
pori karbon. Proses aktivasi dapat dilakukan melalui aktivasi secara fisika dan aktivasi
Aktivasi kimia merupakan proses pemutusan rantai karbon dari senyawa organik
(MgCl2), seng klorida (ZnC2), natrium hidroksida (NaOH), natrium karbonat (Na2CO3)
dan natrium klorida (NaCl). Sedangkan aktivasi Aktivasi fisika merupakan proses
pemutusan rantai karbon dari senyawa organik dengan bantuan panas, uap dan CO2.
Metode aktivasi secara fisika antara lain dengan menggunakan uap air, gas karbon
BAB III
METODOLOGI
Praktikum dilakukan pada tanggal 29 April 2016 hari Jumat di Laboratorium Kimia
b. Dop
c. Elbow
a. Breaker Glass
b. Nampan
c. Glass Ukur
d. Oven
e. Ayakan
f. Sendok
g. Timbangan
a. Water Teskid
b. Reagent Fe
c. Buret + statis
d. Erlemayer
e. Pipet Tetes
f. Pipet Ukur
g. Bola Hisab
h. Beaker Glass
i. Corong
j. Gelas Ukur
k. Kompor Listrik
a. Kerikil
b. Kapas
b. Batu Zoeloid
c. HCl
d. KMnO4
b. KMnO4 0,01 N
c. H2SO4 8 N
d. Asam Oksalat
e. Aquades
f. Batu Didih
a. Siapkan bahan yaitu arang batok kelapa sawit dan batu zeoloid.
g. Tambahan larutan HCl 100 ml kedalam arang batok kelapa sawit dan larutan
b. Lalu masukkan bahan-bahan filter ( kerikil, kapas, batu Zeoloid , arang batok
kelapa sawit ). Catatan setiap pemasukkan bahan diberi pembatas kapas supaya
Pengukuran parameter ZO :
ke dalam erlemeyer.
6. Ditambahkn 5 ml Larutan H2C2O4 4N bebas zat organic
7. Dipanas pada suhu 70oC
8. Dititrasi dalam keadaan panas dengan larutan KMnO 4 ( perubahan warna
3.4 Hasil
titrasi 4 ml ( 8 - 4 = 4 ).
= 1000/100 x [{(10+4) x 0
3.5 Pembahasan
LAMPIRAN