Proposal PA
Proposal PA
Oleh
NIM. 171903103015
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
2019
BAB 1. PENDAHULUAN
2.1 Jalan
Jalan merupakan sebuah fasilitas yang dibuat untuk mempermudah
transportasi melalui jalur darat. Jalan sudah ada sejak zaman manusia purbayang
digunakan untuk berpindah tempat telusuri hutan. Dalam perkembangannya pada
zaman dahulu manusia hanya mengenal jalan yang terbuat dari tanah dan hanya
bisa di lalui dengan berjalan kaki ataupun dengan menggunakan kuda.
Hingga saat ini manusia membutuhkan jalannya tidak hanya untuk dilalui
oleh pejalan kaki namun juga oleh kendaraan dengan roda. Perkembangan
selanjutnya manusia mampu jalan dengan perkerasan beton dan aspal.
sumber: www.surabaya.tribunnews.com
Kerusakan pada perkerasan konstruksi jalan pada umumnya dapat
disebabkan oleh :
1. Lalu lintas. Yang dapat berupa peningkatan beban dan repetisi beban.
2. Air. Yang dapat berasal dari air hujan, system drainase jalan yang tidak baik,
naiknya air dengan sifat kapilaritas.
3. Material konstruksi perkerasan. Dalam hal ini dapat disebabkan oleh sifat
material itu sendiri atau dapat pula disebabkan oleh system pengelolaan yang
tidak baik.
4. Iklim. Indonesia beriklim tropis, dimana suhu udara dan curah hujan umumnya
tinggi, yang dapat merupakan salah satu penyebab kerusakan jalan.
5. Kondisi tanah dasar yang tidak stabil. Kemungkinan disebabkan oleh system
pelaksanaan yang kurang baik, atau dapat juga disebabkan oleh sifat tanah
dasar yang memang jelek.
6. Proses pemadatan di atas lapisan tanah dasar yang kurang baik.
Dalam mengevaluasi kerusakan jalan, ada beberapa hal yang perlu ditentukan :
1. Jenis kerusakan (distress type) dan penyebabnya.
2. Tingkat kerusakan (distress severity).
3. Jumlah kerusakan (distress amount).
Menurut Manual Pemeliharaan Jalan no : 03/MN/B/1983 dikeluarkan oleh
Direktorat Jenderal Binamarga, kerusakan jalan terutama pada perkerasan lentur
dapat dibedakan atas 6 jenis yang akan dijelaskan secara bertahap berikut jenis-
jenisnya:
1. Retak
Ada berbagai jenis retak yang bisa terjadi pada jalan perkerasan aspal,
antara lain retak kulit buaya, retak pinggir, retak sambungan bahu, retak refleksi,
retak susut, dan retak slip. Salah satu faktor terbesar penyebab retak tersebut
adalah buruknya sistem drainase jalan. Karena itu, solusinya tak cukup hanya
dengan menambal retakan-retakan yang ada. Sistem drainase perlu dibangun
sehingga jenis kerusakan yang sama tidak terjadi lagi.
Sistem drainase yang baik untuk perkerasan jalan aspal harus bisa
membuang atau mengalirkan air dengan cepat ke saluran drainase buatan ataupun
ke sungai. Sistem drainase ini juga harus mampu membuang air hujan atau air dari
sumber-sumber lainnya dan mengendalikan air bawah tanah yang bisa
menyebabkan erosi atau kelongsoran. Sistem drainase yang sudah dibangun harus
benar-benar terawat dan berfungsi. Sistem drainase perlu dibersihkan secara
berkala dari sampah dan rumput agar tetap bisa mengalirkan air dengan lancar.
Idealnya, pembangunan jalan dengan perkerasan jalan aspal harus disertai
pula dengan pembangunan sistem drainase. Jika tidak, bisa dipastikan kerusakan
jalan aspal tak bisa dihindari. Dalam membangun sistem drainase jalan, ada
beberapa hal yang penting untuk diperhatikan antara lain, kondisi topografi
sepanjang jalan untuk menentukan bentuk dan kemiringan yang mempengaruhi
aliran air, analisa curah hujan maksimum dalam satu tahun pada daerah di area
jalan aspal, dan perencanaan sistem drainase agar tidak mengganggu drainase
yang telah ada.
2. Distorsi
Distorsi atau perubahan bentuk pada perkerasan jalan aspal bisa terjadi
dikarenakan tanah dasar yang lemah dan pemadatan yang kurang optimal di
lapisan pondasi. Distorsi yang terjadi pada jalan aspal bisa berupa amblas, jembul,
keriting dan alur.
Kerusakan jalan aspal berupa distorsi tidak cukup diperbaiki hanya dengan
melakukan penambalan saja. Perbaikan kerusakan distorsi terbilang cukup rumit
dan memakan waktu yang tak sebentar. Distorsi pada jalan perkerasan aspal
sebaiknya diperbaiki dengan menggaruk kembali, dipadatkan kembali, lalu
dilakukan penambahan lapisan permukaan baru.
Tahap pemadatan pada proses pembangunan jalan memang harus dilakukan
dengan cermat. Pemadatan wajib dilakukan untuk meningkatkan kekuatan tanah,
memperkecil pengaruh air terhadap tanah dan memperkecil daya rembesan air
pada tanah. Tahap pemadatan ini dilakukan lapisan demi lapisan sehingga
diperoleh kepadatan yang ideal.
Tahap pemadatan ini umumnya menggunakan alat bantu. Contohnya saja
penggilas three wheel roller atau penggilas Mac Adam dengan bobot antara 6 ton
hingga 12 ton yang digunakan untuk memadatkan material berbutir kasar, tandem
roller dengan bobot antara 8 ton sampai dengan 14 ton yang berfungsi untuk
mendapatkan permukaan lapisan yang agak halus, dan pneumatik tired roller yang
cocok dipakai untuk penggilasan tanah lempung, pasir dan bahan yang granular.
3. Kegemukan
4. Lubang-lubang
Kerusakan jalan aspal berupa lubang-lubang dapat terjadi ketika retakan-
retakan dibiarkan tanpa perbaikan sehingga akhirnya air meresap dan membuat
rapuh lapisan-lapisan jalan. Lubang-lubang yang awalnya kecil ini bisa
berkembang menjadi lubang-lubang berukuran besar yang dapat membahayakan
pengguna jalan.
Lubang-lubang pada jalan aspal tersebut bisa diperbaiki dengan
membersihkan lubang-lubang terlebih dahulu dari air serta dari material-material
yang lepas. Setelah itu bongkar lapisan permukaan dan pondasi sedalam mungkin
agar bisa mencapai lapisan yang paling kokoh. Barulah kemudian tambahkan
lapisan pengikat atau tack coat. Lantas isi dengan campuran aspal dengan cermat.
Padatkan lapisan campuran aspal tersebut dan haluskan permukaannya sehingga
sama rata dengan permukaan jalan lainnya.
Lubang-lubang jalan aspal yang ditambal tanpa dibersihkan atau dibongkar
terlebih dahulu hanya akan menghasilkan tambalan yang rapuh. Akibatnya lubang
kembali terjadi hanya beberapa saat setelah penambalan dilakukan.
5. Pengausan
6. Stripping
https://www.google.com/maps
Selesai
n= Ns2 _
e 4(N.1)s2
2
Dimana :
n = jumlah minimum unit sempel
N = jumlah unit sempel
e = nilai kesalahan yang diijinkan
s = standar deviasi untuk perkerasan aspal
2. Memilihan unit sempel
Pemilihan unit sempel merupakan interval yang dilakukan untuk pengambilan
sempel secara acak.
i= N
n
Dimana :
N = jumlah unit sempel
n = jumlah minimum unit sempel
Density = N x 100%
n
dimana:
Ad = Luas total jenis kerusakan untuk tiap tingkat kerusakan (m2)
Ld = Panjang total jenis kerusakan untuk tiap tingkat kerusakan (m)
A s = Luas total unit segmen (m2)
3.7 Menghitung Deduct Velue (Nilai Pengurangan)
Deduct Value adalah nilai pengurangan untuk tiap jenis kerusakan yang
diperoleh darikurva hubungan antara density dan deduct value. Deduct value juga
dibedakan atas tingkat kerusakan untuk tiap - tiap jenis kerusakan.
Aska. (2017, September 6). Pengertian Jalan dan Jenis-jenis Jalan yang ada di
Indonesia. Retrieved Juni 25, 2019, from Arsitur:
https://www.arsitur.com/2017/09/pengertian-jalan-dan-jenis-jenis-jalan.html
Ir. Agus Sumarsono, M. (2017, November 24). Kerusakan Jalan. Retrieved Juni
25, 2019, from Sipil: https://sipil.ft.uns.ac.id/web/?p=876
Unknown. (2011, Juli 11). Kerusakan pada Perkerasan Aspal. Retrieved Juni 25,
2019, from Pustaka Teknik Sipil: http://pustaka-
ts.blogspot.com/2011/07/kerusakan-pada-perkerasan-aspal.html