SJJD
SJJD
PENDAHULUAN
empat program prioritas yaitu penurunan angka kematian ibu dan bayi, penurunan
stunting (pendek dan sangat pendek) pada anak baduta (dibawah 2 tahun) adalah
standar tinggi anak pada populasi yang normal sesuai dengan usia dan jenis
kelamin yang sama. Anak dikatakan pendek (stunting) jika tingginya berada
dibawah -2 SD dari standar WHO atau berdasarkan dari perhitungan tinggi badan
Berdasarkan hal tersebut maka refarat ini membahas tentang Stunting atau
perawakan pendek.3
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Stunting atau perawakan pendek adalah sebuah kondisi dimana tinggi badan
seseorang ternyata lebih pendek dibandingkan tinggi badan orang lain pada
berada dibawah -2 SD dari standar WHO atau berdasarkan dari perhitungan tinggi
badan menurut umur dari CDC. Stunting juga diartikan sebagai kondisi gagal
tumbuh pada anak balita akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu
pendek untuk usianya. (kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan
pada masa awal setelah anak lahir, tetapi baru nampak setelah anak berusia 2
tahun). 1,2,3
B. Epidemiologi
(Riset Kesehatan Dasar/ Riskesdas 2013) dan di seluruh dunia, Indonesia adalah
di Indonesia lebih tinggi dari pada negara-negara lain di Asia Tenggara, seperti
perawakan pendek tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur, dan prevalensi terendah
2
dipegang oleh Kepulauan Riau sementara Sumatera Barat menduduki urutan
ke17.3 Balita/Baduta (Bayi dibawah usia Dua Tahun) yang mengalami stunting
akan memiliki tingkat kecerdasan tidak maksimal, menjadikan anak menjadi lebih
rentan terhadap penyakit dan di masa depan dapat beresiko pada menurunnya
tingkat produktivitas. Pada akhirnya secara luas stunting akan dapat menghambat
mengurangi pendapatan pekerja dewasa hingga 20%. Selain itu, stunting juga
mengurangi 10% dari total pendapatan seumur hidup dan juga menyebabkan
3
Gambar di atas memperlihatkan persentase status gizi balita pendek
(pendek dan sangat pendek) di Indonesia Tahun 2013 adalah 37,2%, jika
dibandingkan tahun 2010 (35,6%) dan tahun 2007 (36,8%) tidak menunjukkan
adalah di Provinsi Nusa Tenggara Timur (51,7%), Sulawesi Barat (48,0%) dan
C. Pola Pertumbuhan
Pola pertumbuhan pasca natal anak yang normal terbagi fase bayi, fase
anak,dan fase pubertas. Ciri-ciri fase pertumbuhan akan jelas terlihat pada seorang
pola pertumbuhan tersebut maka pada usia 2 tahun, tinggi badan rata-rata telah
mencapai ± 45-50% tinggi dewasa, sedangkan pada akhir fase anak atau pada
awal pubertas rata-rata telah mencapai 80-85% tinggi dewasa. Pada fase bayi
motor penggerak utama pertumbuhan seperti pada fase intra uterin adalah nutrisi,
well being dan IGF. Pada fase bayi, fenomenacatch-up dan catch down/lag down
4
yang dapat terjadi pada 40%-60% bayi perlumenjadi perhatian. Fenomena
tersebut terjadi karena pada fase ini seorang anak memprogramkan diri untuk
tumbuh pada potensi genetiknya. Seorang anak yang lahir dibawah potensi
Fenomena catch down terjadi sejak usia 3-6 bulan dan sebagian besar sudah
mencapainya pada usia 13 bulan. Sebagian besar proses kanalisasi sudah tercapai
pada usia 24 bulan. Fenomena ini tampak daripola pertumbuhan panjang badan,
berat badan dan lingkar kepala yang seiring menuju lajur pertumbuhan yang ideal
sesuai dengan potensi genetiknya. Pada fase anak pengaruh hormon pertumbuhan
selain hormon tiroksin. Seorang anak yang tumbuh secara konstan pada jalur
D. Etiologi
Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan
oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita. Intervensi
5
karenanya perlu dilakukan pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dari anak
balita. Secara lebih detil, beberapa faktor yang menjadi penyebab umum stunting
Termasuk kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan
pada masa kehamilan, serta setelah ibu melahirkan. Beberapa fakta dan informasi
yang ada menunjukkan bahwa 60% dari anak usia 0-6 bulan tidak mendapatkan
Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif, dan 2 dari 3 anak usia 0-24 bulan tidak
berfungsi untuk mengenalkan jenis makanan baru pada bayi, MP-ASI juga dapat
mencukupi kebutuhan nutrisi tubuh bayi yang tidak lagi dapat disokong oleh ASI,
serta membentuk daya tahan tubuh dan perkembangan sistem imunologis anak
Care (pelayanan kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan) Post Natal
79% di 2007 menjadi 64% di 2013 dan anak belum mendapat akses yang
memadai ke layanan imunisasi. Fakta lain adalah 2 dari 3 ibu hamil belum
mengkonsumsi sumplemen zat besi yang memadai serta masih terbatasnya akses
6
ke layanan pembelajaran dini yang berkualitas (baru 1 dari 3 anak usia 3-6 tahun
dibanding dengandi New Delhi, India. Harga buah dan sayuran di Indonesia lebih
juga dicatat telah berkontribusi pada 1 dari 3 ibu hamil yang mengalami anemia.3,6
Indonesia masih buang air besar (BAB) diruang terbuka, serta 1 dari 3 rumah
penyakit kronis dan malnutrisi. Pada dasarnya perawakan pendek dibagi menjadi
a. Variasi normal
7
Parameter FSS CDGP
lahir
(MPH)
Riwayat pubertas - +
Prognosis tinggi badan lebih baik pada CDGP karena pada CDGP tinggi
badan dewasa dapat mencapai tinggi badan normal sedangkan pada FSS tidak, hal
ini disebabkan pada CDGP usia tulang mengalami retradasi sehingga masa
pertumbuhan lebih lama dari rata-rata penduduk. Kedua keadaan ini tidak
Oleh karena itu, kedua keadaan ini tidak perlu dirujuk ke pusat endokrin anak.
genetik tidak tampak saat lahir namun akan bermanifestasi setelah usia 2-3
tahun. Korelasi antara tinggi anak dan midparental high (MPH) 0,5 saat
usia 2 tahun dan menjadi 0,7 saat usia remaja (cuttler Leona, 1996).
8
Perawakan pendek familial ditandai oleh pertumbuhan yang selalu berada
tinggi badan orang tua atau salah satu orang tua pendek dan tinggi akhir di
b. Kelainan patologis
9
disebabkan oleh kelainan tulang seperti kondrodistrofi, displasia tulang, Turner,
sindrom Klinefelter.6
1) Penyakit infeksi
tulang.6
2) Penyakit endokrin
growth faktor 1 (IGF-1) dan IGF-3 yang terutama dihasilkan oleh hepar
10
dan kemudian akan menstimulasi produksi IGF-1 lokal dari kondrosit.
11
granuloma. Efek glukokortikoid lainnya diperlukan dalam pertumbuhan
Hormon ini tidak banyak berperan pada masa prapubertas, hal ini dapat
E. Patomekanisme
terjadi ketika hormon ini tidak ada atau diproduksi dalam jumlah tidak memadai.
Jika hormon hipofisis lainnya kurang, kondisi ini disebut hypopituitarism. Ketika
12
bagian anterior kelenjar pituitaria menghasilkan enam hormon peptida, salah satu
growthhormon.6,7
13
hormon pertumbuhan diproduksi, tetapi tidak cukup untuk mendukung
GH pada manusia adalah protein dengan 191 asam amino. Growth Hormone
Deficiency (GHD) adalah suatu kelainan yang terjadi pada kelenjar hipofisis. Pada
keadaan normal.
fase
perkembangan anak dan tanda dari adanya malnutrisi kronik. Faktor utama dalam
mekanisme stunting adalah adanya inflamasi pada penyakit kronik, dan penyakit
akan terjadi kaheksia, yaitu ditandai dengan turunnya nafsu makan, meningkatnya
penggunaan lemak dalam tubuh sebagai energi. Selain itu, juga terjadi
malabsorpsi makanan, intoleransi makan, dan adan ya efek obat dari terapi yang
14
sedang dijalani, contohnya steroid. Hal ini kemudian akan mengakibatkan adanya
proses akut, yaitu penurunan berat badan. Kaheksia pada akhirnya akan
terhadap GH pada suatu penyakit, contohnya gagal ginjal kronik dan konsumsi
menurunnya massa otot dan kepadatan tulang. Lama kelamaan, hal tersebut akan
menyebabkan efek kronis pada tubuh, yaitu adanya stunting, menurunnya kualitas
F. Manifestasi Klinik
atau salah satu orangtua yang pendek e. tinggi akhir dibawah persentil 3
atau 2 SD
b. pertumbuhan linear normal atau hamper normal pada saat pra pubertas dan
15
c. usia tulang terlambat
pubertas terlambat dalam keluara, usia tulang terlambat, akan tetapi masih
sesuai dengan usia tinggi. Anak dengan familial short stature selama
periode bayi dan pra pubertas akan mengalami pertumbuhan yang sama
seperti anak dengan CDGP. Anak -anak ini akan tumbuh memotong garis
persentil 3 atau -2 SD, tetapi masih normal sesuai potensi genetiknya dan
paralel dengan tinggi badan orangtua, dimana tinggi potensi genetik (TPG)
seseorang dapat diukur dengan rumus seb agai berikut: Target height/ mid
parental height :
Laki-laki
Perempuan
16
G. Langkah Diagnosis
1. Anamnesis
terhambat).
pubertas).
pertumbuhan linier).
potensitinggi genetik).7
2. Pemeriksaan Fisik
sertalingkar kepala.
17
Variasi normal perawakan pendek yang fisiologis yaitu:
kehidupan.
keluarga.7
18
Gambar 3. Bagan Penegakan Anamnesis
3. Pemeriksaan Penunjang
darah tepi lengkap, urin dan feces rutin,laju endap darah, elektrolit serum
dan urin dan usia tulang merupakan langkah pertama yang strategism
kadar GH, IGF-I, analisis kromosom, analisis DNA dan lain-lain sesuai
pertumbuhan yang sesuai. Pola pertumbuhan akibat bayi lahir Kecil Masa
19
Kehamilan (KMK), penyakit kronik, varian normal merupakan keadaan
Pada 2010, gerakan global yang dikenal dengan Scaling-Up Nutrition (SUN)
yaitu1,2,4,5
yang ditujukan kepada anak dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dan
spesifik umumnya dilakukan pada sektor kesehatan. Intervensi ini juga bersifat
jangka pendek dimana hasilnya dapat dicatat dalam waktu relatif pendek.
Kegiatan
dibagi menjadi beberapa intervensi utama yang dimulai dari masa kehamilan ibu
1. Intervensi Gizi Spesifik dengan sasaran Ibu Hamil. Intervensi ini meliputi
kegiatan memberikan makanan tambahan (PMT) pada ibu hamil untuk mengatasi
kekurangan energi dan protein kronis, mengatasi kekurangan zat besi dan asam
20
folat, mengatasi kekurangan iodium, menanggulangi kecacingan pada ibu hamil
2. Intervensi Gizi Spesifik dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia 0-6
3. Intervensi Gizi Spesifik dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia 7-23
ASI hingga anak/bayi berusia 23 bulan. Kemudian, setelah bayi berusia diatas 6
sector kesehatan dan berkontribusi pada 70% Intervensi Stunting. Sasaran dari
intervensi gizi spesifik adalah masyarakat secara umum dan tidak khusus ibu
hamil dan balita pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan/HPK. Kegiatan terkait
umumnya makro dan dilakukan secara lintas Kementerian dan Lembaga. Ada 12
21
2. Menyediakan dan memastikan akses terhadap sanitasi.
10. Memberikan edukasi kesehatan seksual dan reproduksi, serta gizi pada remaja.
Pada varian normal Stunting tidak perlu dilakukan terapi hormonal, cukup
observasi saja bahwa diagnosisnya memang varian normal bukan yang patologis.
aromatase inhibitor sebagai terapi ajuvan atau tunggal pada Familial Short Stature
dan Constitutional Delay of Growth and Puberty. Hingga laporan mengenai hasil
final terapi tersebut yaitu tinggi dewasa yang dicapai belum ada, maka sebaiknya
Indikasi pemberian Growth Hormone (GH) pada saat ini adalah anak
22
defisiensi GH diperkirakan antara 1:3500-4000 dengan 70% diantaranya
yang tidak diobati adalah 134–146 cm (pria) dan 128–134 cm(wanita). Sindrom
Turner terjadi pada 1:2500 bayi lahir (perempuan) dan klinis yang khas adalah
midparental height atau 136-147 cm.Pada sindrom Prader Willi, tidak ditemukan
defisiensi GH juga namun tinggi dewasa akan mencapai 154 cm (pria) dan 145-
Kurang lebih 80% anak yang lahir Kecil Masa Kehamilan (KMK) mengalami
catchup pada 6 bulan pertama kehidupan dan berakhir padausia 2 tahun, kadang-
kadang hingga usia 4 tahun. Antara 10-15% akan tetap pendek hingga usia
containing gene) diizinkan FDA sejak tahun 2006. Pada kasus ini secara klinis
ditemukan gejala dan tanda yaitu anak pendek, deformitas Madelung, dan palatum
23
Pemberian GH untuk sindrom Noonan adalah yang terkini di Amerika
Noonanadalah perawakan pendek yang disertai dismorfik muka yang khas dan
kelainan jantung bawaan dan retardasi mental. Dahulu sindrom ini dikenal sebagai
pada Idiopathic Short Stature (ISS). Diagnosis ISS adalah diagnosis eksklusi
kroniklainnya. Indikasi GH pada ISS adalah yang mempunyai tinggi badan <
Menunjukkan pertumbuhan lebih cepat dan lebih baik pada anak yang dirawat dan
diberi oksandrolon.
24