Anda di halaman 1dari 7

KAJIAN IPTEKS

Identitas Program Studi


Perguruan Tinggi : Universitas Sam Ratulangi
Fakultas : Matematika dan ilmu Pengetahuan Alam
Jurusan : Biologi
Program Studi : Biologi

I. KajianPerkembangan Ilmu Biologi


Amin (2016) menyatakan bahwa Ketika ditemukan peralatan yang lebih canggih seperti
mikroskop elektron dan metode analisis yang lebih sensitif pada abad ke-19, kajian biologi
menjadi semakin luas karena objek biologi mulai dikaji secara molekuler. Sejarah
perkembangan Biologi sebagaimana diuraikan di atas memberikan gambaran perjalanan ilmu
yang sangat ditopang oleh pengetahuan. Dalam tahap awal, semua ilmuwan mengembangkan
ilmu berdasarkan pengamatan. Dan pengamatan yang paling mudah adalah dengan melihat hal
yang tampak, maka berkembanglah cabang Biologi yang disebut Morfologi. Selanjutnya
makin detail pengamatan berkembanglah Anatomi, Fisiologi sampai pada kajian seluler
(Biologi Sel dan Molekular). Pemfokusan (reduksionis) ini sangat penting dalam rangka
pengembangan ilmu. Untuk berhasil belajar dan membelajarkan Biologi diperlukan minimal
tiga kesadaran yaitu: 1) sadar untuk apa belajar Biologi dan 2) sadar akan perlunya konten
keilmuan, 3) sadar akan bagaimana belajar atau mengajar dengan cara/teknik yang benar (how
teach/learn the true techique) (Amin, 2016).

II. Kajian Perkembangan IPTEKS di Era Revolusi Industri 4.0


Sanjaya (2019) menyatakan bahwa Pendidikan 4.0 adalah program untuk mendukung
terwujudnya pendidikan cerdas melalui peningkatan dan pemerataan kualitas pendidikan,
perluasan akses dan relevansi memanfaatkan teknologi dalam mewujudkan pendidikan Kelas
Dunia untuk menghasilkan peserta didik yang memiliki setidaknya 4 keterampilan abad 21
yaitu kolaborasi, komunikasi, berpikir kritis dan kreatif, mengacu pada standar kompetensi
global dalam mempersiapkan generasi muda memasuki realitas kerja global dan kehidupan
abad 21. Pembelajaran 4.0 merupakan istilah untuk menyatakan suatu perkembangan atau

1
model pembelajaran yang dilaksanakan atau disesuaikan dengan revolusi industri 4.0.
Awal 2018 adalah zaman revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan sistem cyber-
physical. Saat ini industri mulai menyentuh dunia virtual, berbentuk konektivitas manusia,
mesin dan data, semua sudah ada di mana-mana. Istilah ini dikenal dengan nama internet of
things (IoT). Tentunya, Pemerintah Republik Indonesia melihat peluang ini dan dianggap bisa
menyumbang penciptaan lapangan kerja lebih banyak serta investasi baru yang berbasis
teknologi. Sehingga dibentuklah roadmap dengan nama “Making Indonesia 4.0” (Junaidi,
2018).
Era Revolusi Industri 4.0: 75% pekerjaan melibatkan kemampuan sains, teknologi,
teknik dan matematika, internet of things, pembelajaran sepanjang hayat (Zimmerman, 2018
dalam Pannen, 2018). Paradigma Tri Darma Perguruan Tinggi harus diselaraskan dengan era
industri 4.0: Tiga Literasi baru (digital, teknologi dan human), Kegiatan ekstra kurikuler untuk
pengembangan kepemimpinan dan bekerja dalam tim, Entrepreneurship dan internship agar
diwajibkan, serta Pendidikan Sepanjang Hayat, PT menyiapkan pendidikan sepanjang hayat–
reskilling –upskilling.
Dalam Panduan Penyusunan KPT 2018 disebutkan bahwa perguruan tinggi dalam
menyusun atau mengembangkan kurikulum, wajib mengacu pada KKNI dan Standar Nasional
Pendidikan Tinggi. Tantangan yang dihadapi oleh perguruan tinggi dalam pengembangan
kurikulum di era Revolusi Industri 4.0 adalah menghasilkan lulusan yang memiliki
kemampuan literasi baru meliputi literasi data, literasi teknologi, dan literasi manusia yg
berakhlak mulia berdasarkan pemahaman ke-yakinan agama. Perguruan tinggi perlu
melakukan reorientasi pe-ngembangan kurikulum yang mampu menjawab tantangan tersebut.
Dalam Landasan historis, kurikulum yang mampu menfasilitasi mahasiswa belajar
sesuai dengan jamannya; kurikulum yang mampu mewariskan nilai budaya dan sejarah
keemasan bangsa-bangsa masa lalu, dan mentranformasikan dalam era di mana dia sedang
belajar; kurikulum yang mampu mempersiapkan mahasiswa agar dapat hidup lebih baik di era
perubahan abad 21, memiliki peran katif di era industri 4.0, serta mempu membaca tanda-
tanda revolusi industri 5.0. Pada akhirnya capaian pembelajaran lulusan (CPL) dirumuskan
oleh program studi berdasarkan hasil penelusuran lulusan, masukan pemangku kepenting-an,
asosiasi profesi, konsorsium keilmuan, kecenderungan perkembangan keilmuan/keahlian ke
depan, dan dari hasil evaluasi kurikulum. Rumusan CPL disarankan untuk memuat

2
kemampuan yang diperlukan dalam era industri 4.0 tentang literasi data, literasi teknologi, dan
literasi manusia, serta kemampuan memandang tanda-tanda akan terjadinya revolusi industri
5.0. Revolusi industri 5.0 dapat dipahami sebagai pasar kolaborasi manusia dengan sistem
cerdas yang berbasis pada internet of thinks (IoT) atau sistem fisik cyber, dengan kemampuan
memanfaatkan mesin-mesin cerdas lebih efisien dengan lingkungan yang lebih bersinergi
(Rada, 2017 dalam Ditbelmawa, 2019).

III. Kajian Karakteristik Generasi Pembelajar (Mahasiswa) sebagai Generasi Z


Saat ini, peserta didik atau mahasiswa perguruan tinggi terdiri atas beberapa generasi.
Ada Generasi X, yaitu sebagian besar mahasiswa pascasarjana, dan Generasi Y atau Millenial
(mahasiswa tingkat-tingkat akhir program sarjana), dan mahasiswa Generasi Z, yaitu
mahasiswa tahun-tahun awal program sarjana (lihat Gambar 1 di bawah). Untuk tidak kalah
dalam menyediakan jasa pendidikan yang baik, maka perguruan tinggi sudah seyogyanya
mulai memfokuskan diri ke Generasi Z, yaitu mahasiswa aktif terdaftar saat ini dan masa
datang, sampai muncul Generasi Alpha, yang saat ini masih balita. Dengan asumsi kuliah di
perguruan tinggi berlangsung selama 4 tahun, maka 75% dari mahasiswa S-1 saat ini adalah
para Generasi Z (kelahiran 1996 ke sini) (Suganda, 2018).
Strategi pembelajaran yang dikembangkan, terkait dengan perkembangan teknologi
(Suganda, 2018):
1) Penyampaian yang cepat, sampaikan dalam bentuk visual (data dan grafik atau kalau
2) perlu dengan video).
3) Kinestetik, eksperimental, pemecahan masalah, aktivitas langsung
4) Pencarian informasi yang cepat, nyaman, dan pintas (mahasiswa dapat mengakses dari
5) mana saja, kapan saja.
6) Meningtegrasikan multimedia (gunakan media sosial)
7) Tugas ganda (multitasking)
8) Umpan balik cepat, tujuan yang jelas, menantang, hadiah, dan positif
9) Penyampaian materi pendek-pendek disertai jeda.
10) Pendekatan uji coba
11) Tugas harus berupa pemecahan masalah (problem solving) dan bukan mengingat
12) (memorisasi)

3
13) Berupa kerja kelompok
14) Fleksibilitas untuk menguasai materi ajar sesuai yang terbaik bagi diri mahasiswanya.
Generasi paling muda yang baru memasuki angkatan kerja adalah generasi Z, disebut
juga iGeneration atau generasi internet. Generasi Z memiliki kesamaan dengan generasi Y,
tapi generasi Z mampu mengaplikasikan semua kegiatan dalam satu waktu (multi tasking)
seperti: menjalankan sosial media menggunakan ponsel, browsing menggunakan PC, dan
mendengarkan musik menggunakan headset. Apapun yang dilakukan kebanyakan
berhubungan dengan dunia maya. Sejak kecil generasi ini sudah mengenal teknologi dan akrab
dengan gadget canggih yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap kepribadian (Putra,
2016). Putra (2016) juga menyatakan bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
perbedaan karakteristik yang signifikan antar generasi Z dengan generasi lain, salah satu faktor
utama yang membedakan adalah penguasaan informasi dan teknologi. Bagi generasi Z
informasi dan teknologi adalah hal yang sudah menjadi bagian dari kehidupan mereka, karena
mereka lahir dimana akses terhadap informasi, khususnya internet sudah menjadi budaya
global, sehingga hal tersebut berpengaruh terhadap nilai – nilai, pandangan dan tujuan hidup
mereka. Bangkitnya generasi Z juga akan menimbulkan tantangan baru bagi praktek
manajemen dalam organisasi, khususnya bagi praktek manajemen sumber daya manusia.
Beberapa anjuran oleh Suganda (2018) dalam pembelajaran berbasis IT, antara lain:
1) Bahayanya plagiarisme dan bagaimana menghindarinya (tidak melakukan poting dan
2) tempel atau copy-paste, dan ajarkan cara melakukan paraphrasing.
3) Ajarkan etika dalam berkomunikasi secara elektronik.
Ajarkan cara bagaimana mencari kepustakaan dari internet yang layak untuk keperluan
4) akademik yang baik dan benar.
5) Karena berkomunikasi melalui elektronik (daring) menggunakan teks, ajarkan mereka
6) cara berbahasa tulis yang baik dan bena

IV. Kajian SWOT


Faktor Internal:
Strengths (Kekuatan)
1. Jumlah tenaga dosen yang mencukupi: 31 dosen yang terdiri dari 3 orang memiliki jabatan
guru besar, 9 lektor kepala, 15 lektor, dan 4 asisten ahli;

4
2. Fasilitas infrastruktur dan dukungan yang memadai dalam penyelenggaraan proses
administrasi dan manajemen, serta proses pembelajaran di Prodi;
3. Distribusi bidang keahliah dosen Prodi memadai dalam penyelenggaraan proses pembelajaran
di Prodi yang mencakup 4 Kelompok Bidang Ilmu, yaitu Ekologi, Zoologi, Botani,
Mikrobiologi, dan Genetika dan Biologi Molekuler.
4. Pendanaan yang cukup dari DIPA Universitas dan Fakultas dalam berbagai aspek pendidika di
Prodi;
5. Kerjasama dengan berbagai pihak bagi di tingkat universitas, fakultas, dan program studi tang
memadai dalam menunjang pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Weakness (Kelemahan)
1. Belum tersosialisasinya secara optimal Prodi di masyarakat sehingga minat mahasiswa baru
masih di bawah kuota,
2. Pelaksanaan pembelajaran berbasis web belum dilaksanakan secara optimal’
3. Belum optimalnya kegiatan ekstrakurikuler dalam mengembangkan kemampuan-kemampuan
soft skill yang dibutuhkan pasar kerja saat ini.
Faktor Eksternal:
Opportunities (Peluang)
1. Letak geografis yang menghadap ke Samudera Pasifik memberi peluang berbagai aspek dalam
penyelenggaraan Tri Dharma Perguruan Tinggi dan kerjasama;
2. Kekayaan sumber daya alam hayati dan nonhayati Sulawesi yang beragam dan melimpah yang
memberikan peluang dalam kajian dan pemanfaatannya dalam penyelenggaraan Tri Dharma
Perguruan Tinggi dan kerjasama.
Threatss (Ancaman)
1. Belum tersosialisainya implementasi pembelajaran di era revolusi industri 4.0 bisa mengancam
daya saing lulusan Prodi;

5
Melalui kajian di atas, Program Studi Biologi memiliki Visi, Misi, dan Tujuan sebagai
berikut ini.
Visi dan Misi :

Visi:

Menjadi Program Studi yang unggul dan berbudaya dalam pendidikan, penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat di bidang biodiversitas, biokonservasi dan bioteknologi di tingkat Nasional dan
Internasional pada tahun 2025.

Misi:

Misi 1 : Melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang unggul dan berbudaya dalam bidang
Biologi.
Misi 2 : Menghasilkan sarjana yang bertakwa, mampu mengkaji, memanfaatkan, dan melestarikan
sumber daya alam, dan menyebarluaskan IPTEK bagi kesejahteraan umat manusia secara
berkelanjutan.
Misi 3 : Berperan aktif memecahkan permasalahan dalam masyarakat yang berkaitan dengan
Biologi.

REKOMENDASI:
Dari kajian di atas, beberapa rekomendasi yang harus diakomodasi dalam pengembangan
kurikulum Program Studi Biologi, antara lain:
1. Materi atau bahan kajian biologi mencakup bidang lengkap dari Biologi Molekuler
sampai dengan Ekologi. Dengan kata lain, bahan kajian meliputi seluruh Kelompok
Bidang Ilmu, yaitu Botani, Zoologi, Ekologi, Mikrobiologi, serta Genetika dan Biologi
molekuler.
2. Perlunya memasukkan unsur Revolusi Industri 4.0 yang meliputi: Literasi baru (digital,
teknologi dan human), Kegiatan ekstra kurikuler untuk pengembangan kepemimpinan
dan bekerja dalam tim, Entrepreneurship dan internship agar diwajibkan, serta
Pendidikan Sepanjang Hayat.
3. Pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik generasi Z, yaitu penggunaan teknologi IT
dalam pelaksanaan pembelajaran dengan tetap mengembangkan keunggulan-keunggulan
pembelajaran kelas yang baurannya dikenal sebagai hybrid/blended-learning.
4. Program studi harus selalu meningkatkan kualitas seluruh sumber daya sehingga dapat
melewati standar nasional pendidikan.

6
Daftar Pustaka:
Amin, M. 2016. Perkembangan Biologi dan Tantangan Pembelajarannya. Seminar Nasional
Pendidikan dan Saintek 2016 (ISSN: 2557-533X). pp. 1-11.

Junaedi. ed. 2018. Tantangan Besar Perguruan Tinggi di Revolusi Industri 4.0. Unilak
Magazine. Edisi 4 Tahun 2018.

Pannen, P. 2018. Mempersiapkan SDM Indonesia di Era Revolusi Industri 4.0.


Kemenristekdikti.
https://puspiptek.ristekdikti.go.id/wp.../revolusi-industri-4.0_PIF-2018_2018-1.pdf.

Putra, Y.S. 2016. Theoritical Review: Teori Perbedaan Generasi. Among Makarti Vol.9 No.18,.
pp. 123-134.

Sanjaya, A. 2019. Transformasi Perguruan Tinggi Era Pendidikan 4.0 Mewujudkan “Perguruan
Tinggi Kelas Dunia”. PT. Duta Digital Informatika. www.du-gi.com.

Suganda, T. 2018. Pengelolaan Pembelajaran Zaman Now (Generasi Z).


https://www.researchgate.net/publication/323259147. Pp. 1-11.

Anda mungkin juga menyukai