Anda di halaman 1dari 6

Poin 1: Konsep dasar kebijakan kesehatan

kebijakan adalah rangkaian dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana
dalam pelaksanaan suatu pekerjaan kepemimpinan, dan cara bertindak (tentang organisasi
ayau pemerintah).
kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, sosial maupun spritual yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU 36 tahun
2009).
kebijakan kesehatan dapat di artikan sebagai seuatu rangkaian konsep, asas, ketentuan
pokok, dan keputusan yang di ambil oleh seseorang atau sekelompok pelaku politik yang
menjadi pedoman dan dasar pelaksanaan kegiatan untuk mencapai keadaan seimbang yang
dinamis antara fisik, mental, sosial maupun spiritual yang di indikasikan tidak adanya
keluhan ataupun tidak terdapat tanda – tanda penyakit atau kelainan agar masyarakat dapat
hidup produktif baik scara sosial dan maupun ekonomi.
teori Blum 1981 faktor yang mempengaruhi derajad kesehatan :
- Keturunan
- Lingkungan
- Perilaku
- Pelayanan kesehatan
secara operasional, kebijakan kesehatan beroprasi pada 4 tingkatan.
1. tingkatan sistemik, yaitu corak utama yang membentuk sistem kesehatan secara
keseluruhan, misalnya keterlibatan institusi publik, peran atau suwasta dan hubungan
kesehatan dengan sektor lain
2. tingkatan program, yaitu memutuskan prioritas untuk pelayanan kesehatan, program-
program kesehata yang nyata dan cara yang di tempu dimana sumber daya harus di
alokasikan
3. tingkatan organisasi, yaitu menunjuk pada cara yang ditempuh agar sumber daya dapat
digunakan produktiv dan menyediakan pelayanan yang bermutu tingi
4. tingkat instrumental, yaitu menjadi tingkatan dalam pengembangan instrumen organisasi
yang baik, seperti dalam pengembangan sumber daya manusia kesehatan, menejemen
kesehatan, pembiayaan kesehata, dsb
menurut rahmat (2017), pelayanan publik dibidang kesehatan memiliki minimal 3
karakteristik utama yaitu
1. intangibility, berarti bahwa pelayanan publik dibidang kesehatan pada dasarnya bersifat
performance dan hasil pengalaman. sebagian besar pelayanan publik di bidang kesehatan
tidak dapat di hitung, di ukur, di raba, atau di uji sebelum disampaikan untuk menjamin
mutu pelayanan
2. heterogenity, yaitu memakai jasa pelayanan publik di bidang kesehatan (client) memiliki
kebutuhan yang sangat heterogen. pelangan dengan pelayanan yang sama mungkin
memiliki prioritas berbeda
3. inseparability, berarti produksi dan konsumsi pelayanan publik di bidang kesehatan tidak
terpisahkan. konsekuensinya di dalam industri pelayana kesehatan adalah mutu
pelayanan itidak di rekayasa kedalam produksi di sektor pabrik kemudian di sampaikan
kepada konsumen, tetapi mutu pelayanan terjadi selama pelayanan kesehatan
berlangsung, biasanya interaksi antara client dan penyedia jasa atau antara pasien dan
tenaga kesehatan
Poin II : Klasifikasi Kesehatan
Sebagai suatu kebijakan publik, jenis-jenis kebijakan kesehatan menurut Dachi
(2017), dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a. Substantive dan Procedural Policies
SubstantivePolicies adalah kebijakan kesehatan yang dilihat dari substansi
masalah yang dihadapi. Suatu kebijakan kesehatan bisa saja menyangkut upaya
kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumber daya kesehatan, farmasi, perbekalan
kesehatan, makanan, manajemen dan informasi kesehatan, atau pemberdayaan
masyarakat. Procedural policy adalah kebijakan yang dilihat dari pihak-pihak yang
terlibat dalam perumusannya (policy stake holders).
b. Distributive, Redistributive dan Regulatory Policies
Distributive policies adalah kebijakan kesehatan yang dilihat dari
pemberian pelayanan atau keuntungan kepada individu, kelompok, atau swasta.
Redistributive policies adalah suatu kebijakan kesehatan yang menyangkut
pemindahan alokasi kekayaan pemilihan hak.Regulatory Policies adalah
pembatasan/pelarangan terhadap perbuatan/tindakan. Misalnya pembatasan jumlah
anak dalam program KB di masa pemerintah order baru, pelarangan merokok di
tempat-tempat umum, dan lain sebagainya.
c. Material Policies
d. Public Goods dan private Goods Policies
Public goods policies adalah penyediaan barang/pelayanan untuk
kepentingan orang banyak. misalnya penyediaan obat oleh pemerintah dalam
program jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) di masa lalu. Private goods
policies adalah penyediaan barang/pelayanan untuk kepentingan perorangan
dengan imbalan tertentu.
Poin III: Tahap Kebijakan Kesehatan
Tahap-tahap kebijakan publik menurut William Dunn adalah sebagai berikut:
1. Penyusunan Agenda (Agenda Setting)
Penyusunan agenda (Agenda Setting) adalah sebuah fase dan proses yang sangat
strategis dalam realitas kebijakan publik. Sebelum kebijakan ditetapkan dan dilaksanakan,
pembuat kebijakan perlu menyusun agenda dengan memasukkan dan memilih masalah-
masalah mana saja yang akan dijadikan prioritas untuk dibahas. Masalah-masalah yang
terkait dengan kebijakan akan dikumpulkan sebanyak mungkin untuk diseleksi. Dalam
proses inilah memiliki ruang untuk memaknai apa yang disebut sebagai masalah publik
dan prioritas dalam agenda publik dipertarungkan. Jika sebuah isu berhasil mendapatkan
status sebagai masalah publik, dan mendapatkan prioritas dalam agenda publik, maka isu
tersebut berhak mendapatkan alokasi sumber daya publik yang lebih daripada isu lain.
Dalam agenda setting juga sangat penting untuk menentukan suatu isu publik yang akan
diangkat dalam suatu agenda pemerintah. Issue kebijakan (policy issues) sering disebut
juga sebagai masalah kebijakan (policy problem). Policy issues biasanya muncul karena
telah terjadi silang pendapat di antara para aktor mengenai arah tindakan yang telah atau
akan ditempuh, atau pertentangan pandangan mengenai karakter permasalahan tersebut.
Menurut William Dunn (1990), isu kebijakan merupakan produk atau fungsi dari adanya
perdebatan baik tentang rumusan, rincian, penjelasan maupun penilaian atas suatu masalah
tertentu. Namun tidak semua isu bisa masuk menjadi suatu agenda kebijakan. Ada
beberapa Kriteria isu yang bisa dijadikan agenda kebijakan publik diantaranya: telah
mencapai titik kritis tertentu yang apabila diabaikan menjadi ancaman yang serius, telah
mencapai tingkat partikularitas tertentu yang berdampak dramatis, menyangkut emosi
tertentu dari sudut kepentingan orang banyak, mendapat dukungan media massa,
menjangkau dampak yang amat luas, mempermasalahkan kekuasaan dan keabsahan dalam
masyarakat serta menyangkut suatu persoalan yang fasionable (sulit dijelaskan, tetapi
mudah dirasakan kehadirannya)
Penyusunan agenda kebijakan seharusnya dilakukan berdasarkan tingkat urgensi dan
esensi kebijakan, juga keterlibatan stakeholder. Sebuah kebijakan tidak boleh mengaburkan
tingkat urgensi, esensi, dan keterlibatan stakeholder.
2.Formulasi Kebijakan (Policy Formulating)
Masalah yang sudah masuk dalam agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para
pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan
masalah yang terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif atau
pilihan kebijakan yang ada. Sama halnya dengan perjuangan suatu masalah untuk masuk
dalam agenda kebijakan, dalam tahap perumusan kebijakan masing-masing alternatif
bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah.

3. Adopsi/Legitimasi Kebijakan (Policy Adoption)


Tujuan legitimasi adalah untuk memberikan otorisasi pada proses dasar
pemerintahan. Jika tindakan legitimasi dalam suatu masyarakat diatur oleh kedaulatan
rakyat, warga negara akan mengikuti arahan pemerintah. Namun warga negara harus
percaya bahwa tindakan pemerintah yang sah. Dukungan untuk rezim cenderung berdifusi
- cadangan dari sikap baik dan niat baik terhadap tindakan pemerintah yang membantu
anggota mentolerir pemerintahan disonansi. Legitimasi dapat dikelola melalui manipulasi
simbol-simbol tertentu. Di mana melalui proses ini orang belajar untuk mendukung
pemerintah.

4. Implementasi Kebijakan (Policy Implementation)


Pada tahap inilah alternatif pemecahan yang telah disepakati tersebut kemudian
dilaksanakan. Pada tahap ini, suatu kebijakan seringkali menemukan berbagai kendala.
Rumusan-rumusan yang telah ditetapkan secara terencana dapat saja berbeda di lapangan.
Hal ini disebabkan berbagai faktor yang sering mempengaruhi pelaksanaan kebijakan.
Kebijakan yang telah melewati tahap-tahap pemilihan masalah tidak serta merta
berhasil dalam implementasi. Dalam rangka mengupayakan keberhasilan dalam
implementasi kebijakan, maka kendala-kendala yang dapat menjadi penghambat harus
dapat diatasi sedini mungkin.

5. Penilaian/ Evaluasi Kebijakan (Policy Evaluation)


Secara umum evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang
menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi, implementasi
dan dampak. Dalam hal ini , evaluasi dipandang sebagai suatu kegiatan fungsional.
Artinya, evaluasi kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap akhir saja, melainkan
dilakukan dalam seluruh proses kebijakan. Dengan demikian, evaluasi kebijakan bisa
meliputi tahap perumusan masalh-masalah kebijakan, program-program yang diusulkan
untuk menyelesaikan masalah kebijakan, implementasi, maupun tahap dampak kebijakan.

Poin IV : Manfaat studi kebijakan kesehatan


Studi kebijakan kesehatan memiliki 3 manfaat penting yaitu : untuk pengembangan ilmu
pengetahuan, meningkatkan profesionalisme praktis kebijakan kesehatan dan untuk tujuan
politik.

1. Dalam konteks pengembangan ilmu pengetahuan, seorang ilmuwan kebijakan kesehatan


dapat menepatkan kebijakan kesehatan sebagai variabel pengaruh sehingga dapat
menentukan variabel pengaruhnya.studi ini mencari variabel-variabel yang dapat
mempengaruhi isi suatu kebijakan kesehatan.sebaliknya studi kebijakan kesehatan dapat
menepatkan kebijakan kesehatan sebagai variabel pengaruhnya, sehingga berusaha
mengidentifikasi dampak dari suatu kebijakan kesehatan.
2. Dalam konteks profesionalisme praktis kebijakan kesehatan,seorang analisis kebijakan
kesehatan dalam mengkaji suatu kebijakan kesehatan akan memiliki dasar teoris tentang
bagaiman membuat kebijakan kesehatan yang baik dan memperkecil kegagalan dari suatu
kebijakan kesehatan. Setidaknya akan lahir kebijakan kesehatan yang lebih berkualitas
yang dapat menopang tujuan pembangunan.
3. Dalam konteks politiks, suatau kebijakan kesehatan yang di buat melalui proses yang
benar dengan dukungan teori yang kuat memiliki posisi yang kuat terhadap kritik dari
lawan-lawan politik. Sebaiknya kebijakan kesehatan dapat meyakinkan lawan-lawan
politik yang sebelumnya mungkin kurang setuju.kebijakan kesehatan seperti itu tidak
akan mudah di terminasi hanya karena kepentingan sesat dari lawan-lawan politik.
DAFTAR PUSTAKA

- rahmat, alyakin dachi. 2017. proses dan analisis kebijakan kesehatan.DEE publish.
yogyakarta.
- Dachi, Rahmat Alyakin. 2017. Proses Dan Analisis Kebijakan Kesehatan. Deepublish.
Yogyakarta.
- William Dunn, Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta, 1998, Hal: 24
- Rahmad AD. Proses dan Analisi kebijakan,CV Budi Utama.

Anda mungkin juga menyukai