1
Perbaharkam No 1 Tahun 2012 Tentang Ton Raimas
2
Protap Dankorbrimob Polri No 1 tahun 2017
2
SUBBAG BINOPS BAGOPS KORBRIMOB POLRI
(a) Ranmor roda dua lima belas unit;
(b) Helm tiga puluh buah;
(c) Rompi pelindung badan tiga puluh set;
(d) Sarung tangan kulit tiga puluh pasang;
(e) Pengeras suara (Megaphone) satu unit;
(f) Flash ball empat belas pucuk dan amunisinya;
(g) Pesawat Handy Talky (HT) satu unit; dan
(h) Masker gas tiga puluh buah.
(2) Perlengkapan perorangan:
(a) Pakaian PDL II Sabhara;
(b) Tongkat “T”; dan
(c) Borgol.
b) Susunan Peralatan Peleton Brimob:
(1) Peralatan Satuan:
(a) Kendaraan roda 2/ motor trail, lima belas unit;
(b) Kendaraan roda 4 Rantis/ Baraccuda (APC), satu unit;
(c) Kendaraan roda 4 Ambulance, satu unit;
(d) Kendaraan roda 4 Taktikal Double Cabin, satu unit;
(e) Kendaraan roda 4 pengangkut tahanan, satu unit;
(f) Kamera/Action Camera, 3 unit;
(2) Perlengkapan Perorangan:
(a) PDL II Hitam Brimob;
(b) Sebo;
(c) Masker;
(d) Sarung Tangan;
(e) Tas Magazen;
(f) Jas Hujan;
(g) Senter;
(h) Helm Kevlar, 47 unit;
(i) Kaca Mata/google, 47 unit;
(j) Rompi level III dilengkapi Camel Bag, 47 unit;
(k) Pelindung tangan dan kaki, 47 unit;
(l) Tameng desak, 10 unit;
(m) Tameng sekat, 10 unit;
(n) Senjata api, 10 unit;
(o) Amunisi hampa, karet dan tajam;
(p) Borgol plastik.
(q) Kotak P3K
c) Susunan Peralatan Peleton TNI Tri Patra:
(1) Peralatan Satuan:
(a) Kendaraan roda 2/ roda 4 organik TNI;
3
SUBBAG BINOPS BAGOPS KORBRIMOB POLRI
(2) Perlengkapan Perorangan:
(a) PDL TNI;
(b) Masker;
(c) Sarung Tangan;
(d) Tas Magazen;
(e) Jas Hujan;
(f) Senter;
(g) Helm Kevlar;
(h) Kaca Mata/google;
(i) Rompi level III dilengkapi Camel Bag;
(j) Pelindung tangan dan kaki;
(k) Borgol plastik;
(l) Senjata api;
(m) Amunisi hampa, karet dan tajam;
(n) Kotak P3K.
4
SUBBAG BINOPS BAGOPS KORBRIMOB POLRI
J. Azas-azas penggunaan Kekuatan Satuan Tri Patra
1. Legalitas; semua tindakan Kepolisian yang dilakukan oleh anggota Satuan Tri
Patra harus sesuai dengan Perundang-Undangan yang berlaku;
2. Nessesitas; penggunaan kekuatan dapat dilakukan bila memang diperlukan dan
tidak dapat dihindarkan berdasarkan situasi yang dihadapi;
3. Proporsionalitas; penggunaan kekuatan harus dilaksanakan secara seimbang
antara ancaman yang dihadapi dan tingkat kekuatan atau respon anggota Polri,
sehingga tidak menimbulkan kerugian/korban/penderitaan yang berlebihan;
4. Reasonable; tindakan kepolisian diambil dengan mempertimbangkan secara logis
situasi dan kondisi dari ancaman atau perlawanan pelaku kejahatan terhadap
petugas atau bahayanya terhadap masyarakat.
5
SUBBAG BINOPS BAGOPS KORBRIMOB POLRI
3) Peleton Sabhara melaksanakan lintas ganti dan berada di belakang
Peleton Brimob untuk memberi tembakan gas air mata dan membantu
melokalisir warga;
4) Komandan Satuan Tri Patra memerintahkan Peleton TNI Tri Patra untuk
membentuk Parimeter guna melokalisir TKP dan mengamankan objek
pengamanan agar tidak meluas;
5) Rantis APC, Tactical Double Cabin dan Mobil Tahanan serta Ambulance
berada di belakang formasi Peleton TNI Tri Patra;
6) Apabila dalam tindakan melumpuhkan yang dilakukan oleh petugas
terjadi korban luka, maka Peleton TNI Tri Patra melakukan
pengamanan Parimeter sehingga melokalisir TKP untuk mencegah
provokasi;
7) Tim Keslap dengan dilindungi oleh Peleton TNI Tri Patra segera
melakukan pertolongan terhadap korban sesuai prosedur dengan
menggunakan sarana medis yang tersedia;
8) Melakukan penangkapan terhadap para pelaku/ provokator apabila
situasi memungkinkan atau dilakukan setelah situasi kondusif.
b) Menghadapi Tindakan Massa Agresif yang bersifat Segera, terjadi secara
spontan dan sporadis:
1) Kasatwil sebagai pemegang komando taktis memerintahkan Komandan
Satuan Tri Patra untuk melakukan tindakan tegas dengan kendali
senjata api ;
2) Komandan Satuan Tri Patra memerintahkan massa untuk menghentikan
semua tindakan kekerasan dengan seruan-seruan yang jelas dan keras;
3) Apabila massa tidak mengindahkan perintah petugas, maka komandan
Satuan Tri Patra segera memerintahkan Peleton Brimob untuk
melakukan tindakan tegas dengan cara:
(a) Peleton Brimob Tri Patra membentuk formasi paruh lembing atau
bersaf (sesuai situasi medan) dalam ikatan regu ataupun peleton,
melakukan tindakan dengan menggunakan senjata api sesuai
dengan pertimbangan dan prosedur penggunaan senjata api;
(b) Peleton Sabhara Satuan Tri Patra membentuk formasi melapis di
bagian belakang Peleton Brimob guna melakukan tindakan kendali
senjata tumpul, senjata kimia, antara lain gas air mata atau alat
lain sesuai dengan standar Polri;
(c) Komandan Satuan Tri Patra memerintahkan Peleton TNI Tri Patra
untuk membentuk Parimeter guna melokalisir TKP dan
mengamankan objek pengamanan agar tidak meluas;
(d) Rantis APC, Tactical Double Cabin dan Mobil Tahanan serta
Ambulance berada di belakang formasi Peleton TNI Tri Patra.
4) Apabila dalam tindakan melumpuhkan yang dilakukan oleh petugas
terjadi korban luka, maka Tim Keslap dengan dilindungi oleh Peleton
TNI Tri Patra segera melakukan pertolongan terhadap korban sesuai
prosedur dengan menggunakan sarana medis yang tersedia.
6
SUBBAG BINOPS BAGOPS KORBRIMOB POLRI
L. Komando Satuan Tri Patra
1. Komando Utama penggunaan kekuatan Satuan Tri Patra Berada pada Kapolri dan
Panglima TNI;
2. Komando Operasional penggunaan kekuatan Satuan Tri Patra berada pada
Kapolda;
3. Komando Taktis penggunaan kekuatan Satuan Tri Patra berada pada Kasatwil;
4. Komando Teknis penggunaan kekuatan Satuan Tri Patra serendah-rendahnya
berada pada Komandan Peleton Satuan Tri Patra.
M. Instruksi
Prosedur penggunaan kekuatan untuk menghadapi tindakan massa agresif dan
tindakan massa agresif yang bersifat segera, dilakukan langsung pada tahap V atau
tahap VI, merujuk pada Perkap No 1 Tahun 2009 tentang Penggunaan Kekuatan Dalam
Tindakan Kepolisian,disesuaikan dengan peristiwa gangguan nyata yang dihadapi;
1. Tahap V, kendali senjata tumpul atau tongkat polisi dan senjata kimia
(semprotan air, gas air mata atau alat lain sesuai standar Polri):
Dilakukan dengan menggunakan teknik yang dapat menyebabkan cedera berat
untuk menghadapi tindakan massa yang bersifat agresif (misalnya ketika
Satuan Tri Patra menghalau atau membubarkan para pelaku/massa agar menjauh
dari objek yang diamankan);
2. Tahap VI, kendali dengan menggunakan senjata api:
Dilakukan dengan menggunakan teknik yang dapat menyebabkan cedera serius,
dilakukan untuk menghadapi tindakan massa yang bersifat agresif segera, dalam
hal ini tindakan pelaku atau massa dapat menimbulkan bahaya ancaman luka
parah atau kematian terhadap masyarakat atau anggota Polri atau dapat
membahayakan keselamatan umum serta harta benda/obyek (misalnya
menyerang masyarakat atau petugas dengan menggunakan senjata api atau
senjata tajam, membakar stasiun pompa bensin, meledakkan gardu listrik,
meledakkan gudang senjata atau amunisi, atau menghancurkan objek vital);
3. Penggunaan kekuatan dengan senjata api dilakukan ketika:
a) Tindakan massa/para pelaku dapat secara segera menimbulkan luka parah
atau kematian bagi masyarakat atau anggota Polri;
b) Anggota Polri tidak memiliki alternatif lain yang beralasan dan masuk akal
untuk menghentikan tindakan massa/para pelaku;
c) penggunaan kekuatan dengan senjata api merupakan upaya terakhir untuk
menghentikan tindakan massa/para pelaku.
4. Prosedur penggunaan senjata api dilakukan dengan cara:
a) Terlebih dahulu dilakukan tembakan peringatan apabila massa/para pelaku
belum melakukan tindakan agresif yang bersifat segera, dengan ketentuan:
1) Tembakan peringatan dilakukan dengan pertimbangan yang aman,
beralasan, dan masuk akal untuk menghentikan tindakan pelaku, serta
tidak menimbulkan ancaman atau bahaya bagi orang-orang di
sekitarnya;
2) Tembakan peringatan hanya dilepaskan ke udara atau ke tanah dengan
kehati-hatian yang tinggi dengan tujuan:
7
SUBBAG BINOPS BAGOPS KORBRIMOB POLRI
(a) Menurunkan moril massa atau para pelaku;
(b) Memberikan peringatan sebelum tembakan diarahkan kepada
massa atau para pelaku;
3) Tembakan peringatan dilakukan secara serempak atau salvo untuk
memberikan efect different atau mengejutkan massa.
b) Tembakan peringatan tidak diperlukan, ketika menangani bahaya ancaman
yang dapat menimbulkan korban luka parah atau kematian bersifat
segera, karena tidak memungkinkan dilakukan tembakan peringatan;
c) Tahapan pengunaan senjata api dilakukan dengan memperhatikan situasi
dan kondisi di lapangan mulai dari penggunaan peluru hampa, peluru karet
atau sejenis, dan peluru tajam;
d) Sasaran tembakan diarahkan pada bagian tubuh yang tidak mematikan dan
bersifat melumpuhkan.
5. Persenjataan dan Amunisi
a) Persenjataan
Senjata api laras panjang dan pendek Organik serta Senjata Gas Air Mata.
b) Amunisi
1) Untuk senjata api laras panjang, magazen pertama berisi 3 butir
amunisi hampa dan 17 butir amunisi karet, ditandai dengan magazen
warna hijau;
2) Magazen kedua berisi 20 butir amuisi karet, ditandai dengan magazen
warna kuning;
3) Dan magazen ketiga berisi 20 butir amunisi tajam, ditandai dengan
magazen warna merah;
4) Senjata gas air mata dilengkapi dengan amunisi gas air mata yang
disesuaikan dengan jenis senjatanya minimal 15 butir.
c) Prosedur penggunaan amunisi sebagaimana tersebut pada poin 5 b),
1),2),3), berlaku untuk Peleton Brimob dan Peleton TNI Tri Patra.
N. Pengertian-pengertian
Dalam Naskah ini yang dimaksud dengan:
1. Kepala Kesatuan Kewilayahan yang selanjutnya disingkat Kasatwil adalah
pelaksana tugas dan wewenang Polri di wilayah Kecamatan, Kabupaten/Kota dan
Provinsi;
2. Tindakan Kepolisian adalah upaya paksa dan/atau tindakan lain yang dilakukan
secara bertanggung jawab menurut hukum yang berlaku untuk mencegah,
menghambat, atau menghentikan kekerasan atau pelaku kejahatan lainnya yang
mengancam keselamatan, atau membahayakan jiwa raga, harta benda atau
kehormatan kesusilaan, guna mewujudkan tertib dan tegaknya hukum serta
terbinanya ketenteraman masyarakat;
3. Keamanan dan ketertiban masyarakat yang selanjutnya disingkat Kamtibmas
adalah suatu kondisi dinamis masyarakat sebagai salah satu prasyarat
terselenggaranya proses pembangunan nasional dalam rangka tercapainya tujuan
nasional yang ditandai oleh terjaminnya keamanan, ketertiban, dan tegaknya
hukum serta terbinanya ketenteraman yang mengandung kemampuan membina
serta mengembangkan potensi dan kekuatan masyarakat dalam menangkal,
8
SUBBAG BINOPS BAGOPS KORBRIMOB POLRI
mencegah, dan menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum dan bentuk-
bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan masyarakat;
4. Peleton Sabhara Tri Patra yang selanjutnya disingkat Tonsabhara Tri Patra adalah
Peleton Sabhara yang bertugas mengurai/membubarkan dan melokalisir massa
yang melakukan tindakan kejahatan sehingga mengganggu ketertiban umum
berfungsi sebagai kekuatan penindak tahap awal;
5. Peleton Brimob Tri Patra adalah peleton yang dibentuk untuk menanggulangi
tindakan yang dilakukan oleh sekelompok orang atau massa yang melawan
hukum, membahayakan keamanan umum dengan mengancam keselamatan orang
lain atau masyarakat;
6. Peleton TNI Tri Patra adalah peleton yang dibentuk untuk menanggulangi
tindakan yang dilakukan oleh sekelompok orang atau massa yang melawan
hukum, membahayakan keamanan obyek vital/tertentu dengan mengancam
keselamatan orang lain atau masyarakat;
7. Kendaraan Pengurai Massa yang selanjutnya disingkat Ranraimas adalah
kendaraan roda dua (sepeda motor) yang digunakan sebagai sarana pendukung
operasional untuk melaksanakan tugas mengurai/membubarkan dan melokalisir
kekuatan massa yang mengganggu Kamtibmas;
8. Mengurai massa adalah tindakan kepolisian untuk memecah dan melemahkan
konsentrasi serta kekuatan massa menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil;
9. Diskresi kepolisian adalah tindakan anggota kepolisian berwenang mengambil
keputusan dalam situasi tertentu yang membutuhkan pertimbangan sendiri demi
kepentingan umum;
10. Acara Arahan Pimpinan yang selanjutnya disingkat AAP adalah kegiatan yang
dilakukan oleh kendalitaktis dan teknis berupa pemberian arahan kepada seluruh
anggota Polri sebelum diterjunkan ke lapangan untuk melaksanakan tugas;
11. Gangguan Nyata selanjutnya disingkat GN adalah gangguan keamanan berupa
kejahatan atau pelanggaran yang terjadi dan menimbulkan kerugian bagi
masyarakat berupa jiwa raga ataupun harta benda;
12. Tindakan Tegas dan Terukur adalah serangkaian tindakan kepolisian yang
dilakukan oleh anggota Polri, baik perorangan maupun dalam ikatan kesatuan
secara profesional, proporsional dan tanpa ragu-ragu serta sesuai peraturan
perundang-undangan;
13. Penggunaan Kekuatan adalah segala upaya untuk pengerahan daya, potensi atau
kemampuan anggota Polri dalam rangka melaksanakan tindakan kepolisian untuk
menanggulangi kejahatan terhadap keamanan umum bagi orang atau barang;
14. Perbantuan TNI kepada Polri adalah bantuan penggunaan dan pengerahan
kekuatan TNI sesuai dengan gangguan keamanan yang dihadapi atas permintaan
pejabat Polri yang berwenang dalam kondisi tertentu untuk menambah kekuatan
dan kemampuan Polri agar mampu mencegah dan menanggulangi gangguan
Kamtibmas serta memulihkan Kamtibmas;
15. Tindakan agresif adalah tindakan seseorang atau sekelompok orang untuk
menyerang anggota Polri, masyarakat, harta benda atau kehormatan kesusilaan;
16. Tindakan agresif yang bersifat segera adalah tindakan seseorang atau sekelompok
orang yang dapat menyebabkan luka parah atau kematian atau membahayakan
kehormatan kesusilaan anggota Polri atau masyarakat atau menimbulkan bahaya
terhadap keselamatan umum.
9
SUBBAG BINOPS BAGOPS KORBRIMOB POLRI
O. Penutup
Demikian Ketentuan Operasional Satuan Tri Patra yang berfungsi sebagai Power
On Hand Kasatwil Dalam Menghadapi Gangguan Kamtibmas Pemilukada 2018 serta
Pemilu Legislatif dan Presiden/Wapres 2019 ini disusun sebagai bentuk implementasi
sinergitas Polri dan TNI.
10
SUBBAG BINOPS BAGOPS KORBRIMOB POLRI