Anda di halaman 1dari 27

UMC/FAR/MODUL/FA114/001

MODUL PRAKTIKUM
KIMIA DASAR

Oleh:
Tim Praktikum Kimia Dasar

Program Studi Farmasi


Fakultas Sains dan
Teknologi
Universitas Ma Chung

2019

1
UMC/FAR/MODUL/FA114/001

Halaman Pengesahan

No. Dokumen : 010

Revisi : 00

Matakuliah/ : Analisis Farmasi


Praktikum

Kode Matakuliah : FA 216

SKS : 1

Program Studi : Farmasi

Semester : 1 (Ganjil)

PENGENALAN ALAT GELAS DAN PEMBUATAN LARUTAN


PENGUKURAN AIR HIDRAT
BUFFER DAN KAPASITAS BUFFER
REDUKSI DAN OKSIDASI

Penyusun:
Tim Praktikum Kimia Dasar

Malang, Agustus 2019


Menyetujui, Mengesahkan,
Ketua Program Studi Farmasi Dekan Fakultas Sains
dan Teknologi

Rehmadanta Sitepu, M.Si.,Apt. Rudi Setiawan, S.Si.,


M.T.
NIP. 20150002 NIP. 20080042

5
UMC/FAR/MODUL/FA114/001

Kata Pengantar

Modul praktikum kimia dasar ini ditujukan bagi mahasiswa program


studi farmasi Universitas Ma Chung sesuai dengan kurikulum
matakuliah Biokimia dengan bobot 3 SKS pada semester 1. Penyusunan
modul praktikum disesuaikan dengan silabus perkuliahan kimia dasar.
Kompetensi mahasiswa yang diasah dalam modul praktikum Biokimia
ini adalah mahasiswa mampu mengenal alat dan bahan dalam
laboratorium, asidi dan alkalimetri, buffer dan kapasitas buffer, dan
reduksi oksidasi.

Diharapkan modul yang disusun ini memberikan manfaat bagi


mahasiswa prodi farmasi dalam mengaplikasikan konsep dengan
aplikasi melalui percobaan di laboratorium dan dapat mengaitkanya
dengan dalam dunia kefarmasian.

Malang, Agustus 2019

Penyusun

6
UMC/FAR/MODUL/FA114/001

Daftar Isi

Kata Pengantar.............................................................………………………..3

Daftar Isi......................................................................................................4

Tata Tertib dan Peraturan............................................................................9

Pengenalan alat gelas dan pembuatan larutan...........................................8

Asidi alkalimetri.........................................................................................12

Pengukuran air hidrat................................................................................15

Reduksi dan oksidasi.................................................................................18

7
UMC/FAR/MODUL/FA114/001

KESELAMATAN KERJA

DI DALAM LABORATORIUM

Bekerja dalam laboratorium kimia yang menyebabkan kontak


langsung dengan bahan-bahan kimia, mengandung risiko berupa
bahaya terhadap keselamatan kerja. Pada umumnya risiko bahaya
akan menjadi suatu kenyataan kecelaakaan dalam bekerja di
laboratorium sebagai akibat sikap dan tingkah laku para pekerja atau
praktikan. Misalnya: lalai atau enggan memakai alat pelindung diri,
salah mengambil reagen dalam praktikum dll. Oleh karena itu untuk
membangun dan mengelola kondisi keselamatan kerja di dalam
laboratorium dibutuhkan karyawan yang sering disebut sebagai
”laboran”.
Karyawan yang bekerja mengelola praktikum atau
“laboran”memerlikan pelatihan atau kursus untuk menambah
pengetahuan tentang cara bekerja dalam laboratorium berikut
pengetahuan tentang sifat masing-masing bahan kimia. Disamping
ituseorang laboran harus tahu tentang tindakan yang harus
dilakukan bila terjadi bahaya atau kecelakaan.
Pengelolaan suatu praktikum yang terkait dengan
matakuliah dilakukan

koordinasi antara karyawan/laboran, dosen dan asisten praktikum


dengan seorang dosen sebagai coordinator. Kerjasam yang baik dari
setiap individu yang bekerja di laboratorium adalah hal yang sangat
penting demi keselamatan tercapainya tujuan suatu mata kuliah
(praktikum).

Sumber-sumber bahaya dalam


laboratorium kimia:

Secara garis besar, sumber-sumber bahaya dalam laboratorium


kimia dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
1. Bahan-bahan kimia berbahaya: perlu dikenal jenis, sifat, cara
penanganan dan penyimpanannya. Misalnya bahan kimia
beracun, mudah terbakar, eksplosif dan sebagainya.
2. Teknik percobaan: meliputi pencampuran bahan, destilasi,
ekstraksi, reaksi

kimia, dsbnya.

3. Sarana laboratorium: meliputi saluran air, listrik, alat pemadam


kebakaran, dsbnya.
Ketiga sumber tersebut saling terkait satu dengan yang lain, tetapi
potensi bahaya terletak pada keunikan sifat bahan kimia yang
digunakan. Bahan-bahan kimia pada umumnya diklasifikasikan
berdasar pada sifat dasar bahaya yang mungkin timbul.

8
UMC/FAR/MODUL/FA114/001

1. Bahan Kimia Beracun (Toxic Subtances), pada dasarnya semua


bahan kimia adalah beracun tetapi hal ini sangat bergantung pada
jumlah zat tersebut yang masuk ke dalam tubuh. Demikian halnya
dengan obat, baru bermanfaat bagi tubuh pada dosis tertentu dan
akan menjadi berbahaya apabila diberikan pada dosis berlebih.
Contohnya: benzena, fenol, asam sianida, dioksan, gas klor, gas
SO2, gas CO, tetra klor, dll.
2. Bahan Kimia Korosif/Iritant (Corrosive Subtance), yakni bahan/zat
yang dapat

menimbulkan kerusakan berupa rangsangan/iritasi dan


peradangan pada kulit, mata dan saluran pernapasan. Contohnya:
hamper semua asam dan basa, petroleum, karbondisulfida, gas
klor, ozon dll.
3. Bahan Kimia Mudah Terbakar (Flammable Subtance), adalah
bahan yang

mudah terbakar dengan oksigen, tetapi bila suhu tidak cukup


maka proses kebakaran tidak terjadi. Demikian pula bila ada bahan
dan panas, tetapi oksigen tidak cukup maka kebakaran juga
tidak terjadi. Masalahnya dalam laaboratorium ada banyak
oksigen dan tidak dapat ditiadakan sehingga harus diupayakan
bekerja dengan hati-hati untuk menghindarkan terjadinya
kebakaran. Contohnya; hidrida logam, eter, alcohol, benzene,
aseton, gas hydrogen, asetilen dll.
4. Bahan Kimia Mudah Meledak/Eksplosif (Explosive Subtances),
bahan kimia

reaktif atau tidak stabil dapat bersifat mudah meledak atau


eksplosif. Pada umumnyapeledakan terjadi karena adanya
reaksi kimia yang berlangsung sangat cepat dengan
menghasilkan panas dan gas dalam jumlah relative besar. Faktor-
faktor yang sering menyebabkan peledakan atau eksplosif antara
lain: suhu penyimpanan,benturan atau gesekan, kelembapan,
listrik dll. Contohnya: ammonium nitrat bila kena benzene,
amonium perklorat, nitrogliserin, trinitrotoluena (TNT) dll.
5. Bahan Kimia Oksidator (Oxidizing Agent), adalah bahan/zat kimia
yang dapat
menghasilkan oksigen dalam reaksinya atau bahan yang dapat
mengoksidasi bila bersentuhan dengan zat lain. Contohnya: kalium
permanganate, perklorat, dikromat, periodat, persulfat, hydrogen
peroksida, peroksida organic dll.
6. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Air (Water Reactive Subtance)
adalah bahan
kimia yang mudah bereaksi dengan air menghasilkan panas atau
gas yang mudah terbakar. Contohnya: logam-logam natrium,
kalium, kalsium, boron, triklorida, dll.
Terpaparnya seseorang dengan bahan kimia yang berbahaya atau
9
UMC/FAR/MODUL/FA114/001

yang sering disebut dengan keracunan merupakan kecelakaan yang


sering terjadi dalam laboratorium. Pada umumnya disebabkan
oleh masuknya bahan kimia ke dalam tubuh melalui saluran
pernapasan atau lewat kulit. Sedangkan masuknya bahan kimia
melalui mulut amat jarang terjadi.

 Keracunan melalui
pernapasan
Bahan/zat kimia yang mempunyai uap berbahaya harus
diletakkan pada tempat yang tertutup di almari asam karena uapnya
bisa terhirup orang yang ada dalam laboratorium. Gas-gas seperti gas
klor, asam klorida, sulfur dioksida, formaldehid dan ammonia adalah
gas yang mempunyai bau spesifik dan dapat menyebabkan iritasi
pada saluran pernapasan. Demikian pula uap kloroform, benzene,
hidrokarbon terhalogenasi, dan karbon disulfide dapat tercium
baunya. Sebaliknya gas-gas karbon monoksida, metil klorida dan
air raksa sangat berbahaya karena tidak tercium baunya. Gas
karbon monoksida, hidrogen sulfide dan hidrogen sianida dapat
menghilangkan kesadaran dan mematikan.
Pertolongan pertama pada keracunan gas-gas seperti di atas,
yakni segera

memindahkan korban ke tempat yang mempunyai udara segar.


Apabila keracunan terjadi pada ruangan tertutup atau oleh gas
beracun dengan konsentrasi tinggi, maka penolong hendaknya
memakai pelindung pernapasan yang dilengkapi dengan oksigen.
Harus dihindarkan pemberian bahan penetral atau obat melalui mulut
terlebih pada korban yang tidak sadar. Apabila keracuna dirasa berat
maka segera korban dibawa ke dokter.

 Keracunan melalui kulit

Bahan/zat kimia tertentu mempunyai sifat dapat melarutkan


lemak, seperti halnya hamper semua pelarut organik. Kulit dapat
mengalami keruskan akibat larutnya lemak dibawah kulit oleh
pelarut organikatau kerusakan jaringan kulit yang disebabkan oleh
asam-asam kuat. Keracunan sistemik dapat terjadi karena adsorpsi
zat kimia ke dalam tubuh melalui kulit akibat kontak langsungdengan
bahan/zat kimia seperti nitrobenzene, sianida, fenol, arsentriklorida
dll.
Pertolongan pertama yang harus dilakukan yakni dengan
mengambil

bahan/zat kimia tersebut dari permukaan kulit. Hal ini dapat


dilakukan dengan menyiram/ mencuci dengan air sebanyak-
banyaknya, baik untuk zat yang larut maupun tidak larut dengan
air. Pakaian yang terkena zat kimia harus segera dilepas.
Pendapat seperti: senyawa basa diberikan bagi yang terkena asam
dan alcohol bagi yang terkena fenol atau sebaliknya adalah TIDAK
1
0
UMC/FAR/MODUL/FA114/001

BENAR sehingga tidak boleh dilakukan sebagai pertolongan pertama.


Hanya dokter yang boleh memberikan pertolongan.

 Keracunan melalui mulut


(Tertelan)

Keracunan melalui mulut atau tertelan jarang sekali terjadi,


kecuali kontaminasi makanan atau minuman dan kesalahan dalam
pengambilan bahan/zat kimia. Untuk mencegah terjadinya keracunan
melalui mulut maka perlu dijaga kebersihan ruang makan/minum di
laboratorium dan hati-hati dalam penanganan bahan/zat beracun.
Pertolongan pertama yang dilakukan apabila korban
muntah-munttah
adalah memberi banyak minum dengan air hangta. Hal ini
dimaksudkan agar korban banyak muntah dan mengencerkan racun
dalam perut. Bila korban tidak muntah, maka perlu diberikan minum
segelas larutan air garam (dua sendok teh garam dapur dalam satu
gelas air) agar yang bersangkutan bias muntah. Jika korban masih
belum bisa muntah, maka dimasukkan jari atau kertas ke dalam
tenggorokan agar bisa muntah. Hal ini dimaksudkan untuk mengambil
bahan/zat beracun secepat mungkin sebelum terserap oleh usus.
Semua usaha untuk memuntahkan korban tidak boleh dilakukan bila
yang tertelan adalah pelarut petroleum atau hidrokarbon
terhalogenasi. Bila korban pingsan tidak sadarkan diri, maka
pemberian sesuatu melalui mulut tidak diperkenankan dan
pengobatan selanjutnya diberikan oleh dokter.

1
1
UMC/FAR/MODUL/FA114/001

PERATURAN TATA TERTIB

1. Setiap peserta praktikum harus hadir tepat pada waktu yang


telah ditentukan, keterlambatan ≥10 menit dari waktu tersebut
dapat mengakibatkan ditolaknya peserta untuk mengikuti
praktikum pada hari yang bersangkutan.
2. Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan akibat
dari bahan kimia selama mengikuti praktikum, peserta
diwajibkan mengenakan jas praktikum berwarna putih yang
bersih.
3. Setiap peserta praktimum bertanggung jawab pada ketertiban
dan kebersihan laboratorium.
4. Selama mengikuti praktikum, peserta praktikum wajib berlaku
sopan, tidak bercanda/ senda gurau, tidak merokok/ makan/
minum dalam laboratorium, dan tidak melakukan hal-hal yang
dapat mengganggu kegiatan praktikum.
5. Setiap peserta praktikum harus memperhatikan tentang
kemungkinan kontaminasi reagensia yang digunakan. Oleh
karena itu, pengembalian reagensia ke dalam botol asal
sedapat mungkin dihindari. Tutuplah segera botol dan
perhatikan agar tutup botol tidak tertukar dengan yang lain.
6. Setelah menyelesaikan suatu acara praktikum, setiap
peserta harus mengembalikan semua peralatan yang
digunakan dalam keadaan bersih dan kering. Kerusakan
peralatan yang terjadi selama praktikum adalah tanggung jawab
perserta.
7. Apabila karena sesuatu hal tidak dapat mengikuti suatu
acara praktikum, peserta dapat mengajukan permohonan ijin
kepada Koordinator Praktikum untuk mengikuti praktikum pada
kelompok lain. Ijin akan diberikan apabila permohonan disertai
dengan bukti yang relevan dan layak untuk dipertimbangkan.
8. Hal-hal yang belum tertuang dalam peraturan dan tata tertib
akan diatur lebih lanjut.

1
2
UMC/FAR/MODUL/FA114/001

Percobaan I
Pengenalan Alat Gelas dan Pembuatan Larutan

Alat-alat yang digunakan khususnya dalam praktikum kimia


dasar maupun praktikum kimia yang lainnya mempunyai fungsi dan
kegunaan yang berbeda-beda. Berikut ini adalah contoh alat-alat
gelas yang sering digunakan dalam praktikum di dalam laboratorium
kimia.
Tugas I.
Tuliskan kegunaan alat-alat gelas berikut ini pada kolom yang
disediakan:
No. Nama Alat Gelas Kegunaa
n
1 Pipet Volume

- Terbuat dari kaca


- Mempunyai skala tertentu
- Pemakaian sering dengan
ball pipet
2 Pipet Ukur

- Terbuat dari kaca


- Mempunyai skala tertentu
- Pemakaian sering dengan
ball pipet

1
0
UMC/FAR/MODUL/FA114/001

No. Nama Alat Gelas Kegunaa


n
3 Labu Ukur / Labu Takar

4 Gelas Ukur

Tidak boleh untuk


mengukur larutan/pelarut
dalam kondisi panas
5 Gelas
Beker

Bukan alat pengukur


(walaupun terdapat skala,
mempunyai ralat cukup besar)
6 Buret

8
UMC/FAR/MODUL/FA114/001

No. Nama Alat Gelas Kegunaa


n
7 Erlenmey
er

Bukan alat pengukur


(walaupun terdapat skala,
8 mempunyai
Tabung ralat cukup besar)
Reaksi

9 Corong

10 Neraca Analitik

9
UMC/FAR/MODUL/FA114/001

No. Nama Alat Gelas Kegunaa


n
11 Gelas Arloji

12 Pipet Tetes

13 Pengaduk Gelas

14 Spatula

Tugas II.
Pilih salah satu larutan yang akan anda buat dibawah ini
1. Buatlah 100 mL larutan KCl 0,02 M
2. Buatlah 100 mL larutan NaOH 0,02 N
Tuliskan alat , bahan yang digunakan, dan cara anda
membuatnya (dalam bentuk paragraf dengan kalimat pasif)
Tempat mengerjakan

12
UMC/FAR/MODUL/FA114/001

Percobaan II.
ASIDI ALKALIMETRI

Asidi alkalimetri merupakan salah teknik analisis volumetri


untuk menetapkan kadar suatu senyawa tunggal. Analisis volumetri
adalah suatu analisis kimia kuantitatif untuk menentukan banyaknya
suatu zat dalam volume tertentu dengan mengukur banyaknya
volume larutan standar yang dapat bereaksi secara kuantitatif
dengan zat yang akan ditentukan. Penentuan konsentrasi zat atau
larutan dilakukan dengan cara mereaksikannya secara kuantitatif
dengan suatu larutan lain pada konsentrasi tertentu.
Proses penambahan larutan standar (titran) ke dalam larutan
yang akan ditentukan sampai terjadi reaksi sempurna disebut titrasi.
Sedang saat dimana reaksi sempurna dimaksud tercapai disebut titik
ekivalen atau titik akhir titrasi. Pada proses titrasi ditambahkan
indikator ke dalam larutan standar primer untuk mengetahui
perubahan warna sebagai indikasi bahwa titik ekuivalen titrasi telah
tercapai.
Analisis volumetri dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Titrasi netralisasi (asam-basa) yaitu suatu proses titrasi
yang tidak mengakibatkan terjadinya baik perubahan valensi
maupun tebentuknya endapan dan atau terjadinya suatu
senyawa kompleks dari zat-zat yang saling bereaksi. Yang
termasuk dalam reaksi netralisasi adalah :
a. Titrasi asidimetri yaitu titrasi terhadap larutan basa bebas
dan larutan garam- garam terhidrolisis yang berasal dari
asam lemah dengan larutan standar asam.
b. Titrasi Alkalimetri yaitu titrasi terhadap larutan asam
bebas dan larutan garam-garam terhidrolisis yang berasal
dari basa lemah dengan larutan standar basa.
Pada titrasi asam-basa, pH titik akhir titrasi ditentukan
13
UMC/FAR/MODUL/FA114/001

+
dengan banyaknya konsentrasi H yang berlebihan dalam
larutan, yang besarnya tergantung pada sifat asam, basa dan
konsentrasi larutan. Oleh karena itu, pada penambahan titran
yang lebih lanjut pada titik akhir titrasi akan menyebabkan
perubahan pH yang cukup besar dan indikator yang digunakan
harus berubah warna sehingga perubahan indikator asam-basa
tergantung pada pH titik ekivalen.

14
UMC/FAR/MODUL/FA114/001

2. Titrasi pengendapan dan atau pembentukan kompleks yaitu


suatu proses titrasi yang dapat mengakibatkan terbentuknya suatu
endapan dan atau terjadinya suatu senyawa kompleks dari zat-zat
yang saling bereaksi yaitu suatu zat yang akan ditentukan dengan
larutan standarnya.
3. Titrasi reduksioksidasi atau redoks yaitu suatu proses titrasi
yang dapat mengakibatkan terjadinya perubahan valensi atau
perpindahan elektron antara zat- zat yang saling bereaksi. Dalam
hal ini sebagai larutan standarnya adalah larutan dari zat-zat
pengoksidasi atau zat-zat pereduksi.

Percobaan :

Penetapan kadar asam cuka perdagangan dengan metode asidi


alkalimetri

Bahan :

Natrium hidroksida (NaOH) 0,1 M, indikator fenolftalein (PP),


akuades, asam cuka perdagangan.
Alat :

Gelas ukur, labu takar, timbangan analitik, erlenmeyer, pipet tetes,


buret, labu takar.

1. Pembuatan larutan NaOH 0,1 M 100 mL seperti pada Percobaan


I

2. Penetapan kadar asam cuka perdagangan

Larutan asam cuka perdagangan sebanyak 10 mL dimasukkan


ke dalam labu takar 100 mL dan diencerkan dengan akuades sampai
tanda. Larutan tersebut diambil sebanyak 10 mL, dimasukkan
kedalam erlenmeyar dan ditambahkan indikator pp 2-3 tetes. Larutan
tersebut dititrasi dengan NaOH 0,1 M sampai tepat terjadi perubahan
warna (perubahan warna tidak akan berubah apabila digoyang-
goyangkan). Volume akhir titran NaOH dicatat dan hitung kadar asam
cuka tersebut. Percobaan dilakukan 3 kali replikasi.

15
UMC/FAR/MODUL/FA114/001

Tempat mengerjakan:
UMC/FAR/MODUL/FA114/001

Percobaan III

Pengukuran Air dan Garam Hidrat

Garam hidrat adalah suatu senyawa garam yang mengandung


sejumlah tetap molekul air dalam setiap satuan molekulnya. Jumlah
molekul air itu disebut dengan air kristal. Beberapa senyawa berikut ini
termasuk garam hidrat, yaitu :
 Terusi (CuSO4.5 H2O): tembaga(II) sulfat pentahidrat
 Gipsum (CaSO4.2 H2O): kalsium sulfat dihidrat
 Garam inggris (MgSO4.7 H2O): magnesium sulfat heptahidrat
 Soda hablur (Na2CO3.10 H2O): natrium karbonat dekahidrat

Secara teoritis, kadar air kristal dalam suatu senyawa garam


hidrat dapat dihitung dengan cara membandingkan massa air kristal
terhadap massa garam hidratnya. Rumus yang dipakai adalah:

Untuk menentukan prosentase air kristal dari senyawa


BaCl2.2.H2O. Diketahui Berat Molekul senyawa adalah 244,3. Maka
hitunglah kadar air kristalnya.

Jadi, kadar air kristal pada senyawa BaCl2.2.H2O adalah sebesar 14,7%.

Untuk mendapatkan kadar air kristal dalam suatu senyawa


BaCl2.2H2O adalah melalui pemanasan bahan tersebut yang
ditempatkan pada suatu wadah porselin. Dengan pemanasan, senyawa
garam hidrat akan terurai menjadi garam (anhidrat) dan uap air, seperti
reaksi berikut ini.

15
UMC/FAR/MODUL/FA114/001

Alat :
Timbangan analitik, oven, desikator, cawan porselin

Bahan :
Kristal hidrat garam berupa senyawa CaCl2.2H2O

1. Timbang cawan porselin + tutupnya


2. Timbang senyawa CaCl2.2H2O sebanyak 1,5 g dan masukkan ke
dalam cawan porselin
3. Timbang kembali cawan porselin yang berisi senyawa CaCl 2.2H2O
untuk pengecekan ketelitian neraca
4. Siapkan peralatan untuk pemanasan: penangas api dengan kasa
5. Letakkan cawan porselin yang berisi CaCl2.2H2O di atas kasa
kawat dan panaskan perlahan dalam kondisi tertutup. Jagalah
agar jangan sampai ada percikan senyawa selama pemanasan.
Sesekali tutup boleh dibuka, untuk mengurangi tekanan di dalam
cawan.
6. Pemanasan dilakukan selama 5-10 menit dan setelah waktu
tercapai matikan pemanas. Pada saat itu, kristal CaCl 2.2H2O akan
berubah menjadi bubuk.
7. Angkat cawan porselin dan biarkan dingin selama +/- 10 menit.
Untuk keperluan ini letakkan di dalam desikator lebih baik.
8. Jika sudah dingin, maka timbanglah kembali cawan porselin
beserta isinya
9. Hitunglah prosentase yang menunjukkan kadar air pada senyawa
CaCl2.2H2O
10. Lakukan percobaan ini, hingga 2-3 kali dan buatlah rerata
hasil yang diperoleh

Tempat mengerjakan

16
UMC/FAR/MODUL/FA114/001

Tempat mengerjakan
UMC/FAR/MODUL/FA114/001

Percobaan IV
Reduksi Oksidasi
(Redoks)

Reaksi oksidasi adalah reaksi yang menaikkan bilangan


oksidasi suatu unsur dalam zat yang mengalami oksidasi, dapat juga
sebagai kenaikan muatan positif (penurunan muatan negatif) dan
kenaikan bilangan oksidasi. Sedangkan reaksi reduksi adalah reaksi
yang menurunkan bilangan oksidasi atau muatan positif, menaikkan
muatan negatif dan umumnya menurunkan valensi unsur dalam zat
yang direduksi. Jadi ketika mengoksidasi atau mereduksi suatu
persenyawaan sebenarnya yang dioksidasi atau direduksi itu adalah
unsur tertentu yang terdapat dalam persenyawaan tersebut.
Contoh:

MnO2 + 4 HCl MnCl2 + Cl2 + 2 H2O

Pada reaksi di atas, MnO2 sebagai oksidator dan HCl sebagai


reduktor, dengan perkataan lain MnO2 mengoksidasi HCl sedangkan
HCl mereduksi MnO2.Tetapi yang dioksidasi ataupun direduksi
adalah suatu unsur dalam persenyawaan-persenyawaan yang
bersangkutan. Dalam hal ini yang dioksidasi adalah unsur Cl karena
-
muatannya tampak berubah dari bermuatan negatif Cl dalam HCl
0
menjadi Cl . Dalam molekul Cl2,
4+
yang direduksi unsur Mn karena muatannya turun dari Mn dalam
2+
MnO2 menjadi Mn

dalam MnCl2.

Kemungkinan terjadinya suatu reaksi redoks

Untuk mengetahui apakah terjadi reaksi redoks bila zat A direaksikan


dengan zat B, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Tingkat oksidasi unsur-unsur dalam zat A maupun zat B, apakah
ada yang dapat naik dan ada yang dapat turun bilangan
oksidasinya. A harus berisi unsur yang dapat dioksidasi dan B
berisi unsur yang dapat direduksi atau sebaliknya. Misalnya
reaksi antara asam nitrat dan ferri oksida.

HNO3 + Fe2O3 ?

Reaksi di atas bukan reaksi redoks karena H, N dan Fe


sudah mempunyai bilangan oksidasi, hanya dapat direduksi.
18
UMC/FAR/MODUL/FA114/001

Lain halnya dengan


reaksi:

FeSO4 + I2 ?

2+
Reaksi di atas mungkin merupakan reaksi redoks, karena Fe
3+ 0
muatannya dapat naik menjadi Fe , sedang I muatannya
-
turun menjadi I .
2. Apakah benar terjadi reaksi redoks, masih tergantung dari
kekuatan oksidator dan kekuatan reduktor. Perhatikan reaksi
antara FeSO4 dan I2 maka artinya apalah I2 cukup kuat untuk
mengoksidasi FeSO4 atau sebaliknya apakah FeSO4 cukup kuat
untuk mereduksi I2. Harus dimengerti bahwa oksidator maupun
reduktor mempunyai kekuatan yang berbeda-beda. Ukuran
kekuatan mengoksidasi atau mereduksi itu diberikan oleh
besarnya potensial redoks sistem yang bersangkutan. Lebih
jelasnya, seandainya terjadi oksidasi FeSO 4 oleh I2, maka
reaksinya sebagai berikut:

6 FeSO4 + 3 I2 2
Fe(SO4)3 + 2 FeI3

Atau dengan reaksi ion, yang terjadi


sebenarnya ialah:

2+
2 Fe + I2 2
3+ -
Fe +2I

2+ 2
Fe melepaskan electron yang diterima oleh I , maka reaksi
yang terjadi dengan perantaraan electron tersebut dapat dipecah
menjadi dua reaksi separuh atau “half reaction”, sebagai berikut:

2+ 3+
2 Fe 2 Fe +2e
I2 + 2 e
-
2I

Alat:

19
UMC/FAR/MODUL/FA114/001

Tiap aruh merupakan pasangan redoks dari bentuk oksidator dan


reak bentuk reduktor zat tertentu dan setiap pasangan
si o
mempunyai nilai potensial redoks standart (E ) yang dapat
sep
dicari dalam tabel potensial redoks.

Seperangkat alat gelas

20
Bahan:

Larutan Kalium iodida, larutan kalium permanganat, larutan kalium


dikromat, larutan iodida, larutan asam sulfat encer, aquades, larutan
P, Q, R, S, T.
Percobaan:

Amati perubahan yang terjadi selama percobaan berlangsung dan


catatlah hasilnya pada tabel berikut ini:
Pengamat
No. Tes an
Larutan P Larutan Q Larutan R
1 Tambahkan 1mL larutan
asam
sulfat pada masing-
masing larutan.
Kemudian tambahkan
larutan kalium
2 Tambahkan 1mL larutan
asam sulfat pada
masing-masing larutan.
Kemudian tambahkan
larutan kalium iodida

3 Tambahkan larutan
iodide pada masing-
masing larutan
4 Tambahkan 1mL larutan
asam sulfat pada
masing-masing larutan.
Kemudian tambahkan
larutan kalium dikromat.
Pengamat
No. Tes an
Larutan S Larutan T
1 Tambahkan 1mL larutan
asam sulfat pada masing-
masing larutan.
Kemudian tambahkan
beberapa tetes larutan
kalium permanganat

2 Tambahkan 1mL larutan


asam sulfat pada masing-
masing larutan.
Kemudian tambahkan
beberapa tetes larutan
kalium iodida

Berdasarkan percobaan diatas tariklah kesimpulan dengan mengisi


titik-titik berikut ini Tentukan P, Q, dan R adalah agen
pengoksidasi atau pereduksi. Tunjukkan nomer test yang
memberikan bukti dari pemilihan tersebut
1. P adalah .......... .................................. dari tes
nomor .....................................

Jelaskan :

2. Q adalah ............................................. dari tes


nomor ....................................

Jelaskan :
3. R adalah ............................................. dari tes
nomor .....................................

Jelaskan :

4. S adalah .............................................. dari tes


nomor ....................................

Jelaskan :

5. T adalah .............................................. dari tes


nomor ....................................

Jelaskan :
DAFTAR PUSTAKA

Day, R.A dan Underwood, A.L. 2001, Analisis Kimia Kuantitatif. Alih
bahasa: Iis
Sofyan, Erlangga, Jakarta.

Fritz, J.S. and Schenk G.H. 1987, Quantitative Analytical


th
Chemistry, 4 edition, Prentice Hall, New Jersey.
Moore, J.W., Stanitski, C. L., and Jurs, P. T., 2008, Chemistry The
Molecular Science,

rd
3 edition, Thomson Brooks/Cole.

Vogel, 1994, Analisis Kimia Anorganik Kuantitatif, Alih bahasa: A.H.


Pujaatmaka.

Penerbit buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai