The islands of Komodo National Park in the Wallacea region is one of the
habitats of Komodo dragon (Varanus komodoensis). Although the Wallacea islands
have lower species richness compared to the other big islands in Indonesia but rich
in endemics. Thus, the occurrence of invasive species will threatened the ecological,
economic and social balance of the regions. The purpose of this study is to identify
herpetofauna diversity and to detect the presence of invansive toad Duttaphrynus
melanostictus in Komodo National Park and its surroundings. Survey was
conducted in Februari-April 2018 using Visual Encounter Survey method at 400m
transect. Location surveyed consist of Komodo National Park (Rinca Island:
Kampung Rinca, Loh Buaya and Loh Baru and Komodo Island: Komodo Village,
Loh Liang and Loh Wau), Flores Island (Labuan Bajo and Cumbi Village) and
Sumbawa Island (Sape). Two species of amphibians and 18 species of reptiles were
found in Komodo National Park, while 7 species of amphibians and 22 species of
reptiles were found in all four locations. The highest diversity (H'= 2.146) is in Loh
Buaya (Rinca Island) and the highest evenness (E=0.587) is in Loh Baru (Rinca
Island). The highest similarity occurs between Komodo Island and Rinca Island (IS
= 0.8). No toad (D. melanostictus) is found in Flores (including Komodo National
Park), however the toad is abundant in Sape (Sumbawa Island).
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
Disetujui oleh :
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak awal tahun 2018 adalah
keanekaragaman herpetofauna di Taman Nasional Komodo dan sekitarnya.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Mirza Dikari Kusrini dan Ibu Ani
Mardiastuti selaku pembimbing, serta Bapak Achmad Arifiandy yang telah banyak
memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Komodo
Survival Program (KSP) yang telah memberikan bantuan dana penelitian, Balai
Taman Nasional Komodo, BKSDA NTT, Bapak Sidiq, Bang Bobby, Kak Maria,
Bang Danan, dan Guru guru di SMK Kelautan serta teman selama pengambilan
data (rani, mufti, dan adam) yang telah membantu kegiatan di lapang. Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu dan seluruh keluarga atas segala
doa dan kasih sayangnya. Terima kasih pula kepada seluruh dosen dan staff DKSH
dan Fahutan, Fahutan 51, KSHE 51 (Ornitophtera croesus) yang telah memberikan
pengalaman berharga masa studi.
Penelitian ini terdaftar dengan nomor izin penelitian SI. 24/T.17/TU/2/2018
yang diterbitkan oleh Balai Taman Nasional Komodo.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
METODE 2
Kondisi Umum Lokasi Penelitian 4
Bahan dan Alat 7
Analisis Data 7
HASIL 8
Komposisi Jenis Herpetofauna 8
Kelimpahan Jenis Relatif 13
Keanekaragaman dan Kemerataan Jenis Herpetofauna 15
Kesamaan Komunitas Jenis Herpetofauna 16
Keberadaan Kodok Buduk (Duttaprhynus melanostictus) 16
PEMBAHASAN 17
Komposisi dan Keanekaragaman Jenis Herpetofauna 17
Kesamaan Komunitas dan Kelimpahan Jenis Herpetofauna 19
Keberadaan Kodok Buduk (Duttaprhynus melanostictus) 20
Implikasi Terhadap Konservasi 22
SIMPULAN DAN SARAN 23
DAFTAR PUSTAKA 24
LAMPIRAN 27
RIWAYAT HIDUP 42
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
1. Lokasi survei herpetofauna di Taman Nasional Komodo dan sekitarnya
pada bulan Februari – April 2018 3
2. Permukiman di Kampung Komodo (kiri), Sungai di Loh Wau (tengah) dan
Hutan di Loh Liang (kanan) 6
3. Permukiman di Kampung Rinca (kiri), Hutan di Loh Buaya (tengah), dan
Sungai di Loh Baru (kanan) 6
4. Sungai di Labuan Bajo (kiri), Permukiman di Labuan Bajo (tengah), dan
Hutan di Desa Cumbi (kanan) 6
5. Permukiman (kiri), Hutan (tengah), dan Sungai (kanan) di Sape 7
6. Perbedaan warna pada Trimeresurus insularis; kiri: warna hijau kebiruan
dari ular T. insularis di Pulau Komodo dan kanan: warna hijau ular T.
insularis yang umum dijumpai. 9
7. Kurva akumulasi jenis herpetofauna berdasarkan pulau 12
8. Jenis herpetofauna yang melimpah di Taman Nasional Komodo dan
sekitarnya. Fejervarya cancrivora (atas kiri), Hemidactylus frenatus (atas
kanan), Duttaphrynus melanostictus yang hanya di temukan di Sape
(bawah kiri), dan Hemidactylus platyurus. 14
9. Dendogram pengelompokan komunitas herpetofauna 16
10. Lokasi ditemukan Kodok Buduk di Nusa Tenggara. Data bersumber dari
Septian (2016), Syazali et al. (2006), Himakova (2015), Himakova (2009),
dan O’Shea et al. (2012) 21
DAFTAR LAMPIRAN
1. T-test untuk panjang (SVL) dan berat (W) F. cancrivora antar lokasi 27
2. Deskripsi jenis reptil dan amfibi di Taman Nasional Komodo dan
Sekitarnya 27
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
METODE
Labuan Bajo
Loh Baru
Tabel 1 Usaha pencarian herpetofauna berdasarkan jumlah orang dan jam yang
dilakukan pada setiap lokasi pengamatan
Jumlah Total Usaha
Pengamatan Pengamatan Jumlah
Lokasi hari (individu/jam
Pagi (jam) malam (jam) Pengamat
orang)
Sumbawa 10 9 18 2 54
Flores 9 19.5 18 2 75
Rinca 16 22.5 27 5 247.5
Komodo 14 25.5 30 5 277.5
Total 654
Data yang dicatat selama pengamatan adalah nama jenis, jumlah individu
setiap jenis yang ditemukan, aktivitas saat ditemukan, substrat, waktu perjumpaan,
berat, SVL (Snout Vent Length), TL (Total Length), koordinat ditemukan dan
keterangan lain. Jenis herpetofauna yang ditangkap diidentifikasi menggunakan
daftar jenis yang dikumpulkan dari publikasi ilmiah herpetofauna di Nusa Tenggara.
Herpetofauna yang ditemukan diukur dan dicatat, lalu dilepaskan kembali ke
tempat semula kecuali jenis herpetofauna yang belum teridentifikasi secara
langsung di lapang yang dipreservasi dengan menggunakan alkohol 96% untuk
identifikasi lebih lanjut. Spesimen penelitian ini disimpan di Laboratorium
Herpetologi Balitbang Zoologi Puslitbang Biologi-LIPI Cibinong dengan nomor
spesimen MZB AMPH 0000. Penamaan jenis akan mengikuti penamaan
berdasarkan database reptil (Uetz dan Etzold 1996) dan database amfibi dari
American Museum Natural History (AMNH) (Frost 2017).
2 Loh Liang Merupakan kawasan hutan yang tergolong zona pemanfaatan Hutan dan sungai
S8°33.098' wisata. Tidak ditemukan sumber air dan sungai hanya mengalir
E119° 29.857' ketika musim penghujan. Hutan tergolong datar dan luas serta
banyak ditumbuhi dengan pohon asam.
3 Loh Wau Merupakan kawasan hutan yang tergolong zona rimba. Hutan dan sungai
S8°41.767' Memiliki sumber air yang mengaliri sungai sepanjang tahun.
E119° 26.582' Kondisi hutan yang datar. Tumbuhan bawah sedikit dan
didominasi oleh kemangi. Pohon yang mendominasi adalah
pohon asam, pohon bidara, pohon lontar dan pohon beringin.
Kondisi tanah yang kering dan banyak serasah serta ditemukan
banyak pohon tumbang.
Pulau Rinca
4 Kampung Kawasan permukiman masyarakat di Taman Nasional Hutan, sungai dan
Rinca Komodo. Terdapat beberapa sumber air namun tidak mengaliri permukiman
S8°37.331' sungai sehingga sungai hanya mengalir ketika musim hujan.
E119° 47.402' Kondisi hutan yang sempit terhalangi tebing dan ditumbuhi
semak yang rapat.
5 Loh Buaya Merupakan kawasan yang tergolong kawasan pemanfaatan Hutan dan sungai
S8°39.060' wisata. Terdapat sumber air dan mengaliri sungai sepanjang
E119° 43.220' tahun, juga ditemukan banyak kubangan. Air memiliki kadar
kapur yang tinggi sehingga tidak dapat dikonsumsi. Kondisi
topografi hutan yang datar hingga berbukit.
6 Loh Baru Merupakan kawasan hutan yang tergolong zona rimba. Hutan dan sungai
S8°43.928' Memiliki banyak sumber air yang mengaliri sungai sepanjang
E119° 41.750' tahun. Dulunya merupakan tempat masyarakat berkebun
sehingga banyak ditemukan tanaman pagar seperti Pohon
Lamtoro dan Pohon Kedondong. Kondisi hutan yang sempit
karena terhalang tebing. Hutan memiliki topografi datar hingga
berbukit.
Pulau Flores
7 Labuan Bajo Merupakan kawasan di Pulau Flores yang bukan merupakan Hutan, sungai dan
S8°31.825' kawasan konservasi. Terdapat banyak sungai berbatu. Kawasan permukiman
E119° 54.028' permukiman berdekatan dengan sawah. Hutan memiliki
topografi yang datar hingga berbukit dengan tumbuhan yang
cukup rapat.
8 Desa Cumbi Pemukiman yang terletak dekat dengan Cagar Alam Waewuul. Hutan, sungai dan
S8°35.914' Kondisi topografi hutan datar hingga berbukit dan banyak permukiman
E119° 50.048' ditumbuhi bambu liar. Kondisi sungai mengalir dari mata air
dan berbatu. Pemukiman berbatasan dengan sawah lalu hutan.
Pulau Sumbawa
9 Sape Bukan merupakan kawasan konservasi. Permukiman Hutan, sungai dan
S8°34.294' berbatasan dengan sawah. Hutan sekunder memiliki topografi permukiman
E118° 59.536' datar hingga berbukit. Sungai mengalir dari bendungan.
6
Analisis Data
HASIL
Tabel 4 Komposisi jenis amfibi dan reptil di Taman Nasional Komodo dan daerah sekitarnya (lanjutan)
Lokasi
Jumlah
No. Jenis Komodo Rinca Flores Sumbawa
Individu
KPK LLG LWU LBY KPR LBR CMB LBJ SAP
Homalopsidae
19 Cerberus rynchops 1 1
Elapidae
20 Laticauda colubrina 1 1 2
Varanidae
21 Varanus komodoensis 1 4 1 3 1 10
22 Varanus salvator 1 1 6 8
Amfibi
Dicroglossidae
23 Fejervarya cancrivora 16 14 44 27 23 124
24 Fejervarya limnocharis 3 5 8
25 Limnonectes kadarsani 14 2 16
Microhylidae
26 Kaloula baleata 1 1 2 14 2 20
27 Oreophryne jeffersoniana 4 4
Bufonidae
28 Duttaphrynus melanostictus 62 62
Ranidae
29 Polypedates leucomystax 3 3 6
Total Reptil 13 18 12 11
Total Amfibi 1 2 6 5 674
Total Jenis 14 20 18 16
Keterangan : KPK=Kampung Komodo, LLG=Loh Liang, LBR=Loh Baru, LBY=Loh Buaya, KPR(Kampung Rinca, LWU=Loh Wau, CMB=Desa Cumbi,
LBJ=Labuan Bajo, dan SAP=Sape.
Berdasarkan perilakunya, kebanyakan jenis ditemukan dalam keadaan diam
atau lari. Beberapa jenis ditemukan sedang bersuara, yakni G. gecko, D.
melanostictus, F. cancrivora, K. baleata dan P. leucomystax. Dua jenis katak
ditemukan sedang amplexus ketika malam hari yakni D. melanostictus dan K.
baleata. Dendrelaphis inornatus ditemukan sedang memakan F. cancrivora pada
siang hari di atas batang pohon. Pada pengamatan yang dilakukan di Desa Cumbi
ditemukan dua individu T. insularis yang mati. Hampir semua individu pada jenis
L. capucinus mengeluarkan bau menyerupai kotoran ketika ditangkap.
Kurva akumulasi penambahan jenis dibedakan menjadi empat berdasarkan
pulau lokasi pengambilan data (Gambar 7). Kurva akumulasi pada Pulau Komodo
selama 14 hari menunjukkan adanya kecenderungan garis mendatar pada hari ke-
11. Pendugaan kekayaan jenis Jackknife pada Pulau Komodo menunjukkan
harapan total jenis adalah sebanyak 18 jenis, sedangkan jenis yang ditemukan
sebanyak 14 jenis atau mencapai 76.9%. Kurva akumulasi pada Pulau Rinca selama
16 hari menunjukkan terdapat kecenderungan peningkatan garis, walaupun pada
pengamatan hari ke-5 sampai hari ke-13 garis cenderung mendatar. Pendugaan
kekayaan jenis Jackknife pada Pulau Rinca adalah sebanyak 23 jenis, sedangkan di
jenis yang ditemukan sebanyak 20 jenis atau mencapai 85.7%. Kurva akumulasi
selama 9 hari pengamatan pada Pulau Flores menunjukkan adanya peningkatan
garis tiap harinya. Hal ini mengindikasikan adanya kemungkinan dapat ditemukan
jenis herpetofauna lain apabila dilakukan penambahan waktu pengamatan.
Pendugaan kekayaan jenis Jackknife pada Pulau Flores sebesar 23 jenis,
sedangkan jenis yang ditemukan adalah 18 atau sebanyak 76.9%. Kurva akumulasi
selama 10 hari pada Pulau Sumbawa menunjukkan adanya kecenderungan
peningkatan garis. Pendugaan kekayaan jenis Jackknife pada Pulau Sumbawa
sebanyak 20 jenis, sedangkan jenis yang ditemukan adalah 16 jenis atau 78%.
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Hari ke- Hari ke-
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Hari ke- Hari ke-
Jenis herpetofauna yang melimpah adalah jenis yang berjumlah lebih dari 21
individu yang ditemukan selama pengambilan data. Fejervarya cancrivora
14
Tabel 6 Ukuran dan jumlah individu dari herpetofauna yang melimpah tiap pulau
TL SVL W
Jenis Jumlah Min Max Rata- Min Max Rata- Min Max Rata-
rata rata rata
Pulau Komodo
8.40
5.00 ± 3.37 ±
H. frenatus 45 6.0 12.0 ± 4.0 7.0 1.0 6.0
0.94 1.37
1.91
8.86
4.59 ± 3.52 ±
H. platyurus 39 6.0 13.0 ± 3.5 6.0 1.0 6.0
1.13 1.78
2.32
Pulau Rinca
3.70 ± 5.20 ±
F. cancrivora 30 - - - 2.1 7.0 1.5 16.5
1.13 3.49
8.99
3.65 ± 1.90 ±
S. striolatus 23 5.6 15.5 ± 2.6 5.4 0.25 6.5
0.82 1.59
2.61
Pulau Flores
4.45 ± 7.03 ±
F. cancrivora 50 - - - 3.0 8.0 3.5 22.0
1.06 3.73
55.34 49.72
44.41
T. insularis 21 40.0 70.0 ± 32.0 62.0 24.5 98.5 ±
± 6.89
7.19 22.01
Pulau Sumbawa
25.41
D. 6.73 ±
62 - - - 3.0 10.5 4.0 80.0 ±
melanostictus 1.62
21.24
4.37 ± 5.37 ±
F. cancrivora 44 - - - 1.5 6.1 0.5 8.0
1.16 1.85
Pulau
Gambar 9 Dendogram pengelompokan komunitas herpetofauna
Kesamaan komunitas jenis herpetofauna tertinggi terdapat pada lokasi Pulau
Komodo dengan Pulau Rinca, yakni sebesar 0.8, sedangkan terendah adalah antara
Pulau Flores dengan Pulau Rinca yakni 0.57.
PEMBAHASAN
pergerakan satwa, pola distribusi satwa, pola cuaca, dan sejarah hidup satwa
(Kusrini 2008).
Jumlah jenis yang ditemukan memiliki kemungkinan akan adanya
penambahan jenis. Khususnya pada Pulau Flores dan Pulau Sumbawa kurva
penambahan jenis belum mencapai garis mendatar. Sedangkan pada Pulau Komodo
dan Pulau Rinca kurva penambahan jenis memiliki kecenderungan mendatar dan
nilai pendugaan kekayaan Jackknife hanya menujukkan selisih 2 jenis sehingga
jumlah jenis yang ditemukan relatif tidak bertambah walaupun usaha pencarian
ditambah. Kurva penambahan jenis dapat digunakan untuk mentaksir waktu
pengamatan sudah mencukupi seluruh jumlah jenis yang ada di lokasi tersebut
(Kusrini 2008).
Nasional Manupeu Tanadaru, Sumba (Himakova 2009), dan Timor Leste (O’Shea
et al. 2012).
TN Gunung Tambora
Sape
TN Gunung Rinjani Timor Leste
TN Manupeu Tanadaru
DAFTAR PUSTAKA
Abercromby AF. 1910. The Snake of Ceylon. London (UK): Murray and Co.
AmphibiaWeb. 2018. http:/amphibiaweb.org. Berkeley (US): University of
California.
Andreone F, Cadle JE, Cox N, Glaw F, Nussbaum RA, Raxworhty CJ, Stuart SN,
Vallan D, Vences M. 2005. Species review of amphibian extinction risks
in madagascar: conclusion from the global assessment. Conserv. Biol. 19:
1790-1802.
Ariefiandy A, Purwandana D, Natali C, Imansyah MJ. 2015. Coservation of
komodo dragons Varanus komodoensis in the Wae Wuul nature reserve,
Flores, Indonesia: a multidisciplinary approach: western Flores,
Indonesia: komodo dragon conservation. International Zoo Yearbook 49:
1-14.
Ariefiandy A, Purwandana D, Nasu SA, Benu YJ, Chrismiawati M, Kamil PI,
Imansyah MJ, Ciofi C, Jessop T. 2017. Panduan Lapangan Biawak
Komodo. Denpasar (ID): Yayasan Komodo Survival Program.
Auffenberg W. 1980. The herpetofauna of komodo, with notes on adjacent areas.
Bulletin of the Florida States Museum Biological Sciences 25(2): 40-150.
Awasthi K. 2006. Down to earth. Biocontrol Backfires 14(22): 46-48.
Bray RJ, Curtis JT. 1957. An ordinary of the unpland forest communities of
southern wisconsin. Ecol Monogr 27: 326-349.
Brower JE, Zar JH. 1997. Field and Laboratory Methods for General Ecology.
Iowa (US): Brown.
Clark BT. 1997. The natural history of amphibian skin secretions, their normal
functioning and potential medical applications. Biol Rev Camb Philos
Soc. 72(3): 365-379.
Church G. 1960. The invasion of Bali by Bufo melanostictus. Herpetologica 16(1):
15-21.
Crowl TA, Crist TO, Parmenter RR, Belovsky G, Lugo AE. 2008. The spread of
invasive species and infectious disease as drivers of ecosystem change.
Front Ecol Environ 6(5) : 238-246.
De Lang R. 2011. The snake of the lesser sunda island (Nusa Tenggara) indonesia.
Asian Herpetological Research 2(1): 46-54.
Döring B, Mecke S, Kieckbusch M, O’Shea M, Kaiser H. 2017. Food spectrum
analysis of the asian toad, Duttaphrynus melanostictus (Schneider, 1799)
(Anura: Bufonidae), from Timor Island, Wallacea. Journal of Natural
History 51:1-17.
Frost DR. 2017. Amphibian Species of the world Ver 6.0. [Internet]. [diunduh 2018
juni 26]. Tersedia pada: https://amphibiaweb.org
Griffiths AD, McKay JL. 2007. Cane toads reduce the abundance and site
occupancy of Merten’s water monitor (Varanus mertensi). Wildlife
Research 34: 609-615.
Hall R, Cottam AM, Wilson MEJ. 2011. The SE Asian gateway: history and
tectonics of the Australia-Asia collision. Geological Society 355(1): 1-6.
Heltse JF, Forester NE. 1983. Estimating species richness using the jackknife
procedure. Biometrics 39: 1-11.
25
Heyer WR, Donnelly MA, McDiarmid RW, Hayek LC, Foster MS. 1994.
Measuring and Monitoring Biodiversity: Standard Methods for
Amphibians. Washington: Smithsonian Institution Press.
[HIMAKOVA IPB] Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan
Ekowisata Institut Pertanian Bogor. 2009. Laporan Studi Konservasi
Lingkungan (SURILI) 2009: Warna-warni Khasanah Budaya dan
Hidupan Liar Langit Sumba di Taman Nasional Manupeu Tanadaru,
Nusa Tenggara Timur. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
[HIMAKOVA IPB] Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan
Ekowisata Institut Pertanian Bogor. 2015. Panduan Lapang Fauna
Taman Nasional Gunung Tambora. Mataram (ID): BKSDA NTB.
Islam MM, Kurose N, Khan MMR, Nishizawa T, Kuramoto M, Alam MS, Hasan
M, Kurniawan N, Nishioka M, dan Sumida M. 2008. Genetic divergence
and reproductive isolation in the genus Fejervarya (Amphibia:Anura)
from Bangladesh inferred from morphological observations, crossing
experiments, and molecular analyses. Zool Sci 25: 1084-1105.
Janiawati IAA, Kusrini MD, Mardiastuti A. 2016. Structure and composition of
reptile communities in human modified landscape in gianyar regency,
bali. Hayati Journal of Biosciences (2016): 1-6.
Jørgensen CB, Shakuntala K, Vijayakumar S. 1986. Body size, reproduction and
growth in tropical toad, Bufo melanostictus, with a comparison of ovarian
cyclels in tropical and temperate zone anurans. Oikos (46):379-389.
Kusrini MD. 2008. Pedoman Penelitian dan Survey Amfibi di Alam. Bogor (ID):
Puslitbang LIPI.
Kusrini MD. 2013. Panduan Bergambar Identifikasi Amfibi Jawa Barat. Bogor
(ID) : Fakultas Kehutanan IPB.
Lockwood JL, Hoopes MF, Marchetti MP. 2007. Invasion Ecology. Massachusetts
(US): Blackwell Malden.
Lodge DM, Williams S, MacIsaac HJ, Hayes KR, Leung B, Reichard S, Mack NR,
Moyle PB, Smith M, Andow DA, Carlton JT. 2006. Biological invasions:
recommendations for U.S. policy and management. Ecological
Applications 16(6): 2035–2054.
MacArthur RH, Wilson EO. 1967. The Theory of Island Biogeography. Princeton
(US): Princeton University Press.
Mattison C. 2005. Encyclopedia of Reptils and Amphibians. London (GB) : The
Brown Reference Group plc.
Menzies JL, Tapilatu RF. 2000. The introduction of a second species of toad
(Amphibia: Bufonidae) into New Guinea. Science in New Guinea 25: 70-
73.
Monk KA, De Freter, G Reksodihardjo, Lilley. 1997. The Ecology of Nusa
Tenggara and Maluku (The Ecology of Indonesia Series Volume V).
Singapore (SG): Periplus edition.
Ngo BV, Ngo CD. 2013. Reproductive activity and advertisement calls of the Asian
common toad Duttaphrynus melanostictus (Amphibia, Anura,
Bufonidae) from Bach Ma National Park, Vietnam. Zoologi Studies
52(12) : 1-13.
[PERMEN-LHK] Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 2016.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
26
LAMPIRAN
Lampiran 1 T-test untuk panjang (SVL) dan berat (W) F. cancrivora antar lokasi
F. cancrivora
Lokasi SVL W
t statistik P t statistik P
Pulau Sumbawa - Pulau Flores 0.785 0.889 0.104 0.069
Pulau Flores - Pulau Rinca 0.835 0.004 0.035 0.686
Pulau Rinca - Pulau Sumbawa 0.052 0.974 0.846 0.016
Lampiran 2 Deskripsi jenis reptil dan amfibi di Taman Nasional Komodo dan
Sekitarnya
Famili Gekkonidae
Famili Scincidae
Sphenomorphus striolatus (WEBER, 1890)
Deskripsi: Kadal ini memiliki warna
dorsal perunggu sampai kemerahan di
sekitar bahu. Garis garis gelap samar
memanjang di sisi tubuh. Kaki dan ekor
berwarna hitam. Moncong relatif pendek
dan tumbul. Terdapat garis hitam
memanjang dari moncong sampai ke
mata. Sebanyak 64 individu ditemukan
selama pengambilan data dengan panjang
total berkisar antara 3.5-18.1 cm dan berat
0.5-8 gr.
Penyebaran: Flores dan Taman Nasional
Komodo. Pada saat penelitian jenis ini ditemukan di habitat sungai dan hutan pada
keempat pulau yang dilakukan sebagai lokasi pengamatan.
Famili Agamidae
Draco timoriensis (KUHL, 1820)
Deskripsi: Kadal terbang yang jantannya
memiliki selaput untuk terbang berwarna
kuning cerah sedangkan pada betina
memiliki warna yang bervariasi. Hanya 1
individu yang ditemukan saat pengambilan
data.
Penyebaran: Timor, Roti, Alos, Semau,
Wetar, Timor-Leste. Pada saat
pengambilan data jenis ini ditemukan di
habitat hutan yang terdapat di Pulau
Sumbawa.
Gambar oleh : Paul Freed
33
Famili Colubridae
Lycodon capucinus (BOIE, 1827)
Deskripsi: Ular kecil dengan panjang
berkisar 30 cm. berbadan silinder dengan
kepala agak datar dan bibir berwarna
keputihan. Bagian dorsal berwarna cokelat
bata dengan garis putih kekuningan
memisahkan kepala dengan leher.
Memiliki bau yang khas. Sebanyak 24
individu ditemukan selama pengambilan
data dengan panjang total berkisar antara
19-52.5 cm dan berat berkisar antara 5-
20.5 gr.
Penyebaran: Sumatera, Jawa, Bali, Nusa
Tenggara dan Sulawesi. Pada saat
pengambilan data jenis ini ditemukan pada habitat sungai, hutan dan sungai pada
keempat pulau yang digunakan sebagai lokasi pengamatan.
Famili Typhlopidae
Ramphotyphlops braminus (SANGUILA et al. 2016)
Deskripsi: Ular dengan ukuran kecil
sekilas mirip cacing dengan bentuk kepala
dan ekor yang tidak jauh berbeda.
Moncong yang sempit dengan mata yang
tidak terlalu terlihat, warna cokelat tua
sampai hitam. Ditemukan 2 individu
selama pengambilan data dengan panjang
berkisar antara 12-14 cm dan berat
berkisar antara 0.5-1.75 gr.
Penyebaran: Sulawesi, Taman Nasional
Komodo, dan Sumatera. Pada saat
pengambilan data jenis ini ditemukan di
habitat hutan yang terdapat di Loh Buaya,
Pulau Rinca.
35
Famili Viperidae
Famili Pythonidae
Famili Homalopsidae
Famili Elapidae
Famili Varanidae
Famili Dicroglossidae
Famili Microhylidae
Famili Bufonidae
Famili Ranidae
RIWAYAT HIDUP
Umar Fhadli Kennedi terlahir di Bagan Batu, 26 November 1996 dari Bapak
Isnin Kennedi dan Ibu Siti Soleha. Memulai pendidikan di TK Panca Budi Medan.
Sempat berpindah-pindah Sekolah Dasar lalu melanjutkan jenjang menengah
pertama di SMP Cinta Ilahi Boarding School Cisarua Bogor dan tingkat SMA di
SMA PU Albayan Sukabumi. Saat ini, penulis sedang menyelesaikan tingkat akhir
di IPB, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas
Kehutanan.
Selama menuntut ilmu di IPB penulis aktif di Himpunan Mahasiswa
Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) sebagai anggota
Kelompok Pemerhati Herpetofauna (KPH Python) pada tahun 2015-2017 dan
anggota Biro Kewirausahaan pada tahun 2015-2017 serta menjadi wakil ketua pada
kegiatan Studi Konservasi Lingkungan 2017 (SURILI). Penulis pernah mengikuti
kegiatan Eksplorasi Fauna, Flora dan Ekowisata Indonesia 2017 (RAFFLESIA) di
Cagar Alam Leuweung Sancang, Kegiatan Studi Konservasi Lingkungan 2016
(SURILI) di Suaka Margasatwa Rimbang Baling, dan Kegiatan Studi Konservasi
Lingkungan 2017 (SURILI) di Taman Nasional Kutai.
Penulis melaksanakan Praktik Umum Kehutanan (PUK) di jalur Taman
Wisata Alam Gunung Papandayan – Cagar Alam Leuweung Sancang pada tahun
2016 dan diamanahkan menjadi ketua dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapang
(PKL) di Taman Nasional Alas Purwo pada tahun 2017. Untuk menyelesaikan studi
S1, penulis melakukan penelitian dengan judul Keanekaragaman Herpetofauna di
Taman Nasional Komodo dan Sekitarnya dibawah bimbingan Dr Ir Mirza Dikari
Kusrini Msi dan Prof Dr Ir Ani Mardiastuti MSc serta bantuan pihak Komodo
Survival Program (KSP).