Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

Otitis media serosa akut merupakan keadaan dimana terdapatnya cairan


sekret non purulen di telinga tengah secara tiba-tiba tanpa tanda ataupun gejala,
sedangkan membran timpani intak yang terjadi kurang dari tiga minggu. 1,2,3
Adanya cairan di telinga tengah dengan membrane timpani utuh tanpa
tanda-tanda infeksi disebut juga otitis media dengan efusi. 4
Apabila efusi tersebut encer disebut otitis media serosa dan apabila efusi
tersebut kental seperti lem disebut otitis media mukoid (glue ear).4
Terjadi sekitar 2,2 juta kasus yang didiagnosis sebagai otitis media serosa
terjadi setiap tahun di Amerika Serikat, dan menghabiskan sebesar empat miliar
dolar untuk biaya pengobatan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Sebanyak 80% anak-anak akan memiliki setidaknya satu episode otitis media
efusi pada usia 10 tahun. 3,5
Dalam 10 tahun terakhir, dilakukan penelitian peran alergi terhadap otitis
media serosa pada populasi anak-anak dirasakan terkait dengan alergi 5 hingga
80% kasus. Alergi inhalasi dirasakan memainkan peran yang lebih besar dari
alergi makanan dan juga akibat infeksi bakteri. 5,6
Etiologi pasti dari otitis media serosa masih idiopatik. Otitis media serosa
unilateral pada orang dewasa tanpa penyebab yang jelas harus selalu dipikirkan
kemungkinan adanya karsinoma nasofaring. Namun keadaan ini dapat disebabkan
antara lain oleh : Sumbatan pada tuba eustachius, infeksi virus dan alergi. 1,4
Gambaran klinis yang menonjol pada otitis media serosa akut biasanya
pendengaran berkurang. Selain itu pasien juga dapat mengeluh rasa tersumbat
pada telinga atau suara sendiri yang terdengar lebih nyaring atau berbeda, pada
telinga yang sakit (diplacusis binauralis). Kadang-kadang terasa seperti ada cairan
yang bergerak dalam telinga pada saat posisi kepala berubah. Rasa sedikit nyeri
dalam telinga dapat terjadi saat awal tuba terganggu.1

1
Pada pemeriksaan otoskopi, terlihat membran timpani retraksi. Kadang-
kadang tampak gelembung udara atau permukaan cairan dalam kavum timpani.1
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu : Pemindaian computed
tomography (CT), tympanometry, dan tympanocentesis. pada tes laboratorium
jarang digunakan dalam pemeriksaan dan diagnosis otitis media dengan efusi
(OME) kecuali ada proses lain yang dicurigai.7
Pada kasus yang masih baru pemberian dekongestan tetes hidung serta
kombinasi anti histamin – dekongestan per oral kadang-kadang bisa berhasil.
Sebagian ahli menganjurkan pengobatan medikamentosa selama 3 bulan, bila
tidak berhasil baru dilakukan tindakan operasi. Pengobatan yang harus dilakukan
adalah mengeluarkan sekret dengan miringitomi dan memasang pipa ventilasi
(Grommet). 4

2
BAB II

ANATOMI DAN FISIOLOGI TELINGA

A. Anatomi

Telinga manusia merupakan organ pendengaran yang menangkap dan


merubah bunyi berupa energi mekanis menjadi energi elektris secara efisien dan
diteruskan ke otak untuk disadari serta dimengerti, sebagai sistem organ
pendengaran, telinga dibagi menjadi sistem organ pendengaran perifer dan
sentral.8
Sistem organ pendengaran perifer terdiri dari struktur organ pendengaran
yang berada di luar otak dan batang otak yaitu telinga luar, telinga tengah, telinga
dalam dan saraf kokhlearis sedangkan organ pendengaran sentral adalah struktur
yang berada di dalam batang otak dan otak yaitu nukleus koklearis, nukleus
olivatorius superior, lemnikus lateralis, kolikulus inferior dan kortek serebri lobus
temporalis area wernicke. 8

Gambar 1. Skema organ pendengaran perifer dan sentral.8

3
Gambar 2. Anatomi Telinga 9

1. Telinga Luar

Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran
timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga
berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar,
sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya
kira-kira 2 ½-3 cm.1
Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar
serumen (kelenjar keringat) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh
kulit liang telinga. Pada dua per tiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar
serumen.1

Gambar 3. Kelenjar pada liang telinga.8

4
MAE dialiri arteri temporalis superfisialis dan arteri aurikularis posterior serta
arteri aurikularis profundus. Darah vena mengalir ke vena maksilaris, jugularis
eksterna dan pleksus venosus pterygoid. Aliran limfe menuju ke lnn. aurikularis
anterior, posterior dan inferior. Inervasi oleh cabang aurikularis dari n. vagus dan
cabang aurikulotemporalis dari n. mandibularis.1

2. Telinga tengah
Telinga tengah berbentuk kubus dengan:1
a. Batas luar : membran timpani
b. Batas depan : tuba eustachius
c. Batas bawah : vena jugularis (bulbus jugularis)
d. Batas belakang : aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis
e. Batas tengah : tegmen timpani (meningen/otak)
f. Batas dalam :berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semi
sirkularis horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval window),
tingkap bundar (round window) dan promontorium

Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang
telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars
flaksida (membran Shrappnell), sedangkan bagian bawah pars tensa (membran
propria). Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar ialah lanjutan epitel
kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti epitel
saluran napas. Pars tensa mempunyai satu lapisan lagi di tengah, yaitu lapisan
yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier
di bagian luar dan sirkuler pada bagian dalam.1
Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membran timpani disebut
sebagai umbo. Dari umbo bermula satu refleks cahaya (cone of light) ke arah
bawah yaitu pada pukul 7 untuk membran timpani kiri dan pukul 5 untuk
membran timpani kanan. Refleks cahaya (cone of light) ialah cahaya dari luar
yang dipantulkan oleh membran timpani. Di membran timpani terdapat dua
macam serabut, sirkuler dan radier. Serabut inilah yang menyebabkan timbulnya

5
refleks cahaya yang berupa kerucut itu. Secara klinik refleks cahaya ini dinilai,
misalnya bila letak refleks cahaya mendatar, berarti terdapat gangguan pada tuba
eustachius.1,10

1: Pars flaccid
2: Short process of the malleu
3: Handle of the malleus
4: Umbo
5: Supratubal recess
6: Tubal orifice
7: Hypotympanic air cells
8: Stapedius tendon
C: Chorda tympani
P: Promontory
O: Oval window
R: Round window
T: Tensor tympani
A: Annulus

Gambar 4. Membran timpani normal telinga kanan11

Membran timpani dibagi dalam empat kuadran, dengan menarik garis


searah dengan prosesus longus malleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu
di umbo, sehingga didapatkan bagian atas depan, atas belakang, bawah depan dan
bawah belakang. Hal ini berguna untuk menyatakan letak perforasi dari membran
timpani.1,10

Keterangan:
AS: Anterosuperior
AI: Anteroinferior
PS: Posterosuperior
PI: Posteroinferior

Gambar 5. Membran timpani normal telinga kanan10

6
Membran timpani terdiri dari tiga lapisan: lapisan epitel luar terus yang
berlanjut menjadi kulit saluran pendengaran eksternal, lapisan fibrosa tengah atau
lamina propria, dan lapisan mukosa bagian dalam yang berlanjut menjadi lapisan
rongga timpani. Epidermis atau lapisan luar dibagi menjadi stratum korneum,
stratum granulosum, stratum spinosum, dan stratum basale, yang merupakan
lapisan terdalam yang bersandar pada membran basement. Lamina propria
ditandai oleh adanya serat kolagen. Dalam pars tensa, serat-serat ini tersusun
dalam dua lapisan dasar: lapisan radial luar yang berasal dari bagian inferior dari
gagang maleus dan sisipan dalam annulus, dan lapisan melingkar bagian dalam
yang terutama berasal dari proses pendek dari Malleus. Namun, pengaturan yang
berbeda seperti itu tidak ada dalam pars flaccida. Lapisan mukosa terbentuk
terutama dari epitel kuboid atau kolumnar sederhana. Permukaan sel yang bebas
memiliki banyak mikrovili. 10

Membran timpani bagian medial disuplai cabang arteri aurikularis posterior,


lateral oleh ramus timpanikus cabang arteri aurikularis profundus. Aliran vena
menuju ke vena maksilaris, jugularis eksterna dan pleksus venosus pterygoid.
Inervasi oleh nervus aurikularis cabang nervus vagus, cabang timpanikus nervus
glosofaringeus dan nervus aurikulotemporalis cabang nervus mandibularis. Suplai
darah untuk kavum timpani oleh arteri timpani anterior, arteri stylomastoid, arteri
petrosal superficial, arteri timpani inferior. Aliran darah vena bersama dengan
aliran arteri dan berjalan ke dalam sinus petrosal superior dan pleksus
pterygoideus. Pada membran timpani yang sehat, tidak akan tampak pembuluh
darah kapiler, tetapi pada kondisi terjadinya infalamasi atau anak menangis akan
tampak gambaran pembuluh darah sehingga membran timpani tampak
kemerahan.8,10
Telinga tengah terdapat dua buah otot yaitu m. tensor timpani dan m.
stapedius. M tensor timpani berorigo di dinding semikanal tensor timpani dan
berinsersio di bagian atas tulang maleus, inervasi oleh cabang saraf trigeminus.
Otot ini menyebabkan membran timpani tertarik ke arah dalam sehingga menjadi
lebih tegang.dan meningkatkan frekuensi resonansi sistem penghantar suara dan

7
melemahkan suara dengan frekuensi rendah. M. stapedius berorigo di dalam
eminensia pyramid dan berinsersio di ujung posterior kolumna stapes, hal ini
menyebabkan stapes kaku, memperlemah transmini suara dan meningkatkan
resonansi tulang-tulang pendengaran. Kedua otot ini berfungsi mempertahankan ,
memperkuat rantai osikula dan meredam bunyi yang terlalu keras sehingga dapat
mencegah kerusakan organ koklea. Telinga tengah berhubungan dengan
nasopharing melalui tuba Eustahcius. 8
Telinga tengah terdapat tiga tulang pendengaran, susunan dari luar ke dalam
yaitu maleus, incus dan stapes yang saling berikatan dan berhubungan membentuk
artikulasi.. Prosesus longus maleus melekat pada membran timpani, maleus
melekat pada inkus dan inkus melekat pada stapes. Stapes terletak tingkap lonjong
atau foramen ovale yang berhubungan dengan koklea. 8
Pada pars flaksida terdapat daerah yang disebut atik. Di tempat ini terdapat
aditus ad antrum, yaitu lubang yang menghubungan telinga tengah dengan antrum
mastoid.1

Gambar 6. Tulang-tulang pendengaran.8

3. Telinga dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea yang berupa dua setengah lingkaran dan
vestibuler yang terdiri dari tiga buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak
koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala
vestibula.1,8

8
Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan
membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak
skala vestibula sebelah atas, skala timpani di seblah bawah dan skala media
(duktus koklearis) diantaranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa,
sedangkan skala media berisi endolimfa. Ion dan garam yang terdapat di perilimfa
berbeda dengan endolimfa. Hal ini penting untuk pendengaran. Dasar skla
vestibule disebut sebagai membran vestibule (Reissner’s membrane) sedangkan
dasar skala media adalah membran basalis. Pada membrane ini terletak organ
corti.1
Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut
membran tektoria, dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari
sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis Corti, yang membentuk organ
Corti.1

SC Vest: Scala Vestibule


RM: Reissner Membrane
Sc Media: Scala Media
TM: Tectorial Membrane
TC: Tunnel of Corti
OC: Organo Corti
BM: Basilae Membrane
SV: Stria Vascularis
SL: Spiral Ligament
OSL: Osseous Spiral Lamina
Sc Tymp: Scala Tympani

Gambar 7. Potongan sagital dari koklea8

9
B. Fisiologi Pendengaran

Telinga terdiri dari tiga bagian yaitu telinga luar, tengah dan dalam. Bagian
luar dan tengah telinga menyalurkan gelombang suara dari udara ke telinga dalam
berisi cairan, mengamplifikasi endergi suara dalam proses ini. Telinga dalam
berisi dua system sensorik yaitu koklea, yang mengandung reseptor untuk
mengubah gelombang suara menjadi impuls saraf sehingga dapat mendengar, dan
apparatus vestibularis sebagai sensasi keseimbangan.11
Pendengaran bergantung pada kemampuan telinga mengubah gelombang
suara di udara menjadi deformasi mekanis sel-sel rambut auditorius sehingga
memicu sinyal saraf. Gelombang suara terdiri dari daerah penekanan molekul
udara bertekanan tinggi yang berselang-seling dengan daerah penjarangan
bertekanan rendah. Nada suara ditentukan oleh frekuensi gelombangnya, kekuatan
(intensitas) oleh amplitude gelombang, dan timbre (warna suara) oleh overtone
khasnya.11
Telinga luar terdiri dari pinna (daun telinga), meatus auditorius eksternus
(saluran telinga), membran timpani (gendang telinga). Pinna mengumpulkan
gelombang suara dan menyalurkannya ke meatus auditorius eksternus. Meatus
auditorius eksternus melalui tulang temporal dari bagian luar ke membran
timpani. Ketika membran timpani bergetar bila terkena gelombang suara. Daerah-
daerah gelombang suara yang bertekanan tinggi dan rendah yang berselang-seling
menyebabkan membran timpani yang sangat peka melekuk ke dalam dan keluar
seiring dengan frekuensi gelombang suara.11
Agar membran bebas bergerak ketika terkan suara, tekanan udara istirahat di
kedua sisi membran timpani harus sama. Bagian luar membran timpani terpajan
ke tekanan atmosfer yang mencapainya melalui meatus auditorius eksternus.
Bagian dalam membran timpani yang menghadap ke rongga telinga tengah juga
terpajan ke tekanan atmosfer melalui tuba eustachius (auditorius) yang
menghubungkan telinga tengah ke faring (bagian belakang tenggorokan). Tuba
eustachius dalam keadaan normal tertutup, tetapi dapat membuka oleh gerakan
menguap, mengunyah, dan menelan. Pembukaan ini memungkinkan tekanan

10
udara di telinga tengah menyamai tekanan atmosfer sehingga tekanan di kedua
sisi membran timpani setara.11
Telinga tengah memindahkan gerakan bergetar membran timpani ke cairan
telinga dalam. Pemindahan ini dipermudah oleh adanya rantai tiga tulang kecil,
atau osikulus (maleus, inkus dan stapes) yang membentang di telinga tengah.
Tulang pertama, maleus melekat ke jendela oval, pintu masuk ke dalam koklea
yang berisi cairan. Sewaktu membran timpani bergetar sebagai respons terhadap
gelombang suara, rangkaian tulang-tulang tersebut ikut bergerak dengan frekuensi
yang sama, memindahkan frekuensi getaran ini dari membran timpani ke jendela
oval. Tekanan yang terjadi di jendela oval yang ditimbulkan oleh setiap getaran
akan menimbulkan gerakan mirip gelombang di cairan telinga dalam dengan
frekuensi yang sama seperti gelombang suara asal. Tekanan yang lebih besar
untuk menggerakan cairan dari pada menggerakan udara, tetapi sistem osikulus
memperkuat tekanan yang ditimbulkan oleh gelombang suara di udara melalui
dua mekanisme agar cairan di koklea bergetar. Pertama, karena luas permukaan
membran timpani jauh lebih besar daripada luas jendela oval, terjadi
peningkatakan tekanan ketika gaya yang bekerja pada membran timpani
disalurkan oleh osikulus ke jendela oval. Kedua, efek tuas osikulus juga
menimbulkan keuntungan mekanik tambahan. Bersama-sama, kedua mekanisme
ini meningkatkan gaya yang bekerja pada jendela oval sebesar 20 kali
dibandingkan dengan jika gelombang suara langsung mengenai jendela oval.
Tekanan tambahan ini sudah cukup untuk menggetarkan cairan di koklea.11
Beberapa otot halus di telinga tengah berkontraksi secara refleks sebagai
respons terhadap suara keras (lebih dari 70 dB), menyebabkan membran timpani
mengencang dan membatasi gerakan rangkaian osikulus. Berkurangnya getarakan
di struktur-struktur telinga tengah ini menurunkan transmisi gelombang suara
yang keras ke telinga bagian dalam untuk melindungi perangkat sensorik yang
peka dari kerusakan.11

11
Gambar 8. Makroskopik Telinga Tengah dan Koklea11

Koklea dibagi di seluruh panjangnya menjadi tiga kompartemen


longitudinal berisi cairan. Duktus koklearis yang buntu, yang juga dikenal sebagai
skala media, membentuk kompartemen tengah. Kompartemen atas atau skala
vestibuli, mengikuti kontur bagian dalam spiral, dan skala timpani atau
kompartemen bawah mengikuti kontur luar. Skala vestibuli dan skala timpani
mengandung cairan yang disebut perilimfe. Duktus koklearis mengandung cairan
yang sedikit berbeda, endolimfe. Daerah di luar ujung duktus koklearis tempat
cairan di komparten atas dan bawah berhubungan disebut helikotrema. Skala
vestibuli dipisahkan dari rongga telinga tengah oleh jendela oval, tempat
melekatnya sptapes. Lubang kecil lain yang ditutupi oleh membran, jendela
bundar, menutup skala timpani dari telinga tengah. Membran vestibularis yang
tipis membentuk atap duktus koklearis dan memisahkannya dari skala vestibuli.
Membran basilaris membentuk lantai duktus koklearis, memisahkannya dari skala
timpani. Membran basilaris sangat penting karena mengandung organ corti dan
organ indera untuk pendengaran.11

12
Gambar 9. Potongan Melintang Koklea11

Organ corti, yang terletak di atas membran basilaris di seluruh panjangnya,


mengandung sel rambut auditorik yang merupakan reseptor suara. Sebanyak
15.000 sel rambut di dalam tiap-tiap koklea tersusun menjadi empat baris sejajar
di seluruh panjang membran basilaris: satu baris sel rambut dalam dan tiga baris
sel rambut luar. Dari permukaan tiap-tiap sel rambut menonjol sekitar 100 rambut
yang dikenal sebagai stereosilia, yaitu mikrovilus yang dibuat kaku oleh adanya
aktin, bukan silia sejati. Sel rambut merupakan mekanoreseptor yaitu
menghasilkan sinyal saraf jika rambut permukaannya mengalami perubahan
bentuk secara menakis akibat gerakan cairan di telinga dalam. Stereosilia ini
berkontak dengan membran tektorium, suatu tonjolan mirip sayap yang menutupi
organ corti di seluruh panjangnya.11
Gerakan stapes yang mirip piston terhadap jendela oval memicu gelombang
tekanan di kompartemen atas. Karena cairan tidak dapat terkompresi, tekanan
disebarkan melalui dua cara ketika stapes menyebabkan jendela oval menonjol
kedalam: (1) penekanan jendela oval dan (2) defleksi membran basilaris. Pada
bagian-bagian awal jalur ini, gelombang tekanan mendorong perilimfe maju di
kompartemen atas, kemudian mengelilingi helikotrema, dan masuk ke dalam
kompartemen bawah, tempat gelombang tersebut menyebabkan jendela bundar
menonjol keluar mengarah ke rongga telinga tengah untuk mengompensasi

13
peningkatan tekanan. Sewaktu stapes bergerak mundur dan menarik jendela oval
ke arah luar ke telinga tengah, perilimfe mengalir ke arah berlawanan,
menyebabkan jendela bundar menonjol ke dalam. Jalur ini tidak menyebabkan
penerimaan suara, tetapi hanya menghilangkan tekanan.11
Gelombang tekanan di kompartemen atas disalurkan melalui membran
vestubularis yang tipis, menuju duktus koklearis, dan kemudian melalui membran
basilaris ke kompartemn bawah. Transimisi gelombang tekanan melalui membran
basilaris menyebabkan membran ini bergerak naik turun, atau bergetar, sesuai
gelombang tekanan. Karena organ corti berada diatas membran basilaris sehingga
sel-sel rambut juga bergetar naik turun.11
Sel rambut dalam dan luar memiliki fungsi berbeda. Sel rambut dalam
adalah sel untuk mendengar dimana sel yang mengubah gaya mekanis suara
(getaran cairan koklea) menjadi impuls listrik pendengaran (potensial aksi yang
menyampaikan pesan pendengaran ke korteks serebrum). Karena stereosilia sel-
sel reseptor ini berkontak dengan membran tektorium yang kaku dan stasioner,
tertekuk maju mundur ketika membran basilaris yang berosilasi menggeser
posisinya dalam hubungannya dengan membran tektorium. Deformasi mekanis
maju mundur rambut-rambut ini secara bergantian membuka dan menutup kanal
kation berpintu mekanis di sel rambut sehingga terjadi perubahan potensial
pendepolarisasi dan hiperpolarisasi secara bergantian potensial reseptor dengan
frekuensi yang sama seperti frekuensi rangsangan suara semula. Tip links, yang
merupakan molekul adhesi sel, menghubungkan ujung-ujung stereosilia dalam
barisan-barisan berdekatan. Ketika membran basilaris bergerak ke atas, berkas
stereosilia menekuk ke arah membran tertingginya, meregangkan tip links. Tip
links yang teregang membuka kanal kation yang dilekatinya. Pergerakan ion yang
dihasilkan ini tidak biasa karena keunikan komposisi endolimfe yang merendam
stereosilia. Sangat berbeda dengan CES di tempat apapun, endolimfe memiliki
konsentrasi K+ yang lebih tinggi daripada di dalam sel rambut. Beberapa kanal
kation terbuka pada sel rambut yang beristirahat, mengizinkan K+ berkadar rendah
masuk menuruni gradient konsentrasinya. Ketika lebih banyak kanal kation yang
terbuka, lebih banyak K+ yang masuk ke sel rambut. Masuknya K+ tambahan ini

14
mendepolarisasi sel rambut. Ketika membran basilaris bergerak dalam arah yang
berlawanan, kumpulan rambut tertekuk menjauhi stereosilia yang tertinggi,
membuat tip links menjadi kendur dan menutup semua kanal. Akibatnya,
pamasukan K+ terhenti sehingga sel rambut terhiperpolarisasi.11
Sel rambut dalam berhubungan melalui suatu sinaps kimiawi dengan ujung
serat-serat saraf aferen yang membentuk saraf auditorius (koklearis). Karena
rendahnya pemasukan K+, sel rambut dalam secara spontan melepaskan beberapa
neurotransmitter (glutamate) melalui eksositosis yang terinduksi oleh Ca2+ tanpa
adanya stimulasi. Depolarisasi sel rambut ini membuka lebih banyak kanal Ca2+
berpintu listrik. Masuknya Ca2+ tambahan yang terjadi meningkatkan laju
pelepasan neurotransmiternya, yang meningkatkan frekuensi lepas muatan di serat
aferen tempat sel rambut dalam bersinaps. Sebaliknya, laju lepas muatan
berkurang hingga dibawah kadar istirahat sewaktu sel-sel rambut ini
mengeluarkan lebih sedikit neurotransmitter ketika mengalami hiperpolarisasi
akibat pergeseran ke arah yang berlawanan.11
Sel-sel rambut luar secara aktif dan cepat berubah panjang sebagai respons
terhadap perubahan potensial membran, suatu perilaku yang dikenal sebagai
elektromotilitas. Sel rambut luar memendek pada depolarisasi dan memanjang
pada hiperpolarisasi. Perubahan panjang ini memperkuat atau menegaskan
gerakan membran basilaris. Sel rambut luar meningkatkan respons sel rambut
dalam, reseptor sensorik pendengaran yang sebenarnya, menyebabkan sangat peka
terhadap intensitas suara dan dapat sangat membedakan berbagai nada suara.11

Gambar 10. Organ Corti Diperbesar11

15
Korteks pendengaran primer di lobus temporalis. Setiap bagian membran
basilaris berhubungan dengan region spesifik korteks pendengaran primer.
Karenanya, neuron-neuron korteks tertentu hanya diaktifkan oleh nada tertentu
yaitu setiap regio di korteks auditorius tereksitasi hanya sebagai respons terhadap
nada tertentu yang terdeteksi oleh bagian tertentu membran basilaris.11
Neuron-neuron aferen yang membawa sinyak auditorik dari sel rambut
dalam keluar koklea melalui saraf auditorius. Jalur saraf antara organ Corti dan
korteks auditorius melibatkan beberapa sinaps dalam perjalanannya, dengan yang
paling menonjol berada di batang otak dan nucleus genikulatum medialis
thalamus. Batang otak menggunakan masukan auditorik untuk keadaan terjaga
dan bagun. Thalamus menyortir dan menyalurkan sinyal ke atas. Sinyal auditorik
dari tiap-tiap telinga disalurkan ke kedua lobus temporalis karena serat-serat
bersilangan secara parsial di batang otak.11
Aparatus vestibularis di telinga dalam terdiri dari kanalis semisirkularis,
yang mendeteksi percepatan atau perlambatan rotasional dalam semua arah, dan
utrikulus dan sakulus yang secara kolektif mendeteksi perubahan laju gerakan
linier dalam semua arah dan memberi informasi yang penting untuk menentukan
posisi kepala dalam kaitannya dengan gravitasi. Sebagai respons terhadap
derformasi mekanis sel rambut vestibular oleh gerakan spesifik cairan dan
struktur-struktur terkait didalam organ-organ indera ini terbentuklah sinyal saraf.11

16
BAB III
OTITIS MEDIA SEROSA AKUT

A. Definisi

Otitis media serosa akut merupakan keadaan dimana terdapatnya cairan


sekret non purulen di telinga tengah secara tiba-tiba tanpa tanda ataupun gejala,
sedangkan membran timpani intak yang terjadi kurang dari tiga minggu. 1,2,3
Adanya cairan di telinga tengah dengan membrane timpani utuh tanpa
tanda-tanda infeksi disebut juga otitis media dengan efusi. 4
Apabila efusi tersebut encer disebut otitis media serosa dan apabila efusi
tersebut kental seperti lem disebut otitis media mukoid (glue ear).4
Batasan antara kondisi otitis media serosa akut dengan otitis media kronik
hanya pada cara terbentuknya sekret. Pada otitis media serosa akut sekret terjadi
secara tiba-tiba di telinga tengah dengan disertai rasa nyeri pada telinga,
sedangkan pada keadaan kronis sekret terbentuk secara bertahap tanpa rasa nyeri
dengan gejala-gejala pada telinga yang berlangsung lama.4

B. Epidemiologi

Terjadi sekitar 2,2 juta kasus yang didiagnosis sebagai otitis media serosa
terjadi setiap tahun di Amerika Serikat, dan menghabiskan sebesar empat miliar
dolar untuk biaya pengobatan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Sekitar 90% anak-anak menderita otitis media dengan efusi sebelum usia sekolah,
seringkali antara usia 6 bulan sampai 4 tahun. Sebanyak 80% anak-anak akan
memiliki setidaknya satu episode otitis media efusi pada usia 10, dengan sebagian
besar kasus terjadi antara usia 6 bulan dan 4 tahun. Banyak episode OME sembuh
secara spontan dalam 3 bulan, tetapi 30 hingga 40 persen anak memiliki episode
berulang, dan 5 hingga 10 persen kasus bertahan lebih dari 1 tahun. 3,5
Penelitian yang melibatkan 589 pasien yang melakukan pemeriksaan
didapatkan 94 pasien (15,9%) mengalami otitis media serosa. Dalam 10 tahun
terakhir, dilakukan penelitian peran alergi terhadap otitis media serosa pada

17
populasi anak-anak dirasakan terkait dengan alergi 5 hingga 80% kasus. Alergi
inhalasi dirasakan memainkan peran yang lebih besar dari alergi makanan dan
juga akibat infeksi bakteri. 5,6

C. Etiologi

Etiologi pasti dari otitis media serosa masih idiopatik. Otitis media serosa
unilateral pada orang dewasa tanpa penyebab yang jelas harus selalu dipikirkan
kemungkinan adanya karsinoma nasofaring. 4
Namun keadaan ini dapat disebabkan antara lain oleh :4
a. Sumbatan pada tuba eustachius
b. Infeksi virus
c. Alergi

Adapun beberapa faktor predisposisi yang dapat menyebabkan yaitu :


Faktor lingkungan, usia, dan gangguan tuba eustachius telah dikaitkan
dengan otitis media dengan efusi.7

1) Faktor lingkungan
Faktor-faktor ini termasuk pemberian susu botol, makan sambil tidur,
memiliki saudara kandung dengan otitis media, berada di penitipan anak,
memiliki alergi terhadap lingkungan umum, memiliki status sosial ekonomi yang
lebih rendah, tinggal di rumah di mana orang merokok, dan memiliki riwayat
orangtua otitis media dengan efusi. 7

2) Usia
Usia jelas merupakan faktor predisposisi lain dalam perkembangan otitis
media dengan efusi. Pada bayi, tuba eustachius memiliki orientasi hampir
horizontal dan mengembangkan sudut 45 ° (seperti pada orang dewasa) setelah
beberapa tahun. Selain itu, ukuran dan bentuk tuba eustachius saat lahir, tidak
seperti pada orang dewasa, tidak menguntungkan untuk ventilasi telinga tengah.7

18
3) Gangguan tuba eustachius
Gangguan pada pembukaan normal lubang tuba eustachius di nasofaring
juga berhubungan dengan peningkatan prevalensi otitis media dengan efusi. Ini
biasanya terjadi pada pasien yang memiliki langit-langit mulut sumbing dan pada
anak-anak dengan sindrom Down dan gangguan lain yang mempengaruhi langit-
langit mulut. Selain itu, penurunan pembersihan mukosiliar dan viskositas lendir
yang lebih tinggi pada fibrosis kistik telah dihipotesiskan untuk menjelaskan
prevalensi otitis media yang lebih tinggi dengan efusi pada pasien dengan kondisi
ini.7

4) Diet
Sebuah studi oleh Choi et al menyarankan bahwa diet tinggi lemak adalah
faktor risiko untuk otitis media dengan efusi pada anak-anak tetapi kategori
indeks massa tubuh, asupan protein, air, dan natrium; dan distribusi asupan
karbohidrat merupakan bukan faktor risiko. 7

D. Patogenesis

1. Efusi telinga tengah


Terlepas dari penyebab otitis media akut, disfungsi tuba eustachius hampir
universal pada otitis media dengan efusi. Setelah peradangan akut dan infeksi
bakteri telah diselesaikan, kegagalan mekanisme pembersihan telinga tengah
memungkinkan efusi telinga tengah untuk bertahan. Banyak faktor yang terlibat
dalam kegagalan mekanisme pembersihan, termasuk disfungsi ciliary, edema
mukosa, hiperviskositas efusi, dan mungkin gradien tekanan yang tidak
menguntungkan. Pada saat ini komponen mucus pada otitis media efusi tidak
diketahui sepenuhnya begitupun dengan mekanisme pembentukannya.7

Setelah otitis media akut pada anak-anak, cairan menumpuk di telinga


tengah, menghambat getaran membran timpani dan transmisi suara selanjutnya ke
telinga bagian dalam. Dengan defisit ini, anak-anak mungkin mengalami
penurunan kemampuan untuk berkomunikasi di lingkungan yang bising. Anak

19
tersebut mungkin menunjukkan tanda-tanda kurang perhatian atau menurunnya
prestasi akademik.12
Pada pasien dengan pembesaran adenoid, kelenjar adenoid dapat
menyumbat tuba Eustachius sehingga telinga tengah berventilasi buruk. Jenis
penyumbatan ini dapat menyebabkan OME. Karena kelenjar gondok adalah
struktur limfatik, ada kemungkinan bahwa kelenjar tersebut dapat menularkan
bakteri ke dalam tuba Eustachius dan memungkinkan pertumbuhan biofilm.
Pertumbuhan bakteri seperti itu dapat menyebabkan peradangan yang juga akan
memfasilitasi penyumbatan dan penumpukan cairan di dalam telinga tengah.12
Mucin adalah komponen struktural integral dari sistem transportasi
mukosiliar di tuba eustachius telinga tengah.13
Beberapa virus, misalnya influenza, diketahui mendukung kolonisasi
pneumokokus pada saluran udara bagian atas dengan berbagai mekanisme,
termasuk paparan reseptor untuk kepatuhan pneumokokus dan dengan
menyediakan sumber nutrisi untuk pertumbuhan bakteri. Mempertimbangkan
bahwa S. Pneumoniae dan M.catarrhalis adalah patogen yang paling sering
terdeteksi pada otitis media akut, dan dapat naik melalui tuba Eustachius,
menyebabkan kerusakan silia pada epitel saluran napas dan mengganggu aliran
mukosiliar, hal ini dapat mengakibatkan kondisi untuk kegigihan di kompartemen
telinga tengah. Dalam beberapa kasus, terutama ketika OME tidak jelas terkait
dengan obstruksi mekanis tabung Eustachius, efek Toynbee dari tekanan negatif
di dalam telinga tengah dapat membantu naiknya mikroba melalui tabung, yang
mengarah ke kolonisasi telinga tengah, yang mungkin sangat penting dalam
patogenesis OME. M.catarrhalis telah dipelajari secara luas karena merupakan
patogen yang dapat menyebabkan penyakit telinga tengah, dan telah dilakukan
penelitian untuk pembuatan vaksin. 13
Epitel telinga tengah merupakan lapisan sel kubik yang berfungsi
menghasilkan lendir dalam keadaan sehat sedangkan bagian epitel yang dekat
dengan tuba Eustachius merupakan epitel mukosiliar berfungsi untuk
membersihkan telinga tengah. Pasien dengan COM, baik CSOM atau COME
memiliki epitel pseudostratified dengan sel bersilia dan sel goblet serta

20
keberadaan kelenjar lendir. Pada pasien dengan otitis media serosa terjadi
remodeling epitel yang lebih sedikit dibandingkan dengan otitis media mukoid. 14
Sekret pada otitis media serosa terdiri dari protein yang terkait dengan jalur
hematogen. Efusi mukoid lebih umum pada pasien yang lebih muda yang
menerima tympanostomy, sementara efusi serosa cenderung lebih umum pada
pasien yang lebih tua, terdapat hipotesis bahwa memang efusi ini mewakili respon
inflamasi yang berbeda. Jenis efusi ditentukan oleh respon inflamasi yang berbeda
dari patofisiologi telinga tengah dan bukan bagian dari rangkaian dari serosa ke
kronis. Respons kekebalan yang menghasilkan efusi serosa dapat mencerminkan
dominannya imunitas humoral yang ditandai dengan tingkat antibodi, komplemen,
dan protein serum yang lebih tinggi, yang mewakili respons alergi atau respons
telinga tengah. Sampel serosa mengandung jumlah yang lebih tinggi dari penanda
kekebalan bawaan awal (komplemen dan protein imunoglobulin) dan protein
serum. Sampel serosa memiliki tanda respon imun awal dengan komposisi yang
menunjukkan potensi transudasi protein serum di telinga tengah (MUC5B lebih
sedikit). 14

2. Cleft palate

Otitis media dengan efusi pada anak-anak yang memiliki langit-langit mulut
sumbing. Penyebabnya yaitu kurangnya penyisipan yang tepat dari otot tensor veli
palatini di langit-langit lunak. Karena itu, otot tidak dapat membuka tuba
eustachius saat menelan atau membuka mulut lebar. Obstruksi fungsional dari
tuba eustachius.15

E. Gambaran Klinis

Gambaran klinis yang menonjol pada otitis media serosa akut biasanya
pendengaran berkurang. Selain itu pasien juga dapat mengeluh rasa tersumbat
pada telinga atau suara sendiri yang terdengar lebih nyaring atau berbeda, pada
telinga yang sakit (diplacusis binauralis). Kadang-kadang terasa seperti ada cairan
yang bergerak dalam telinga pada saat posisi kepala berubah. Rasa sedikit nyeri

21
dalam telinga dapat terjadi saat awal tuba terganggu. Rasa nyeri dalam telinga
tidak pernah ada bila penyebab timbulnya sekret adalah virus ataupun bakteri.1
Dalam banyak kasus, pasien memiliki gejala rasa penuh pada telinga. Pada
orang dewasa, OME lebih sering unilateral. Pasien dewasa dapat melaporkan
tinitus dan sensasi benda asing di saluran pendengaran eksternal. Baik pada anak-
anak atau orang dewasa, OME umumnya terjadi bersamaan dengan infeksi
saluran pernapasan atas. Oleh karena itu, ada baiknya untuk bertanya kepada
pasien tentang infeksi telinga sebelum atau berulang, sumbatan hidung, dan
infeksi saluran pernapasan atas.12

Gambar 11. Otitis media serosa akut.4

22
BAB IV
DIAGNOSIS

A. Anamnesis

Pada kebanyakan pasien, gejala yang ditimbulkan tidak begitu signifikan


secara klinis dan pasien atau orang tua pasien mengeluh rasa tersumbat pada
telinga atau suara sendiri yang terdengar lebih nyaring atau berbeda pada telinga
yang sakit (displacusis binauralis). Kadang-kadang terasa seperti ada cairan yang
bergerak dalam telinga.1

B. Pemeriksaan Fisik

1. Inspeksi
Pada pemeriksaan otoskopi, terlihat membran timpani retraksi. Kadang-
kadang tampak gelembung udara atau permukaan cairan dalam kavum timpani.1

Gambar 12. Telinga kanan. Otitis media sekretori. Gelembung udara dapat terlihat
pada anterior gagang maleus dan juga di kuadran posteroinferior.

23
C. Pemeriksaan Penunjang

1) Pemindaian computed tomography (CT) penting dalam upaya untuk


menyingkirkan kemungkinan komplikasi dari otitis media (misalnya,
mastoiditis, trombosis sinus sigmoid, erosi tulang dengan ekstensi
intrakranial) atau lesi yang tidak biasa (misalnya, kolesteatoma). Modalitas
pencitraan ini sangat penting dalam otitis media unilateral dengan efusi
ketika massa tuba nasofaring atau eustachius harus disingkirkan.7
2) Tympanometry mungkin yang paling berguna dari semua tes dalam
hubungan dengan otitis media dengan efusi (OME). Tes ini
mengungkapkan hasil tipe B (datar) pada 43% kasus otitis media dengan
efusi dan hasil tipe C (tekanan negatif) pada 47% kasus.7

Gambar 13. Timpanogram.4

Berikut terdapat beberapa jenis timpanogram yaitu :


a) Tipe A : timpanogram normal
b) Tipe AS : kekakuan rangkaian tulang pendengaran.
c) Tipe AD : diskontinuitas tulang-tulang pendengaran.
d) Tipe B : cairan didalam telinga tengah
e) Tipe C : Gangguan fungsi tuba eustachius.4

3) Tympanocentesis melibatkan aspirasi efusi dari telinga tengah. Prosedur


ini dapat dilakukan sebagai prosedur kantor, bahkan pada anak kecil jika

24
perlu. Tympanocentesis dapat berfungsi sebagai prosedur terapeutik dan
diagnostik.7
Pemeriksaan cermin tidak langsung atau nasofaringoskopi fleksibel harus
dilakukan pada pasien dewasa untuk mengevaluasi adanya massa nasofaring.
Studi pencitraan dan bahkan mungkin biopsi dapat diindikasikan.7
Standar kriteria efusi telinga tengah adalah myringotomy, yang memiliki
keunggulan peningkatan paparan dan penyedotan relatif lebih baik dibandingkan
dengan tympanocentesis.7

D Diagnosis Banding

1) Fungsi Tabung Eustachius


Fungsi tuba eustachius yang abnormal atau terganggu (mis. Gangguan
pembukaan atau penutupan, pembersihan mukosiliar yang rusak) dapat
menyebabkan perubahan patologis di telinga tengah. Hal ini pada gilirannya dapat
menyebabkan gangguan pendengaran dan komplikasi otitis media lainnya. 7

2) Myringitis (Telinga Tengah, Membran Timpani, Peradangan)


Myringitis, atau peradangan pada membrane timpani dapat disertai dengan
gangguan pendengaran dan sensasi penuh dan sakit telinga. Setelah 3 minggu,
myringitis akut menjadi subakut dan dalam 3 bulan, kronis.7

E Penatalaksanaan

a. Konservatif

Pada kasus yang masih baru pemberian dekongestan tetes hidung serta
kombinasi anti histamin – dekongestan per oral kadang-kadang bisa berhasil.
Sebagian ahli menganjurkan pengobatan medikamentosa selama 3 bulan, bila
tidak berhasil baru dilakukan tindakan operasi. Disamping itu harus pula dinilai
serta diobati faktor-faktor penyebab seperti alergi, pembesaran adenoid atau
tonsil,infeksi hidung dan sinus.4

25
Manajemen farmakologis dari otitis media dengan efusi (OME) meliputi
pemberian agen antimikroba, steroid, antihistamin dan dekongestan, dan
mukolitik. Namun, sebuah konferensi konsensus internasional dari Kongres
Federasi Oto-rhino-laryngological Federasi Internasional 2017
merekomendasikan terhadap pengobatan otitis media dengan efusi (OME) dengan
steroid, antibiotik, dekongestan, atau antihistamin, mengutip kekhawatiran
mengenai efek samping dan biaya, seperti serta kurangnya bukti untuk efektivitas
terapi jangka panjang. 7

Pada penelitian lebih lanjut OME paling sering disebabkan oleh faktor-
faktor terkait virus atau alergi, bukan infeksi bakteri. Karena itu, penggunaan
antibiotik tidak dianjurkan. Juga, kortikoid untuk pengobatan alergi belum
terbukti secara signifikan berdampak pada hasil OME pada pasien. Karena alasan
ini, antibiotik dan kortikoid tidak dianjurkan untuk mengobati OME.12

b. Non-Operatif
Autoinflation pada anak usia 4-11 tahun dengan otitis media dengan efusi
dalam perawatan primer didapatkan efektif dalam membersihkan efusi dan
memperbaiki gejala dan kualitas anak dan orang tua terkait telinga. Pada
penelitian yang telah dilakukan Dari 320 anak yang terdaftar, mereka yang
menerima autoinflasi lebih cenderung memiliki tympanograms normal pada 1
bulan daripada control yang hanya mendapatkan perawatan biasa dengan
pembersihan cairan telinga.16

26
Gambar 14 : Mekanisme autoinflasi.16

Gangguan pendengaran masa kanak-kanak dapat mempengaruhi


perkembangan bahasa. Oleh karena itu alat bantu dengar dapat dianggap sebagai
pilihan non-invasif untuk mengobati OME. 17

c. Operatif

Pengobatan yang harus dilakukan adalah mengeluarkan sekret dengan


miringitomi dan memasang pipa ventilasi. 4

1) Miringotomi ialah tindakan insisi pada Pars tensa membran timpani, agar
terjadi drainase sekret dari telinga tengah ke liang telinga luar. Bila terapi yang
diberikan sudah adekuat, sebetulnya miringotomi tidak perlu dilakukan, kecuali
bila jelas tampak adanya nanah di telingi tengah. 4

Pembedahan telah menjadi intervensi terapeutik yang paling banyak


diterima untuk otitis media persisten dengan efusi (OME), dan jelas efektif.
Intervensi termasuk myringotomy dengan atau tanpa pemasangan tabung,
adenoidectomy, atau keduanya. 7

Praktik terbaik untuk pasien OME adalah mengevaluasi selama tiga bulan
sebagai tindakan lini pertama. Dalam kasus di mana OME berlanjut, rujukan
spesialis dapat dibuat untuk menilai opsi perawatan bedah.12

27
Otitis media dengan efusi umumnya sembuh secara spontan dengan dalam
pengawasan. Namun, jika persisten, myringotomy dengan penyisipan tabung
tympanostomy dianggap sebagai pengobatan yang efektif. Dalam perawatan ini,
tabung ventilasi memungkinkan udara masuk ke dalam telinga tengah, mencegah
penumpukan kembali cairan. Setelah prosedur ini, banyak pasien tidak
memerlukan terapi tambahan karena pertumbuhan dan perkembangan sudut tuba
Eustachius, yang akan memungkinkan drainase.17

Penyisipan pipa ventilasi juga dikenal sebagai penyisipan tabung

tympanostomy adalah penempatan tabung ke dalam membran timpani. Prosedur

bedah ini menangani cairan telinga tengah, yang bila menetap di ruang telinga

tengah, dapat menyebabkan otitis media (akut atau kronis) selain gangguan

pendengaran.17

Gambar 15. Pemasangan pipa ventilasi pada membrane timpani17

Plastik Grommet dirancang untuk tetap berada di dalam membran timpani

dan mencegah penutupan cepat sayatan myringotomy. Grommet berbentuk kecil

28
dan ditoleransi dengan baik oleh membran timpani dan dapat mempertahankan

port ventilasi untuk ruang telinga tengah selama sekitar 1-2 tahun.17

Gambar 16. Jenis dan ukuran pipa ventilasi 17

Di Amerika Serikat, pemasangan pipa ventilasi adalah prosedur bedah

otologis yang paling sering dilakukan pada anak-anak. Berbagai ukuran dan

bentuk pipa telinga tersedia, dipilih oleh ahli bedah berdasarkan patofisiologi

yang mendasarinya, karakteristik spesifik tabung, jumlah set tabung sebelumnya,

dan preferensi dokter bedah. 17

Indikasi pemasangan pipa ventilasi (Grommet) antara lain :

Indikasi yang paling umum untuk pemasangan pipa ventilasi telinga adalah

otitis media dengan efusi (OME) yang persisten (> 3 bulan) atau otitis media

29
serosa (SOM), yang tidak sembuh setelah 3 bulan pengamatan klinis atau tidak

membaik dengan terapi antibiotik.17

Pedoman praktik klinis dari American Academy of Otolaryngology-Head

and Neck Surgery Foundation menyatakan bahwa dokter harus

merekomendasikan pemasangan tabung tympanostomy ketika operasi dilakukan

untuk OME pada anak. Penyisipan tabung telinga meningkatkan drainase cairan

telinga tengah dan jika terlambat ditangani dalam waktu lama yang dapat

menyebabkan keterlambatan bicara dan bahasa. Cairan pada telinga tengah juga

merupakan faktor predisposisi utuk infeksi berulang.17

Indikasi lain untuk pemasangan tabung telinga adalah otitis media akut

(AOM) yang refrakter terhadap terapi antibiotik. Pada orang yang tidak

mentoleransi terapi antibiotik dengan baik. Agar setelah dilakukan pemasangan

pipa ventilasi, pasien dapat diberikan tetes topical ke telinga tengah dengan

mudah.17

Indikasi tambahan yaitu pada komplikasi OMA seperti meningitis, parese

nervus fasialis dan otomastoiditis. Pemasangan pipa ventilasi diharapkan dapat

memberikan ventilasi pada telinga tengah dan mencegah retraksi lebih lanjut pada

membrane timpani di bawah tekanan negatif.17

Material yang dibutuhkan untuk pemasangan pipa ventilasi antara lain:

a) Mikroskop

b) Speculum set

c) Pisau myringotomy

30
d) Suction set

e) Serumen loop

f) Tetes telinga antibiotic17

Persiapan Pasien :

Penyisipan pipa ventilasi dilakukan dengan anestesi umum pada anak-anak

dan anestesi lokal pada orang dewasa. Anestesi umum diinduksi dengan masker.

Pasien terlentang, dengan kepala diposisikan persegi ke tempat tidur dan

kemudian diputar ke samping, dengan hidung sekitar 30-45º dari vertikal.17

Penempatan tabung T jangka pendek dengan cara menggunakan mikroskop

yang beroperasi dengan lensa 250-mm dibawa ke lapangan dan difokuskan pada

meatus auditorius eksternal. Spekulum 4-mm oval (misalnya, jenis Gruber,

dengan ukuran yang sesuai untuk memvisualisasikan membran timpani)

ditempatkan ke dalam saluran pendengaran eksternal, dan serumen dikeluarkan

sehingga seluruh membran timpani dapat divisualisasikan. Setengah anterior

gendang telinga kemudian divisualisasikan, dengan anulus timpani anterior dan

umbo posterior.17

Sayatan horizontal ditempatkan di atas daerah telinga tengah, paling sering

di kuadran anteroinferior. Seharusnya cukup dalam untuk memotong gendang

telinga tetapi tidak terlalu dalam sehingga melukai struktur tengah. Sayatan

mungkin harus sedikit lebih kecil dari diameter flensa dalam tabung. Pisau yang

menorehkan semua lapisan gendang telinga harus ditempatkan di tengah bidang

31
penglihatan untuk meninggalkan ruang yang cukup untuk memvisualisasikan

penyisipan tabung.17

Jika terdapat efusi, kanula suction French Baron 3, 5 atau 7, dengan atau

tanpa irigasi salin melalui kateter angiografi, digunakan. Kanula isap besar (7

Prancis) sangat penting untuk menghilangkan cairan tebal yang sering hadir pada

otitis media kronis dengan efusi (OME).17

Tabung grommet miring yang diperkenalkan oleh Armstrong dengan

memegang permukaan posterior flensa bagian dalam dengan forceps buaya kecil.

Tabung kemudian melewati spekulum ke kanal anterior-inferior : permukaan

anterior flens dimasukkan ke dalam membran timpani. Jika perlu, penyisipan

dilengkapi dengan pick melengkung atau lurus. Sebagian besar tabung dapat

dimasukkan langsung dengan tang buaya kecil.17

Sisa efusi atau darah disedot. Oxymetazoline, saline normal, atau tetes

antibiotik otic ditanamkan untuk mengurangi perdarahan dan melonggarkan

sekresi yang kental yang tidak dapat dihilangkan dengan penyedotan. Seringkali,

meatus eksternal ditutup dengan sumbat kapas di akhir prosedur.17

Penempatan tabung T jangka panjang, yang umumnya tahan lama

dibandingkan jenis lainnya, umumnya dipilih untuk penempatan jangka panjang.

Penempatan tabung jangka panjang berlangsung dengan cara yang sama seperti

penempatan tabung jangka pendek, naik melalui myringotomy dan penempatan

kanula (jika perlu).17

32
Flensa utama tabung-T dipegang dekat dengan ujung dengan forsep buaya,

kemudian dimasukkan ke dalam myringotomy sampai pangkal batang tabung-T

mencapai lubang. Tabung Paparella no 2 juga membantu.17

Pangkal batang tabung-T dapat dipandu dengan mengerahkan tekanan

lembut pada persimpangan batang dengan flensa kedua. Ujung batang tabung

digenggam dan didorong ke telinga tengah ke arah anterior hypotympanum.

Batang kemudian ditarik dengan lembut untuk memastikan bahwa kedua flensa

telah tertanam dalam dan rata dengan membran timpani.17

Obat tetes telinga antibiotik diresepkan selama 3-7 hari untuk mengobati

peradangan telinga tengah dan mempertahankan patensi tabung telinga.17

2) Tympanocentesis melibatkan aspirasi efusi dari telinga tengah. Prosedur

ini dapat dilakukan sebagai prosedur kantor, bahkan pada anak kecil, jika perlu.

Tympanocentesis dapat berfungsi sebagai prosedur terapeutik dan prosedur

diagnostik. Terapi terdiri dari pengangkatan efusi telinga tengah (MEE) yang

dapat mengganggu pendengaran atau menyebabkan sensasi aural penuh.7

Standar kriteria untuk dokumentasi efusi telinga tengah adalah

myringotomy, yang memiliki keuntungan peningkatan paparan dan pengisapan

yang lebih baik relatif terhadap tympanocentesis. Kerugian utama adalah sayatan

yang lebih besar dengan peluang perforasi atau otorrhea yang lebih besar,

walaupun kecil.7

3) Adenoidektomi saat ini digunakan dalam kasus OME yang melibatkan

pembesaran adenoid dan merupakan tambahan penting untuk manajemen pada

pasien dengan OME. 12

33
Meskipun adenoidektomi pernah menjadi pengobatan utama untuk otitis
media dengan efusi (OME), penempatan tabung pemerataan tekanan (PET) yang
mudah dan berisiko rendah sekarang lebih disukai.7
Ada tiga alasan untuk menghilangkan adenoid dalam pengobatan otitis
media dengan efusi dan dibahas di bawah ini. Apa pun alasan yang digunakan,
adenoidektomi saja ditemukan hampir sama efektifnya dengan penempatan
tabung pemerataan tekanan untuk pengobatan otitis media dengan efusi. Ketika
adenoidektomi dilakukan dengan penempatan tabung penyamaan tekanan,
frekuensi penyakit berulang, interval bebas penyakit, dan durasi penyakit semua
membaik, dibandingkan dengan penggunaan kedua prosedur saja.7
Komplikasi adenoidektomi meliputi perdarahan (0,4%), insufisiensi
velopalatal (biasanya sementara), dan tuba eustachius yang jelas.7

F. Komplikasi

Ketika tidak diobati dengan benar, OME dapat menyebabkan berbagai


komplikasi, seperti kantong retraksi pada membrane timpani, timpanosklerosis,
otitis media adhesive, gangguan pendengaran permanen dan gangguan dalam
pengembangan bahasa.3

Perubahan jangka panjang pada telinga tengah dan membran timpani dapat
terjadi dengan OME persisten, yang mengakibatkan gangguan pendengaran
permanen. Pipa ventilasi digunakan untuk mencoba dan mencegah komplikasi
jangka panjang ini. Namun, bahkan pada pasien yang dirawat, komplikasi seperti
tympanosclerosis dapat terjadi.12

G. Prognosis
Tidak seperti otitis media akut, otitis media mucoid berlangsung lama dan
menyebabkan gangguan pendengaran konduktif.18
OME adalah penyebab kekhawatiran karena terjadinya di usia anak
kelompok, tertinggi pada usia 2 tahun, menyajikan penurunan nilai pendengaran

34
menyebabkan keterlambatan perkembangan bicara dan bahasa, kinerja akademis
yang buruk dan masalah perilaku.19

35
BAB V
DAFTAR PUSTAKA

1. Zainul A, Djaafar, Helmi, Ratna D. Kelainan Telinga Tengah. Dalam Buku


Soepardi E,Iskandar N,et al. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung,
Tenggorok, Kepala & Leher. Edisi Ketujuh. Jakarta: FKUI; 2014. h. 67-68.
2. Taliaferro S, LeFebvre R. Otitis Media. Western States Chiropractic Collage.
2017
3. Cüneyt Kucur, Eda Şimşek, Ozan Kuduban, İsa Özbay. Prevalence Of And
Risk Factors For Otitis Media With Effusion In Primary School Children:
Case Control Study In Erzurum, Turkey. Departments Of Otolaryngology
And Head And Neck Surgery. The Turkish Journal Of Pediatrics. 2015
4. Soetirto I, Hendarmin H, Bashiruddin J. Gangguan Pendengaran dan
Kelainan Telinga. Dalam Buku Soepardi E,Iskandar N,et al. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Edisi Keenam.
Jakarta: FKUI; 2007. h. 10-5. 19-22, 33
5. Kocyigit M, Ortekin S.G, Cakabay T, et all. Frequency of Serous Otitis
Media in Children without Otolaryngological Symptoms. Department of
Otolaryngology. Turkey. Int Arch Otorhinolaryngol. 2017; 21: 161-164.
6. Gacek RR. Otology and neurotology (Anatomy of the auditory and vestibular
systems). In Snow JB, Wackym PA. Ballenger’s: Otorhinolaryngology head
and neck surgery 17. Philadelphia and New York: BC Decker Inc; 2009. p. 1-
15.
7. Thomas S Higgins, Jr, MD, MSPH; Chief Editor: Arlen D Meyers, MD,
MBA . otitis media with effusion. American Academy of Facial Plastic and
Reconstructive Surgery, American Academy of Otolaryngology-Head and
Neck Surgery, American Head and Neck Society. Texas. 2018
8. Nugroho P.S, Wiyadi H.M.S. Anatomi dan Fisiologi Pendengaran Perifer.
Departemen Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Universitas
Airlangga. Jurnal THT-KL. Vol.2, No. 2, Mei-Agustus 2009. H 76-85.

36
9. Erin G, Piker, Douglas B. Clinical Neurophysiology of The Vestibular
System. In Katz J, Chasin M, English K. Et all. Handbook of Clinical
Audiology Seventh Edition. Wolters Kluwer Health. Philadelpia. USA. 2015.
h 381-382
10. Sana M, Russo A, De Donato G. Color atlas of otoscopy: From Diagnosis to
Surgery. 1st Edition. New York: Thieme Inc; 1999.
11. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke system. Ed 8. Jakarta: EGC, 2014.
p. 231-41.
12. Frederick T. Searight; Rahulkumar Singh; Diana C. Peterson. Otitis Media
With Effusion. National Centre for Biotechnology Information (NCBI). 2019
13. Buzatto G.P, Tamashiro E, Modena P.J.L. et all. The Pathogens Profile in
Children with Otitis Media with Effusion and Adenoid Hypertrophy.
Department of Ophthalmology, Otorhinolaryngology, and Head and Neck
Surgery, Ribeirão Preto School of Medicine, University of São Paulo (USP)
Brazil. Plos One. 23 Februari 2017.
14. Val S, Poley M, Anna K. et all. Characterization of mucoid and serous middle
ear effusions from patients with chronic otitis media: implication of different
biological mechanisms ?. Sheikh Zayed Center for Pediatric Surgical
Innovation and Children’s National Health System. Washington. HHS Public
Access. 28 November 2018.
15. Nicola L Harman, Iain A Bruce, Peter Callery, Stephanie Tierney,
Mohammad Owaise Sharif, Kevin O’Brien and Paula R Williamson.
Management of otitis media with effusion in cleft palate: protocol for a
systematic review of the ;iteratire and identification of a core outcome set
using a Delphi survey. Trials 2013 14:70.
16. Ian Williamson MD, Jane Vennik MRes, Anthony Harnden MBChB MSc,
Merryn Voysey MBiostat, Rafael Perera DPhil, Sadie Kelly PhD, Guiqing
Yao PhD, James Raftery PhD, David Mant MBChB MA, Paul Little MD.
Effect of nasal balloon autoinflation in children with otitis media with
effusion in primary care: an open randomized controlled trial. Oxford
university. 2015

37
17. Brian Kip Reilly, MD; Chief Editor: Arlen D Meyers, MD, MBA. Ear Tube

Insertion. Assistant Professor of Otolaryngology and Pediatrics, Department

of Otolaryngology, Children's National Medical Center, George Washington

University School of Medicine.2016

18. Jizhen Lin, Yasuhiro Tsuboi, Frank Rimell, George Liu, Katsuhiro Toyama,
Hirokazu Kawano, Michael M. Paparella, And Samuel B. Ho. Expression of
Mucins in Mucoid Otitis Media. Department of Otolaryngology, Otitis Media
Research Center, University of Minnesota School of Medicine, Minneapolis,
MN USA . 2003
19. Ila Upadhya • J. Datar. Treatment Options in Otitis Media with Effusion.
Indian J Otolaryngol Head Neck Surgery. India. 2014

38

Anda mungkin juga menyukai