Otitis Media Serosa
Otitis Media Serosa
PENDAHULUAN
1
Pada pemeriksaan otoskopi, terlihat membran timpani retraksi. Kadang-
kadang tampak gelembung udara atau permukaan cairan dalam kavum timpani.1
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu : Pemindaian computed
tomography (CT), tympanometry, dan tympanocentesis. pada tes laboratorium
jarang digunakan dalam pemeriksaan dan diagnosis otitis media dengan efusi
(OME) kecuali ada proses lain yang dicurigai.7
Pada kasus yang masih baru pemberian dekongestan tetes hidung serta
kombinasi anti histamin – dekongestan per oral kadang-kadang bisa berhasil.
Sebagian ahli menganjurkan pengobatan medikamentosa selama 3 bulan, bila
tidak berhasil baru dilakukan tindakan operasi. Pengobatan yang harus dilakukan
adalah mengeluarkan sekret dengan miringitomi dan memasang pipa ventilasi
(Grommet). 4
2
BAB II
A. Anatomi
3
Gambar 2. Anatomi Telinga 9
1. Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran
timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga
berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar,
sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya
kira-kira 2 ½-3 cm.1
Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar
serumen (kelenjar keringat) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh
kulit liang telinga. Pada dua per tiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar
serumen.1
4
MAE dialiri arteri temporalis superfisialis dan arteri aurikularis posterior serta
arteri aurikularis profundus. Darah vena mengalir ke vena maksilaris, jugularis
eksterna dan pleksus venosus pterygoid. Aliran limfe menuju ke lnn. aurikularis
anterior, posterior dan inferior. Inervasi oleh cabang aurikularis dari n. vagus dan
cabang aurikulotemporalis dari n. mandibularis.1
2. Telinga tengah
Telinga tengah berbentuk kubus dengan:1
a. Batas luar : membran timpani
b. Batas depan : tuba eustachius
c. Batas bawah : vena jugularis (bulbus jugularis)
d. Batas belakang : aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis
e. Batas tengah : tegmen timpani (meningen/otak)
f. Batas dalam :berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semi
sirkularis horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval window),
tingkap bundar (round window) dan promontorium
Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang
telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars
flaksida (membran Shrappnell), sedangkan bagian bawah pars tensa (membran
propria). Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar ialah lanjutan epitel
kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti epitel
saluran napas. Pars tensa mempunyai satu lapisan lagi di tengah, yaitu lapisan
yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier
di bagian luar dan sirkuler pada bagian dalam.1
Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membran timpani disebut
sebagai umbo. Dari umbo bermula satu refleks cahaya (cone of light) ke arah
bawah yaitu pada pukul 7 untuk membran timpani kiri dan pukul 5 untuk
membran timpani kanan. Refleks cahaya (cone of light) ialah cahaya dari luar
yang dipantulkan oleh membran timpani. Di membran timpani terdapat dua
macam serabut, sirkuler dan radier. Serabut inilah yang menyebabkan timbulnya
5
refleks cahaya yang berupa kerucut itu. Secara klinik refleks cahaya ini dinilai,
misalnya bila letak refleks cahaya mendatar, berarti terdapat gangguan pada tuba
eustachius.1,10
1: Pars flaccid
2: Short process of the malleu
3: Handle of the malleus
4: Umbo
5: Supratubal recess
6: Tubal orifice
7: Hypotympanic air cells
8: Stapedius tendon
C: Chorda tympani
P: Promontory
O: Oval window
R: Round window
T: Tensor tympani
A: Annulus
Keterangan:
AS: Anterosuperior
AI: Anteroinferior
PS: Posterosuperior
PI: Posteroinferior
6
Membran timpani terdiri dari tiga lapisan: lapisan epitel luar terus yang
berlanjut menjadi kulit saluran pendengaran eksternal, lapisan fibrosa tengah atau
lamina propria, dan lapisan mukosa bagian dalam yang berlanjut menjadi lapisan
rongga timpani. Epidermis atau lapisan luar dibagi menjadi stratum korneum,
stratum granulosum, stratum spinosum, dan stratum basale, yang merupakan
lapisan terdalam yang bersandar pada membran basement. Lamina propria
ditandai oleh adanya serat kolagen. Dalam pars tensa, serat-serat ini tersusun
dalam dua lapisan dasar: lapisan radial luar yang berasal dari bagian inferior dari
gagang maleus dan sisipan dalam annulus, dan lapisan melingkar bagian dalam
yang terutama berasal dari proses pendek dari Malleus. Namun, pengaturan yang
berbeda seperti itu tidak ada dalam pars flaccida. Lapisan mukosa terbentuk
terutama dari epitel kuboid atau kolumnar sederhana. Permukaan sel yang bebas
memiliki banyak mikrovili. 10
7
melemahkan suara dengan frekuensi rendah. M. stapedius berorigo di dalam
eminensia pyramid dan berinsersio di ujung posterior kolumna stapes, hal ini
menyebabkan stapes kaku, memperlemah transmini suara dan meningkatkan
resonansi tulang-tulang pendengaran. Kedua otot ini berfungsi mempertahankan ,
memperkuat rantai osikula dan meredam bunyi yang terlalu keras sehingga dapat
mencegah kerusakan organ koklea. Telinga tengah berhubungan dengan
nasopharing melalui tuba Eustahcius. 8
Telinga tengah terdapat tiga tulang pendengaran, susunan dari luar ke dalam
yaitu maleus, incus dan stapes yang saling berikatan dan berhubungan membentuk
artikulasi.. Prosesus longus maleus melekat pada membran timpani, maleus
melekat pada inkus dan inkus melekat pada stapes. Stapes terletak tingkap lonjong
atau foramen ovale yang berhubungan dengan koklea. 8
Pada pars flaksida terdapat daerah yang disebut atik. Di tempat ini terdapat
aditus ad antrum, yaitu lubang yang menghubungan telinga tengah dengan antrum
mastoid.1
3. Telinga dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea yang berupa dua setengah lingkaran dan
vestibuler yang terdiri dari tiga buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak
koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala
vestibula.1,8
8
Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan
membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak
skala vestibula sebelah atas, skala timpani di seblah bawah dan skala media
(duktus koklearis) diantaranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa,
sedangkan skala media berisi endolimfa. Ion dan garam yang terdapat di perilimfa
berbeda dengan endolimfa. Hal ini penting untuk pendengaran. Dasar skla
vestibule disebut sebagai membran vestibule (Reissner’s membrane) sedangkan
dasar skala media adalah membran basalis. Pada membrane ini terletak organ
corti.1
Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut
membran tektoria, dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari
sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis Corti, yang membentuk organ
Corti.1
9
B. Fisiologi Pendengaran
Telinga terdiri dari tiga bagian yaitu telinga luar, tengah dan dalam. Bagian
luar dan tengah telinga menyalurkan gelombang suara dari udara ke telinga dalam
berisi cairan, mengamplifikasi endergi suara dalam proses ini. Telinga dalam
berisi dua system sensorik yaitu koklea, yang mengandung reseptor untuk
mengubah gelombang suara menjadi impuls saraf sehingga dapat mendengar, dan
apparatus vestibularis sebagai sensasi keseimbangan.11
Pendengaran bergantung pada kemampuan telinga mengubah gelombang
suara di udara menjadi deformasi mekanis sel-sel rambut auditorius sehingga
memicu sinyal saraf. Gelombang suara terdiri dari daerah penekanan molekul
udara bertekanan tinggi yang berselang-seling dengan daerah penjarangan
bertekanan rendah. Nada suara ditentukan oleh frekuensi gelombangnya, kekuatan
(intensitas) oleh amplitude gelombang, dan timbre (warna suara) oleh overtone
khasnya.11
Telinga luar terdiri dari pinna (daun telinga), meatus auditorius eksternus
(saluran telinga), membran timpani (gendang telinga). Pinna mengumpulkan
gelombang suara dan menyalurkannya ke meatus auditorius eksternus. Meatus
auditorius eksternus melalui tulang temporal dari bagian luar ke membran
timpani. Ketika membran timpani bergetar bila terkena gelombang suara. Daerah-
daerah gelombang suara yang bertekanan tinggi dan rendah yang berselang-seling
menyebabkan membran timpani yang sangat peka melekuk ke dalam dan keluar
seiring dengan frekuensi gelombang suara.11
Agar membran bebas bergerak ketika terkan suara, tekanan udara istirahat di
kedua sisi membran timpani harus sama. Bagian luar membran timpani terpajan
ke tekanan atmosfer yang mencapainya melalui meatus auditorius eksternus.
Bagian dalam membran timpani yang menghadap ke rongga telinga tengah juga
terpajan ke tekanan atmosfer melalui tuba eustachius (auditorius) yang
menghubungkan telinga tengah ke faring (bagian belakang tenggorokan). Tuba
eustachius dalam keadaan normal tertutup, tetapi dapat membuka oleh gerakan
menguap, mengunyah, dan menelan. Pembukaan ini memungkinkan tekanan
10
udara di telinga tengah menyamai tekanan atmosfer sehingga tekanan di kedua
sisi membran timpani setara.11
Telinga tengah memindahkan gerakan bergetar membran timpani ke cairan
telinga dalam. Pemindahan ini dipermudah oleh adanya rantai tiga tulang kecil,
atau osikulus (maleus, inkus dan stapes) yang membentang di telinga tengah.
Tulang pertama, maleus melekat ke jendela oval, pintu masuk ke dalam koklea
yang berisi cairan. Sewaktu membran timpani bergetar sebagai respons terhadap
gelombang suara, rangkaian tulang-tulang tersebut ikut bergerak dengan frekuensi
yang sama, memindahkan frekuensi getaran ini dari membran timpani ke jendela
oval. Tekanan yang terjadi di jendela oval yang ditimbulkan oleh setiap getaran
akan menimbulkan gerakan mirip gelombang di cairan telinga dalam dengan
frekuensi yang sama seperti gelombang suara asal. Tekanan yang lebih besar
untuk menggerakan cairan dari pada menggerakan udara, tetapi sistem osikulus
memperkuat tekanan yang ditimbulkan oleh gelombang suara di udara melalui
dua mekanisme agar cairan di koklea bergetar. Pertama, karena luas permukaan
membran timpani jauh lebih besar daripada luas jendela oval, terjadi
peningkatakan tekanan ketika gaya yang bekerja pada membran timpani
disalurkan oleh osikulus ke jendela oval. Kedua, efek tuas osikulus juga
menimbulkan keuntungan mekanik tambahan. Bersama-sama, kedua mekanisme
ini meningkatkan gaya yang bekerja pada jendela oval sebesar 20 kali
dibandingkan dengan jika gelombang suara langsung mengenai jendela oval.
Tekanan tambahan ini sudah cukup untuk menggetarkan cairan di koklea.11
Beberapa otot halus di telinga tengah berkontraksi secara refleks sebagai
respons terhadap suara keras (lebih dari 70 dB), menyebabkan membran timpani
mengencang dan membatasi gerakan rangkaian osikulus. Berkurangnya getarakan
di struktur-struktur telinga tengah ini menurunkan transmisi gelombang suara
yang keras ke telinga bagian dalam untuk melindungi perangkat sensorik yang
peka dari kerusakan.11
11
Gambar 8. Makroskopik Telinga Tengah dan Koklea11
12
Gambar 9. Potongan Melintang Koklea11
13
peningkatan tekanan. Sewaktu stapes bergerak mundur dan menarik jendela oval
ke arah luar ke telinga tengah, perilimfe mengalir ke arah berlawanan,
menyebabkan jendela bundar menonjol ke dalam. Jalur ini tidak menyebabkan
penerimaan suara, tetapi hanya menghilangkan tekanan.11
Gelombang tekanan di kompartemen atas disalurkan melalui membran
vestubularis yang tipis, menuju duktus koklearis, dan kemudian melalui membran
basilaris ke kompartemn bawah. Transimisi gelombang tekanan melalui membran
basilaris menyebabkan membran ini bergerak naik turun, atau bergetar, sesuai
gelombang tekanan. Karena organ corti berada diatas membran basilaris sehingga
sel-sel rambut juga bergetar naik turun.11
Sel rambut dalam dan luar memiliki fungsi berbeda. Sel rambut dalam
adalah sel untuk mendengar dimana sel yang mengubah gaya mekanis suara
(getaran cairan koklea) menjadi impuls listrik pendengaran (potensial aksi yang
menyampaikan pesan pendengaran ke korteks serebrum). Karena stereosilia sel-
sel reseptor ini berkontak dengan membran tektorium yang kaku dan stasioner,
tertekuk maju mundur ketika membran basilaris yang berosilasi menggeser
posisinya dalam hubungannya dengan membran tektorium. Deformasi mekanis
maju mundur rambut-rambut ini secara bergantian membuka dan menutup kanal
kation berpintu mekanis di sel rambut sehingga terjadi perubahan potensial
pendepolarisasi dan hiperpolarisasi secara bergantian potensial reseptor dengan
frekuensi yang sama seperti frekuensi rangsangan suara semula. Tip links, yang
merupakan molekul adhesi sel, menghubungkan ujung-ujung stereosilia dalam
barisan-barisan berdekatan. Ketika membran basilaris bergerak ke atas, berkas
stereosilia menekuk ke arah membran tertingginya, meregangkan tip links. Tip
links yang teregang membuka kanal kation yang dilekatinya. Pergerakan ion yang
dihasilkan ini tidak biasa karena keunikan komposisi endolimfe yang merendam
stereosilia. Sangat berbeda dengan CES di tempat apapun, endolimfe memiliki
konsentrasi K+ yang lebih tinggi daripada di dalam sel rambut. Beberapa kanal
kation terbuka pada sel rambut yang beristirahat, mengizinkan K+ berkadar rendah
masuk menuruni gradient konsentrasinya. Ketika lebih banyak kanal kation yang
terbuka, lebih banyak K+ yang masuk ke sel rambut. Masuknya K+ tambahan ini
14
mendepolarisasi sel rambut. Ketika membran basilaris bergerak dalam arah yang
berlawanan, kumpulan rambut tertekuk menjauhi stereosilia yang tertinggi,
membuat tip links menjadi kendur dan menutup semua kanal. Akibatnya,
pamasukan K+ terhenti sehingga sel rambut terhiperpolarisasi.11
Sel rambut dalam berhubungan melalui suatu sinaps kimiawi dengan ujung
serat-serat saraf aferen yang membentuk saraf auditorius (koklearis). Karena
rendahnya pemasukan K+, sel rambut dalam secara spontan melepaskan beberapa
neurotransmitter (glutamate) melalui eksositosis yang terinduksi oleh Ca2+ tanpa
adanya stimulasi. Depolarisasi sel rambut ini membuka lebih banyak kanal Ca2+
berpintu listrik. Masuknya Ca2+ tambahan yang terjadi meningkatkan laju
pelepasan neurotransmiternya, yang meningkatkan frekuensi lepas muatan di serat
aferen tempat sel rambut dalam bersinaps. Sebaliknya, laju lepas muatan
berkurang hingga dibawah kadar istirahat sewaktu sel-sel rambut ini
mengeluarkan lebih sedikit neurotransmitter ketika mengalami hiperpolarisasi
akibat pergeseran ke arah yang berlawanan.11
Sel-sel rambut luar secara aktif dan cepat berubah panjang sebagai respons
terhadap perubahan potensial membran, suatu perilaku yang dikenal sebagai
elektromotilitas. Sel rambut luar memendek pada depolarisasi dan memanjang
pada hiperpolarisasi. Perubahan panjang ini memperkuat atau menegaskan
gerakan membran basilaris. Sel rambut luar meningkatkan respons sel rambut
dalam, reseptor sensorik pendengaran yang sebenarnya, menyebabkan sangat peka
terhadap intensitas suara dan dapat sangat membedakan berbagai nada suara.11
15
Korteks pendengaran primer di lobus temporalis. Setiap bagian membran
basilaris berhubungan dengan region spesifik korteks pendengaran primer.
Karenanya, neuron-neuron korteks tertentu hanya diaktifkan oleh nada tertentu
yaitu setiap regio di korteks auditorius tereksitasi hanya sebagai respons terhadap
nada tertentu yang terdeteksi oleh bagian tertentu membran basilaris.11
Neuron-neuron aferen yang membawa sinyak auditorik dari sel rambut
dalam keluar koklea melalui saraf auditorius. Jalur saraf antara organ Corti dan
korteks auditorius melibatkan beberapa sinaps dalam perjalanannya, dengan yang
paling menonjol berada di batang otak dan nucleus genikulatum medialis
thalamus. Batang otak menggunakan masukan auditorik untuk keadaan terjaga
dan bagun. Thalamus menyortir dan menyalurkan sinyal ke atas. Sinyal auditorik
dari tiap-tiap telinga disalurkan ke kedua lobus temporalis karena serat-serat
bersilangan secara parsial di batang otak.11
Aparatus vestibularis di telinga dalam terdiri dari kanalis semisirkularis,
yang mendeteksi percepatan atau perlambatan rotasional dalam semua arah, dan
utrikulus dan sakulus yang secara kolektif mendeteksi perubahan laju gerakan
linier dalam semua arah dan memberi informasi yang penting untuk menentukan
posisi kepala dalam kaitannya dengan gravitasi. Sebagai respons terhadap
derformasi mekanis sel rambut vestibular oleh gerakan spesifik cairan dan
struktur-struktur terkait didalam organ-organ indera ini terbentuklah sinyal saraf.11
16
BAB III
OTITIS MEDIA SEROSA AKUT
A. Definisi
B. Epidemiologi
Terjadi sekitar 2,2 juta kasus yang didiagnosis sebagai otitis media serosa
terjadi setiap tahun di Amerika Serikat, dan menghabiskan sebesar empat miliar
dolar untuk biaya pengobatan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Sekitar 90% anak-anak menderita otitis media dengan efusi sebelum usia sekolah,
seringkali antara usia 6 bulan sampai 4 tahun. Sebanyak 80% anak-anak akan
memiliki setidaknya satu episode otitis media efusi pada usia 10, dengan sebagian
besar kasus terjadi antara usia 6 bulan dan 4 tahun. Banyak episode OME sembuh
secara spontan dalam 3 bulan, tetapi 30 hingga 40 persen anak memiliki episode
berulang, dan 5 hingga 10 persen kasus bertahan lebih dari 1 tahun. 3,5
Penelitian yang melibatkan 589 pasien yang melakukan pemeriksaan
didapatkan 94 pasien (15,9%) mengalami otitis media serosa. Dalam 10 tahun
terakhir, dilakukan penelitian peran alergi terhadap otitis media serosa pada
17
populasi anak-anak dirasakan terkait dengan alergi 5 hingga 80% kasus. Alergi
inhalasi dirasakan memainkan peran yang lebih besar dari alergi makanan dan
juga akibat infeksi bakteri. 5,6
C. Etiologi
Etiologi pasti dari otitis media serosa masih idiopatik. Otitis media serosa
unilateral pada orang dewasa tanpa penyebab yang jelas harus selalu dipikirkan
kemungkinan adanya karsinoma nasofaring. 4
Namun keadaan ini dapat disebabkan antara lain oleh :4
a. Sumbatan pada tuba eustachius
b. Infeksi virus
c. Alergi
1) Faktor lingkungan
Faktor-faktor ini termasuk pemberian susu botol, makan sambil tidur,
memiliki saudara kandung dengan otitis media, berada di penitipan anak,
memiliki alergi terhadap lingkungan umum, memiliki status sosial ekonomi yang
lebih rendah, tinggal di rumah di mana orang merokok, dan memiliki riwayat
orangtua otitis media dengan efusi. 7
2) Usia
Usia jelas merupakan faktor predisposisi lain dalam perkembangan otitis
media dengan efusi. Pada bayi, tuba eustachius memiliki orientasi hampir
horizontal dan mengembangkan sudut 45 ° (seperti pada orang dewasa) setelah
beberapa tahun. Selain itu, ukuran dan bentuk tuba eustachius saat lahir, tidak
seperti pada orang dewasa, tidak menguntungkan untuk ventilasi telinga tengah.7
18
3) Gangguan tuba eustachius
Gangguan pada pembukaan normal lubang tuba eustachius di nasofaring
juga berhubungan dengan peningkatan prevalensi otitis media dengan efusi. Ini
biasanya terjadi pada pasien yang memiliki langit-langit mulut sumbing dan pada
anak-anak dengan sindrom Down dan gangguan lain yang mempengaruhi langit-
langit mulut. Selain itu, penurunan pembersihan mukosiliar dan viskositas lendir
yang lebih tinggi pada fibrosis kistik telah dihipotesiskan untuk menjelaskan
prevalensi otitis media yang lebih tinggi dengan efusi pada pasien dengan kondisi
ini.7
4) Diet
Sebuah studi oleh Choi et al menyarankan bahwa diet tinggi lemak adalah
faktor risiko untuk otitis media dengan efusi pada anak-anak tetapi kategori
indeks massa tubuh, asupan protein, air, dan natrium; dan distribusi asupan
karbohidrat merupakan bukan faktor risiko. 7
D. Patogenesis
19
tersebut mungkin menunjukkan tanda-tanda kurang perhatian atau menurunnya
prestasi akademik.12
Pada pasien dengan pembesaran adenoid, kelenjar adenoid dapat
menyumbat tuba Eustachius sehingga telinga tengah berventilasi buruk. Jenis
penyumbatan ini dapat menyebabkan OME. Karena kelenjar gondok adalah
struktur limfatik, ada kemungkinan bahwa kelenjar tersebut dapat menularkan
bakteri ke dalam tuba Eustachius dan memungkinkan pertumbuhan biofilm.
Pertumbuhan bakteri seperti itu dapat menyebabkan peradangan yang juga akan
memfasilitasi penyumbatan dan penumpukan cairan di dalam telinga tengah.12
Mucin adalah komponen struktural integral dari sistem transportasi
mukosiliar di tuba eustachius telinga tengah.13
Beberapa virus, misalnya influenza, diketahui mendukung kolonisasi
pneumokokus pada saluran udara bagian atas dengan berbagai mekanisme,
termasuk paparan reseptor untuk kepatuhan pneumokokus dan dengan
menyediakan sumber nutrisi untuk pertumbuhan bakteri. Mempertimbangkan
bahwa S. Pneumoniae dan M.catarrhalis adalah patogen yang paling sering
terdeteksi pada otitis media akut, dan dapat naik melalui tuba Eustachius,
menyebabkan kerusakan silia pada epitel saluran napas dan mengganggu aliran
mukosiliar, hal ini dapat mengakibatkan kondisi untuk kegigihan di kompartemen
telinga tengah. Dalam beberapa kasus, terutama ketika OME tidak jelas terkait
dengan obstruksi mekanis tabung Eustachius, efek Toynbee dari tekanan negatif
di dalam telinga tengah dapat membantu naiknya mikroba melalui tabung, yang
mengarah ke kolonisasi telinga tengah, yang mungkin sangat penting dalam
patogenesis OME. M.catarrhalis telah dipelajari secara luas karena merupakan
patogen yang dapat menyebabkan penyakit telinga tengah, dan telah dilakukan
penelitian untuk pembuatan vaksin. 13
Epitel telinga tengah merupakan lapisan sel kubik yang berfungsi
menghasilkan lendir dalam keadaan sehat sedangkan bagian epitel yang dekat
dengan tuba Eustachius merupakan epitel mukosiliar berfungsi untuk
membersihkan telinga tengah. Pasien dengan COM, baik CSOM atau COME
memiliki epitel pseudostratified dengan sel bersilia dan sel goblet serta
20
keberadaan kelenjar lendir. Pada pasien dengan otitis media serosa terjadi
remodeling epitel yang lebih sedikit dibandingkan dengan otitis media mukoid. 14
Sekret pada otitis media serosa terdiri dari protein yang terkait dengan jalur
hematogen. Efusi mukoid lebih umum pada pasien yang lebih muda yang
menerima tympanostomy, sementara efusi serosa cenderung lebih umum pada
pasien yang lebih tua, terdapat hipotesis bahwa memang efusi ini mewakili respon
inflamasi yang berbeda. Jenis efusi ditentukan oleh respon inflamasi yang berbeda
dari patofisiologi telinga tengah dan bukan bagian dari rangkaian dari serosa ke
kronis. Respons kekebalan yang menghasilkan efusi serosa dapat mencerminkan
dominannya imunitas humoral yang ditandai dengan tingkat antibodi, komplemen,
dan protein serum yang lebih tinggi, yang mewakili respons alergi atau respons
telinga tengah. Sampel serosa mengandung jumlah yang lebih tinggi dari penanda
kekebalan bawaan awal (komplemen dan protein imunoglobulin) dan protein
serum. Sampel serosa memiliki tanda respon imun awal dengan komposisi yang
menunjukkan potensi transudasi protein serum di telinga tengah (MUC5B lebih
sedikit). 14
2. Cleft palate
Otitis media dengan efusi pada anak-anak yang memiliki langit-langit mulut
sumbing. Penyebabnya yaitu kurangnya penyisipan yang tepat dari otot tensor veli
palatini di langit-langit lunak. Karena itu, otot tidak dapat membuka tuba
eustachius saat menelan atau membuka mulut lebar. Obstruksi fungsional dari
tuba eustachius.15
E. Gambaran Klinis
Gambaran klinis yang menonjol pada otitis media serosa akut biasanya
pendengaran berkurang. Selain itu pasien juga dapat mengeluh rasa tersumbat
pada telinga atau suara sendiri yang terdengar lebih nyaring atau berbeda, pada
telinga yang sakit (diplacusis binauralis). Kadang-kadang terasa seperti ada cairan
yang bergerak dalam telinga pada saat posisi kepala berubah. Rasa sedikit nyeri
21
dalam telinga dapat terjadi saat awal tuba terganggu. Rasa nyeri dalam telinga
tidak pernah ada bila penyebab timbulnya sekret adalah virus ataupun bakteri.1
Dalam banyak kasus, pasien memiliki gejala rasa penuh pada telinga. Pada
orang dewasa, OME lebih sering unilateral. Pasien dewasa dapat melaporkan
tinitus dan sensasi benda asing di saluran pendengaran eksternal. Baik pada anak-
anak atau orang dewasa, OME umumnya terjadi bersamaan dengan infeksi
saluran pernapasan atas. Oleh karena itu, ada baiknya untuk bertanya kepada
pasien tentang infeksi telinga sebelum atau berulang, sumbatan hidung, dan
infeksi saluran pernapasan atas.12
22
BAB IV
DIAGNOSIS
A. Anamnesis
B. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
Pada pemeriksaan otoskopi, terlihat membran timpani retraksi. Kadang-
kadang tampak gelembung udara atau permukaan cairan dalam kavum timpani.1
Gambar 12. Telinga kanan. Otitis media sekretori. Gelembung udara dapat terlihat
pada anterior gagang maleus dan juga di kuadran posteroinferior.
23
C. Pemeriksaan Penunjang
24
perlu. Tympanocentesis dapat berfungsi sebagai prosedur terapeutik dan
diagnostik.7
Pemeriksaan cermin tidak langsung atau nasofaringoskopi fleksibel harus
dilakukan pada pasien dewasa untuk mengevaluasi adanya massa nasofaring.
Studi pencitraan dan bahkan mungkin biopsi dapat diindikasikan.7
Standar kriteria efusi telinga tengah adalah myringotomy, yang memiliki
keunggulan peningkatan paparan dan penyedotan relatif lebih baik dibandingkan
dengan tympanocentesis.7
D Diagnosis Banding
E Penatalaksanaan
a. Konservatif
Pada kasus yang masih baru pemberian dekongestan tetes hidung serta
kombinasi anti histamin – dekongestan per oral kadang-kadang bisa berhasil.
Sebagian ahli menganjurkan pengobatan medikamentosa selama 3 bulan, bila
tidak berhasil baru dilakukan tindakan operasi. Disamping itu harus pula dinilai
serta diobati faktor-faktor penyebab seperti alergi, pembesaran adenoid atau
tonsil,infeksi hidung dan sinus.4
25
Manajemen farmakologis dari otitis media dengan efusi (OME) meliputi
pemberian agen antimikroba, steroid, antihistamin dan dekongestan, dan
mukolitik. Namun, sebuah konferensi konsensus internasional dari Kongres
Federasi Oto-rhino-laryngological Federasi Internasional 2017
merekomendasikan terhadap pengobatan otitis media dengan efusi (OME) dengan
steroid, antibiotik, dekongestan, atau antihistamin, mengutip kekhawatiran
mengenai efek samping dan biaya, seperti serta kurangnya bukti untuk efektivitas
terapi jangka panjang. 7
Pada penelitian lebih lanjut OME paling sering disebabkan oleh faktor-
faktor terkait virus atau alergi, bukan infeksi bakteri. Karena itu, penggunaan
antibiotik tidak dianjurkan. Juga, kortikoid untuk pengobatan alergi belum
terbukti secara signifikan berdampak pada hasil OME pada pasien. Karena alasan
ini, antibiotik dan kortikoid tidak dianjurkan untuk mengobati OME.12
b. Non-Operatif
Autoinflation pada anak usia 4-11 tahun dengan otitis media dengan efusi
dalam perawatan primer didapatkan efektif dalam membersihkan efusi dan
memperbaiki gejala dan kualitas anak dan orang tua terkait telinga. Pada
penelitian yang telah dilakukan Dari 320 anak yang terdaftar, mereka yang
menerima autoinflasi lebih cenderung memiliki tympanograms normal pada 1
bulan daripada control yang hanya mendapatkan perawatan biasa dengan
pembersihan cairan telinga.16
26
Gambar 14 : Mekanisme autoinflasi.16
c. Operatif
1) Miringotomi ialah tindakan insisi pada Pars tensa membran timpani, agar
terjadi drainase sekret dari telinga tengah ke liang telinga luar. Bila terapi yang
diberikan sudah adekuat, sebetulnya miringotomi tidak perlu dilakukan, kecuali
bila jelas tampak adanya nanah di telingi tengah. 4
Praktik terbaik untuk pasien OME adalah mengevaluasi selama tiga bulan
sebagai tindakan lini pertama. Dalam kasus di mana OME berlanjut, rujukan
spesialis dapat dibuat untuk menilai opsi perawatan bedah.12
27
Otitis media dengan efusi umumnya sembuh secara spontan dengan dalam
pengawasan. Namun, jika persisten, myringotomy dengan penyisipan tabung
tympanostomy dianggap sebagai pengobatan yang efektif. Dalam perawatan ini,
tabung ventilasi memungkinkan udara masuk ke dalam telinga tengah, mencegah
penumpukan kembali cairan. Setelah prosedur ini, banyak pasien tidak
memerlukan terapi tambahan karena pertumbuhan dan perkembangan sudut tuba
Eustachius, yang akan memungkinkan drainase.17
bedah ini menangani cairan telinga tengah, yang bila menetap di ruang telinga
tengah, dapat menyebabkan otitis media (akut atau kronis) selain gangguan
pendengaran.17
28
dan ditoleransi dengan baik oleh membran timpani dan dapat mempertahankan
port ventilasi untuk ruang telinga tengah selama sekitar 1-2 tahun.17
otologis yang paling sering dilakukan pada anak-anak. Berbagai ukuran dan
bentuk pipa telinga tersedia, dipilih oleh ahli bedah berdasarkan patofisiologi
Indikasi yang paling umum untuk pemasangan pipa ventilasi telinga adalah
otitis media dengan efusi (OME) yang persisten (> 3 bulan) atau otitis media
29
serosa (SOM), yang tidak sembuh setelah 3 bulan pengamatan klinis atau tidak
untuk OME pada anak. Penyisipan tabung telinga meningkatkan drainase cairan
telinga tengah dan jika terlambat ditangani dalam waktu lama yang dapat
menyebabkan keterlambatan bicara dan bahasa. Cairan pada telinga tengah juga
Indikasi lain untuk pemasangan tabung telinga adalah otitis media akut
(AOM) yang refrakter terhadap terapi antibiotik. Pada orang yang tidak
pipa ventilasi, pasien dapat diberikan tetes topical ke telinga tengah dengan
mudah.17
memberikan ventilasi pada telinga tengah dan mencegah retraksi lebih lanjut pada
a) Mikroskop
b) Speculum set
c) Pisau myringotomy
30
d) Suction set
e) Serumen loop
Persiapan Pasien :
dan anestesi lokal pada orang dewasa. Anestesi umum diinduksi dengan masker.
yang beroperasi dengan lensa 250-mm dibawa ke lapangan dan difokuskan pada
umbo posterior.17
telinga tetapi tidak terlalu dalam sehingga melukai struktur tengah. Sayatan
mungkin harus sedikit lebih kecil dari diameter flensa dalam tabung. Pisau yang
31
penglihatan untuk meninggalkan ruang yang cukup untuk memvisualisasikan
penyisipan tabung.17
Jika terdapat efusi, kanula suction French Baron 3, 5 atau 7, dengan atau
tanpa irigasi salin melalui kateter angiografi, digunakan. Kanula isap besar (7
Prancis) sangat penting untuk menghilangkan cairan tebal yang sering hadir pada
memegang permukaan posterior flensa bagian dalam dengan forceps buaya kecil.
dilengkapi dengan pick melengkung atau lurus. Sebagian besar tabung dapat
Sisa efusi atau darah disedot. Oxymetazoline, saline normal, atau tetes
sekresi yang kental yang tidak dapat dihilangkan dengan penyedotan. Seringkali,
Penempatan tabung jangka panjang berlangsung dengan cara yang sama seperti
32
Flensa utama tabung-T dipegang dekat dengan ujung dengan forsep buaya,
lembut pada persimpangan batang dengan flensa kedua. Ujung batang tabung
Batang kemudian ditarik dengan lembut untuk memastikan bahwa kedua flensa
Obat tetes telinga antibiotik diresepkan selama 3-7 hari untuk mengobati
ini dapat dilakukan sebagai prosedur kantor, bahkan pada anak kecil, jika perlu.
diagnostik. Terapi terdiri dari pengangkatan efusi telinga tengah (MEE) yang
yang lebih baik relatif terhadap tympanocentesis. Kerugian utama adalah sayatan
yang lebih besar dengan peluang perforasi atau otorrhea yang lebih besar,
walaupun kecil.7
33
Meskipun adenoidektomi pernah menjadi pengobatan utama untuk otitis
media dengan efusi (OME), penempatan tabung pemerataan tekanan (PET) yang
mudah dan berisiko rendah sekarang lebih disukai.7
Ada tiga alasan untuk menghilangkan adenoid dalam pengobatan otitis
media dengan efusi dan dibahas di bawah ini. Apa pun alasan yang digunakan,
adenoidektomi saja ditemukan hampir sama efektifnya dengan penempatan
tabung pemerataan tekanan untuk pengobatan otitis media dengan efusi. Ketika
adenoidektomi dilakukan dengan penempatan tabung penyamaan tekanan,
frekuensi penyakit berulang, interval bebas penyakit, dan durasi penyakit semua
membaik, dibandingkan dengan penggunaan kedua prosedur saja.7
Komplikasi adenoidektomi meliputi perdarahan (0,4%), insufisiensi
velopalatal (biasanya sementara), dan tuba eustachius yang jelas.7
F. Komplikasi
Perubahan jangka panjang pada telinga tengah dan membran timpani dapat
terjadi dengan OME persisten, yang mengakibatkan gangguan pendengaran
permanen. Pipa ventilasi digunakan untuk mencoba dan mencegah komplikasi
jangka panjang ini. Namun, bahkan pada pasien yang dirawat, komplikasi seperti
tympanosclerosis dapat terjadi.12
G. Prognosis
Tidak seperti otitis media akut, otitis media mucoid berlangsung lama dan
menyebabkan gangguan pendengaran konduktif.18
OME adalah penyebab kekhawatiran karena terjadinya di usia anak
kelompok, tertinggi pada usia 2 tahun, menyajikan penurunan nilai pendengaran
34
menyebabkan keterlambatan perkembangan bicara dan bahasa, kinerja akademis
yang buruk dan masalah perilaku.19
35
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
36
9. Erin G, Piker, Douglas B. Clinical Neurophysiology of The Vestibular
System. In Katz J, Chasin M, English K. Et all. Handbook of Clinical
Audiology Seventh Edition. Wolters Kluwer Health. Philadelpia. USA. 2015.
h 381-382
10. Sana M, Russo A, De Donato G. Color atlas of otoscopy: From Diagnosis to
Surgery. 1st Edition. New York: Thieme Inc; 1999.
11. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke system. Ed 8. Jakarta: EGC, 2014.
p. 231-41.
12. Frederick T. Searight; Rahulkumar Singh; Diana C. Peterson. Otitis Media
With Effusion. National Centre for Biotechnology Information (NCBI). 2019
13. Buzatto G.P, Tamashiro E, Modena P.J.L. et all. The Pathogens Profile in
Children with Otitis Media with Effusion and Adenoid Hypertrophy.
Department of Ophthalmology, Otorhinolaryngology, and Head and Neck
Surgery, Ribeirão Preto School of Medicine, University of São Paulo (USP)
Brazil. Plos One. 23 Februari 2017.
14. Val S, Poley M, Anna K. et all. Characterization of mucoid and serous middle
ear effusions from patients with chronic otitis media: implication of different
biological mechanisms ?. Sheikh Zayed Center for Pediatric Surgical
Innovation and Children’s National Health System. Washington. HHS Public
Access. 28 November 2018.
15. Nicola L Harman, Iain A Bruce, Peter Callery, Stephanie Tierney,
Mohammad Owaise Sharif, Kevin O’Brien and Paula R Williamson.
Management of otitis media with effusion in cleft palate: protocol for a
systematic review of the ;iteratire and identification of a core outcome set
using a Delphi survey. Trials 2013 14:70.
16. Ian Williamson MD, Jane Vennik MRes, Anthony Harnden MBChB MSc,
Merryn Voysey MBiostat, Rafael Perera DPhil, Sadie Kelly PhD, Guiqing
Yao PhD, James Raftery PhD, David Mant MBChB MA, Paul Little MD.
Effect of nasal balloon autoinflation in children with otitis media with
effusion in primary care: an open randomized controlled trial. Oxford
university. 2015
37
17. Brian Kip Reilly, MD; Chief Editor: Arlen D Meyers, MD, MBA. Ear Tube
18. Jizhen Lin, Yasuhiro Tsuboi, Frank Rimell, George Liu, Katsuhiro Toyama,
Hirokazu Kawano, Michael M. Paparella, And Samuel B. Ho. Expression of
Mucins in Mucoid Otitis Media. Department of Otolaryngology, Otitis Media
Research Center, University of Minnesota School of Medicine, Minneapolis,
MN USA . 2003
19. Ila Upadhya • J. Datar. Treatment Options in Otitis Media with Effusion.
Indian J Otolaryngol Head Neck Surgery. India. 2014
38