Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN LENGKAP

PERCOBAAN VII

TITRASI POTENSIOMETRI

NAMA : SITTI ARMIYANTI LAHANGKO

STAMBUK : A 251 17 085

KELAS : C

KELOMPOK : III (TIGA)

ASISTEN : FITRIANI MANDASARI, S.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2019
LEMBAR KOREKSI

PERCOBAAN VII
TITRASI POTENSIOMETRI

NAMA : SITTI ARMIYANTI LAHANGKO

STAMBUK : A 251 17 085

KELOMPOK : III (TIGA)

ASISTEN : FITRIANI MANDASARI, S.Pd

No. Hari / Tanggal Koreksi Paraf


LAPORAN LENGKAP
PERCOBAAN VII
TITRASI POTENSIOMETRI

I. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk menentukan titik ekuivalen secara
potensiometri.

II. Dasar Teori


Potensial sel galvanik tergantung pada aktivitas zat-zat ionik tertentu di
dalam larutan sel, maka pengukuran potensial sel merupakan hal yang sangat
penting dalam kimia analitik. Dalam banyak hal suatu sel dapat disusun yang
potensialnya tergantung pada aktivitas suatu macam zat ionik tunggal dalam
larutan. Salah satu elektroda sel harus sedemikian rupa hingga potensialnya
tergantung pada aktivitas ion yang akan ditentukan; ini disebut elektroda
indikator. Elektroda yang lainnya merupakan sebuah pembanding, seperti
kalomel, yang potensialnya diketahui dan tetap selama pengukuran (Day dan
Underwood, 1981).
Suatu eksperimen dapat diukur dengan menggunakan dua metode yaitu,
pertama (potensiometri langsung) yaitu pengukuran tunggal terhadap potensial
dari suatu aktivitas ion yang diamati, hal ini terutama diterapkan dalam
pengukuran pH larutan air. Kedua (titrasi langsung), ion dapat dititrasi dan
potensialnya diukur sebagai fungsi volume titran. Potensial sel, diukur sehingga
dapat digunakan untuk menentukan titik ekuivalen. Suatu petensial sel galvani
bergantung pada aktifitas spesies ion tertentu dalam larutan sel, pengukuran
potensial sel menjadi penting dalam banyak analisis kimia (Basset, J. dkk., 1994).
Proses titrasi potensiometri dapat dilakukan dengan bantuan elektroda
indikator dan elektroda pembanding yang sesuai. Dengan demikian, kurva titrasi
yang diperoleh dengan menggambarkan grafik potensial terhadap volume pentiter
yang ditambahkan, mempunyai kenaikan yang tajam di sekitar titik kesetaraan.
Dari grafik itu dapat diperkirakan titik akhir titrasi. Elektroda indikator adalah
elektroda yang potensialnya bergantung pada konsentrasi ion yang akan
ditetapkan dan dipilih berdasarkan jenis senyawa yang hendak ditentukan.
Sedangkan elektroda pembanding adalah elektroda yang potensialnya diketahui
dan selama pengukuran tetap konstan. Elektroda pembanding yang banyak
digunakan adalah elektroda kalomel karena konstannya potensial yang dihasilkan.
Antara elekroda pengukur (elektroda indikator) dan elektroda pembanding
terdapat jembatan arus atau garam dengan larutan elektrolit yang di dalamnya
terdapat transport ion arus (Widjaja, dkk., 2008).
Keuntungan dari metode potensiometri adalah biayanya yang relatif murah
dan sederhana. Voltameter dan elektroda jauh lebih murah daripada instrumen
saintifik yang paling modern. Selain itu kelebihan dari metode potensiometri yaitu
pada saat potensial sel dibaca tidak ada arus yang mengalir dalam larutan (arus
residual tatanan sel dan efek polarisasi dapat diabaikan). Manfaat potensiometri
juga untuk menetapkan tetapan kesetimbangan. Potensial-potensial yang stabil
sering diperoleh dengan cukup cepat dan tegangan yang mudah dicatat sebagai
fungsi waktu, sehingga potensiometri kadang juga bermanfaat untuk pemantauan
yang kontinyu dan tidak diawasi (Skoog, dkk., 1998).
Metode potensiometri merupakan salah satu metode yang banyak
digunakan untuk menentukan kandungan ion-ion tertentu dalam suatu larutan,
titrasi terhadap vitamin c (bersifat asam) mungkin juga bersifat basa. Selain itu,
metode potensiometri dapat juga digunakan dalam penetapan nikel dan kobal
dengan pengkomlekskan denga sianida, penetapan flourida dengan metode titik
nol, penetapan besi (III) dengan EDTA dan standarisasi larutan kalium
permanganate dengan kalium iodide (Vogel, 1994).
Titik akhir dalam titrasi potensiometri dapat dideteksi dengan menetapkan
volume pada mana terjadi perubahan potensial yang relatif besar ketika
ditambahkan titran. Dalam titrasi secara manual, potensial diukur setelah
penambahan titran secara berurutan, dan hasil pengamatan digambarkan pada
suatu kertas grafik terhadap volum titran untuk diperoleh suatu kurva titrasi.
Dalam banyak hal, suatu potensiometer sederhana dapat digunakan, namun jika
tersangkut elektroda gelas, maka akan digunakan pH meter khusus. Karena pH
meter ini telah menjadi demikian biasa, maka pH meter ini dipergunakan untuk
semua jenis titrasi, bahkan apabila penggunaannya tidak diwajibkan (Basset, J.
dkk., 1994).
Persamaan Nernst memberikan hubungan antara potensial relatif suatu
elektroda dan konsentrasi spesies ioniknya yang sesuai dalam larutan.
Potensiometri merupakan aplikasi langsung dari persaman Nernst dengan cara
pengukuran potensial dua elektroda tidak terpolarisasi pada kondisi arus nol.
Dengan pengukuran pengukuran potensial reversibel suatu elektroda, maka
perhitungan aktivitas atau konsentrasi suatu komponen dapat dilakukan (Rivai,
1995).
Potensial dalam titrasi potensiometri dapat diukur sesudah penambahan
sejumlah kecil volume titran secara berturut-turut atau secara kontinu dengan
perangkat automatik. Presisi dapat dipertinggi dengan sel konsentrasi. Elektroda
indikator yang digunakan dalam titrasi potensiometri tentu saja akan bergantung
pada macam reaksi yang sedang diselidiki. Jadi untuk suatu titrasi asam basa,
elektroda indikator dapat berupa elektroda hidrogen atau sesuatu elektroda lain
yang peka akan ion hidrogen, untuk titrasi pengendapan halida dengan perak
nitrat, atau perak dengan klorida akan digunakan elektroda perak, dan untuk titrasi
redoks (misalnya, besi(II)) dengan dikromat digunakan kawat platinum semata-
mata sebagai elektroda redoks (Khopkar, 1990).
Praktikum kali ini metode yang akan kita gunakan adalah titrasi
potensiometri tepatnya titrasi asam basa, ketetapan untuk dapat menemukan titik
akhir pada titrasi asam basa secara potensiometri tergantung dari konsentrasi dan
kekuatan asam serta basa. Agar metode ini berhasil baik, kedua asam atau basa
hendaknya kekuatannya berbanding sekurangnya 10-5: 1. Metode ini dapat
digunakan untuk titrasi asam atau basa bervalensi banyak, tetapi hanya dapat
dilakukan untuk masing-masing senyawa jika harga pKa atau pKb berbeda
minimal 2 satuan (Widjaja dkk., 2008).
III. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini, yaitu:


A. Alat B. Bahan

1. pH meter 1. Larutan NaOH 1 N


2. Pengaduk magnetic 2. Larutan HCl 1 N
3. Gelas kimia 250 mL 3. Aquades
4. Gelas kimia 100 mL
5. Pipet volum 25 mL
6. Statif dan klem
7. Buret 50 mL
8. Botol semprot
9. Penangas listrik
10. Tissue
11. Erlenmeyer 250 mL
IV. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada percobaan ini yaitu :
A. Pembuatan Sampel
1. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini.
2. Mengambil 25 mL HCl 4 M menggunakan pipet volum dan memasukannya
ke dalam gelas kimia 250 mL
3. Menambahkan aquades sampai batas ukur
4. Memasukkan pengaduk magnetic ke dalam gelas kimia dan menggunakan alat
magnetic stirrer selama 10 menit
5. Mengeluarkan pengaduk magnetic dari dalam gelas kimia
6. Mengukur pH sampel menggunakan pH meter.
7. Mencatat hasil pengamatan ke dalam tabel hasil pengamatan.

B. Titrasi
1. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini.
2. Memasukkan 50 mL larutan sampel ke dalam Erlenmeyer
3. Menitrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sebanyak 5 mL
4. Mengukur pH menggunakan pH meter
5. Mengulangi langkah 2-4 sebanyak 12 kali dengan larutan NaOH 0,1 N
sebanyak 0,5 mL
6. Mencatat hasil pengamatan ke dalam tabel hasil pengamatan.
V. Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan yang diperleh pada percobaan ini, yaitu:

No. V NaOH pH ΔV ΔpH ΔpH/ΔV


1. 5 1,27 0 0 0
2. 0,5 1,27 -4,5 0 0
3. 1 1,27 0,5 0 0
4. 1,5 1,29 0,5 0,02 0,04
5. 2 1,29 0,5 0 0
6. 2,5 1,30 0,5 0,01 0,02
7. 3 1,31 0,5 0,01 0,02
8. 3,5 1,32 0,5 0,01 0,02
9. 4 1,33 0,5 0,01 0,02
10. 4,5 1,34 0,5 0,01 0,02
11. 5 1,35 0,5 0,01 0,02
12. 5,5 1,36 0,5 0,01 0,02
13. 6 1,38 0,5 0,02 0,04
VI. Perhitungan

a. Titik Ekuivalen I
pH = 1,29
Penyelesaian :
pH = - log [H+]

[H+] = 10-pH

= 10-1,29

= 0,051 M

b. Titik Ekuivalen II
pH = 1,38
Penyelesaian :
pH = - log [H+]

[H+] = 10-pH

= 10-1,38

= 0,0416 M
VII. Grafik

Hubungan antara Volume NaOH dan pH


1.35
1.34
1.33
1.32
1.31
PH

1.3 pH
1.29 Linear (pH )
1.28
1.28
1.27 1.27
1.27
1.26
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6
Volume NaOH

Hubungan antara Volume NaOH dan pH


1.42

1.4
1.38
1.38
1.36
1.36 1.35
1.34
PH

1.34 1.33 pH
1.32
Linear (pH )
1.32 1.31
1.3
1.3 1.29

1.28
0 1 2 3 4 5 6 7
Volume NaOH
VIII. Pembahasan

Metode potensiometri merupakan salah satu metode yang banyak


digunakan untuk menentukan kandungan ion-ion tertentu dalam suatu larutan,
titrasi terhadap vitamin c (bersifat asam) mungkin juga bersifat basa. Selain itu,
metode potensiometri dapat juga digunakan dalam penetapan nikel dan kobal
dengan pengkomlekskan denga sianida, penetapan flourida dengan metode titik
nol, penetapan besi (III) dengan EDTA dan standarisasi larutan kalium
permanganate dengan kalium iodide (Vogel, 1994).
Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk menentukan titik ekuivalen secara
potensiometri (Staf Pengajar Kimia Analisis Instrumen, 2019).
Prinsip potensiometri didasarkan pada pengukuran potensial listrik antara
elektroda indikator dan elektroda yang dicelupkan pada larutan. Untuk mengukur
potensial pada elektroda indikator harus digunakan elektroda standar yaitu
berfungsi sebagai pembanding yang mempunyai harga potensial tetap selama
pengukuran. Elektroda indikator ini sebagai elektroda pengukur dan elektroda
yang dicelupkan merupakan elektroda pembanding. Elektroda indikator
merupakan elektroda yang potensialnya bergantung pada konsentrasi ion yang
akan ditetapkan dan proses pemilihannya berdasarkan jenis senyawa yang hendak
ditentukan (Gandjar, 2007).
Titrasi potensiometri merupakan analisis volumetri. Analisis volumetri
biasanya diperlukan larutan standar. Proses penentuan konsentrasi larutan
satandar dengan larutan lain yang telah diketahui pasti konsentrasinya disebut
standarisasi atau membakukan. Larutan standar adalah larutan yang diketahui
konsentrasinya yang akan digunakan pada analisis volumetri (Agung, 2012).
Percobaan ini dilakukan dengan dua perlakuan besar yaitu:
A. Pembuatan Sampel
Tujuan perlakuan ini yaitu untuk membuat larutan sampel untuk digunakan
sebagai titrat pada saat melakukan titrasi potensiometri.
Perlakuan pertama yang dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan. Lalu mengambil 25 mL larutan HCl 4 N menggunakan pipet volume
25 mL dan memasukkannya ke dalam gelas kimia 250 mL. Pengambilan larutan
dengan pipet volume karena pipet volume memiliki ketelitian yang lebih tinggi.
Kemudian menambahkan aquades sampai batas ukur gelas kimia. Fungsi
penambahan aquades yaitu untuk mengencerkan larutan. Selanjutnya memasukka
pengaduk magnetik dan menggunakan alat magnetik stirrer selama 10 menit.
Proses pengadukan dengan pengaduk magnetik (stirrer) dilakukan agar larutan
HCl dan aquades mudah tercampur. Selanjutnya mengeluarkan pengaduk dan
mengukur pHnya menggunakan pH meter. Diperoleh hasil pHnya adalah 1,27.

B. Titrasi Larutan HCl 1 N dengan larutan NaOH 0,1 N


Titrasi potensiometri ini, menggunakan NaOH 0,1 N sebagai titran dan HCL
1 N sebagai titratnya. Tujuan dilakukan titrasi ini untuk menentukan titik
ekuivalen dari kurva hubungan antara volume pentiter vs pH. Selanjutnya titik
akhir titrasi dideteksi dengan menetapkan volume di mana terjadi perubahan
potensial yang relatif besar ketika ditambahkan volume pentiter yang sedikit.
Perlakuan pertama yang dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan yang
akan digunakan. Kemudian mengambil 50 mL larutan sampel (larutan HCl) dan
memasukannya ke dalam erlemeyer kemudian menitrasi dengan larutan NaOH 0,1
N sebanyak 5 mL lalu mengukur pHnya menggunakan pH meter. Selanjutnya
menitrasi kembali dengan 0,5 mL larutan NaOH 0,1 N sebanyak 12 kali
pengulangan. Setiap penambahan 0,5 mL larutan NaOH, pH larutan kemudian
diukur menggunakan pH meter, yang di dalamnya terdapat elektrode membran
gelas yang sangat sensitif terhadap perubahan jumlah H+. Hasil pH yang diperoleh
pada saat menitrasi dengan 5 mL larutan NaOH yaitu 1,27. Saat dilakukan
pengulangan sebanyak 12 kali setiap penambahan 0,5 mL larutan NaOH secara
berturut-turut yaitu 1,27; 1,27; 1,29; 1,29; 1,30; 1,31; 1,32; 1,33; 1,34; 1,35; 1,36;
1,38.
Saat elektrode membrane gelas dicelupkan ke dalam campuran larutan HCl
dan air, terjadi kesetimbangan antara ion-ion hidrogen yang terdapat di bagian
tipis bola gelas dan ion hidrogen yang terletak dalam larutan yang diuji. Elektrode
gelas akan membiarkan ion H+ untuk menembusnya, tetapi menahan ion yang
lain. Semakin besar konsentrasi ion hidrogen dalam larutan HCl, semakin banyak
ion hidrogen yang masuk ke dalam lapisan gelas tadi. Hal ini menyebabkan pada
saat awal-awal titrasi, nilai pH kecil. Semakin banyak pentiter yang ditambahkan,
semakin sedikit ion hidrogen yang terdapat dalam larutan HCl, karena ion
hidrogen akan bereaksi dengan ion hidronium (OH-) dan membentuk air. Hal ini
akan menyebabkan ion hidrogen yang memasuki lapisan gelas juga semakin
sedikit sehingga muatan elektrode gelas berkurang, maka nilai pH pun meningkat.
Hal ini dapat dilihat pada kurva hubungan antara pH dan volume pentiter.
Kurva tersebut dapat dilihat bahwa semakin banyak volume larutan pentiter
(NaOH) yang ditambahkan ke dalam larutan titrat, pH larutan menjadi semakin
naik. Lonjakan pH terjadi 2 kali yaitu dari pH 1,27 menjadi 1,29 saat volume
titran 1,5 mL dan dari pH 1,36 menjadi 1,38 saat volume titran 6 mL. Lonjakan
pH yang terjadi dengan penambahan sedikit volume titran ini menunjukkan titik
ekuivalen titrasi telah terjadi, dimana ion hidrogen (H+) dari HCl telah habis
bereaksi dengan ion hidronium (OH-) dari NaOH.
Berdasarkan hasil praktikum titik akhir titrasi pada percobaan ini
adalah saat volume pentiter 6 mL. Hal ini berarti bahwa volume NaOH yang
diperlukan untuk menetralkan larutan sampel (HCl) tersebut adalah 6 mL. Setelah
diperoleh titik akhir titrasi kemudian dilakukan perhitungan kadar sampel dan
praktikan memperoleh hasil konsentrasi larutan HCl sebesar 0,051 M pada titik
ekuivalen I dan 0,0416 M pada titik ekuivalen II.
IX. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini, yaitu:

1. Titrasi potensiometri merupakan metode elektroanalisis suatu zat dengan


menggunakan elektroda pembanding dan elektroda indikator.
2. Titik ekuivalen titrasi terjadi saat penambahan 1,5 mL NaOH pada pH = 1,29
dan pada penambahan 6 mL NaOH dengan pH = 1,38.
3. Berdasarkan hasil perhitungan :
1) [H+] = 0,051 M
2) [H+] = 0,0416 M
DAFTAR PUSTAKA

Agung. (2012). Praktikum 1 titrasi potensiometri. [online]. Tersedia:


http://agungm92.blogspot.com/2012/06/praktikum-1-titrasi-potensiometri.html
diakses pada 24 November 2019.

Bassett, J. dkk. 1994. Kimia analisis kuantitatif anorganik. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.

Day, R.A. & Underwood, A.L. (1981). Analisa kimia kuantitatif: Edisi keempat.
Jakarta: Erlangga.

Gandjar, I.G. (2007). Kimia farmasi analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Khopkar, S. M. (1990). Konsep dasar kimia analitik. Jakarta: Universitas Indonesia


Press.

Rivai, H. (1995). Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: UI Press.

Skoog, D. A., Holler, F. J., & Nieman, T. A. (1998). Principles of instrumental


analysis,5th edition.USA: Saunders College Publishing.

Staf Pengajar Kimia Analisis Instrumen. (2019). Penuntun praktikum kimia analisis
instrumen. Palu: Universitas Tadulako.

Widjaja, I N.K., Astuti, K.W., Susanti, N.M.P., & Wirasuta. I.M.A.G. (2008). Buku ajar
analisis farmasi fisika kimia. Jimbaran: Jurusan Farmasi FMIPA UNUD.

Anda mungkin juga menyukai