Anda di halaman 1dari 15

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan praktikum Kimia Dasar dengan judul “Pembuatan Larutan“ disusun


oleh

nama : Hilmawaty Ramlan


NIM : 1912041022
kelas/kelompok : Pendidikan Fisika B/IV (empat)

telah dan dikoreksi secara saksama oleh Asisten dan Koordinator Asisten, maka
dinyatakan diterima.

Makassar, 14 Oktober 2019


Koordinator Asisten Asisten

Rahmatia Rezky Esa Putri Pra Ramatdhani, S.Pd


NIM. 1613040013

Mengetahui,
Dosen Penanggungjawab

Dr. Pince Salempa, M.Si


NIP. 195712201986022001
A. JUDUL PERCOBAAN
Pembuatan larutan

B. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mahasiswa mempelajari pembuatan larutan dengan kemolaran tertentu zat
terlarut dari kristalnya.
2. Mahasiswa mempelajari pembuatan larutan dengan kemolaran tertentu zat
terlarut dari larutan yang lebih besar konsentrasinya.

C. LANDASAN TEORI
Larutan merupakan campuran homogen antar dua atau lebih zat berbeda
jenis. Ada dua komponen utama pembentuk larutan, yaitu zat terlarut (solute)
dan pelarut (solvent). Fasa larutan dapat berupa fasa gas, cair, atau fasa padat
bergantung pada sifat kedua komponen pembentuk larutan. Apabila fasa
larutan dan fasa zat-zat pembentuknya sama, zat yang berada dalam jumlah
terbanyak umumnya disebut pelarut sedangkan zat yang lainnya disebut
sebagai zat terlarutnya (HAM, 2009: 1).
Pelarut dipandang sebagai “pembawa” atau medium bagi zat terlarut, yang
dapat berperan dalam reaksi kimia dalam larutan atau meninggalkan larutan
karena pengendapan atau penguapan. Uraian mengenai gejala ini memerlukan
spesifikasi kuantitatif mengenai banyaknya zat terlarut didalam larutan, atau
komposisi larutan. Larutan terbentuk melalui pencampuran dua atau lebih zat
murni atau pelarut ke keadaan tercampur baik kemudahan pembentukan
maupun kestabilan larutan. Larutan dapat berada dalam kesetimbangan fasa
gas, padatan, atau cairan lain; kesetimbangan ini sering menunjukkan efek
yang menarik yang ditentukan oleh bobot molekul zat terlarut (Oxtoby, 2001:
153-154).
Sifat-sifat suatu larutan sangat dipengaruhi oleh susunan komposisinya.
Untuk menyatakan komposisi larutan tersebut maka digunakan istilah
konsentrasi larutan yang menunjukkan perbandingan jumlah zat terlarut
terhadap pelarut (Putri, 2017: 147).
Beberapa cara dapat digunakan untuk menyatakan komposisi larutan.
Persentase massa sering digunakan sehari hari yang didefinisikan sebagai
persentase berdasar massa suatu zat didalam suatu larutan. Dalam kimia yang
paling bermanfaat untuk menyatakan komposisi ialah fraksi mol, molaritas,
dan molalitas.(Oxtoby, 2001: 154).
Konsenrasi suatu larutan dapat dinyatakan dengan fraksi mol, yaiu satuan
konsenrasi yang semua komponen larutannya dihitung dalam satuan mol.
Fraksi mol dinyatakan dalam lambang x. Secara umum, fraksi mol komponen
A suatu larutan yang mengandung banyak komponen dapat dituliskan sebagai
berikut:
jumlah mol komponen A
Fraksi mol A = xA = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑜𝑙 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛

Fraksi mol zat terlarut adalah jumlah mol zat terlarut dibagi dengan jumlah
mol zat terlarut dan mol zat pelarut, sedangkan fraksi mol pelarut adalah
jumlah mol zat pelarut dibagi dengan jumlah mol zat terlarut dan mol zat
pelarut. Jumlah fraksi mol = 1 (Sumardjo, 2006: 501).
Konsentrasi zat ialah jumlah mol persatuan volume. Molaritas
didefinisikan sebagai jumlah mol zat terlarut perliter larutan.
mol zat terlarut
Molaritas = = mol 𝐿−1
liter larutan

“M” adalah singkatan untuk “mol perliter“. Sebaliknya molalitas adalah


nisbah massa dan ini tidak bergantung pada suhu. Molalitas didefinisikan
sebagai jumlah mol zat terlarut perkilogram pelarut.
mol zat terlarut
Molalitas = 𝑘𝑖𝑙𝑜𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 = mol 𝑘𝑔−1

Dalam larutan berair encer jumlah mol zat terlarut perliter kira-kira sama
dengan jumlah mol perkilogram air. Jadi molaritas dan molalitas hampir sama
nilainya. Untuk larutan tak berair dan larutan pekat dalam air, molaritas dan
molalitas tidak sama (Oxtoby, 2001: 154).
Salah satu kelemahan molaritas adalah ketergantungan besarnya volume
larutan pada suhu. Apabila suhu dinaikkan, jumlah zat terlarut sama, tetapi
volume larutan bertambah. Akibatnya, jumlah mol zat per liter, yaitu
molaritas, akan menurun (Sumardjo, 2006: 504).
Molaritas hanya bisa dihitung jika rapatan larutan yang dihasilkannya
diketahui. Misalnya jika satu liter pelarut digunakan, volume larutan yang
dihasilkan bisa kurang dari satu liter dalam suatu peristiwa dan lebih besar
dalam kejadian lainnya. Andaikan konsentrasi awal (molaritas) diketahui
sebagai 𝑐𝑖 dan volume awalnya 𝑉𝑖 . Jumlah zat terlarutnya ialah (𝑐𝑖 mol
𝐿−1 )(𝑉𝑖 L) = 𝑐𝑖 𝑉𝑖 . Ini tidak berubah karena pengenceran menjadi volume akhir,
𝑉𝑓 , karena hanya pelarut ,dan bukan zat terlarut, yang ditambahkan. Jadi
𝑐𝑖 𝑉𝑖 = 𝑐𝑓 𝑉𝑓 dan molaritas akhirnya adalah
𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑐𝑖 𝑉𝑖
𝑐𝑓 = =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑉𝑓

Persamaan ini dapat digunakan baik untuk menghitung konsentrasi akhir


sesudah pengenceran menjadi volume akhir tertentu maupun untuk
menentukan volume akhir berapa yang harus digunakan untuk memperoleh
konsentrasi tertentu (Oxtoby, 2001: 156).
Perlu diingat bahwa dalam proses pengenceran, penambahan lebih banyak
pelarut ke dalam sejumlah tertentu larutan akan mengubah (mengurangi)
konsentrasi larutan tanpa menguba jumlah mol zat terlarut yang terdapat
dalam larutan. Dengan kata lain,
Mol zat terlarut sebelum pengenceran = mol zat terlarut setelah pengenceran
Pengenceran (dilution) sendiri adalah prosedur untuk penyiapan larutan yang
kurang pekat dari larutan yang lebih pekat. Larutan pekat sering disimpan di
laboratorium dalam ruang penyimpanan stok bahan kimia untuk digunakan
sesuai keperluan (Chang, 2003: 108).
Sewaktu pelarutan, tarikan di antara partikel dalam fasa asalnya (tarikan
pelarut-dengan-pelarut dan zat terlarut-dengan-zat terlarut) terpecah dan
tergantikan, sekurang kurangnya sebagian, dengan tarikan baru pelarut-
dengan-zat terlarut. Tidak seperti senyawa, larutan memiliki komponen dalam
proporsi tertentu dan tidak dapat dinyatakan dengan rumus kimia.persamaan
untuk reksi pelrutan tidak melibatkan pelarut sebagai reaktan. Persamaan ini
menyatakan keadaan awal zat terlarut dalam tanda kurung di ruas kiri
persamaandan pernyataan pelarut yang digunakan dalam tanda kurung diruas
kanan. Misalnya, padatan (s) sukrosa dilarutkan dalam air menghasilkan
larutan berair (aqueous, aq) sukrosa (Oxtoby, 2001: 157).
Natrium hidroksida terbentuk dari oksida basa natrium oksida yang
dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat
ketika dilarutkan dalam air. NaOH bersifat lembab cair dan secara spontan
menyerap karbon dioksida dari udara bebas (Evanuarini, 2017: 70).
Natrium hidroksida (NaOH) juga dikenal sebagai sodium hidroksida
adalah jenis basa logam kaustik. Sodium hidroksida membentuk larutan
alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air (Muliadi, 2017: 167).
Selain itu, penambahan NaOH pada larutan akan meningkatkan pH
menjadi basa dan akan melepaskan kalor ketika dilarutkan dalam air
(Evanuarini, 2017: 72).

D. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Neraca analitik 1 buah
b. Labu takar 50 mL 2 buah
c. Gelas kimia 50 mL 1 buah
d. Gelas kimia 100 mL 1 buah
e. Batang pengaduk 1 buah
f. Botol semprot 2 buah
g. Pipet tetes 1 buah
h. Pipet ukur 1 buah
i. Corong 1 buah
j. Lap kasar 1 buah
2. Bahan
a. Natrium Hidroksida padat (NaOH)
b. Larutan Asam Klorida 6 M (HCl)
c. Aquades (H2O)
d. Tissue
E. PROSEDUR KERJA
1. Pembuatan larutan NaOH 2 M dari kristal (zat padat) NaOH
a. Massa padatan NaOH dihitung berapa gram yang diperlukan untuk 50
mL larutan NaOH 2 M.
b. NaOH padat ditimbang sebanyak 4 gram (sesuai hasil perhitungan)
pada gelas kimia 50 mL menggunakan neraca (terlebih dahulu gelas
kimia kosong ditimbang).
c. Padatan NaOH tersebut dilarutkan dengan aquades secukupnya dan
diaduk hingga larut.
d. Kemudian larutan NaOH dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL,
sedangkan gelas kimianya dibilas dengan aquades dan air bilasan
dimasukkan juga ke dalam labu takar.
e. Aquades ditambahkan melalui botol semprot sebelum tanda batas.
Kemudian dengan menggunakan pipet tetes, ditambahkan setetes demi
setetes sampai berimpit dengan tanda batas.
f. Terakhir, labu takar dibolak-balik sehingga larutan tercampur.
2. Pembuatan larutan HCl 2 M, 1 M dan 0,1 M dari larutan HCl 6 M
a. Pembuatan larutan HCl 2 M
1) Volume HCl 6 M diukur sebanyak 16,6 mL (sebelumnya dihitung
dahulu) dengan menggunakan pipet ukur dan dimasukkan ke dalam
labu takar 50 mL.
2) Aquades ditambahkan melalui botol semprot sebelum tanda batas.
Kemudian dengan menggunakan pipet tetes, ditambahkan setetes
demi setetes sampai berimpit dengan tanda batas.
3) Terakhir, labu takar dibolak-balik sehingga larutan tercampur.
b. Pembuatan larutan HCl 1 M
1) Volume HCl 2 M diukur sebanyak 25 mL (sebelumnya dihitung
dahulu) dengan menggunakan pipet ukur dan dimasukkan ke dalam
labu takar 50 mL.
2) Aquades ditambahkan dengan botol semprot sebelum tanda batas.
Kemudian dengan menggunakan pipet tetes ditambahkan setetes
demi setetes sampai berimpit dengan tanda batas.
3) Terakhir, labu takar dibolak-balik sehingga larutan tercampur.
c. Pembuatan HCl 0,1 M
1) Volume HCl 1 M diukur sebanyak 5 mL (sebelumnya dihitung
dahulu) dengan menggunakan pipet ukur dan dimasukkan ke dalam
labu takar 50 mL.
2) Aquades ditambahkan melalui botol semprot sebelum tanda batas.
Kemudian dengan menggunakan pipet tetes, ditambahkan setetes
demi setetes sampai berimpit dengan tanda batas.
3) Terakhir, labu takar dibolak-balik sehingga larutan tercampur.

F. HASIL PENGAMATAN
No. Perlakuan Hasil
1. NaOH padat (4 gram) + H2O Terasa panas
Larutan berwarna bening
Menghasilkan NaOH 2 M
2. HCl 6 M (16,6 mL) + H2O Tidak terasa panas
Larutan berwarna bening
Menghasilkan HCl 2 M
3. HCl 2 M (25 mL) + H2O Tidak terasa panas
Larutan berwarna bening
Menghasilkan HCl 1 M
4. HCl 1 M (5 mL) + H2O Tidak terasa panas
Larutan berwarna bening
Menghasilkan HCl 0,1 M

G. ANALISIS DATA
1. Pembuatan larutan NaOH 2 M dari kristal (zat padat) NaOH
Massa NaOH padat yang digunakan:
Dik. Molaritas NaOH = 2 M
Volume NaOH = 50 mL
Mr NaOH = (23 + 16 + 1) = 40
Dit. gr NaOH?
Penyelesaian:
gr x 1000
M=
Mr x V
M x Mr x V
gr =
1000
2 x 40 x 50
gr =
1000
gr = 4 gram
2. Pembuatan larutan HCl 2 M, 1 M, dan 0,1 M dari larutan HCl 6 M
a. Volume dari HCl 6 M:
Dik. M1 HCl = 6 M
M2 HCl = 2 M
V2 HCl = 50 mL
Dit. V1 HCl?
Penyelesaian:
M1V1 = M2V2
6 M x V1 = 2 M x 50 mL
2 M x 50 mL
V1 =
6M
V1 = 16,6 mL
b. Volume dari HCl 2 M:
Dik. M1 HCl = 2 M
M2 HCl = 1 M
V2 HCl = 50 mL
Dit. V1 HCl?
Penyelesaian:
M1V1 = M2V2
2 M x V1 = 1 M x 50 mL
1 M x 50 mL
V1 =
2M
V1 = 25 mL
c. Volume dari HCl 1 M:
Dik. M1 HCl = 1 M
M2 HCl = 0,1 M
V2 HCl = 50 mL
Dit. V1 HCl?
Penyelesaian:
M1V1 = M2V2
1 M x V1 = 0,1 M x 50 mL
0,1 M x 50 mL
V1 =
1M
V1 = 5 mL

H. PEMBAHASAN
Percoabaan ini mengenai “Pembuatan Larutan” dimana percobaan ini
bertujuan untuk mempelajari pembuatan larutan dengan kemolaran tertentu zat
terlarut dari kristalnya dan mempelajari pembuatan larutan dengan kemolaran
tertentu zat terlarut dari larutan yang lebih besar konsentrasinya.
Larutan merupakan campuran homogen antar dua atau lebih zat berbeda
jenis. Ada dua komponen utama pembentuk larutan, yaitu zat terlarut (solute)
dan pelarut (solvent) (HAM, 2009: 1).
Secara umum zat yang bagiannya lebih besar didalam larutan disebut
sebagai pelarut sedangkan zat yang bagiannya lebih sedikit disebut zat terlarut.
Larutan dapat dibuat dari kristalnya dan dari larutan yang lebih besar
konsentrasinya (pengenceran). Pengenceran (dilution) adalah pembuatan
larutan yang kurang pekat dari larutan yang lebih pekat (Chang, 2003: 108).
1. Pembuatan larutan dengan kemolaran tertentu zat terlarut dari kristalnya.
Prinsip dasar dari pembuatan larutan dari kristalnya adalah pelarutan,.
Sedangkan prinsip kerjanya yaitu penimbangan dan pelarutan. Percobaan
ini dilakukan untuk mendapatkan 50 mL larutan NaOH 2 M. Padatan
NaOH digunakan sebagai bahan yang akan diencerkan sekaligus
merupakan zat terlarut dan menggunakan aquades sebagai pelarutnya.
Langkah pertama yang dilakukan untuk percobaan ini adalah
menghitung massa kristal NaOH yang akan digunakan dengan
menggunakan rumus molaritas, sehingga diperoleh massa NaOH seberat 4
gram. Setelah itu, padatan NaOH ditimbang menggunakan neraca analitik
sesuai dengan hasil yang telah didapatkan dari hasil perhitungan dengan
menggunakan gelas kimia (yang sudah ditimbang terlebih dahulu) sebagai
wadah. Padatan NaOH selanjutnya dilarutkan dengan sedikit aquades.
Kemudian diaduk menggunakan batang pengaduk. Tujuan pengadukan,
yaitu agar padatan NaOH benar-benar larut dalam air sehingga
menghasilkan campuran yang homogen. Kemudian larutan ini dimasukkan
ke dalam labu takar dan kembali ditambahkan aquades menggunakan labu
semprot hingga larutan mendekati tanda batas pada labu takar. Lalu
dengan menggunakan pipet tetes H2O ditambahkan sedikit demi sedikit
sampai berimpit dengan tanda batas. Miniskus yang digunakan adalah
miniskus bawah karena larutan yang digunakan adalah larutan yang tidak
berwarna. Kemudian larutan dikocok dengan cara membolak-balikkan
labu takar. Tujuan pengocokan yaitu agar larutan dapat terhidrolisis secara
sempurna.
Larutan yang dihasilkan berupa larutan bening dan terasa panas pada
dinding atau bagian luar labu takar. Hal ini menandakan bahwa dalam
proses pelarutan ini terjadi reaksi eksoterm, dimana terjadi pelepasan kalor
dari sistem ke lingkungan, sehingga suhu lingkungan naik yang disertai
dengan pelepasan panas ke lingkungan. Sesuai dengan teori (Evanuarini,
2017: 72), yakni NaOH akan melepaskan kalor ketika direaksikan dengan
air. Adapun reaksi yang terjadi saat padatan NaOH dilarutkan dengan
aquades yaitu:
NaOH(s) + H₂O(l) → Na⁺ + OHˉ + H₂O
2. Pembuatan larutan dengan kemolaran tertentu zat terlarut dari larutan yang
lebih besar konsentrasinya
Prinsip dasar pembuatan larutan dari larutan yang lebih besar
konsentrasinya adalah pengenceran dengan sejumlah volume tertentu.
Sedangkan prinsip kerjanya yaitu perhitungan, pencampuran, pengenceran,
dan pengocokan. Bahan yang digunakan, yaitu aquades sebagai pengencer
dan HCl 6 M digunakan sebagai larutan induk yaitu larutan yang lebih
besar konsentrasinya. Percobaan ini dilakukan untuk membuat larutan 2
M, 1 M, dan 0,1 M dengan volume masing-masing 50 mL.
Langkah pertama yang dilakukan, yaitu menghitung volume HCl 6 M
yang akan digunakan dengan menggunakan rumus M1.V1 = M2.V2. Setelah
itu, aquades ditambahkan ke dalam labu takar menggunakan botol semprot
hingga larutan mendekati tanda batas. Kemudian dengan mengunakan
pipet tetes H2O kembali ditambahkan sedikit demi sedikit sampai berimpit
dengan tanda batas. Miniskus yang digunakan yaitu miniskus bawah
karena larutannya tidak berwarna. Setelah itu larutan dikocok dengan cara
membolak balik labu takar. Tujuan sama agar benar-benar terhidrolisis
sempurna. Setelah memperoleh larutan HCl 2 M, maka dibuat lagi larutan
HCl 1 M dari 25 mL HCl 2 M dan larutan HCl 0,1 M dari 5 mL HCl 1 M
dengan cara yang sama seperti sebelumnya.
Larutan yang diperoleh berupa larutan tidak berwarna dan tidak panas,
baik itu pada HCl 2 M, 1 M, dan 0,1 M. Hal ini menandakan bahwa dalam
proses pelarutan ini terjadi reaksi endoterm, dimana terjadi penyerapan
kalor oleh sistem dari lingkungan.
Adapun reaksi yang terjadi saat HCl direaksikan dengan aquades
yaitu:
HCl + H₂O → H₃O⁺ + Clˉ
dimana HCl merupakan asam monoprotik yang dapat berdisosiasi
melepaskan satu H⁺ sehingga membentuk ion hidronium (H₃O⁺) dan ion
klorida (Clˉ).
I. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
1) Pembuatan larutan dengan kemolaran tertentu zat terlarut dari
kristalnya dapat dilakukan dengan mentukan massa padatan yang akan
dilarutkan menggunakan rumus molaritas. Pada percobaan digunakan
NaOH seberat 4 g untuk membuat larutan NaOH 50 mL 2 M. Pada
pembuatan larutan dari kristalnya terjadi reaksi eksoterm, yaitu reaksi
pelepasan energi panas dari sistem ke lingkungan yang ditandai dengan
larutan yang terasa panas.
2) Pembuatan larutan dengan kemolaran tertentu zat terlarut dari larutan
yang lebih besar konsentrasinya dapat dilakukan dengan menentukan
volume larutan induk yang akan digunakan untuk membuat larutan
yang lebih kecil konsentrasinya dengan menggunakan rumus
pengenceran. Pada percobaan digunakan 16,6 mL HCl 6 M untuk
membuat 50 mL HCl 2 M, 25 mL HCl 2 M untuk membuat 50 mL
HCl 1 M, dan 5 mL HCl 1 M untuk membuat 50 mL HCl 0,1 M. Pada
pembuatan larutan dari larutan yang lebih besar konsentrasinya terjadi
reaksi endoterm yaitu reaksi penyerapann kalor dari lingkungan ke
sistem sehingga larutan akan terasa dingin.
2. Saran
1) Untuk praktikum selanjutnya, sebaiknya lebih teliti dan fokus ketika
melakukan percobaan.
2) Diharapkan kepada praktikan agar mengetahui fungsi dan cara pakai
alat-alat laboratorium yang akan digunakan.
DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2003. Kimia Dasar Konsep-konsep Inti Jilid I. Jakarta:


Erlangga
Evanuarini, Herly, Ira Fresty Reliantari dan Imam Thohari. 2017. Pengaruh
konsentrasi NaOH terhadap pH, Kadar Protein Putih Telur dan Warna
Kuning Telur Pidan. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak: Vol. 12 No.
2/ISSN 1978-0303
HAM, Mulyono. 2009. Membuat Reagen Kimia di Laboratorium. Jakarta: PT
Bumi Aksara
Muliadi, Burhanuddin dan Darwis. 2017. Pengaruh Rasio Agregat Binder
Terhadap Perilaku Mekanik Beton Geopolimer Dengan Campuran Abu
Sekam Padi dan Abu Ampas Tebu. Teras Jurnal: Vol. 7 No. 1/ISSN 2502-
1680
Oxtoby, David W., H. P. Gillis dan Norman H. Nachtrieb. 2001. Prinsip-prinsip
Kimia Modern Jilid 1. Jakarta : Erlangga
Putri, Laili M. A., Trapsilo Prihandono dan Bambang Supriadi. 2017. Pengaruh
Konsentrasi Larutan Terhadap Laju Kenaikan Suhu Larutan. Jurnal
Pembelajaran Fisika: Vol 6 No. 2
Sumardjo, Damin. 2006. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta:
Kedokteran EGC
JAWABAN PERTANYAAN

1. Apa yang dimaksud larutan induk?


Jawab:
Larutan induk adalah larutan yang konsentrasinya lebih besar yang dapat
digunakan untuk membuat larutan yang lebih kecil konsentrasinya dengan
cara pengenceran.
2. Untuk mengencerkan asam sulfat pekat, tidak boleh air ditambahkan ke dalam
asam sulfat. Jelaskan mengapa demikian.
Jawab:
Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang
sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama dapat terjadi pada pengenceran
asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan dengan aman, asam sulfat
pekat yang harus ditambahkan ke dalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika air
ditambahkan ke dalam asam klorida pekat, panas yang dilepaskan sangat besar
yang dapat menyebabkan air mendadak mendidih dan menyebabkan asam
sulfat memercik. Jika kita berada di dekatnya, percikan asam sulfat ini bisa
merusak kulit.
3. Sebanyak 0,04 g NaOH padat dilarutkan dalam aquades sampai volume 1 L.
Jika massa jenis larutan dianggap sama dengan massa jenis air, nyatakan
konsentrasi larutan NaOH itu dalam (a) persen massa; (b) bagian persejuta
(bpj); dan molar.
Jawab:
Dik. Massa NaOH = 0,04 g
Volume H₂O = 1 L = 1000 mL
Massa H₂O = 𝜌.V = 1 g/mL . 1000 mL = 1000 g
Dit. Konsentrasi larutan NaOH dalam:
a) Persen massa
massa NaOH
= x 100 %
massa total
0,04 g
= x 100 %
(0,04+1000 )g
0,04 g
= x 100 %
1000,04 g
= 0,004 %
b) Bagian persejuta
massa NaOH
= x 1000000
massa total
0,04 g
= x 1000000
(0,04+1000 )g
0,04 g
= x 1000000
1000,04 g
= 39,998 bpj
c) Molar
g 1000
= x
Mr mL
0,04 g 1000
= g x
40 1000 mL
mol

= 0,001 mol x 1
= 0,001 mol

Anda mungkin juga menyukai