telah dan dikoreksi secara saksama oleh Asisten dan Koordinator Asisten, maka
dinyatakan diterima.
Mengetahui,
Dosen Penanggungjawab
B. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mahasiswa mempelajari pembuatan larutan dengan kemolaran tertentu zat
terlarut dari kristalnya.
2. Mahasiswa mempelajari pembuatan larutan dengan kemolaran tertentu zat
terlarut dari larutan yang lebih besar konsentrasinya.
C. LANDASAN TEORI
Larutan merupakan campuran homogen antar dua atau lebih zat berbeda
jenis. Ada dua komponen utama pembentuk larutan, yaitu zat terlarut (solute)
dan pelarut (solvent). Fasa larutan dapat berupa fasa gas, cair, atau fasa padat
bergantung pada sifat kedua komponen pembentuk larutan. Apabila fasa
larutan dan fasa zat-zat pembentuknya sama, zat yang berada dalam jumlah
terbanyak umumnya disebut pelarut sedangkan zat yang lainnya disebut
sebagai zat terlarutnya (HAM, 2009: 1).
Pelarut dipandang sebagai “pembawa” atau medium bagi zat terlarut, yang
dapat berperan dalam reaksi kimia dalam larutan atau meninggalkan larutan
karena pengendapan atau penguapan. Uraian mengenai gejala ini memerlukan
spesifikasi kuantitatif mengenai banyaknya zat terlarut didalam larutan, atau
komposisi larutan. Larutan terbentuk melalui pencampuran dua atau lebih zat
murni atau pelarut ke keadaan tercampur baik kemudahan pembentukan
maupun kestabilan larutan. Larutan dapat berada dalam kesetimbangan fasa
gas, padatan, atau cairan lain; kesetimbangan ini sering menunjukkan efek
yang menarik yang ditentukan oleh bobot molekul zat terlarut (Oxtoby, 2001:
153-154).
Sifat-sifat suatu larutan sangat dipengaruhi oleh susunan komposisinya.
Untuk menyatakan komposisi larutan tersebut maka digunakan istilah
konsentrasi larutan yang menunjukkan perbandingan jumlah zat terlarut
terhadap pelarut (Putri, 2017: 147).
Beberapa cara dapat digunakan untuk menyatakan komposisi larutan.
Persentase massa sering digunakan sehari hari yang didefinisikan sebagai
persentase berdasar massa suatu zat didalam suatu larutan. Dalam kimia yang
paling bermanfaat untuk menyatakan komposisi ialah fraksi mol, molaritas,
dan molalitas.(Oxtoby, 2001: 154).
Konsenrasi suatu larutan dapat dinyatakan dengan fraksi mol, yaiu satuan
konsenrasi yang semua komponen larutannya dihitung dalam satuan mol.
Fraksi mol dinyatakan dalam lambang x. Secara umum, fraksi mol komponen
A suatu larutan yang mengandung banyak komponen dapat dituliskan sebagai
berikut:
jumlah mol komponen A
Fraksi mol A = xA = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑜𝑙 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛
Fraksi mol zat terlarut adalah jumlah mol zat terlarut dibagi dengan jumlah
mol zat terlarut dan mol zat pelarut, sedangkan fraksi mol pelarut adalah
jumlah mol zat pelarut dibagi dengan jumlah mol zat terlarut dan mol zat
pelarut. Jumlah fraksi mol = 1 (Sumardjo, 2006: 501).
Konsentrasi zat ialah jumlah mol persatuan volume. Molaritas
didefinisikan sebagai jumlah mol zat terlarut perliter larutan.
mol zat terlarut
Molaritas = = mol 𝐿−1
liter larutan
Dalam larutan berair encer jumlah mol zat terlarut perliter kira-kira sama
dengan jumlah mol perkilogram air. Jadi molaritas dan molalitas hampir sama
nilainya. Untuk larutan tak berair dan larutan pekat dalam air, molaritas dan
molalitas tidak sama (Oxtoby, 2001: 154).
Salah satu kelemahan molaritas adalah ketergantungan besarnya volume
larutan pada suhu. Apabila suhu dinaikkan, jumlah zat terlarut sama, tetapi
volume larutan bertambah. Akibatnya, jumlah mol zat per liter, yaitu
molaritas, akan menurun (Sumardjo, 2006: 504).
Molaritas hanya bisa dihitung jika rapatan larutan yang dihasilkannya
diketahui. Misalnya jika satu liter pelarut digunakan, volume larutan yang
dihasilkan bisa kurang dari satu liter dalam suatu peristiwa dan lebih besar
dalam kejadian lainnya. Andaikan konsentrasi awal (molaritas) diketahui
sebagai 𝑐𝑖 dan volume awalnya 𝑉𝑖 . Jumlah zat terlarutnya ialah (𝑐𝑖 mol
𝐿−1 )(𝑉𝑖 L) = 𝑐𝑖 𝑉𝑖 . Ini tidak berubah karena pengenceran menjadi volume akhir,
𝑉𝑓 , karena hanya pelarut ,dan bukan zat terlarut, yang ditambahkan. Jadi
𝑐𝑖 𝑉𝑖 = 𝑐𝑓 𝑉𝑓 dan molaritas akhirnya adalah
𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑐𝑖 𝑉𝑖
𝑐𝑓 = =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑉𝑓
F. HASIL PENGAMATAN
No. Perlakuan Hasil
1. NaOH padat (4 gram) + H2O Terasa panas
Larutan berwarna bening
Menghasilkan NaOH 2 M
2. HCl 6 M (16,6 mL) + H2O Tidak terasa panas
Larutan berwarna bening
Menghasilkan HCl 2 M
3. HCl 2 M (25 mL) + H2O Tidak terasa panas
Larutan berwarna bening
Menghasilkan HCl 1 M
4. HCl 1 M (5 mL) + H2O Tidak terasa panas
Larutan berwarna bening
Menghasilkan HCl 0,1 M
G. ANALISIS DATA
1. Pembuatan larutan NaOH 2 M dari kristal (zat padat) NaOH
Massa NaOH padat yang digunakan:
Dik. Molaritas NaOH = 2 M
Volume NaOH = 50 mL
Mr NaOH = (23 + 16 + 1) = 40
Dit. gr NaOH?
Penyelesaian:
gr x 1000
M=
Mr x V
M x Mr x V
gr =
1000
2 x 40 x 50
gr =
1000
gr = 4 gram
2. Pembuatan larutan HCl 2 M, 1 M, dan 0,1 M dari larutan HCl 6 M
a. Volume dari HCl 6 M:
Dik. M1 HCl = 6 M
M2 HCl = 2 M
V2 HCl = 50 mL
Dit. V1 HCl?
Penyelesaian:
M1V1 = M2V2
6 M x V1 = 2 M x 50 mL
2 M x 50 mL
V1 =
6M
V1 = 16,6 mL
b. Volume dari HCl 2 M:
Dik. M1 HCl = 2 M
M2 HCl = 1 M
V2 HCl = 50 mL
Dit. V1 HCl?
Penyelesaian:
M1V1 = M2V2
2 M x V1 = 1 M x 50 mL
1 M x 50 mL
V1 =
2M
V1 = 25 mL
c. Volume dari HCl 1 M:
Dik. M1 HCl = 1 M
M2 HCl = 0,1 M
V2 HCl = 50 mL
Dit. V1 HCl?
Penyelesaian:
M1V1 = M2V2
1 M x V1 = 0,1 M x 50 mL
0,1 M x 50 mL
V1 =
1M
V1 = 5 mL
H. PEMBAHASAN
Percoabaan ini mengenai “Pembuatan Larutan” dimana percobaan ini
bertujuan untuk mempelajari pembuatan larutan dengan kemolaran tertentu zat
terlarut dari kristalnya dan mempelajari pembuatan larutan dengan kemolaran
tertentu zat terlarut dari larutan yang lebih besar konsentrasinya.
Larutan merupakan campuran homogen antar dua atau lebih zat berbeda
jenis. Ada dua komponen utama pembentuk larutan, yaitu zat terlarut (solute)
dan pelarut (solvent) (HAM, 2009: 1).
Secara umum zat yang bagiannya lebih besar didalam larutan disebut
sebagai pelarut sedangkan zat yang bagiannya lebih sedikit disebut zat terlarut.
Larutan dapat dibuat dari kristalnya dan dari larutan yang lebih besar
konsentrasinya (pengenceran). Pengenceran (dilution) adalah pembuatan
larutan yang kurang pekat dari larutan yang lebih pekat (Chang, 2003: 108).
1. Pembuatan larutan dengan kemolaran tertentu zat terlarut dari kristalnya.
Prinsip dasar dari pembuatan larutan dari kristalnya adalah pelarutan,.
Sedangkan prinsip kerjanya yaitu penimbangan dan pelarutan. Percobaan
ini dilakukan untuk mendapatkan 50 mL larutan NaOH 2 M. Padatan
NaOH digunakan sebagai bahan yang akan diencerkan sekaligus
merupakan zat terlarut dan menggunakan aquades sebagai pelarutnya.
Langkah pertama yang dilakukan untuk percobaan ini adalah
menghitung massa kristal NaOH yang akan digunakan dengan
menggunakan rumus molaritas, sehingga diperoleh massa NaOH seberat 4
gram. Setelah itu, padatan NaOH ditimbang menggunakan neraca analitik
sesuai dengan hasil yang telah didapatkan dari hasil perhitungan dengan
menggunakan gelas kimia (yang sudah ditimbang terlebih dahulu) sebagai
wadah. Padatan NaOH selanjutnya dilarutkan dengan sedikit aquades.
Kemudian diaduk menggunakan batang pengaduk. Tujuan pengadukan,
yaitu agar padatan NaOH benar-benar larut dalam air sehingga
menghasilkan campuran yang homogen. Kemudian larutan ini dimasukkan
ke dalam labu takar dan kembali ditambahkan aquades menggunakan labu
semprot hingga larutan mendekati tanda batas pada labu takar. Lalu
dengan menggunakan pipet tetes H2O ditambahkan sedikit demi sedikit
sampai berimpit dengan tanda batas. Miniskus yang digunakan adalah
miniskus bawah karena larutan yang digunakan adalah larutan yang tidak
berwarna. Kemudian larutan dikocok dengan cara membolak-balikkan
labu takar. Tujuan pengocokan yaitu agar larutan dapat terhidrolisis secara
sempurna.
Larutan yang dihasilkan berupa larutan bening dan terasa panas pada
dinding atau bagian luar labu takar. Hal ini menandakan bahwa dalam
proses pelarutan ini terjadi reaksi eksoterm, dimana terjadi pelepasan kalor
dari sistem ke lingkungan, sehingga suhu lingkungan naik yang disertai
dengan pelepasan panas ke lingkungan. Sesuai dengan teori (Evanuarini,
2017: 72), yakni NaOH akan melepaskan kalor ketika direaksikan dengan
air. Adapun reaksi yang terjadi saat padatan NaOH dilarutkan dengan
aquades yaitu:
NaOH(s) + H₂O(l) → Na⁺ + OHˉ + H₂O
2. Pembuatan larutan dengan kemolaran tertentu zat terlarut dari larutan yang
lebih besar konsentrasinya
Prinsip dasar pembuatan larutan dari larutan yang lebih besar
konsentrasinya adalah pengenceran dengan sejumlah volume tertentu.
Sedangkan prinsip kerjanya yaitu perhitungan, pencampuran, pengenceran,
dan pengocokan. Bahan yang digunakan, yaitu aquades sebagai pengencer
dan HCl 6 M digunakan sebagai larutan induk yaitu larutan yang lebih
besar konsentrasinya. Percobaan ini dilakukan untuk membuat larutan 2
M, 1 M, dan 0,1 M dengan volume masing-masing 50 mL.
Langkah pertama yang dilakukan, yaitu menghitung volume HCl 6 M
yang akan digunakan dengan menggunakan rumus M1.V1 = M2.V2. Setelah
itu, aquades ditambahkan ke dalam labu takar menggunakan botol semprot
hingga larutan mendekati tanda batas. Kemudian dengan mengunakan
pipet tetes H2O kembali ditambahkan sedikit demi sedikit sampai berimpit
dengan tanda batas. Miniskus yang digunakan yaitu miniskus bawah
karena larutannya tidak berwarna. Setelah itu larutan dikocok dengan cara
membolak balik labu takar. Tujuan sama agar benar-benar terhidrolisis
sempurna. Setelah memperoleh larutan HCl 2 M, maka dibuat lagi larutan
HCl 1 M dari 25 mL HCl 2 M dan larutan HCl 0,1 M dari 5 mL HCl 1 M
dengan cara yang sama seperti sebelumnya.
Larutan yang diperoleh berupa larutan tidak berwarna dan tidak panas,
baik itu pada HCl 2 M, 1 M, dan 0,1 M. Hal ini menandakan bahwa dalam
proses pelarutan ini terjadi reaksi endoterm, dimana terjadi penyerapan
kalor oleh sistem dari lingkungan.
Adapun reaksi yang terjadi saat HCl direaksikan dengan aquades
yaitu:
HCl + H₂O → H₃O⁺ + Clˉ
dimana HCl merupakan asam monoprotik yang dapat berdisosiasi
melepaskan satu H⁺ sehingga membentuk ion hidronium (H₃O⁺) dan ion
klorida (Clˉ).
I. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
1) Pembuatan larutan dengan kemolaran tertentu zat terlarut dari
kristalnya dapat dilakukan dengan mentukan massa padatan yang akan
dilarutkan menggunakan rumus molaritas. Pada percobaan digunakan
NaOH seberat 4 g untuk membuat larutan NaOH 50 mL 2 M. Pada
pembuatan larutan dari kristalnya terjadi reaksi eksoterm, yaitu reaksi
pelepasan energi panas dari sistem ke lingkungan yang ditandai dengan
larutan yang terasa panas.
2) Pembuatan larutan dengan kemolaran tertentu zat terlarut dari larutan
yang lebih besar konsentrasinya dapat dilakukan dengan menentukan
volume larutan induk yang akan digunakan untuk membuat larutan
yang lebih kecil konsentrasinya dengan menggunakan rumus
pengenceran. Pada percobaan digunakan 16,6 mL HCl 6 M untuk
membuat 50 mL HCl 2 M, 25 mL HCl 2 M untuk membuat 50 mL
HCl 1 M, dan 5 mL HCl 1 M untuk membuat 50 mL HCl 0,1 M. Pada
pembuatan larutan dari larutan yang lebih besar konsentrasinya terjadi
reaksi endoterm yaitu reaksi penyerapann kalor dari lingkungan ke
sistem sehingga larutan akan terasa dingin.
2. Saran
1) Untuk praktikum selanjutnya, sebaiknya lebih teliti dan fokus ketika
melakukan percobaan.
2) Diharapkan kepada praktikan agar mengetahui fungsi dan cara pakai
alat-alat laboratorium yang akan digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
= 0,001 mol x 1
= 0,001 mol