Anda di halaman 1dari 12

DAFTAR ISI

Halaman

Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................................... 3


B. Rumusan Masalah …............................................................................... 4
C. Tujuan ................................................................................................... . 4

BAB II PEMBAHASAN

A. Hakikat Audit ......................................................................................... 5


B. Pertimbangan dan pengambilan keputusan dalam audit ........................ 6
C. Rational Emotive Therapy dalam Audit ................................................. 8
D. Fenomena Kelompok dalam Audit ........................................................ 10

BAB III PENUTUP

Kesimpulan ................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akuntansi merupakan suatu sistem untuk menghasilkan informasi
keuangan yang digunakan oleh pemakainya untuk menghasilkan keputusan
bisnis. Tujuan informasi ini adalah memberikan petunjuk dalam memilih
tindakan yang paling baik untuk mengalokasikan sumber daya yang langka pada
aktivitas bisnis dan ekonomi. Namun pemilihan dan penetapan suatu keputusan
bisnis juga melibatkan aspek-aspek keperilakuan dari pengambil keputusan.
Dengan demikian, akuntansi tidak dapat dilepaskan dari aspek perilaku manusia
serta kebutuhan organisasi akan informasi yang dapat dihasilkan oleh akuntasi.
Akhirnya akuntansi bukanlah sesuatu yang statis, akan tetapi selalu berkembang
agar dapat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh penggunanya.

Audit pada saat ini menjadi bagian penting dalam dunia akuntansi. Selain
pemahaman umum atas pentingnya fungsi audit, peningkatan atas keberadaan
auditor dan lembaganya juga menambah pemahaman umum terhadap audit.
Lebih lanjut lagi, tuntutan-tuntutan hukum yang biasanya dihadapi oleh auditor
dan kerugian keuangan yang terkait dengan tuntutan tersebut memunculkan
berbagai dimensi keperilakuan pada diri auditor, khususnya aspek-aspek yang
terkait dengan proses pengambilan keputusan dan aktivitas auditor dalam
mempertimbangkan sesuatu sebelum mengambil keputusan. Terdapat banyak hal
yang perlu dipertimbangkan sebagai data pendukung dalam pengambilan
keputusan yang mengarah pada aspek keperilakuan auditor. Hakikat dari audit
adalah proses pembuktian oleh orang independen (imparsial) terhadap suatu
asersi manajemen dengan menggunakan judment (pertimbangan) dan bukti yang
membuktikan (evindential matter). Pengauditan adalah suatu kegiatan yang

2
penting. Setiap organisasi atau perusahaan selayaknya secara suka rela
melakukan audit untuk memberikan umpan balik atas kinerja yang telah
dilakukan. Audit dilakukan oleh auditor yang jati dirinya adalah seorang
manusia. Komputer atau malahan robot sekalipun bisa saja membantu proses
pengauditan, tetapi tetap saja manusia yang menentukan dalam memberikan
pertimbangan dan pengambilan keputusan. Manusia dengan segala
keterbatasannya akan menentukan kualitas pertimbangan yang dihasilkan. Ada
faktor human being ( keinginan manusia), emosi dan subjektivitas.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Hakikat Audit


2. Bagaimana Pertimbangan dan Pengambilan Keputusan pada Pengauditan
3. Bagaimana Rational-Emotive Therapy dalam Audit
4. Bagaimana Fenomena Kelompok dalam Audit

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Bagaimana Hakikat Audit
2. Untuk Mengetahui Pertimbangan dan Pengambilan Keputusan pada
Pengauditan
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Rational-Emotive Therapy dalam Audit
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Fenomena Kelompok dalam Audit

3
BAB II

PEMBAHASAN
A. Hakikat Audit

Hakikat dari audit adalah proses pembuktian oleh orang independen


(imparsial) terhadap suatu asersi manajemen dengan menggunakan judgment
(pertimbangan) dan bukti yang membuktikan (evidential matter). Pengauditan
adalah suatu kegiatan yang penting. Setiap organisasi atau perusahaan selayaknya
secara suka rela melakukan audit untuk memberikan umpan balik atas kinerja yang
telah dilakukan. Audit dilakukan oleh auditor yang jati dirinya adalah seorang
manusia. Komputer atau malahan robot sekalipun bisa saja membantu proses
pengluditan, tetapi tetap saja manusia yang menentukan dalam memberikan
jertimbangan dan pengambilan keputusan. Manusia dengan segala keterjatasannya
akan menentukan kualitas pertimbangan yang dihasilkan.

Menurut Siegel dan Marconi (1989) seharusnya auditor terlepas dari iaktor-
faktor personalitas dalam melakukan audit. Personalitas akan bisa Tienyebabkan
kegagalan audit sekaligus membawa risiko yang tinggi bagi mditor. Untuk itu
risiko inheren dalam audit harus diperhitungkan iengan baik. Ada dua tipe
keperilakuan yang dihadapi oleh auditor :

1) Auditor dipengaruhi oleh persepsi mereka terhadap lingkungan audit.


Misalnya ketika menilai pengendalian intern yang diterapkan oleh perusahaan.
Perusahaan besar akan dianggap memiliki pengendalian intern yang memadai
padahal belum tentu demikian.
2) Auditor harus menyelaraskan dan sinergi dalam pekerjaan mereka, karena
audit hakikatnya adalah pekerjaan kelompok, sehingga perlu ada proses
review di dalamnya. Interaksi ini akan banyak menimbulkan proses
keperilakuan dan sosial.

4
B. Pertimbangan dan Pengambilan Keputusan dalam audit

Dalam beberapa dekade tahun belakangan ini para akademisi menaruh


perhatian yang sangat serius terhadap pertimbangan (judgment) dalam
pengauditan. Pertimbangan auditor dipengaruhi oleh persepsi terhadap situasi yang
ada. Pertimbangan auditor dipengaruhi oleh pendidikan, budaya, dan pengalaman.

Tabel beikut ini menyajikan proses audit yang membutuhkan pertimbangan


auditor :

Aktivitas Pertimbangan Hasil Penilaian


Menentapkan materialitas a. Materialitas akuntansi
b. Materialitas audit
c. Resiko bisnis
Mengidentifikasi tujuan dan asersi audit a. Audit area
yang penting b. Aliran transaksi
c. Asersi laporan keuangan
Menilai linkungan resiko inheren a. Implikasi lingkungan klien
untuk mengidentifikasi
struktur pengendalian
b. Penilaian resiko inheren
untuk laporan keuangan
Mengevaluasi pengendalian internal a. Perbaikan efisiensi dan
efektivitas audit
b. Resiko pengendalian untuk
asersi laporan keuangan
c. Kelemahan dalam
pengendalian
Mengembangakan strategi audit a. Hasil terhadap uji
pengendalian

5
b. Kemungkinan pendekatan
audit yang berbeda
c. Penekanan terhadap
keseimbagan atau aliran
transaksi
d. Identifikasi terhadap asersi
strategik
Pengembangan program audit Memilih kombinasi yang tepat dari
prosedur audit spesifik dan
menentukan ruang lingkup dan
waktu aplikasi.
Memilih dan mengevaluasi prosedur a. Prosedur tertentu untuk
review analitis diaplikasikan
b. Pengembangan ekspektasi
c. Formulasi untuk menjelaskan
fluktuasi
Mengevaluasi hasil-hasil dari pengujian Kesimpulan terhadap prosedur audit
audit spesifik dalam kaitan dengan tujuan
dan hasil yaang diperoleh
Menentukan status going concern Status going concern perusahaan 1
perusahaan tahun kedepan
Mengaplikasiakan standar audit yang a. Identifikasi terhadap standar
berterima umum dan prinsip-prinsip auditing
akuntansi b. Identifikasi terhadap arah dari
strategi audit yang
diaplikasikan
Mengaplikasiakan aturan-aturan Ada pelanggaran etik atau tidak
mengenai kode etik

6
Memilih opini audit yang tepat Apakah laporan keuangan telah
disajikan secara wajar selama 1
perode akuntansi

C. Rational-Emotive Therapy dalam Audit

Menurut Goleman (2007) untuk menjadi auditor yang mampu melaksanakan


tanggung jawabnya dengan menjunjung tinggi etika profesinya, kecerdasan
intelektual hanya menyumbang 20%, sedangkan 80% dipengaruhi oleh bentuk-
bentuk kecerdasan yang lain, salah satunya adalah kecerdasan emosional. Dengan
kecerdasan emosional seorang auditor diharapkan mampu mengatur perasaan
dengan baik, mampu memotivasi diri sendiri, berempati ketika menghadapi
gejolak emosi diri maupun diri orang lain, fleksibel dalam situasi dan kondisi yang
sering berubah, sehingga dengan akal sehat mampu berpikir positif dalam
menghadapi tekanan dan gangguan yang dapat memengaruhi independensinya.
Dengan demikian, hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tidak memihak pihak
manapun. Lima komponen untuk membentuk kecerdasan emosional seorang
auditor adalah:

1) Mengenali emosi diri: kesadaran diri untuk mengenali perasaan sewaktu


perasaan itu terjadi merupakan kecerdasan emosional. Kemampuan untuk
memantau perasaan dari waktu ke waktu merupakan hal penting bagi
wawasan psikologi dan pemahaman diri. Ketidakmampuan untuk
mencermati perasaan diri sendiri yang sesungguhnya membuat kita berada
dalam kekuasaan perasaan.
2) Mengelola emosi: mengelola emosi berarti menangani perasaan agar
perasaan dapat terungkap dengan tepat, hal ini merupakan kecakapan yang
sangat bergantung pada kesadaran diri. Emosi dikatakan berhasil dikelola
apabila mampu menghibur diri ketika ditimpa kesedihan, dapat melepas

7
kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan mampu bangkit kembali
dengan cepat. Sebaliknya orang yang buruk kemampuannya dapat mengelola
emosi akan terus bertarung melawan perasaan murung atau melarikan diri
pada hal-hal negatif yang merugikan dirinya sendiri.
3) Memotivasi diri sendiri: kemampuan seseorang memotivasi diri dapat
ditelusuri melalui bagaimana caranya mengendalikan dorongan hati, derajat
kecemasan yang berpengaruh terhadap kinerja seseorang. Dengan
kemampuan memotivasi diri yang dimilikinya maka seseorang akan
cenderung memiliki pandangan yang positif dalam menilai segala sesuatu
yang terjadi dalam dirinya.
4) Mengenali emosi orang lain: empati atau mengenai emosi orang lain
dibangun berdasarkan.pada kesadaran diri. Jika sesorang terbuka pada emosi
diri, maka dapat dipastikan bahwa ia akan terampil membaca perasaan orang
lain. Sebaliknya orang yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan
emosinya sendiri dapat dipastikan tidak akan mampu menghormati perasaan
orang lain.
5) Membina hubungan dengan orang lain: seni dalam membina hubungan
dengan orang lain merupakan keterampilan sosial yang mendukung
keberhasilan pergaulan dengan orang lain. Tanpa memiliki keterampilan
sesorang akan mengalami kesulitan dalam pergaulan sosial. Orang yang
tidak memiliki keterampilan ini akan dianggap angkuh, menggangu atau
tidak berperasaan terhadap orang lain.

Untuk mengatasi keperilakuan sebagai upaya meningkatkan kualitas


pertimbangan, Shannon dan Stevens dalam Siegel dan Marconi (1989)
mengusulkan suatu terapi apa yang disebut dengan Rational-Emotive Therapy
(RET).

Tujuan RET adalah untuk memperoleh suatu kondisi emosional dari


netralitas untuk mengeliminasi sebanyak mungkin perasaan negatif yang tidak

8
diinginkan. Ini berdasarkan ide di mana seseorang mungkin lebih mudah
memecahkan suatu permasalahan dalam suasana pikiran yang tenang
dibandingkan ketika seseorang mendekati suatu permasalahan dalam kondisi
marah, cemas, atau depresi.

D. Fenomena Kelompok dalam Audit

Dalam lingkungan yang kompetitif, kantor akuntan publik (KAP)


harus secara teratur memonitor praktik-praktik terbaik yang menjamin
profesionalisme karyawan secara efektif dan efisien. Penempatan staf yang cocok
dalam tim audit menjadi sesuatu yang harus diperhatikan. Tim adalah kelompok
banyak pertimbangan audit yang dibuat oleh kelompok, sebagaimana halnya
individu. Interaksi kelompok merupakan fungsi dari preferensi individu yang ada
didalamnya.

Penilitian psikologi menunjukkan bahwa pengambilan keputusan


memiliki kinerja yang lebih menguntungkan dari pada pengeluaran keputusan
secara individual. Invancevich dan Mattesson (2002) Menyebutkan yang
dimaksud dengan kelompok adalah dua orang atau lebih berinteraksi untuk
mencapai suatu tujuan tertentu. Ada 2 tipe kelompok yaitu: Kelompok formal
terdiri dari perintah, tugas, dan tim, dan kelompok non formal terdiri dari
kelompok kepentingan dan pertemanan.

Dalam konteks pengambilan keputusan, kelompok-kelompok biasanya


memerlukan waktu yang lebih panjang. Akan tetapi dengan adanya individu yang
spesialis dan ahli maka ini akan memberikan manfaat dalam membuat keputusan
yang lebih baik. Invancevich dan Mattesson (2002) juga mengatakan untuk
mencapai hasil yang terbaik, anggota kelompok harus mengembangkan
kreatifitas sebagai suatu proses dialogis, yaitu anggota kelompok menghasilkan
certita atau ide-ide yang berguna untuk menyelesaikan suatu permasalahan.
Itulah keuntungan dari mempelajari pengambilan keputusan secara kelompok

9
sekaligus melihat praktik-praktik terbaiknya. Beberapa tugas audit yang
membutuhkan keputusan kelompok adalah:

1. Mengidentifikasi resiko inheren, resiko kecurangan, dan faktor faktor resiko


pengendalian selama mengembangkan perencanaan audit.
2. Mengidentifikasi isu-isu going concern (keberlangsungan) perusahaan dan
faktor-faktor potensial yang bisa memitigasinya.
3. Mengidentifikasi isu-isu yang relevan dalam memilih bentuk yang tepat dari
opini audit.
4. Mengidentifikasi isu-isu yang relevan dengan catatan atas laporan keuangan
(CALK).

10
BAB III
KESIMPULAN

Audit merupakan salah satu bidang kajian akuntansi. Dalam audit tidak
hanya dibicarakan tentang teknik – teknik audit tetapi juga bagaimana auditor
mengambil kebijakan untuk menentukan suatu fakta. Sering kali, pertimbangan –
pertimbangan yang diambil oleh auditor menjadi penentu dalam memutuskan suatu
masalah, terutama dalam hal menetapkan pendapat. Untuk itu, sikap, persepsi, dan
perilaku menjadi acuan dalam pembahasan mengenai pertimbangan seorang auditor,
baik auditor internal maupun eksternal.

11
DAFTAR PUSTAKA

Dr. I Wayan Suartana, S.E., Ak., M.Si. (2010). “Akuntansi Keperilakuan Teori dan
Implementasi”. Denpasar

http://kurniatynawawi.blogspot.com/2012/06/aspek-keperilakuan-dalam-audit.html
https://www.anggawipat24.com/2018/05/resume-akuntansi-perilaku-bab-10-
14.html?m=1

12

Anda mungkin juga menyukai