Anda di halaman 1dari 6

KIMIA.STUDENTJOURNAL, Vol. 1, No. 2, pp.

188-193 UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG


Received, 8 January 2013, Accepted, 14 January 2013, Published online, 1 February 2013

PEMBUATAN TES KIT TIOSIANAT BERDASARKAN PEMBENTUKAN


KOMPLEKS MERAH BESI(III)TIOSIANAT

Putri Arofa Dini, Hermin Sulistyarti*, Atikah

Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya
Jl. Veteran Malang 65145

*Alamat korespondensi, Tel : +62-341-575838, Fax : +62-341-575835


Email: sulistyarti@ub.ac.id

ABSTRAK
Tiosianat merupakan salah satu senyawa yang secara tidak langsung dapat menyebabkan Gangguan
Akibat Kekurangan Iodium (GAKI). Penentuan tiosianat dapat dilakukan dengan tes kit, berdasarkan metode
kolorimetri yaitu dengan cara pembentukan kompleks berwarna merah Besi (III) tiosianat. Pembentukan
kompleks Besi (III) tiosianat dapat dilakukan dengan cara mereaksikan tiosianat SCN- dengan ion Fe3+ dalam
suasana asam. Warna yang dihasilkan akan dianalisa secara spektrofotometri visibel. Intensitas warna dari
kompleks yang terbentuk dibuat sebagai komparator. Hasil penelitian menunjukkan waktu optimum
pembentukan kompleks adalah 5 menit dan pH 2.
Kata kunci: kompleks Besi(III) tiosianat, tes kit, tiosianat

ABSTRACT
Thiocyanate is a compound that can indirectly lead to Iodine Deficiency Disorders (IDD). Determination
of thiocyanate to do with the test kit, based on the colorimetric method based on the formation of the red
complex iron (III) thiocyanate. Complex formation of iron (III) thiocyanate can be done by reacting thiocyanate
(SCN-) with Fe 3+ ions under acidic conditions. The resulting color will be analyzed by visible
spectrophotometry. Color intensity of the complex formed was made as a comparator. The results showed the
optimum time of the complex formation of 5 minutes and pH 2.
Key words: iron (III) thiocyanate complex, tes kit, Thiocyanate

PENDAHULUAN
Tiosianat adalah salah satu senyawa kimia yang dapat mencemari lingkungan dan
bersifat racun jika keberadaannya melebihi ambang batas yang telah ditentukan. Tiosianat
dengan kadar tinggi didalam air dapat mengakibatkan terjadinya keracunan tiosianat seperti
menurunnya selera makan, mual, lemah, penakanan fungsi sumsum tulang, dan kematian [1].
Senyawa tiosianat ini juga berbahaya bagi kehidupan ikan di perairan, karena senyawa ini
menyebabkan sudden death syndrome bagi ikan, penyebab stress dan menguatkan efek
persenyawaan kimia dalam tubuh ikan dalam waktu yang lama [2]. Rekomendasi WHO untuk
konsentrasi tiosianat dalam air minum adalah 100ppm atau setara dengan 1,722 x 10-3M [3].
Tiosianat dalam darah dengan jumlah berlebih merupakan senyawa yang dapat
menghambat sekresi hormon tiroid. Tiosianat akan menempati sisi aktif enzim sehingga I-

188
tidak dapat berinteraksi dengan hormon tiroid. Akibat dari hal tersebut, orang dengan kadar
tiosianat berlebih di dalam tubuhnya dapat mengidap Gangguan Akibat Kekurangan Iodium
atau dapat disebut dengan GAKI. Walaupun di dalam tubuhnya tidak terjadi kekurangan
iodium, namun iodium tidak dapat berekasi dengan enzim sehingga pembentukan hormon
tiroid tidak terjadi. Masalah GAKI di Indonesia masih merupakan masalah yang serius.
Penderita GAKI dapat mengalami pembesaran kelenjar gondok, keterbelakangan
pertumbuhan jasmani dan mental juga ketenisme.
Penentuan Tiosianat umumnya menggunakan metode potensiometri maupun metode
konvensional yaitu metode argentometri (metode Volhard). Metode potensiometri dilakukan
dengan melapiskan membran pada elektroda sehingga beda potensial dapat terukur.
Sedangkan metode argentometri dilakukan berdasarkan reaksi pengendapan. Sampel
diendapkan dengan ion perak, metode ini menggunakan ion Fe3+ sebagai indikator[4].
Namun metode tersebut bersifat rumit sehingga tidak semua orang dapat melakukan metode
tersebut.
Tes kit tiosianat merupakan suatu kit pereaksi yang dengan mudah dapat digunakan
untuk mengidentifikasi adanya tiosianat. Tes kit yang dibuat ini berdasarkan suatu metode
yaitu metode kolorimetri. Metode ini didasarkan pada pembentukkan warna yang akan
menyebabkan intensitas seiring dengan konsentrasi yang dipakai oleh suatu komponen. Tes
kit telah diperjual belikan di pasaran untuk pengujian tiosianat, yang mampu mendeteksi
hingga konsentrasi terkecil 5 ppm. Karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
mendapatkan komparator tes kit tiosianat dengan waktu yang lebih singkat dan interval
konsentrasi yang lebih rendah, sehingga mampu mendeteksi kandungan tiosianat dengan
konsentrasi kecil.

METODOLOGI
Alat dan bahan
Peralatan yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara neraca analitik merk adventrer
Model AR. 2130, gelas kimia, gelas ukur, labu ukur, spatula, pipet tetes, pipet ukur, pipet
volume, kaca arloji, botol semprot, bola hisap, pH meter, spektronik-20 educator dan
komputer.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah: KSCN (Merck),
HNO3 65% (Sigma), FeCl3 (Merck), dan Aquadem.

189
Pengaruh pH
Larutan KSCN 1 ppm dibuat pH 1; 2; 3; 4; 5 dengan cara ditambahkan HNO3.
Kemudian ditambah 0,5 mL FeCl3, dikocok hingga homogen. Larutan kompleks kemudian
diukur absorbansinya menggunakan Spektronik-20 pada panjang gelombang 460 nm. Lama
waktu penambahan FeCl3 sampai pengukuran tidak boleh lebih dari 5 menit.
Optimasi waktu pengukuran
Larutan KSCN 1 ppm ditambah 0,5 mL FeCl3, dikocok hingga homogen. Larutan
kompleks kemudian diukur absorbansinya menggunakan Spektronik-20 pada panjang
gelombang 460 nm pada menit ke 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7.
Pembuatan komparator kolorimetri melalui pembentukan kompleks besi(III) tiosianat
Pembuatan kompleks Fe(SCN)3 dilakukan dengan cara memipet larutan SCN- dengan
berbagai macam konsentri sebanyak 10 mL, dipindahkan ke dalam masing-masing tabung
reaksi. Kemudian ke dalam masing-masing tabung ditambahkan dengan HNO3 pekat sampai
pH larutan mencapai 2, selanjutnya ditambahkan 0,5 mL FeCl3 yang telah dibuat agar
terbentuk kompleks berwarna merah. Larutan dikocok hingga homogen. Larutan kompleks di
foto dan kemudian diukur absorbansinya menggunakan Spektronik-20 pada panjang
gelombang 460 nm. Lama waktu penambahan FeCl3 sampai pengukuran tidak boleh lebih
dari 5 menit. Kompleks Fe(SCN)3 terbentuk dalam waktu 30 detik dan akan pudar jika waktu
pengukuran lebih dari 5 menit. Data absorbansi yang diperoleh dapat dibuat kurva hubungan
antara konsentrasi dengan absorbansi sehingga akan didapatkan persamaan garis garis
regreasi linier : Y = aX + b dengan : Y = absorbansi, a= slop kurva, x =konsentrasi (ppm) , b=
intersep garis.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh pH terhadap pembentukan kompleks besi(III) tiosianat
Hasil penentuan pH optimum pembentukan kompleks besi (III) tiosianat yang
dilakukan pada konsentrasi SCN- 2 ppm untuk mengetahui pH optimum yang dibutuhkan
untuk membentuk kompleks Fe(SCN)3 yang stabil dapat dilihat dalam Gambar 1. Data dalam
Gambar 1 menyatakan bahwa pada pH 1 dan 2 nilai serapan tiosianat memilik harga yang
sama yaitu 0,14. Nilai serapan yang sama menunjukkan bahwa kompleks yang terbentuk
menunjukkan kestabilan pada pH 1 dan 2. Pada pH 3 dan 4 nilai serapan terus meningkat. Hal
tersebut menunjukkan jika pH mempengaruhi kompleks Fe(SCN)3 yang terbentuk. pH
optimum reaksi pembentukan kompleks Fe(SCN)3 yang stabil adalah.

190
Gambar 1. Kurva hubungan antara pH dengan serapan kompleks besi (III) tiosianat
Pengaruh waktu terhadap pembentukan kompleks besi(III) tiosianat
Penentuan waktu pembentukan kompleks bertujuan untuk mengetahui waktu
pembentukan kompleks yang memberikan absorbansi maksimum. Hasil yang diperoleh dapat
dilihat pada Gambar 2.

!
Gambar 2. Kurva hubungan antara waktu dengan serapan kompleks besi(III) tiosianat
Data dalam Gambar 2 menyatakan bahwa pada menit pertama telah terbentuk
kompleks tiosianat yang memberikan serapan sebesar 0,12. Nilai tersebut menurun pada
menit kedua dan kembali meningkat pada menit ketiga. Hal tersebut menunjukkan bahwa
kompleks yang terbentuk belum stabil sehingga nilai serapan tiosianat juga belum stabil. Nilai
serapan maksimal diperoleh saat menit 5 yaitu sebesar 0,23. Sehingga pada pengukuran
selanjutnya digunakan waktu pengukuran saat pembentukan kompleks mencapai menit ke-5.

191
Pembuatan komparator kolorimetri melalui pembentukan kompleks besi(III) tiosianat
Komparator Besi(III) tiosianat dibuat setelah diperoleh kondisi optimum dalam reaksi
pembentukan tiosianat, yaitu pada pH 2. Komparator kolorimetri dibuat dengan pemotretan
kompleks Besi(III) tiosianat yang terbentuk dari tiosianat dengan besi (III) dalam konsentrasi
yang berbeda-beda. Hasil Komparator yang diperoleh ditunjukkan pada Gambar 3, sedangkan
nilai absorbansi yang terukur dapat dilihat pada Tabel 1.

Gambar 3. Komparator Besi(III) tiosianat dengan variasi konsentrasi (dari kiri ke kanan) :
30; 25; 20; 15; 10; 5; 2,5; 1; 0 ppm
Tabel 1 Nilai absorbansi kompleks Besi (III) tiosianat dari berbagai konsentrasi
Konsentrasi SCN- (ppm) Absorbansi (A)
1 0.06
2.5 0.14
5 0.28
10 0.57
15 0.75
20 0.88
25 0.94
30 0.98
Data dalam Tabel 1 menyatakan nilai absorbansi besi(III) tiosianat meningkat dengan
bertambahnya konsentrasi tiosianat. Hasil komparator yang diamati secara visual,
menunjukkan adanya perbedaan intensitas warna yang dihasilkan oleh kompleks pada
masing-masing konsentrasi tiosianat, dimana semakin besar konsentrasi tiosianat maka
semakin merah intensitas warna larutan kompleks besi(III) tiosianat yang dihasilkan.
Tiosianat dengan konsentrasi 1 ppm belum menunjukkan perbedaan intensitas warna yang
dihasilkan oleh larutan blanko. Intensitas warna yang dihasilkan oleh kompleks Fe(SCN)3
dengan konsentrasi 2,5 ppm sudah memberikan perbedaan intensitas warna dengan larutan
blanko, namun perbedaan intensitas tersebut belum cukup besar. Perbedaan intensitas warna
yang nyata baru terlihat pada konsentrasi tiosianat 5 dan 10 ppm, kemudian kenaikan

192
intensitas warna terlihat pada konsentrasi tiosianat 15, 20, 25,dan 30 ppm yang berasal dari
kompleks Fe(SCN)3.
Dengan demikian komparator yang dihasilkan ini memungkinkan untuk dapat
digunakan sebagai kit tiosianat dengan cara membandingkan intensitas warna sampel
tiosianat dengan komparator tiosianat, dimana intensitas warna dari sampel tiosianat yang
tepat sama atau mendekati intensitas warna dari kompleks Besi(III) tiosianat, menunjukkan
kandungan tiosianat yang terdapat dalam sampel. Mengingat penggunaan komparator ini
didasarkan pada pembentukan warna (sesuai pada Gambar 3), maka sampel yang akan
dianalisis harus tidak memiliki warna, karena dapat mengganggu intensitas warna dari
kompleks Besi(III) tiosianat yang dihasilkan. Apabila sampel yang diuji berwarna, maka
terlebih dahulu harus menghilangkan warna pada sampel yang akan dianalisis untuk
mendapatkan hasil analisis yang sempurna.

KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan dihasilkan sebuah komparator warna untuk tes kit
tiosianat. Pembuatan tes kit tersebut memanfaatkan metode kolorimetri yaitu pembentukan
kompleks Fe(SCN)3 yang berwarna merah. Serapan yang dihasilkan oleh kompleks akan
meningkat dengan meningkatnya konsentrasi tiosianat. Pembuatan reagen dilakukan dalam
suasana asam yaitu pH 2 yang merupakan pH optimum pembentukan kompleks. Sedangkan
pengukuran dilakukan saat pembentukan kompleks mencapai menit ke-5 dimana saat waktu
tersebut menunjukkan serapan maksimum.

DAFTAR PUSTAKA
1. Pudjatmaka, A. Handayana, 2002, Kamus Kimia, Balai Pustaka, Jakarta.
2. Moran, R. E., 1999, Cyanide in Mining:Some Observation on The Chemistry. Toxicity
and Analysis of Mining-Related Waters, Hydrogeology, Geochemistry Golden, Colorado,
USA, 5, 7-8, 9-10, 12.
3. Importa, Carlo, R.V. Maraglia and G. Nota, 2002, Determination of Cyanides and
Thiocyanates in Water by Headspace Gas Chromatography with a Nitrogen-Phosphorus
Detector, Elsevier science b.s., 207(1):47-54.
4. Lakhminarayanaiah, N. and T. Jefferson, 1990, Selectivity of Ion-Sensing Electrodes, Ion-
Sensing Electrodes Electrochemical Instrumentation, Santhanam, K. S. V., Editor, World
Scientific Publishing Co. Pte. Ltd, Singapore, 1-49.

193

Anda mungkin juga menyukai