Anda di halaman 1dari 101

Struktur Sel

Artikel ini telah dibaca 5,959 kali

Secara umum suatu sel dapat dibedakan atas bagian-bagian: dinding sel, membran sel, sitosol, dan
organel sel.
1. Dinding sel
Dinding sel hanya ditemui pada sel tumbuhan. Bagian ini disusun oleh selulosa saat sel masih muda,
dan sejalan dengan proses penuaan sel akan mengalami penimbunan lignin (lignifikasi) sehingga
dinding sel menjadi kuat dan liat. Karena alasan inilah dinding sel digunakan untuk melindungi dan
memberi bentuk sel.

Antar dinding sel yang berdekatan ditembus oleh pori kecil yang disebut noktah. Di dalam noktah ini
terdapat pemanjangan sitoplasma yang menembus antar sel dan disebut plasmodesmata, yang berfungsi
sebagai penghantar rangsang antar sel tumbuhan. Lihat gambar berikut.

2. Membran Sel
Bahan utama yang menyusun membran sel adalah lipoprotein, yaitu suatu bahan yang dibentuk oleh
lemak dan protein. Membran sel dibentuk oleh dua lapisan fosfolipid. Protein yang terdapat pada
bagian luar atau bagian dalam lapisan fosfolipid disebut protein perifer atau protein ekstrinsik,
sedangkan protein yang menembus kedua lapisan fosfolipid disebut protein integral atau protein
intrinsik. Pada bagian fosfolipid biasa dijumpai gugus glikolipid, sedangkan pada bagian protein bisa
dijumpai glikoprotein.
Lapisan fosfolipid dibedakan atas bagian ‘kepala’ dan ‘ekor’. Bagian kepala bersifat hidrofil (suka air)
sedangkan bagian ekor bersifat hidrofob (benci air). Itu sebabnya bagian ekor selalu berhadapan karena
di luar dan di dalam sel terdapat cairan ekstraseluler dan intraseluler.
Karena membran sel dibentuk oleh struktur lipoprotein tersebut maka membran sel bersifat selektif
permeabel, sehingga dipergunakan untuk mengatur transpor zat dari dan ke dalam sel. Lihat gambar
berikut.

3. Sitosol/protoplasma
Sitosol atau protoplasma ada dua bagian, yang di dalam sel disebut sitoplasma dan yang ada di dalam
inti disebut nukleoplasma. Sebagai suatu isi sel yang hidup sitosol terdiri dari air (70% – 90%), bahan
organik, dan bahan anorganik. Sehubungan dengan itu sitosol memiliki sifat fisika dan sifat kimia.

Sifat fisika protoplasma


Protoplasma merupakan sistem larutan. Ada tiga macam sistem larutan:

 Solusi : bila dalam larutan diameter zat terlarutnya < 0,0001 mm


 Suspensi : bila dalam larutan diameter zat terlarutnya > 0,1 mm
 Koloid : bila dalam larutan diameter zat terlarutnya antara 0,001 mm sampai 0,1 mm

Bagian yang terbesar dari protoplasma adalah sistem koloid. Sehubungan dengan hal itu protoplasma
dapat mengalami:

 perubahan kekentalan koloid sol ke gel dan sebaliknya. Bila kadar air tinggi koloid bersifat sol,
dan bila kadar air rendah koloid bersifat gel.
 mengalami gerak Brown, suatu gerak acak molekul dalam koloid yang dipengaruhi oleh muatan
listrik, berat jenis, dan suhu.
 mengalami efek Tyndall, suatu proses pemendaran cahaya bila suatu koloid dikenai seberkas
sinar.

Contoh efek Tyndall.


Tabung kiri berwarna
kuning adalah larutan,
sedang sebelah kanan
adalah koloid.
Perhatikan bahwa
seberkas cahaya akan
memendar bila
dilewatkan pada suatu
larutan koloid.
Gambar bawah :
Manakah yang koloid?

Sifat kimia protoplasma


Protoplasma memiliki sifat dan aspek kimia sebagai berikut:

 berdasar analisis abu yang dilakukan oleh Sachs protoplasma disusun oleh unsur-unsur: C, H,
O, N, S, P, K, Ca, Mg, Fe, Na, Cl, dan I
 senyawa anorganik yang menyusun protoplasma antara lain air, asam, misalnya: HNO3, HCl;
basa, misalnya: NaOH, KOH; garam, misalnya: NaCl, MgCl, NaHCO3
 senyawa organik yang menyusun protoplasma adalah karbohidrat, lemak, dan protein.

Organel-organel sel
Artikel ini telah dibaca 35,496 kali
ORGANEL SEL

Suatu sel, baik sel hewan maupun sel tumbuhan, memiliki banyak organel dengan fungsi tertentu. Ada
beberapa perbedaan organel pada sel hewan bila dibandingkan dengan sel tumbuhan. Untuk lebih jelas
perhatikan gambar dan penjelasan berbagai organel sel berikut ini.

Organel-organel sel

Inti (nukleus)
Inti bertugas mengendalikan
semua aktivitas sel mulai
metabolisme hingga
pembelahan sel. Pada sel
eukariotik, inti diselubungi
oleh membran inti
(karioteka) rangkap dua dan
berpori, sedangkan pada sel
prokariotik inti tidak
memiliki membran. Di dalam
inti didapati cairan yang
disebut nukleoplasma,
kromosom yang umumnya
berupa benang kromatin, dan
anak inti (nukleolus) yang
merupakan tempat
pembentukan asam
ribonukleat (ARN).
Retikulum Endoplasma
Organel ini berupa sistem
membran yang berlipat-lipat,
menghubungkan antara
membran sel dengan
membran inti, dan berperan
dalam proses transpor zat
intra sel. Ada dua macam RE
yaitu RE halus dan RE kasar
yang permukaannya
ditempeli banyak ribosom.
Ribosom
Ribosom berfungsi sebagai
tempat sintesis protein dan
merupakan contoh organel
yang tidak bermembran.
Organel ini terutama disusun
oleh asam ribonukleat, dan
terdapat bebas dalam
sitoplasma maupun melekat
pada RE.

Badan Golgi
Organel ini berbentuk seperti
kantong pipih, berfungsi
dalam proses sekresi lendir,
glikoprotein, karbohidrat,
lemak, atau enzim, serta
berfungsi membentuk
lisosom. Karena fungsinya
dalam hal sekresi, maka
badan golgi banyak ditemui
pada sel-sel penyusun
kelenjar.
Lisosom
Berbentuk kantong-kantong
kecil dan umumnya berisi
enzim pencernaan (hidrolisis)
yang berfungsi dalam
peristiwa pencernaan intra
sel. Sehubungan dengan
bahan yang dikandungnya
lisosom memiliki peran
dalam peristiwa:

 pencernaan intrasel:
mencerna materi yang
diambil secara
fagositosis
 eksositosis
:pembebasan sekrit
keluar sel
 autofagi :
penghancuran organel
sel yang sudah rusak
 autolisis :
penghancuran diri sel
dengan cara
melepaskan enzim
pencerna dari dalam
lisosom ke dalam
sel. Contoh peristiwa
ini adalah proses
kematian sel secara
sistematis saat
pembentukan jari
tangan, atau
hilangnya ekor
berudu yang mulai
beranjak dewasa.

Mitokondria
Mitokondria adalah organel
yang berfungsi sebagai
tempat respirasi aerob untuk
pembentukan ATP sebagai
sumber energi sel. Organel
yang hanya dimiliki oleh sel
aerob ini memiliki dua lapis
membran. Membran bagian
dalam berlipat-lipat dan
disebut krista, berfungsi
memperluas permukaan
sehingga proses pengikatan
oksigen dalam respirasi sel
berlangsung lebih efektif.
Bagian yang terletak diantara
membran krista berisi cairan
yang disebut matriks banyak
mengandung enzim
pernafasan atau sitokrom.
Mikrotubulus dan
Mikrofilamen (sitoskeleton)
Mikrotubulus berbentuk
seperti benang silindris,
disusun oleh protein yang
disebut tubulin. Sifat
mikrotubulus kaku sehingga
diperkirakan berfungsi
sebagai ‘kerangka’ sel karena
berfungsi melindungi dan
memberi bentuk sel.
Mikrotubulus juga berperan
dalam pembentukan sentriol,
silia, maupun flagela.
Mikrofilamen mirip seperti
mikrotubulus, tetapi
diameternya lebih kecil.
Bahan yang membentuk
mikrofilamen adalah aktin
dan miosin seperti yang
terdapat pada otot. Dari hasil
penelitian diketahui ternyata
mikrofilamen berperan dalam
proses pergerakan sel,
endositosis, dan eksositosis.
Gerakan Amuba merupakan
contoh peran dari
mikrofilamen.
Sentrosom
Sentrosom merupakan
organel yang disusun oleh
dua sentriole. Sentriole
berbentuk seperti tabung dan
disusun oleh mikrotubulus
yang terdiri atas 9 triplet,
terletak di dekat salah satu
kutub inti sel. Sentriole ini
berperan dalam proses
pembelahan sel dengan
membentuk benang spindel.
Benang spindel inilah yang
akan menarik kromosom
menuju ke kutub sel yang
berlawanan.
Vakuola
Merupakan rongga yang
terbentuk di dalam sel, dan
dibatasi membran yang
disebut tonoplas. Pada
tumbuhan vakuola berukuran
sangat besar dan umumnya
termodifikasi sehingga berisi
alkaloid, pigmen anthosianin,
tempat penimbunan sisa
metabolisme, ataupun tempat
penyimpanan zat makanan.
Pada sel hewan vakuolanya
kecil atau tidak ada, kecuali
hewan bersel satu. Pada
hewan bersel satu terdapat
dua jenis vakuola yaitu
vakuola makanan yang
berfungsi dalam pencernaan
intrasel dan vakuola
kontraktil yang berfungsi
sebagai osmoregulator.
Plastida
Merupakan organel yang
umumnya berisi pigmen.
Plastida yang berisi pigmen
klorofil disebut kloroplas,
berfungsi sebagai organel
utama penyelenggara proses
fotosintesis. Kromoplas
adalah plastida yang berisi
pigmen selain klorofil,
misalkan karoten, xantofil,
fikoerithrin, atau fikosantin,
dan memberikan warna pada
mahkota bunga atau warna
pada alga. Plastida yang tidak
berwarna disebut leukoplas,
termodifikasi sedemikian
rupa sehingga berisi bahan
organik. Ada beberapa
macam leukoplas berdasar
bahan yang dikandungnya:
amiloplas berisi amilum,
elaioplas (lipoplas) berisi
lemak, dan proteoplas berisi
protein.
Peroksisom atau Badan
Mikro
Peroksisom merupakan
kantong kecil yang berisi
enzim katalase, berfungsi
menguraikan peroksida
(H2O2) yang merupakan sisa
metabolisme yang bersifat
toksik menjadi air dan
oksigen. Organel ini banyak
ditemui pada sel hati.
Glioksisom adalah badan
mikro pada tumbuhan,
berperan dalam proses
pengubahan senyawa lemak
menjadi sukrosa.

Jaringan pada tumbuhan (1) : Jaringan meristem


Artikel ini telah dibaca 12,230 kali

[tab:Hal 1]BMC – Pada prinsipnya jaringan pada tumbuhan dapat dibedakan menjadi dua macam
yaitu jaringan meristem dan jaringan dewasa.

1. Jaringan Meristem

Jaringan meristem adalah jaringan muda yang selalu membelah membentuk jaringan yang lain.
Jaringan ini terdiri atas jaringan embrional yang belum mengalami diferensiasi. Ada dua jenis
jaringan meristem, yaitu meristem primer dan meristem sekunder. Meristem primer banyak terdapat
pada ujung akar dan ujung batang, dan digunakan untuk pertumbuhan primer (pertumbuhan
memanjang). Yang dimaksud meristem sekunder adalah kambium yang berfungsi untuk pertumbuhan
sekunder (pertumbuhan membesar).

Jaringan meristem
Contoh pertumbuhan sekunder adalah semakin besarnya diameter batang pada tumbuhan dikotil karena
aktivitas pembelahan kambium. Kambium membelah ke arah dalam membentuk pembuluh xilem yang
berfungsi mengangkut air dan mineral dari tanah ke daun. Sedangkan pembelahan kambium ke arah
luar akan menghasilkan pembuluh floem yang berfungsi mengangkut hasil fotosintesis dari daun ke
seluruh tubuh tanaman. Kelak xilem inilah yang menjadi kayu, dan floem menjadi kulit kayu. Jadi bisa
dikatakan bahwa kayu berfungsi mengangkut air dan mineral, sedangkan kulit kayu berfungsi
mengangkut hasil fotosintesis. (Semoga gak bingung )

Nah, ternyata kecepatan pembelahan kambium ke arah dalam membentuk xilem lebih cepat daripada
pembelahan ke luar membentuk floem. Ini menyebabkan kayu selalu lebih tebal daripada kulit kayu.
Karena pembentukan xilem (kayu) lebih cepat, akibatnya kulit terdesak dari dalam, dan berakibat
terjadinya luka karena kulit kayu menjadi pecah-pecah. Untuk menutup luka karena pecahnya kulit
kayu terbentuklah jaringan gabus yang dibentuk dari kambium gabus. Masalahnya jaringan gabus
bersifat kedap udara dan kedap air. Padahal batang tumbuhan memerlukan pertukaran gas. Untuk
mengatasi masalah tersebut terbentuklah lentisel yang berupa lubang-lubang kecil pada batang untuk
melakukan pertukaran gas.
[tab:Hal 2]
Jaringan kambium berada di antara xilem dan
floem. Kesatuan xilem dan floem tersebut
dinamakan fasis (ikatan pembuluh) yang bertipe
kolateral terbuka karena di tengahnya terdapat
kambium.

Beginilah bentuk sebenarnya jaringan kambium


Lentisel merupakan pori kecil pada batang yang
digunakan sebagai jalan pertukaran gas

Kayu selalu lebih tebal daripada kulitnya, karena


pertumbuhan xilem yang lebih cepat. Perhatikan
lingkaran tahunnya.

Proses pembentukan xilem oleh kambium ternyata dipengaruhi oleh musim. Saat musim hujan
pembuluh xilem yang dibentuk berukuran besar, dan berangsur-angsur mengecil ketika musim
kemarau. Ini menyebabkan terbentuknya lingkaran-lingkaran konsentris pada kayu yang disebut
lingkaran tahun yang digunakan untuk memperkirakan umur tanaman. Perhatikan gambar di atas.

Jaringan pada tumbuhan (2) : Jaringan dewasa


Artikel ini telah dibaca 7,148 kali

Posting ini merupakan lanjutan dari jaringan pada tumbuhan tentang jaringan meristem. Jika belum
membaca tentang jaringan meristem pada tumbuhan, silahkan buka Jaringan pada tumbuhan (1) :
Jaringan meristem.

Jaringan dewasa pada tumbuhan dulu juga berasal dari jaringan meristem, tetapi telah mengalami
pertumbuhan dan diferensiasi sehingga menjadi jaringan lain dengan fungsi yang berbeda.

Berikut ini penjelasan tentang jaringan dewasa pada tumbuhan


2. Jaringan dewasa

a. Jaringan epidermis
Jaringan epidermis selalu terdapat pada bagian luar, sering termodifikasi diantaranya menjadi stomata.

Jaringan ini terdapat di permukaan organ tubuh, yaitu akar, batang, daun, atau organ lain. Pada
prinsipnya semua organ tubuh tanaman memiliki jaringan epidermis pada permukaan luarnya.

Sifat, bentuk, dan fungsi jaringan epidermis:

 Bentuknya seperti balok, dan tersusun sangat rapat. Umumnya tidak mempunyai klorofil, kecuali pada
epidermis daun paku, sehingga pada tempat ini tidak dapat berlangsung fotosintesis.
 Berfungsi sebagai pelindung jaringan di bawahnya, untuk itu sering ditambah lagi dengan lapisan lilin
(kutikula), dan pada batang dilapisi dengan gabus, kecuali pada lentisel.
 Karena fungsinya sebagai pelindung, kadang-kadang jaringan mengadakan modifikasi, misalnya
berubah bentuk menjadi duri, atau rambut daun
 Pada beberapa tempat, epidermis daun berubah bentuk sebagai stoma (mulut daun), di sini sel
epidermis mempunyai klorofil.

b. Jaringan parenkim (jaringan dasar)

Jaringan parenkim mengisi semua bagian tumbuhan karena itu sering disebut jaringan dasar.

Jaringan parenkim disebut juga jaringan dasar, oleh karena itu jaringan ini selalu terdapat di antara
jaringan yang lain. Sel-selnya besar, letaknya jarang dan kaya akan ruang antar sel, dan memiliki
organel sel yang lengkap. Karena ciri tersebut, parenkim memiliki sifat yang disebut totipotensi dan
digunakan sebagai dasar teknik kultur jaringan

Seperti juga jaringan yang lain, parenkim juga mengalami modifikasi sehingga memiliki bentuk dan
fungsi yang beragam, di antaranya sebagai berikut:

 Parenkim palisade (parenkim pagar/jaringan tiang), mempunyai klorofil, sehingga pada bagian ini dapat
berlangsung fotosintesis
 Parenkim spons (parenkim bunga karang), merupakan tempat menyimpan hasil fotosintesis untuk
sementara waktu
 Pada batang dan akar terdapat parenkim kayu dan parenkim kulit.
 Pada parenkim kulit sering ditemukan sel-sel yang mengandung klorofil yang disebut klorenkim.

c. Jaringan penyokong / penunjang

Jaringan ini berfungsi untuk memperkuat berdirinya tubuh tumbuhan, atau memperkuat bagian
tumbuhan. Yang termasuk jaringan ini ialah:

 Jaringan kolenkim. Serupa dengan parenkim, tetapi dindingnya mengalami penebalan dari zat selulosa
terutama di bagian sudut-sudut selnya.

 Jaringan sklerenkim. Sel-selnya mengalami penebalan dari zat lignin (zat kayu). Jaringan sklerenkim
yang pendek disebut sklereid, sedangkan yang panjang disebut serat.

d. Jaringan gabus
Pada tumbuhan berkeping dua (dikotil), jaringan gabus ini dibentuk oleh kambium gabus (felogen).
Fungsi utamanya adalah untuk melindungi jaringan di bawahnya ataupun untuk melindungi organ
tubuh agar tidak kehilangan air terlalu banyak.

e. Jaringan pengangkut

Jaringan pengangkut pada tumbuhan terdiri atas:

 Xilem (pembuluh kayu). Sel-selnya mati dan berlapiskan zat lignin. Dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
trakeid dan trakea. Trakeid berciri sekat antarselnya berpori, dan trakea apabila sekatnya tidak jelas.
Fungsinya untuk mengangkut air dan garam-garam mineral dalam tanah dari akar ke daun.

Penampang melintang xilem

 Floem (pembuluh kulit kayu = pembuluh tapis ). Di sebelah luarnya pembuluh floem terdapat sel-sel
yang masih hidup yang disebut sel-sel pengiring (companion cell). Floem berfungsi untuk mengangkut
hasil fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tubuh. Persatuan antara xilem dan floem akan
membentuk ikatan pembuluh (fasis).
Beginilah bentuk floem

Jaringan pada hewan dan manusia


Artikel ini telah dibaca 22,737 kali

Biologi Media Centre – Jaringan adalah kumpulan sel yang memiliki bentuk dan struktur yang sama
untuk fungsi tertentu. Ilmu yang mempelajari jaringan disebut histologi. Pada hewan dan tumbuhan
bersel banyak yang berkembang biak secara seksual, zigot yang merupakan hasil fertilisasi akan
membelah berulang kali, dan akan menghasilkan jaringan embrional atau jaringan meristem pada
tumbuhan. Dalam pembelahan itu sel-selnya akan mengalami perubahan bentuk maupun fungsi. Proses
inilah yang disebut spesialisasi. Dari jaringan embrional selanjutnya dapat dibentuk jaringan-jaringan
lain. Perubahan bentuk dan susunan jaringan embrional menjadi jaringan jaringan lain disebut proses
diferensiasi.

Jaringan pada hewan dan manusia


Jaringan hewan dan manusia umumnya sama, terdiri atas: jaringan epithel, jaringan otot, jaringan
saraf, jaringan penguat, dan jaringan lemak.

1. Jaringan Epithel

Jaringan epithel adalah jaringan yang melapisi permukaan tubuh atau organ tubuh, baik permukaan
dalam maupun permukaan luar. Epithel yang melapisi permukaan dalam dari saluran disebut
endotelium. Jaringan epithel ini pun bermacam-macam dilihat dari bentuk, susunan, dan fungsinya.
a. Berdasarkan bentuk dan susunannya

 Epithel berlapis tunggal, terdiri atas:


o Epithel pipih berlapis tunggal: misalnya, epithel peritornium dan epithel pembuluh darah.
o Epithel kubusberlapis tunggal: terdapat pada kelenjar ludah dan kelenjar tiroid.
o Epithel silindris berlapis tunggal: misalnya terdapat pada ventrikulus (lambung) dan intestinum
(usus).
 Epithel berlapis banyak, terdiri atas:
o Epithel pipih berlapis banyak: misalnya, yang melapisi rongga mulut dan rongga hidung
o Epithel silindris berlapis banyak: misalnya epithel yang terdapat pada kerongkongan
o Epithel kubus berlapis banyak: misalnya epithel yang membentuk kelenjar
 Epithel silindris bersilia: misalnya, yang melapisi saluran pernapasan (trakhea) dan saluran sperma
 Epithel transisional: misalnya epithel yang melapisi bagian dalam kandung kemih.

b. Berdasarkan fungsinya

1. Sebagai pelindung/proteksi: epithel yang berperan sebagai penutup sekaligus sebagai pelindung
jaringan yang terdapat di sebelah bawahnya.
2. Sebagai kelenjar:
o Kelenjar eksokrin: menghasilkan getah yang dialirkan melalui saluran, misalnya: kelenjar
keringat dan kelenjar air liur.
o Kelenjar endokrin/kelenjar buntu: menghasilkan getah yang langsung dialirkan ke darah secara
difusi. Misalnya, kelenjar adrenal, kelenjar tiroid, dan lain-lain.
3. Penerima rangsangan (reseptor); misalnya, epithel yang terdapat di sekitar indera. Epithel yang
bertugas menerima rangsangan disebut epithel sensori/neuroepitelium.
4. Pintu gerbang lalu-lintas zat. Sebagai contoh:


o epithel pada alveolus untuk masuk/keluarnya CO2.
o epithel usus untuk pemasukan sari makanan.
o epithel nefron untuk lewatnya urine primer.
2. Jaringan Otot

Jaringan otot adalah kumpulan sel otot yang berfungsi melakukan gerak pada berbagai bagian tubuh.
Di dalamnya terdapat protein kontraktil yang membuat otot dapat berkontraaksi. Bentuknya panjang-
panjang dan mengandung serabut-serabut halus yang disebut miofibril. Biasanya jaringan otot
dibedakan menjadi tiga macam: otot polos, otot lurik, dan otot jantung. Otot lurik dan otot jantung
lebih banyak mengandung protein kontraktil dibandingkan dengan otot polos.

a. Otot polos.

Tersusun atas sel-sel berbentuk kumparan halus, masing-masing dengan satu nukleus di tengah,
berbentuk oval dan mempunyai fibril-fibril homogen. Sel-sel tersebut tersusun atas lapisan-lapisan
yang diikat dengan jaringan ikat fibrosa. Biasanya terdapat pada alat-slat dalam tubuh hewan
vertebrata, misalnya pada dinding saluran pencernaan, pembuluh darah, dan sebagainya.

b. Otot lurik (otot rangka)


Disebut juga otot seran lintang. Jaringan otot lurik terdiri atas susunan serabut otot yang disebut fibril.
Fibril tersusun atas miofibril. Sel otot berkumpul membentuk kumpulan sel, yang selanjutnya bersatu
membentuk otot atau daging. Miofibril diselubungi oleh retikulum sarkoplasma. Serabut otot tersusun
atas aktin dan miosin. Jenis otot ini bekerja di bawah pengaruh kesadaran, sehingga disebut otot
volunter.

c. Otot jantung (miokardium)

Juga terdiri atas serabut otot seran lintang, tetapi antara sel-sel yang berdampingan, membran selnya
beranyaman membentuk percabangan. Hubungan percabangan semacam ini disebut cakram interkalar.
Otot jantung disebut juga otot lurik involunter.
3. Jaringan Saraf

Inilah foto mikroskopis sebuah neuron yang sebenarnya


Gambar sebuah sel saraf (neuron). Perhatikan bagian-bagiannya.

Jaringan saraf dibentuk oleh sel-sel saraf atau neuron. Satu neuron dibentuk oleh badan sel, dendrit, dan
akson. Dendrit berfungsi menerima rangsang dari neuron lain, dan akson berfungsi meneruskan
rangsang tersebut ke neuron berikutnya. Ujung neuron yang satu dengan ujung neuron lainnya saling
berhubungan. Hubungan antara ujung-ujung neuron ini disebut sinapsis. Pada bagian-bagian tertentu
dari akson, selaput mielin menggenting, disebut nodus Ranvier.

Ada tiga macam jenis neuron:

 neuron sensorik, meneruskan rangsang dari reseptor (indera) ke otak


 neuron motorik, meneruskan rangsang dari otak ke efektor (otot atau kelenjar), dan
 neuron konektor, meneruskan rangsang antar neuron, umumnya berperan dalam gerak refleks
(neuron ini sering juga disebut neuron ajustor atau interneuron)

4. Jaringan penguat / penyokong

Yang termasuk jaringan penguat (penunjang) ialah jaringan ikat, jaringan tulang, jaringan tulang
rawan, serta jaringan darah dan getah bening yang merupakan jaringan ikat istimewa.

a. Jaringan ikat

Jaringan ikat longgar Jaringan ikat padat

Yaitu jaringan yang tersusun atas sel-sel yang tidak begitu rapat, dan di antaranya terdapat matriks atau
zat sela. Bila matriksnya longgar, maka jaringan itu disebut jaringan ikat longgar. Bila matriksnya rapat
dan sedikit mempunyai lubang yang sempit, maka disebut jaringan ikat padat.
b. Jaringan tulang keras

Penampang melintang mikroskopis jaringan tulang keras

Skema penampang melintang tulang keras

Tersusun atas sel-sel tulang atau osteon. Matriksnya banyak mengandung zat perekat kolaagen dan zat
kapur (CaC03) yang menyebabkan tulang menjadi keras. Berdasarkan susunan matriksnya, jaringan
tulang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

 jaringan tulang kompak/keras, apabila matriksnya rapat


 jaringan tulang spons, apabila matriksnya berongga
c. Jaringan tulang rawan (kartilago)

Terdiri atas sel-sel yang banyak mengeluarkan matriks atau zat serta yang disebut kondrin. Jaringan
tulang rawan pada anak berasal dari jaringan ikat embrional (mesenkim). Sedangkan tulang rawan pada
orang dewasa dibentuk oleh selaput tulang rawan (perikondrium) yang banyak mengandung sel
membentuk tulang rawan atau kondroblast. Jaringan tulang rawan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:

 kartilago hialin, apabila matriksnya jernih dan transparan. Contohnya antara lain yang terdapat pada
ujung tulang rusuk yang melekat pada tulang dada dan pada tulang rawan trakea.

 kartilago elastis, apabila matriksnya sedikit keruh kekuning-kuningan serta banyak mengandung
serabut kolagen yang berstruktur jala. Contohnya antara lain: pada dinding saluran pernafasan dan
pada daun telinga luar.

 kartilago fibrosa, apabila matriksnya keruh dan gelap, serta serabut kolagennya membentuk satu
berkas dan tersusun sejajar. Contohnya antara lain terdapat pada perlekatan ligamen-ligamen tertentu
ke tulang.
d. Jaringan darah dan getah bening (limfe)

Inilah bentuk eritrosit, bentuknya bikonkaf

Sel darah putih sedang melawan bakteri berbentuk basil Darah putih menyerang bakteri bertentuk coccus

Inilah berbagai bentuk darah putih:


- limfosit
- monosit
- basofil
- eosinofil
- neutrofil

Jaringan darah dan getah bening dianggap sebagai jaringan penguat istimewa, karena terdiri atas sel-
sel darah yang terendam di dalam suatu cairan yang dianggap sebagai matriksnya.
5. Jaringan Lemak

Bentuk jaringan lemak (adiposa). Gambar di atas merupakan contoh lemak putih.

Terdiri atas sel-sel lemak yang berisi tetes-tetes lemak. Umumnya terdapat di bawah kulit yang
berfungsi sebagai bantalan lemak, juga merupakan cadangan makanan dan berfungsi sebagai pelindung
jaringan-jaringan di bawahnya.

BAB IV. SISTEM GERAK

Sistem gerak pada manusia (1) : Tulang


Artikel ini telah dibaca 16,299 kali

Alat gerak pada manusia dan hewan tingkat tinggi adalah


tulang dan otot. Tulang disebut alat gerak pasif, sedangkan
otot disebut alat gerak aktif karena kemampuannya
berkontraksi sehingga dapat menggerakkan tulang. Posting
kali ini membahas dengan singkat mengenai Sistem gerak
pada manusia : Tulang dan Otot.

Tulang

Tulang-tulang dalam tubuh manusia menyusun suatu sistem


kerangka. Tulang-tulang yang menyusun rangka mempunyai
struktur yang beraneka ragam, sesuai dengan fungsinya.
Secara umum fungsi rangka adalah:

 menegakkan tubuh
 sebagai alat gerak pasif
 tempat melekatnya otot-otot rangka
 melindungi alat-alat yang vital seperti otak, jantung,
paru-paru dan lain sebagainya
 tempat pembentukan sel-sel darah
 tempat deposit kalsium dan fosfat

Macam-macam Tulang

Tulang dapat dibedakan atas beberapa macam, baik


berdasarkan jenisnya maupun berdasarkan bentuknya.
Berdasarkan jenisnya, tulang dapat dibedakan menjadi 2,
yaitu:

Tulang rawan (kartilago)


Tulang rawan (kartilago) terdiri atas sel-sel tulang rawan (kondrosit) yang mengeluarkan matriks
yang disebut kondrin. Tulang rawan bersifat bingkas atau lentur. Tulang rawan pada anak berbeda
dengan tulang rawan pada orang dewasa, karena tulang rawan pada anak berasal dari mesenkim dan
lebih banyak mengandung sel tulang, sedangkan pada orang dewasa berasal dari perikondrium
(selaput tulang rawan) yang mengandung calon sel tulang rawan (kondroblas).

Tulang keras / sejati (osteon)

Tulang keras dibentuk oleh sel-sel tulang keras (osteosit) yang mengeluarkan matriks yang
mengandung senyawa kapur dan fosfat. Penimbunan senyawa ini dalam matriks menyebabkan tulang
menjadi keras. Osteosit yang meyusun tulang keras menempati suatu bagian yang disebut lakuna.
Lakuna ini dihubungkan dengan lakuna-lakuna lain oleh suatu saluran kecil yang disebut kanalikuli.
Lakuna yang berisi osteosit ini membentuk suatu struktur konsentris yang berpusat pada bagian tengan
yang disebut saluran Havers. Pada saluran ini terdapat sistem saraf dan pembuluh darah yang bertugas
mensuplai oksigen dan nutrisi bagi osteosit.

Berdasar matriksnya dikenal dua macam tulang, yaitu:

 tulang keras atau tulang kompak, bila matriks tulang rapat dan padat, misalnya:tulang pipa
 tulang spons, bila matriksnya berongga, misalnya: tulang pendek, tulang pipih

Berdasarkan bentuknya tulang dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:


 tulang pipa, misalnya tulang paha, tulang betis, tulang kering, tulang hasta, dan tulang pengumpil
 tulang pipih, misalnya tulang rusuk, tulang belikat, dan tulang tengkorak
 tulang pendek, misalnya tulang pangkal lengan, tulang pangkal kaki, dan ruas-ruas tulang belakang

Osifikasi (proses penulangan)

Tulang pipa terbagi atas tiga bagian, yaitu bagian ujung disebut epifise, bagian tengahnya yang
tersusun atas tulang keras disebut diafise, dan antara diafise dan epifise terdapat cakra epifise, yang
terdiri atas tulang rawan dan banyak mengandung osteoblas (calon osteosit). Pada orang yang masih
dalam pertumbuhan bagian inilah yang dapat bertambah panjang. Di dalam tulang pipa terdapat
rongga. Rongga ini terjadi karena aktivitas osteoklas yang berfungsi merombak sel-sel tulang.
Selanjutnya rongga itu berisi sumsum tulang. Sumsum ini berwarna kuning, yang merupakan campuran
antara lemak dan sumsum merah.

Osifikasi adalah proses perubahan tulang rawan menjadi tulang keras. Rangka manusia telah terbentuk
pada akhir bulan kedua, atau awal bulan ketiga pada waktu perkembangan embrio. Yang mula-mula
terbentuk adalah tulang rawan. Kartilago berasal dari jaringan ikat embrional atau mesenkim. Di dalam
kartilago terdapat rongga yang mengandung osteoblas. Peristiwa pengerasan tulang ini urutannya
sebagai berikut:

1. tulang rawan pada embrio banyak mengandung osteoblas, terutama pada bagian tengah epifise dan
bagian tengah diafise serta pada jaringan ikat pembungkus tulang rawan
2. osteoblas kemudian akan membentuk osteosit, (sel-sel tulang keras), yang tersusun melingkar
membentuk suatu sistem Havers, yang banyak mengandung pembuluh darah serta serabut saraf
3. osteosit mensekresikan zat protein yang akan menjadi matriks tulang, dan setelah mendapatkan
tambahan senyawa Ca dan P, maka tulang akan mengeras
4. terjadinya penulangan pada bagian epifise dan diafise akan
menyebabkan terbentuknya daerah antara yang tidak mengalami
penulangan yang disebut cakra epifise yang berupa tulang rawan yang
banyak mengandung osteoblas
5. bagian cakra epifise terus mengalami penulangan, sehingga bagian
inilah yang dapat menyebabkan tulang tumbuh memanjang
6. di bagian tengah tulang pipa terdapat osteoklas yang merombak sel-sel
tulang yang telah terbentuk, sehingga terbentuk rongga yang berisi
sumsum tulang

Hubungan Antartulang (Artikulasi)

Tulang-tulang di dalam tubuh ada yang saling berhubungan dengan erat


ada pula yang tidak. Hubungan antartulang ini disebut artikulasi.
Hubungan antara tulang yang satu dengan lainnya (persendian tulang)
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sinartrosis dan diartrosis.

 Sinartrosis, yaitu hubungan antartulang yang tidak memungkinkan


adanya gerak. Pada jenis artikulasi ini penghubungnya adalah jaringan
ikat yang kelak akan mengalami osifikasi. Misalnya hubungan antar
tulang tengkorak (sutura)
 Amfiarthrosis yaitu hubungan antartulang yang memungkinkan sedikit gerak karena antartulang
dihubungkan oleh tulang rawan. Misalnya ruas tulang belakang (vertebrae) dan hubungan antara
tulang belakang dengan tulang rusuk.
 Diartrosis, yaitu hubungan antartulang yang memungkinkan timbulnya gerak, sering disebut dengan
sendi.

Macam-macam hubungan diartrosis:

1. Sendi kaku, kedua ujung tulang agak rata, sehingga menghasilkan gerakan geser dan tidak berporos.
Contohnya,hubungan antartulang karpal (tulang pergelangan kaki).
2. Sendi engsel, ujung tulang yang bergerak membentuk lekukan. Gerakan ini berporos satu. Misalnya,
hubungan tulang pada siku, lutut dan ruas antar jari.
3. Sendi ovoid, di mana kedua ujung tulang yang satu berbentuk oval, dan masuk ke dalam suatu lekuk
yang berbentuk elips. Misalnya, persendian antara pergelangan tangan dan tulang pengumpil. Sendi ini
memungkinkan berporos dua dengan gerak ke kiri dan ke kanan, maju-mundur dan muka-belakang.
4. Sendi putar, ujung tulang yang satu dapat mengitari ujung tulang yang lain. Gerakan ini memungkinkan
adanya gerakan rotasi yang berporos satu. Misalnya, hubungan antara tulang kepala dan tulang atlas.
5. Sendi pelana, kedua ujung tulang membentuk sendi pelana berporos dua. Misalnya, hubungan antara
ruas jari tangan dengan tulang tapak tangan.
6. Sendi peluru (endartrosis), apabila ujung tulang yang satu berbentuk bonggol masuk ke tulang yang
berbentuk cekungan. Hubungan ini berporos tiga. Misalnya, tulang lengan atas dengan tulang belikat,
tulang paha dengan tulang pinggul.

Sistem gerak pada manusia (2) : Otot


Artikel ini telah dibaca 8,737 kali

Otot
Ini bagian kedua mengenai sistem gerak pada manusia. Yang pertama mengenai tulang bisa dilihat di
sini.

Otot disebut juga alat gerak aktif karena memiliki kemampuan berkontraksi sehingga dapat
menggerakkan tulang. Sifat otot ada tiga yaitu: kontraktibilitas (kemampuan memendek), elastisitas
(kemampuan kembali ke bentuk semula), dan ekstensibilitas (kemampuan memanjang).

Setiap otot memiliki dua atau lebih tendon (ujung otot). Tendon yang melekat pada tulang yang
bergerak disebut insersio, sedang yang melekat pada tulang yang tidak bergerak disebut origo.

Otot dibungkus oleh selaput yang disebut fasia superfisialis, sebenarnya disusun oleh kumpulan
serabut otot yang dibungkus oleh selaput fasia propia. Satu serabut otot dibungkus oleh selaput
sarkolemma, dan dibentuk oleh banyak miofibril. Satu miofibril disusun oleh banyak sarkomer
dimana tiap sarkomer tersusun dari aktin dan miosin.
Beginilah struktur otot manusia

Rangsang yang datang dari otak akan diteruskan ke otot oleh asetilkolin, suatu zat yang berfungsi
menghantarkan rangsang (impuls). Rangsang yang tiba di otot akan menyebabkan terbentuknya ikatan
antara aktin dan miosin membentuk aktomiosin. Bila terbentuk aktomiosin, otot akan memendek
(berkontraksi) sehingga dapat menggerakkan tulang.
Arah gerak otot

Otot-otot yang menimbulkan arah gerak yang berlawanan disebut otot antagonis. Arah gerakan yang
antagonis dapat berupa:

 ekstensor (meluruskan) x fleksor (membengkokkan)


 abduktor (menjauhi badan) x adduktor (mendekati badan)
 depresor (menurunkan) x elevator (mengangkat)
 supinasi (menengadah) x pronasi (menelungkup)

Contoh otot antagonis adalah otot bisep (otot ber-origo dua) dan otot trisep (otot ber-origo tiga).

Otot-otot yang bekerjasama untuk menimbulkan suatu gerak searah disebut otot sinergis. Contoh gerak
sinergis adalah gerak pronasi (menelungkupkan telapak tangan) yang timbul karena kerjasama otot
pronator teres dan pronator kuadratus.

Energi untuk kontraksi otot

Energi untuk kontraksi otot diperoleh dari penguraian ATP (Adenosin trifosfat). Sewaktu kontraksi
ATP terurai menjadi ADP (Adenosin difosfat) dan melepaskan energi yang digunakan untuk
mengikatkan aktin dan miosin. Selanjutnya ADP masih dapat dipecah lagi menjadi AMP dan
melepaskan energi. Bila ATP dan ADP dalam otot telah habis, maka otot tidak mampu lagi
berkontraksi. Untuk dapat berkontraksi kembali maka ATP harus dibentuk lagi.

Energi untuk membentuk kembali ATP berasal dari hasil penguraian glikogen. Glikogen akan diubah
dulu menjadi laktasidogen lalu diubah menjadi glukosa (bentuk gula yang larut dalam darah). Glukosa
akan dioksidasi secara aerob dan menghasilkan energi untuk mengikatkan gugus P pada ADP sehingga
terbentuk ATP yang siap kembali digunakan untuk sumber energi bagi kontraksi otot. Proses respirasi
aerob ini dilepaskan CO2 dan H2O.

Bila otot bekerja amat keras diperlukan banyak ATP yang tidak bisa tercukupi dengan respirasi aerob
saja. Untuk itu selain respirasi aerob, juga berlangsung respirasi anaerob dimana glukosa dipecah
tanpa oksigen menghasilkan energi dan CO2 dengan hasil samping asam laktat yang menyebabkan
lelah dan linu pada otot.

Kelainan dan gangguan pada sistem gerak

Tulang sebagai organ tubuh sering mengalami gangguan ataupun kelainan. Kelainan ini dapat
disebabkan oleh serangan kuman, kekurangan zat, hormon, vitamin, atau karena sebab-sebab lain.

 Arthritis eksudatif, infeksi sendi oleh kuman (gonorhoeo atau sifilis)


 Arthritis sika, berkurangnya minyak sendi, sehingga seakan-akan sendi menjadi kering. Pada
waktu sendi digerakkan, sendi seperti berderik dan menimbulkan rasa nyeri
 Memar, terjadi karena sobeknya selaput sendi. Bila sobeknya selaput sendi ini diikuti oleh
lepasnya ujung tulang dari sendi maka disebut urai sendi
 Layuh semu, adalah keadaan di mana tulang tidak bertenaga. Hal ini misalnya disebabkan oleh
infeksi sifilis pada anak sejak dalam kandungan. Infeksi ini menyebabkan rusaknya cakra
epifise, sehingga tulang menjadi layuh.
 Fraktura / fisura, adalah patah / retaknya tulang. Dibedakan menjadi dua, yaitu patah tulang
terbuka dan patah tulang tertutup. Patah tulang tertutup terjadi apabila tulang yang patah tetap
terlindungi oleh otot dan kulit. Sedang patah tulang terbuka terjadi apabila tulang yang patah,
merobek otot dan kulit sehingga mencuat ke permukaan
 Nekrosa, adalah matinya sel tulang. Biasanya hal ini disebabkan oleh kerusakan periosteum
(selaput pembungkus tulang keras) yang bertugas menumbuhkan tulang.
 Gangguan pada ruas-ruas tulang belakang (vertebrae), jika ruas-ruas tulang belakang dilihat dari
samping tampak terlalu bengkok ke depan disebut lordosis, dan bila terlalu bengkok ke
belakang disebut kifosis, dan bila ruas-ruas tulang belakang bengkok ke samping disebut
skoliosis.

BAB. SISTEM TRANSPORTASI

Sistem transportasi pada Invertebrata


Berikut ini adalah berbagai macam sistem peredaran pada mikroorganisme dan invertebrata.

Protozoa (protista mirip hewan)

Tubuh protozoa hanya terdiri atas satu sel. Oleh sebab itu, seluruh proses hidupnya termasuk
transportasi dilaksanakan oleh sel itu sendiri. Oksigen yang diperlukan diserap melalui seluruh
permukaan tubuhnya, selanjutnya akan menyebar ke seluruh tubuh dengan cara difusi di dalam
sitoplasma. Zat makanan dicerna dan diedarkan oleh vakuola makanan. Proses peredaran zat seperti ini
misalnya pada Paramaecium dan Amoeba.
Paramecium caudatum dan Amoeba proteus

Coelenterata

Pada invertebrata yang belum memiliki sistem peredaran khusus, misalnya Hydra, transportasinya
dilakukan oleh sistem gastrovaskuler, yakni saluran pencernaan yang berfungsi sekaligus sebagai alat
peredaran. Saluran pencernaan pada Hydra bercabang-cabang dan bercabang-cabang lagi ke semua
bagian tubuh. Percabangan ini menyebabkan permukaan dalam saluran pencemaan semakin luas,
sehingga saluran ini akan lebih efisien dalam melakukan penyerapan zat sekaligus mengantarkan zat
yang diserapnya ke seluruh jaringan tubuh. Dengan demikian, walaupun pada hewan ini tidak terdapat
sistem peredaran khusus, zat yang diserap oleh saluran pencernaan akan dapat mencapai seluruh
jaringan tubuh.
Hydra viridis. Kanan: skesta penampang tubuh Hydra

Serangga

Alat peredaran darah serangga, misalnya belalang, terdiri atas jantung pembuluh dan pembuluh darah.
Bila jantung pembuluh berdenyut, darah akan terpompa ke arah depan melalui aorta. Selanjutnya darah
akan beredar bebas ke seluruh tubuh tanpa melalui pembuluh pembuluh darah. Itulah sebabnya sistem
peredaran darah pada serangga disebut sistem peredaran darah terbuka.
Pembagian tubuh belalang. Perhatikan jantung pembuluhnya (heart).

Struktur jantung pembuluh pada belalang. Darah yang dipompa jantung keluar dari dalam pembuluh darah
(peredaran terbuka). Darah yang beredar langsung diluar pembuluh ini sering disebut hemolimfe.

Selama dalam peredarannya, darah mensuplai zat makanan ke jaringan-jaringan dan mengambil zat-zat
sisa metabolisme. Selanjutnya darah dari jaringan akan kembali ke jantung pembuluh melalui lubang-
lubang halus (ostium) yang terdapat diantara gelembung jantung.

Darah serangga tidak mengandung hemoglobin maka tidak berwarna merah. Darah serangga hanya
berperan mengedarkan nutrisi dan tidak berperan dalam pengangkutan oksigen, karena oksigen telah
diedarkan oleh sistem trakea yang bercabang-cabang menuju ke berbagai jaringan.

Cacing

Peredaran darah cacing merupakan peredaran tertutup. Selama dalam peredarannya darah tetap berada
di dalam pembuluh. Alat peredaran darah cacing tanah terdiri atas pembuluh darah punggung (dorsal),
pembuluh darah perut (ventral) dan lima pasang lengkung aorta yang berfungsi sebagai jantung.
Karena itu jantung cacing sering disebut jantung aorta.
Perhatikan bagian berwarna merah. Itulah jantung aorta pada cacing.

Jantung aorta pada cacing tanah, terbagi menjadi pembuluh darah dorsal dan ventral

Bila pembuluh punggung dan jantung berdenyut, darah mengalir menuju ke pembuluh darah perut, lalu
mengalir menuju ke bagian belakang (posterior) tubuh dan selanjutnya kembali ke jantung aorta
melalui poembuluh darah punggung. Darah yang beredar mengangkut nutrisi dan oksigen, serta
mengambil sisa metabolisme untuk dikeluarkan dari dalam tubuh.

Cacing tanah belum memiliki alat pernapasan khusus. Oksigen dari udara bebas berdifusi ke dalam
darah cacing melalui seluruh permukaan kulit. Dari sini oksigen diangkut oleh darah didalam kapiler
bersama-sama dengan darah yang mengangkut zat makanan dari usus menuju ke pembuluh darah
punggung. Selanjutnya darah tersebut dipompakan keseluruh jaringan tubuh.

Berbeda dengan darah vertebrata yang hemoglobinnya terikat dalam sel darah merah, hemoglobin
darah cacing larut dalam plasma darah.

Sistem transportasi pada Vertebrata


Artikel ini telah dibaca 3,480 kali

Sistem sirkulasi pada Vertebrata jauh lebih maju dibandingkan dengan sistem sirkulasi pada
invertebrata. Berikut ini uraian singkat mengenai perbandingan sistem sirkulasi pada kelompok
vertebrata.

Ikan (Pisces)

Jantung ikan terdiri atas dua ruangan, yaitu sebuah serambi atau atrium dan sebuah bilik atau ventrikel.
Untuk menjaga agar aliran darah tetap searah, antara serambi dan bilik terdapat katup jantung.
Sistem sirkulasi pada ikan: peredaran darah tunggal.

Bila bilik jantung berkontraksi, darah akan terpompa ke luar menuju ke insang. Di dalam kapiler insang
CO2 dibebaskan ke dalam air, sedangkan oksigen dari air berdifusi ke dalam darah insang, sehingga
darah yang meninggalkan insang banyak mengandung oksigen. Dari insang darah mengalir melalui
vena sambil mengedarkan oksigen dan sari makanan ke seluruh tubuh dan selanjutnya menuju ke
atrium jantung, lalu mengalir ke bilik.

Peredarah darah ikan hanya sekali melewati jantung. Peredaran darah yang demikian disebut peredaran
darah tunggal.

Katak (Amphibi)

Sel-sel darah katak terdiri atas sel-sel darah merah (eritrosit) dan sel-sel darah putih (leukosit).
Eritrositnya berinti, berbentuk bulat panjang, pipih dan mengandung hemoglobin. Leukositnya tidak
berwarna, berinti dan dapat bergerak bebas secara ameboid.

Jantung katak mempunyai tiga ruangan, yakni satu ventrikel atau bilik, dua serambi atau atrium kiri
dan kanan yang berdinding tipis. Di antara serambi dan bilik terdapat katup jantung. Di samping itu
terdapat kantong berdinding tipis tempat bermuaranya vena yang mengangkut darah yang kaya CO2
dari berbagai organ tubuh selain paru-paru dan kulit, disebut sinus venosus. Darah yang masuk ke sinus
venosus ini kaya akan CO2. Darah dari sinus venosus akan masuk ke atrium kanan.

Sistem sirkulasi pada katak. Perhatikan ventrikelnya hanya satu. (dobel klik untuk memperbesar)

Darah dari ventrikel keluar melalui batang nadi atau trunkus arteriosus. Batang nadi ini selanjutnya
bercabang-cabang menjadi dua. Yang satu mengalirkan darah ke seluruh tubuh, sedang yang lain
mengalirkan darah menuju ke kepala (arteri karotis) serta ke kulit dan paru-paru (arteri pulmokutanea).
Di dalam kapiler paru-paru dan kulit darah akan membebaskan CO2 dan mengikat oksigen, selanjutnya
mengalir melalui vena pulmo kutanea kembali ke atrium kiri. Darah yang melalui pembuluh vena ini
kaya akan oksigen.

Darah yang berasal dari seluruh tubuh membawa sisa metabolisme dan CO2 kembali ke jantung melalui
vena cava yang bermuara pada sinus venosus, dan akhirnya darah mengalir masuk ke atrium kanan.
Darah yang berasal dari atrium kiri dan kanan akan dipompa masuk ke dalam ventrikel, akibatnya
terjadi percampuran antara darah kotor dan darah bersih.

Pada katak terdapat hga macam sistem vena, yaitu:

1. sistem vena kava, yang terdiri dari vena kava yang berasal dari tungkai depan dan kepala,serta vena
kava yang berasal dari alattubuh bagian belakang
2. sistem vena pulmo kutanea, yakni vena yang mengangkutdarah dariparu-paru dan kulit
3. sistem vena porta, yakni vena yang merngalirkan darah dari organ tubuh sebelum kembali ke jantung
mampir terlebih dahulu ke organ lain. Pada katak ada dua macam vena porta:
 vena porta hepatica: vena yang mampir ke hati
 vena porta renalis: vena yang mampir ke ginjal

Di samping peredaran darah, pada katak juga terdapat peredaran getah bening atau peredaran limfe
yang merupakan sistem peredaran terbuka. Peredaran ini berperan penting dalam pengambilan cairan
tubuh dari dalam darah.

Reptilia

Reptilia mempunyai jantung yang terdiri atas 4 ruangan, yakni dua serambi dan dua bilik. Antara
serambi kanan dan kiri serta bilik kanan dan kiri telah bersekat, tetapi belum sempurna, sehingga darah
yang kaya O2 dalam bilik kiri dan darah yang kaya CO2 dalam bilik kanan dapat bercampur. Pada
buaya, sekat antar bilik mempunyai lubang kecil yang dikenal sebagai foramen panizzae.

Jantung Reptile. Perhatikan foramen pannizae-nya.

Darah bersih dipompa dari bilik kiri melalui aorta ke seluruh tubuh untuk mengedarkan nutrisi dan
oksigen. Dari jaringan tubuh, darah yang mengandung CO2 dan sisa metabolisme kembali ke serambi
kanan dan masuk ke ventrikel kanan untuk selanjutnya dipompa ke paru-paru melalui arteri pulmonalis.
Di paru-paru CO2 dibuang dan oksigen diikat oleh darah. Darah bersih ini kemudian kembali ke
serambi kiri melalui vena pulmonalis, lalu mengalir ke bilik kiri dan siklus yang sama terulang.

Burung (Aves) dan Mamalia

Jantung burung dan mamalia sama. Mempunyai 4 ruangan, yaitu dua serambi kanan dan kiri, serta dua
bilik kanan dan kiri. Antar serambi dan antar bilik telah dipisahkan oleh sekat yang sempurna.
Sistem Transportasi (3) : Darah manusia
Artikel ini telah dibaca 2,720 kali

Artikel sebelumnya:

 Sistem Transportasi (1) : Sistem transportasi pada Invertebrata


 Sistem Transportasi (2) : Sistem transportasi pada Vertebrata

Sistem peredaran darah manusia terdiri atas darah dan alat peredaran darah. Darah terdiri atas
bagian sel-sel darah dan plasma (cairan) darah, sedangkan alat peredaran darah terdiri atas jantung dan
pembuluh darah. Di samping itu pada manusia didapati peredaran limfe (getah bening) yang
merupakan peredaran terbuka.

Sel-sel darah

Fungsi darah:

1. Sebagai alat transpor:


o oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh
o CO2 dari seluruh jaringan tubuh ke paru-paru dalam bentuk HCO3-
(bikarbonat)
o sari-sari makanan dari usus ke seluruh jaringan yang membutuhkan
o sisa metabolisme dari seluruh jaringan tubuh ke alat pengeluaran
(ekskresi)
o hormon dari kelenjar endokrin (kelenjar buntu) ke bagian tubuh
tertentu
2. Mengatur keseimbangan asam dan basa
3. Alat pertahanan tubuh dari infeksi kuman
4. Mengatur stabilitas suhu tubuh

Sel-sel darah

1. Sel darah merah (eritrosit)

 satu milimeter kubik darah mengandung 4 – 6 juta sel


 bentuknya bikonkaf
 warna merah disebabkan oleh adanya pigmen yang disebut haemoglobin.
 fungsi eritrosit adalah untuk mengangkut O2 dan CO2 serta menjaga keseimbangan pH darah.
 dibentuk di dalam sumsum merah tulang pipih, sedang pada bayi sel darah merah dibentuk di dalam
hati.
 sel darah manusia dan mamalia tidak berinti.

2. Sel darah putih (leukosit)

 mempunyai inti
 setiap 1 mm kubik darah mengandung 5.000 – 9.000 sel
 sel darah putih dapat bergerak bebas secara ameboid, dan dapat menembus dinding kapiler
(kemampuan diapedesis)
 fungsi sel darah putih untuk imunitas/melawan antigen yang masuk ke dalam tubuh
 ada dua jenis, yaitu granulosit dan agranulosit. Granulosit terdiri atas: neutrofil, eosinofil, dan basofil.
Sedangkan agranulosit terdiri atas limfosit dan monosit
 dibentuk oleh jaringan retikulo endothelium disumsum tulang untuk yang granulosit, dan di kelenjar
limpa untuk yang agranulosit.

3. Sel darah pembeku (trombosit)

 sering pula disebut keping-keping darah atau platelet


 tidak berinti dan mudah pecah
 dibuat oleh sel megakariosit di dalam sumsum tulang
 setiap 1 mm kubik darah pada orang dewasa mengandung 250.000 – 400.000 sel
 trombosit penting dalam proses pembekuan darah

Jenis-jenis sel darah pada manusia. Perhatikan perbandingan ukurannya.

Proses pembekuan darah

Pembekuan darah merupakan rangkaian proses yang terjadi pada jaringan tubuh, plasma darah, dan
trombosit. Bila darah ke luar dari pembuluh darah, maka akan segera membeku atau menggumpal
(koagulasi). Mekanismenya sebagai berikut:
Perhatikan proses pembekuan darah. Eritrosit ‘terjebak jala’ yang dibentuk oleh benang fibrin. Peristiwa ini
berfungsi mencegah kehilangan banyak eritrosit saat luka.

Untuk keperluan tertentu, misalnya dalam proses pengambilan darah dari donor, maka pembekuan
darah dapat dihindari dengan jalan:

1. Mendinginkan darah mendekati titik bekunya untuk menghalangi pembentukan trombin.


2. Memberi garam natrium oksalat atau natrium sitrat untuk mengendapkan ion Ca, sehingga
pengubahan protrombin menjadi trombin terhambat
3. Pemberian heparin atau dicumarol. Kedua zat tersebut merupakan zat anti koagulan atau anti
pembekuan darah
4. Mencegah persentuhan dengan permukaan yang kasar, jadi harus menggunakanjarum yang tajam dan
pipa atau gelas yang licin.

Cairan darah (plasma darah)

Komponen terbesar dari cairan darah ialah air. Di dalamnya terlarut senyawa-senyawa kimia, antara
lain:

 protein: protein yang terlarut dalam darah antara lain:


 fribrinogen: penting untuk pembekuan darah
 albumin: untuk menjaga tekanan osmotik darah
 globulin: untuk membentuk at kebal atau zat anti, terutama gamaglobulin
 Sari-sari makanan
 dan garam mineral misallnya Na, K, Ca, Mg, Cl , HC03-, PO4-
 enzim, hormon dan antibodi.
 zat-zat sisa metabolisme: urea dan asam ureat.
 gas-gas pernapasan: 02, C02 dan N2.

Golongan darah ABO


Artikel ini telah dibaca 2,241 kali

Artikel sebelumnya:

 Sistem Transportasi (1) : Sistem transportasi pada Invertebrata


 Sistem Transportasi (2) : Sistem transportasi pada Vertebrata
 Sistem Transportasi (3) : Darah manusia

Ada banyak golongan darah, tetapi yang terkenal di bidang medis adalah
golongan darah ABO dan Rhesus. Kedua golongan darah ini ditemukan
oleh Dr. Karl Landsteiner, seorang dokter dari Austria, pada tahun 1900.
Semula Landsteiner menemukan golongan darah A, B, dan C. Golongan C
ini kemudian dinamakan golongan O.

Pada tahun 1902 kolega Landsteiner, yaitu Alfred Decastello dan Adriano
Sturli menemukan golongan ke empat yaitu golongan AB.

Dasar penggolongan darah ABO adalah adanya aglutinogen (antigen) pada


eritrosit, dan adanya aglutinin (antibodi) di dalam plasma darah.
Aglutinogen berarti antigen yang digumpalkan, sedangkan aglutinin adalah
jenis antibodi yang menggumpalkan.

Golongan darah sistem ABO

Menurut sistem ABO darah manusia terbagi atas 4 golongan, yaitu:

Golongan aglutinogen (antigen) aglutinin (antibodi)


pada eritrosit pada plasma darah
A A 
B B 
AB A dan B -
O -  dan 

Pemahaman mengenai aglutinogen dan aglutinin inilah yang mendasari teknik transfusi darah. Dalam
transfusi darah, orang yang memberikan darah disebut donor, sedangkan yang menerima disebut
resipien. Transfusi (pindahtuang darah) ini harus memperhatikan masalah aglutinin-aglutinogen, sebab
jika terjadi inkompatibilitas (ketakcocokan) golongan darah, maka akan menyebabkan terjadinya
aglutinasi (penggumpalan) darah, dan bisa menyebabkan kematian sang resipien.

Secara umum dalam proses transfusi darah prinsip ini yang dipegang:

Jika aglutinin  bertemu dengan aglutinogen A, atau aglutinin  bertemu dengan aglutinogen B akan
menyebabkan aglutinasi (penggumpalan)

Cara yang mudah untuk memahami transfusi darah begini: untuk donor perhatikan aglutinogennya,
sedangkan untuk resipien perhatikan aglutininnya.

Misalnya begini:

Saya bergolongan darah A, ingin mendonorkan darah saya kepada Luna Maya yang bergolongan darah
B. Ingat, saya adalah donor, dan Luna Maya adalah resipien. Golongan darah saya A berarti memiliki
aglutinogen A (lihat tabel). Sedangan golongan darah Luna B berarti memiliki aglutinin . Jika
aglutinin  bertemu dengan aglutinogen A maka akan terjadi aglutinasi. Itu sebabnya saya yang
bergolongan darah A tidak bisa memberikan darah saya kepada Luna Maya yang bergolongan darah B.

Nah, dari dasar itulah muncul istilah donor universal dan resipien universal. Donor universal
(golongan O) adalah golongan darah yang bisa mendonorkan darahnya ke semua golongan darah,
karena tidak memiliki aglutinogen. Sedangkan resipien universal (golongan AB) adalah golongan darah
yang bisa menerima darah dari semua golongan, karena tidak memiliki aglutinin. Jadi O bisa menjadi
donor ke semua golongan, dan AB bisa menjadi resipien dari semua golongan.

Namun di dunia medis hal tersebut tidak diperbolehkan terutama jika dilakukan transfusi dalam jumlah
besar. (Mengapa?)
Di atas adalah sebuah contoh tes golongan darah. Tahukah kamu mana darah yang mengalami
aglutinasi dan mana yang tidak?

Golongan darah Rhesus


Artikel ini telah dibaca 2,621 kali

Artikel sebelumnya:

 Sistem Transportasi (1) : Sistem transportasi pada Invertebrata


 Sistem Transportasi (2) : Sistem transportasi pada Vertebrata
 Sistem Transportasi (3) : Darah manusia
 Sistem Transportasi (4) : Golongan darah ABO

Seperti juga golongan darah berdasarkan sistem ABO, golongan darah Rhesus juga didasarkan pada
jenis aglutinogen pada eritrosit dan aglutinin pada plasma darah.

Golongan darah Rhesus ini juga ditemukan oleh Landsteiner. Penamaan golongan Rhesus ini diambil
dari nama kera yang diteliti Landsteiner, namanya Macacus rhesus. Pada kera ini didapati antigen dan
antibodi yang sama dengan manusia.

Sang monyet : Macacus rhesus.

Ada dua jenis golongan Rhesus, yaitu Rhesus (+) dan Rhesus (-). Orang bergolongan Rhesus +
memiliki antigen Rhesus (antigen Rh) pada eritrositnya dan tidak memiliki antibodi. Golongan Rhesus
– memiliki antibodi Rhesus (anti Rh) pada plasma darahnya dan tidak memiliki antigen. Lihat tabel
berikut:

Golongan Rhesus + Rhesus -


antigen antigen Rhesus -
antibodi - anti Rhesus

Orang bergolongan Rhesus – bisa menjadi donor terhadap golongan Rhesus – maupun Rhesus +
(dalam kondisi darurat). Tetapi orang Rhesus + hanya diperbolehkan mendonorkan darahnya kepada
Rhesus + saja, dan tidak boleh ke Rhesus –. Alasannya sama seperti golongan darah ABO, yaitu karena
Rhesus + sebagai donor memiliki antigen (antigen Rhesus) dan Rhesus - sebagai resipien memiliki
antibodi (anti Rhesus). Inkompatibilitas ini akan menyebabkan penggumpalan (aglutinasi) antigen
Rhesus oleh anti Rhesus, dan bisa menyebabkan kematian sang resipien.

Nilai medis lain dari golongan Rhesus ini terutama dalam masalah perkawinan. Jika seorang pria
Rhesus + menikah dengan wanita Rhesus –, maka anaknya berpeluang mengalami eritroblastosis
fetalis (penyakit kuning pada bayi). Kasus ini hanya terjadi pada tipe perkawinan pria Rhesus + dengan
wanita Rhesus –.

Jika ibu Rhesus – mengandung anak pertama Rhesus +, maka sang ibu akan membentuk anti Rhesus
(antibodi). Jika kehamilan kedua sang anak bergolongan Rhesus + maka anti Rhesus ibu akan
menyerang dan menyebabkan kerusakan eritrosit bayi yang dikandungnya.

Karena banyak eritrosit yang rusak, darah bayi lebih banyak mengandung eritroblas (eritrosit yang
masih muda dan berinti). Sementara itu kerusakan eritrosit yang cukup tinggi mengakibatkan
meningkatnya urobilin, yaitu pigmen kuning yang memberi warna pada urine. Inilah yang
menyebabkan bayi tampak berwarna kuning.

Pada kasus tertentu pertolongan pada bayi dapat dilakukan dengan fototherapi yaitu penyinaran dengan
cahaya ultraviolet, transfusi post natal (setelah lahir), atau transfusi pre natal (sebelum lahir) dengan
menyuntikkan darah langsung ke umbilikal (tali pusar).

Berdasarkan pembagian ras manusia, ternyata rhesus negatif lebih banyak dijumpai pada orang:

 Eropa (bule) sekitar 15% Rh – dan 88% Rh +


 Negro : 7-8% Rh – dan 90 – 93% Rh +
 Asia : 99% rhesus + dan Rh – < 1%

Mungkin inilah yang menyebabkan cukup tingginya prevalensi eritroblastosis fetalis jika terjadi
pernikahan pria Asia dengan wanita bule.

Alat peredaran darah manusia


Artikel ini telah dibaca 9,147 kali

Artikel tentang alat peredaran darah manusia ini adalah bagian terakhir dari serial artikel Sistem
Transportasi. Berikut ini adalah artikel sebelumnya:
 Sistem Transportasi (1) : Sistem transportasi pada Invertebrata

 Sistem Transportasi (2) : Sistem transportasi pada Vertebrata

 Sistem Transportasi (3) : Darah manusia

 Sistem Transportasi (4) : Golongan darah ABO

Alat-alat peredaran darah pada manusia

Alat peredaran darah terdiri atas jantung (cor) dan pembuluh darah. Jantung berfungsi memompa
darah, sedangkan pembuluh darah bertugas mengalirkan darah dari jantung hingga sampai ke jaringan
tubuh.

Pembuluh darah

Ada dua jenis pembuluh darah yaitu:

 Arteri : Merupakan pembuluh darah yang mengalirkan darah keluar dari jantung. Bila sampai di
jaringan, arteri bercabang-cabang kecil yang disebut arteriole. Pembuluh arteri bersifat elastis dan
darah yang mengalir tekanannya kuat karena memperoleh pemompaan langsung dari jantung.
 Vena : Merupakan pembuluh yang mengalirkan darah kembali menuju ke jantung. Pembuluh vena
yang menyebar di jaringan bercabang-cabang kecil dan disebut venula. Vena kurang elastis bila
dibandingkan dengan arteri dan darah yang mengalir tekanannya rendah karena aliran darah pada
vena berdasarkan sistem katup dan pompa otot. Vena biasanya terletak di permukaan tubuh di bawah
kulit, sedangkan arteri lebih ke dalam.

Perhatikan perbedaan arteri dan vena.


Jantung

Jantung merupakan alat pemompa darah, terletak didalam rongga dada dan diatas diafragma. Jantung
mempunyai bagian-bagian sebagai berikut:

a. Dinding jantung: terdiri atas tiga lapis, yaitu

 epikardium (lapisan luar)


 perikardium (selaput pembungkus jantung)
 miokardium (otot jantung)
 endokardium (selaput yang melapisi ruangan jantung)

Beginilah bagian-bagian jantung. (sori gak sempat nerjemahin)

b. Ruangan jantung: terdiri atas 4 ruangan yaitu

 serambi (atrium) kanan dan kiri


 serta dua bilik (ventrikel) kanan dan kiri
o Pada bayi yang belum lahir, antara serambi kanan dan serambi kiri terdapat lubang yang
disebut foramen ovale. Lubang ini berfungsi sebagai bypass aliran darah karena belum
berfungsinya paru-paru janin.

 c. Katup jantung: untuk menjaga agar aliran darah tetap searah. Ada tiga macam katup jantung:

 valvula trikuspidalis (berdaun tiga): terdapat di antara atrium kanan dan ventrikel kanan
 valvula bikuspidalis (berdaun dua): terdapat di antara atrium kiri dan ventrikel kiri
 valvula semilunaris (bentuk bulan sabit): terdapat pada pangkal batang aorta

d. Saraf jantung

 Sinoatrium Node (SA Node): terdapat pada atrium kanan


 Atrioventricular Node (AV Node): terdapat pada sekat antara atrium dan ventrikel
Pola peredaran darah

Bila SA Node mengeluarkan impuls akan menyebabkan atrium berkontraksi sehingga darah dipompa
menuju ke ventrikel. Impuls yang mengalir akhirnya merangsang AV Node sehingga juga
mengeluarkan impuls yang menyebabkan otot ventrikel berkontraksi, dan darah dipompa keluar
jantung.

Bila ventrikel kiri berkontraksi darah dipompa ke seluruh tubuh melalui aorta (nadi besar). Darah yang
mengalir ini kaya akan oksigen dan nutrisi. Di jaringan tubuh nutrisi dan oksigen diambil oleh sel-sel
tubuh. Kemudian sel melepaskan CO2 dan sisa metabolisme yang kemudian diangkut oleh darah
melalui pembuluh vena cava superior dan vena cava inferior kembali menuju atrium kanan. Pola
peredaran ini disebut peredaran darah besar.

Perhatikan pola peredaran darah pada manusia, urut sesuai nomor.

Dari atrium kanan darah dipompa masuk ke ventrikel kanan lalu mengalir meninggalkan jantung
menuju ke paru-paru melalui arteri pulmonalis. Darah yang mengalir ini membawa banyak CO2 yang
hendak dibuang. Di paru-paru CO2 dilepaskan dan oksigen diikat, lalu darah mengalir melalui vena
pulmonalis kembali ke jantung masuk ke atrium kiri. Pola peredarah ini disebut peredaran darah
kecil. Dari atrium kiri darah masuk ke ventrikel kiri, dan siklus yang sama terulang.

Perlu diperhatikan bahwa kontraksi atrium kanan dan kiri berlangsung bersamaan. Demikian pula
kontraksi ventrikel kanan dan kiri juga bersamaan. Jadi aliran darah pada peredaran darah besar dan
kecil berlangsung serentak, dan bukannya bergantian.

Saat ventrikel berkontraksi timbul tekanan yang disebut tekanan sistole. Saat ventrikel berelaksasi
masih ada tekanan yang disebut tekanan diastole. Umumnya pada orang muda yang sehat besarnya
tekanan sistole dan diastole adalah 120/80 mmHg. Tekanan darah ini akan semakin tinggi sejalan
dengan pertambahan usia.
Sebenarnya masalah tekanan sistole dan diastole ini juga terjadi pada saat kontraksi atrium. Jadi ada
sistole atrium dan diastole atrium. Tapi di dunia medis konteks tekanan sistole dan diastole tampaknya
lebih mengacu pada kontraksi ventrikel.

Peredaran Limfe (Getah Bening)

Selain peredaran darah, pada manusia terdapat juga peredaran limfe atau peredaran getah bening.
Peredaran getah bening merupakan peredaran terbuka, yaitu dimulai dari dalam jaringan dan berakhir
pada pembuluh balik bawah selangka (vena sub klavia).

Cairan ini berasal dari darah yang keluar melalui dinding kapiler lalu masuk ke ruang antarsel, dan
kemudian masuk ke pembuluh halus yang disebut pembuluh getah bening (limfe). Dari pembuluh
limfe kecil, kemudian berkumpul pada pembuluh getah bening yang besar, dan yang terakhir masuk ke
vena sub klavia.

Sistem limfatik pada manusia

 Pembuluh limfe besar ada dua macam, yaitu:

 Sistem pembuluh limfe dada (ductus thoraxicus): mengalirkan limfe dari bagian tubuh sebelah bawah,
dan bagian tubuh atas sebelah kiri ke pembuluh vena bawah selangka kiri.
 Sistem pembuluh limfe dada kanan (ductus limfaticus dexter): mengalirkan limfe dari daerah kepala,
leher, dada, paru-paru, jantung dan lengan kanan ke vena bawah selangka kanan.

Di sepanjang pembuluh limfe terdapat kelenjar limfe yang merupakan penyaring kuman. Beberapa
kelenjar limge yang besar adalah:

 kelenjar limfe lipat siku, lipat dada, ketiak, lutut, dan leher.
 di selaput lendir usus.
 kelenjar folikel pangkal lidah.
 tonsil, amandel, dan pada adenoid.
Seperti aliran darah pada vena, aliran getah bening disebabkan oleh tekanan otot rangka yang terdapat
di sekitar pembuluh getah bening. Dan untuk menjaga agar aliran getah bening dapat lancar,
disepanjang pembuluh terdapat katup. Persis seperti vena.

BAB V. SISTEM PENCERNAAN

Jenis dan Fungsi Bahan Makanan dan Vitamin


Artikel ini telah dibaca 4,975 kali

Yang dimaksud dengan makanan adalah semua bahan


yang diperlukan oleh tubuh supaya dapat tetap hidup
dengan normal dan sempurna. Agar tetap sehat,
makanan yang dimakan setiap hari harus memenuhi
syarat-syarat kesehatan.

Makanan diperlukan oleh tubuh untuk berbagai tujuan,


misalnya untuk menghasilkan energi, sebagai bahan
pembentuk sel tubuh, untuk menambah cairan tubuh,
dan sebagainya. Makanan yang dikonsumsi idealnya
mengandung karbohidrat, lemak, protein, air, mineral,
dan vitamin.

Fungsi Makanan Bagi Tubuh Manusia

 untuk menghasilkan energi


 untuk mengganti sel-sel yang telah usang atau rusak
 untuk pertumbuhan dan pembentukan tubuh
 sebagai zat pelindung dalam tubuh, antara lain
dengan cara menjaga keseimbangan cairan tubuh

Jenis dan Fungsi Bahan Makanan dan Vitamin


Tubuh kita memerlukan unsur-unsur atau zat-zat makanan yang perlu untuk kesehatan dan
pertumbuhan, yaitu:

a. Air

Air berfungsi untuk melarutkan zat-zat makanan, untuk mengangkut zat-zat makanan dari jaringan
yang satu ke jaringan yang lain, serta untuk mengangkut sisa metabolisme dari jaringan ke sistem
ekskresi. Oleh karena itu, air merupakan kebutuhan vital.

b. Protein

Protein adalah senyawa organik kompleks yang tersusun atas unsur-unsur C, H, O, N, dan kadangkala
mengandung unsur S dan P. Komponen dasar dari protein adalah senyawa organik sederhana yang
disebut asam amino. Asam amino dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

 Asam amino esensial atau asam amino utama: yaitu asam amino yang sangat diperlukan oleh tubuh
dan harus didatangkan dari luar tubuh manusia, sebab sel-sel tubuh manusia tidak mampu
mensintesisnya. Yang termasuk asam amino esensial adalah: lisin, triptofan, isoleusin, threonin,
histidin, valin, metionin, leusin, dan fenilalanin
 Asam amino nonesensial, yaitu asam amino yang dapat disintesis oleh tubuh sendiri. Contohnya:
alanin, sistein, glisin, prolin, tirosin, dan lain sebagainya.

Protein yang kita butuhkan dapat berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan. Yang berasal dari hewan
disebut protein hewani, sedangkan yang berasal dari tumbuhan disebut protein nabati. Protein yang
berasal dari hewan antara lain telur, susu, keju, dan ikan yang disebut First Class Protein, sebab bahan
tersebut mengandung kesepuluh asam amino esensial.
Protein diperlukan tubuh karena protein tersebut mempunyai beberapa fungsi, yaitu:

 membangun sel-sel yang telah rusak


 membentuk zat-zat pengatur seperti enzim dan hormon
 membentuk antibodi
 bahan pembentuk senyawa asam amino lainnya
 sebagai sumber energi, 1 gram protein menghasilkan 4,1 kalori

c. Lemak

Lemak adalah senyawa organik yang tersusun atas unsur-unsur C, H, dan O. Komponennya adalah
asam lemak dan gliserol.
Fungsi lemak adalah:

 sebagai penghasil kalori. Satu gram lemak menghasilkan 9,4 kalori


 sebagai pelarut vitamin A, D, E, dan K
 sebagai pelindung alat-alat tubuh dan sebagai pelindung tubuh dari suhu rendah

Bahan makanan yang banyak mengandung lemak adalah makanan yang berasal dari hewan, misalnya:
daging, keju, mentega, susu, telur, ikan, dan lain sebagainya. Sedangkan makanan dari tumbuhan yang
banyak mengandung lemak antara lain: kelapa, kacang-kacangan, kemiri, dan lain sebagainya.

d. Karbohidrat

Unsur penyusun karbohidrat adalah C, H, dan O. Di dalam tubuh karbohidrat berfungsi sebagai:

 sumber kalori. Setiap satu gram karbohidrat menghasilkan 4,1 kalori


 bahan penyusun senyawa organik lainnya, seperti protein, dan lipida
 penjaga keseimbangan asam dan basa

Karbohidrat dapat disimpan di dalam tubuh sebagai glikogen. Karbohidrat dan lemak merupakan
sumber energi utama bagi tubuh kita. Karbohidrat hanya berasal dari tumbuh-tumbuhan, misalnya:
beras, jagung, gandum, gula, kentang, umbi-umbian, buah-buahan, dan lain sebagainya.

e. Vitamin

Daftar lengkap berbagai jenis vitamin dan fungsinya bisa dilihat di sini.

Jenis dan Fungsi Mineral


Artikel ini telah dibaca 3,155 kali

Kita telah bahas mengenai berbagai jenis makanan dan


vitamin beserta fungsinya di sini. Sekarang kita akan
bahas mengenai berbagai macam mineral dan fungsinya
bagi tubuh.

Seperti halnya vitamin, garam mineral diperlukan oleh


tubuh dalam jumlah sedikit, dan juga tidak mengalami
proses pencernaan seperti zat makanan pokok. Garam
mineral digunakan oleh tubuh baik sendiri-sendiri
maupun secara golongan antar unsur.

Jenis dan Fungsi Mineral


Mineral yang diperlukan tubuh sangat banyak, berikut
ini beberapa contohnya:

Jenis mineral Fungsi


Kalsium (Ca) Fungsi kalsium antara lain:

 bersama fosfor membentuk matriks tulang.


Pembentukan matriks tulang ini dipengaruhi oleh
vitamin D2
 membantu proses penggumpalan darah
 mempengaruhi penerimaan rangsangan pada otot
dan syaraf
 penting untuk penghantaran transmisi impuls

Penggunaan kalsium di dalam tubuh diatur oleh


parathormon yang dihasilkan oleh kelenjar anak gondok
(parathiroid). Kekurangan ion kalsium dalam darah dapat
menimbulkan kekejangan. Bahan makanan yang banyak
mengandung kalsium adalah susu, mentega, telur, buah-
buahan, kacang-kacangan.
Fosfor (P) Fungsi fosfor adalah:

 bersama kalsium (Ca) ikut dalam proses


pembentukan matriks tulang
 mempengaruhi seluruh proses perombakan dan
pembentukan zat
 sebagai bahan pembentukan fosfatid, yaitu zat
yang penting di dalam plasma
 penting dalam proses pembelahan inti sel, yaitu
dalam proses penurunan sifat
 penting untuk kontraksi otot

Besi (Fe) Merupakan komponen dari sitokrom, yaitu zat yang


penting di dalam pernapasan, dan merupakan komponen
dari hemoglobin. Kekurangan Fe akan menyebabkan
kekurangan darah (anemia).

Bahan makanan yang banyak mengandung besi adalah


sayur-sayuran.
Fluor (F) Zat ini berfungsi untuk menguatkan gigi. Bahan makanan
yang banyak mengandung fluor adalah susu, otak, kuning
telur. Bila terjadi kekurangan zat fluor, maka akan terjadi
kerusakan gigi atau karies dentis (gigis)
Natrium (Na) Natrium merupakan komponen anor anik dari cairan
ekstraselular. Dalam bentuk Na-karbonat merupakan
senyawa buffer. Fungsi natrium membantu
mempertahankan iritabilitas sel-sel otot.

Kekurangan Na dalam tubuh akan mengakibatkan:

 turunnya nilai osmotik cairan ekstraselular.


 suhu tubuh akan meningkat, sebab regulasi suhu
tubuh terganggu

Kalium (K) Merupakan komponen anorganik yang penting di dalam


cairan intraselular.
Fungsi Kalium adalah:

 penting dalam transmisi impuls syaraf.


 penting untuk kontraksi otot dan untuk
pertumbuhan

Iodium (I) Iodium merupakan komponen penting dalam


pembentukan tiroksin pada kelenjar gondok (tiroid).
Kekurangan yodium dapat menyebabkan penyakit
gondok. Dan apabila seorang ibu yang hamil kekurangan
yodium, maka anaknya kemudian mungkin mengalami
kekurangan daya pendengaran. Bahan makanan yang
mengandung yodium adalah ikan laut, tiram, kerang, ikan
asin
Klor (Cl) Klor merupakan komponen penting untuk membentuk
HCl. Senyawa ini berperan dalam penyerapan zat besi
serta mengemulsikan lemak. Cl terdapat dalam garam
dapur, susu, daging, dan telur.

Fungsi Cl adalah:

 bahan ion krosit yang penting untuk transfer CO2


dari darah ke paru-paru
 memelihara keseimbangan asam dan basa,
elektrolit, dan nilai osmotik dalam tubuh
 mengatur aktivitas enzim

Sulfur (S) Sulfur atau belerang banyak didapati pada buah-buahan,


sayuran, telur, daging, susu, keju, dan makanan yang
berprotein.

Sulfur berfungsi untuk:

 meningkatkan kerja enzim


 sebagai komponen vitamin seperti thiamin, biotin,
dan asam pantotenat
 sebagai komponen yang penting dalam proses
detoksikasi
 memelihara otot dan saraf
 meningkatkan proses pembekuan darah

Magnesium (Mg) Kekurangan Mg mengakibatkan:

 timbul gangguan mental dan emosi


 kontrol terhadap kerja otot kurang
 perubahan yang mengarah ke kerusakan sistem
ginjal dan kardiovaskuler

Seng (Zn) Bahan ini banyak didapati dari ikan laut, hati, daging,
telur susu, dan gandum.

Fungsi seng antara lain:

 membantu penyembuhan luka dan kesehatan kulit


 untuk pertumbuhan
 membantu metabolisme protein, lemak, dan
karbohidrat
 ketajaman terhadap rasa dan bau
 penting untuk pertumbuhan dan reproduksi

Tembaga (Cu) Zat ini banyak didapati pada kacang, padi, buah polongan,
kerang, ginjal, dan hati.

Fungsi Cu antara lain:

 penting dalam pembentukan Hb


 komponen enzim dan protein
 membantu absorbsi unsur Fe
 memelihara fungsi sistem saraf
 sintesis substansi hormon

Organ-organ pencernaan manusia


Artikel ini telah dibaca 6,606 kali

Dulu sudah saya posting tentang:

 Sistem Pencernaan (1) : Jenis dan Fungsi Bahan Makanan dan Vitamin
 Sistem Pencernaan (2) : Jenis dan Fungsi Mineral

Berikut ini lanjutan materi tentang Organ-organ pencernaan manusia.

Organ-organ pencernaan pada manusia


Alat-alat pencernaan pada manusia terdiri atas:

 Rongga mulut (cavum oris)


 Tekak (faring)
 Kerongkongan (esofagus)
 Lambung (gaster)
 Usus halus (intestinum tenue) terdiri atas usus duabelas jari (duodenum), usus kosong
(jejenum), dan usus penyerapan (ileum).
 Usus besar (intestinum crasum, colon)
 Poros usus (rectum)
 Anus

1. Rongga Mulut
Alat-alat yang terdapat pada rongga
mulut adalah gigi, lidah, dan kelenjar ludah.

a. Gigi

Gigi manusia berfungsi untuk memotong dan menghaluskan makanan. Bila gigi dipotong memanjang,
maka akan tampak bagian-bagian sebagai berikut:

 lapisan email: bagian yang paling luar dan paling keras dari gigi
 tulang gigi yang tersusun atas zat dentin
 pulpa, merupakan rongga dalam gigi yang berisi serabut saraf dan pembuluh-pembuluh darah
 akar gigi yang tertanam di dalam gusi

b. Lidah

Selain sebagai alat pengecap, dalam pencernaan makanan lidah berfungsi untuk:

 membantu mengaduk makanan di dalam rongga mulut


 membantu membersihkan mulut
 membantu bersuara dan bicara
 membantu mendorong makanan dalam proses penelanan

c. Kelenjar ludah (glandula saliva)

Pada rongga mulut bermuara tiga pasang saluran dari kelenjar ludah.

 glandula parotis, di dekat telinga menghasilkan ludah yang berbentuk cair


 glandula submaksilaris atau kelenjar ludah bawah rahang atas
 glandula sublingualis atau kelenjar ludah bawah lidah

Fungsi air ludah adalah untuk memudahkan menelan, pencernaan, serta sebagai pelindung selaput
mulut dari panas, dingin, asam maupun basa.

2. Kerongkongan (oesofagus)

Kerongkongan merupakan saluran penghubung antara mulut dengan lambung. Melalui kerongkongan
makanan didorong masuk ke dalam lambung dengan gerak peristaltik.

3. Lambung (ventrikulus/gaster)

Dinding lambung terdiri atas lapisan-lapisan otot yang tersusun memanjang, melingkar, dan
menyerong. Akibat dari kontraksi otot tersebut makanan akan teraduk dengan baik sehingga tercampur
merata dengan getah lambung, dan menyebabkan makanan di dalam lambung berbentuk seperti bubur
yang disebut chyme.

Getah lambung mengandung:

 lendir atau musin


 asam klorida (HCl)
 enzim: renin dan pepsinogen
 hormon gastrin yang berfungsi untuk merangsang sekresi getah lambung

Fungsi HCl adalah:


 menciptakan suasana asam
 membunuh kuman-kuman yang masuk bersama makanan terbunuh.
 aktivator pepsinogen menjadi pepsin
 merangsang membuka dan menutupnya sfinkter pilorus
 merangsang sekresi getah usus

4. Usus Halus (intestinum tenue)

Usus halus merupakan bagian dari saluran pencernaan yang paling panjang (± 8,5 meter). Terdiri atas
tiga bagian, yaitu:

 doudenum atau usus duabelasjari, panjangnya ± 0,25 m


 jejenum atau usus kosong, panjangnya ± 7 meter
 ileum atau usus penyerapan, panjangnya 1 meter

Pencernaan yang terjadi di dalam usus halus berlangsung secara kimiawi atau secara enzimatis.
Makanan yang berbentuk bubur masuk ke usus halus bersifat asam karena mengandung HCl.
Akibatnya akan merangsang sel-sel kelenjar usus untuk mengeluarkan getah usus.

Getah usus mengandung hormon dan enzim, yaitu:

- Hormon

 hormon sekretin: yang merangsang pankreas untuk mengeluarkan getah pankereas


 hormon kolesistokinin: yang merangsang kantong empedu untuk mengeluarkan getah empedu.
Getah empedu berfungsi mengemulsikan lemak sehingga mudah dicerna oleh lipase menjadi
asam lemak dan gliserol

- Enzim

 enterokinase: aktivator tripsinogen menjadi tripsin dan erepsinogen menjadi erepsin


 erepsinogen: memecah peptida menjadi asam amino
 disakarase: memecah disakarida menjadi monosakarida. Ada tiga macam disakarase, yaitu:
o sukrase: memecah sukrosa menjadi fruktosa dan glukosa
o maltase: memecah maltosa menjadi 2 molekul glukosa
o laktase: memecah laktosa menjadi galaktosa dan glukosa
 lipase: memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol

Getah pankreas mengandung:

 tripsinogen, oleh enterokinase akan diaktifkan menjadi tripsin, yang selanjutnya berfungsi
untuk memecah pepton menjadi peptida dan asam-asam amino.
 amilase pankreas (diastase), memecah amilum menjadi disakarida
 lipase pankreas (steapsin), memecah emulsi lemak menjadi asam lemak dan gliserol
 natrium hidrokarbonat (NaHC03) untuk menciptakan lingkungan pH basa, sehingga ketiga
enzim yang dihasilkan pankreas akan bekerja dengan baik

5. Usus besar (intestinum crassum atau colon)

Makanan yang tidak berhasil dicerna, bersama-sama sel-sel epitel usus yang rusak, akan menuju ke
usus besar atau kolon dan diubah menjadi menjadi faeces. Di sini sisa-sisa makanan tersebut akan
mengalami pembusukan dan pembentukan vitamin K dengan bantuan Escherichia coli.

6. Anus

Anus adalah lubang akhir dari saluran pencernaan sebagai jalan pembuangan faeces.

Proses pencernaan makanan


Artikel ini telah dibaca 3,778 kali

Artikel ini merupakan penjelasan dari proses Sistem Pencernaan pada manusia. Posting sebelumnya
bisa dibaca di sini:

 Sistem Pencernaan (1) : Jenis dan Fungsi Bahan Makanan dan Vitamin
 Sistem Pencernaan (2) : Jenis dan Fungsi Mineral
 Sistem Pencernaan (3) : Organ-organ pencernaan manusia

Proses pencernaan makanan


Mencerna adalah memecah bahan makanan yang molekulnya berukuran besar menjadi molekul yang
lebih kecil sehingga memungkinkan diserap oleh usus halus. Bahan makanan yang dicerna adalah
karbohidrat, lemak, dan protein. Air, vitamin, dan mineral tidak dicerna karena sudah berukuran kecil,
sehingga langsung diserap oleh usus.
Agar bisa diserap usus halus, karbohidrat dipecah menjadi glukosa (monosakarida), protein menjadi
asam amino, dan lemak dipecah menjadi asam lemak dan gliserol.

Seperti telah saya jelaskan di posting sebelumnya, bahwa alat pencernaan utama adalah mulut,
lambung, dan usus halus. Pada ketiga tempat itulah berlangsung proses pencernaan yang utama. Pada
setiap organ utama pencernaan berlangsung proses yang berbeda, mulai masalah pH, jenis pencernaan,
jenis enzim, hingga bahan yang dicerna. Proses pencernaan tersebut bisa berlangsung dengan bantuan
beberapa kelenjar yang menghasilkan enzim pencerna, misalnya hati, pankreas, dan usus 12 jari
(duodenum).

Pada proses pencernaan berlangsung pencernaan mekanik dan khemis. Pencernaan secara mekanik
adalah proses penghancuran makanan oleh gigi atau gerak peristaltik lambung. Sedangkan pencernaan
khemis (enzimatis) adalah pencernaan secara kimiawi yang dilakukan oleh enzim (lihat tabel).

Berikut ini saya buatkan ringkasan proses pencernaan pada manusia dalam bentuk tabel.

Mulut Lambung Usus halus


- mekanik - mekanik - khemis
Jenis - khemis - khemis
pencernaan
netral (pH = 7) asam (ph < 7) basa (pH > 7)
pH (pengarhuh HCl)
(pengaruh NaHCO3)
(keasaman)
karbohidrat saja protein saja semua jenis makanan
bahan yang - karbohidrat
dicerna - lemak
- protein
ptialin - pepsin - amilase / diastase
enzim - renin - lipase / steapsin
- tripsin
- erepsin
- disakarase (sukrase, laktase, maltase)
ptialin memecah - pepsin memecah - karbohidrat dipecah oleh amilase/diastease menjadi
pencernaan karbohidrat protein menjadi disakarida
bahan menjadi pepton - disakarida (sukrosa, maltosa, laktosa) dipecah oleh
disakarida disakarase menjadi monosakarida (glukosa)
- renin
menggumpalkan - lemak diubah menjadi emulsi lemak oleh empedu
kasein susu - emulsi lemak dipecah oleh lipase / steapsin menjadi
asam lemak + gliserol

- tripsin memecah pepton menjadi peptida


- erepsin memecah peptida menjadi asam amino
glukosa asam amino - asam lemak
bentuk (monosakarida) - gliserol
yang
diserap
darah darah pembuluh limfe (chyll) / getah bening
transportasi
melalui
Transportasi nutrisi hasil pencernaan
Ada 2 cara pengangkutan nutrisi hasil pencernaan, yaitu melalui darah dan melalui limfe (pembuluh
chyll). Asam amino, glukosa, dan vitamin BC (larut dalam air) diserap usus dan dibawa oleh darah
melalui vena porta menuju hati. Inilah yang disebut vena porta hepatica. Di hati kadar glukosa diatur
dengan cara diubah menjadi glikogen oleh hormon insulin, baru dikirim ke jantung melalui vena
hepatica untuk diedarkan ke seluruh tubuh.

Asam lemak, gliserol, dan vitamin A, D, E, K (larut dalam lemak) diangkut melalui pembuluh chyll
(pembuluh getah bening usus) lalu menuju ke vena di bawah tulang selangka (vena subklavia).
Sedangkan garam empedu masuk ke dalam darah menuju hati untuk dibentuk lagi menjadi empedu.

Pada kolon (usus besar) terjadi pengaturan kadar air dari faeces serta terjadi pembusukan faeces dengan
bantuan bakteri Eschreichia coli. Dan di dalam kolon faeces terdorong sedikit demi sedikit oleh
gerakan peristaltik mendekati rektum atau poros usus. Bila poros usus sudah penuh, timbullah
rangsangan untuk buang air besar (defekasi). Rangsangan semacam itu disebut rangsangan
gastrokolik.

Gangguan pada Sistem Pencernaan


Seluruh sistem pencernaan dapat terganggu karena bermacam-macam hal, antara lain sebagai berikut:

1. Parotitis, yaitu infeksi pada kelenjar parotis. Biasanya disebut penyakit gondong.
2. Xerostomia, yaitu produksi air liur yang sangat sedikit.
3. Maag, karena kelebihan HCl dalam lambung
4. Ulkus, gejala maag yang akut karena terjadi luka pada dinding lambung
5. Diare, merupakan kelainan karena menurunnya proses reabsorbsi air pada kolon sehingga
faeces berbentuk cair
6. Disentri, infeksi karena bakteri atau amuba sehingga penderita mengeluarkan faeces cair
bercampur darah dan nanah
7. Sembelit, kelainan karena proses reabsorbsi air pada kolon terlalu banyak sehingga faeces
menjadi padat dan sulit untuk dikeluarkan
8. Apendisitis, yaitu adanya infeksi pada usus buntu.
9. Peritonitis, yaitu terjadinya peradangan pada selaput dinding rongga tubuh.
10. “Salah cerna”, yaitu gangguan merangsang lambung karena terlalu banyak makan cabe dan
minum alkohol. Rasa nyeri yang timbul disebut kolik

BAB VI. SISTEM RESPIRASI

Respirasi pada hewan tingkat rendah


Artikel ini telah dibaca 4,261 kali

Hewan tingkat rendah memiliki berbagai cara respirasi, mulai dari yang paling sederhana, hingga yang
kompleks. Berikut ini adalah sistem respirasi pada hewan tingkat rendah.

Respirasi pada hewan tingkat rendah


Pada hewan satu sel, misalnya Amoeba dan Paramaecium, proses pertukaran oksigen dan CO2
berlangsung melalui seluruh permukaan tubuhnya secara difusi. Proses difusi dan gerakan sitoplasma
akan mengantarkan oksigen menuju ke mitokondria. Di dalam mitokondria oksigen digunakan untuk
memecah senyawa organik, sehingga dihasilkan energi dan zat sisa berupa air dan CO2.

Amuba (kiri) dan Paramecium (kanan) melakukan respirasi secara difusi langsung

Pada cacing tanah pertukaran gas berlangsng secara difusi melalui seluruh permukaan tubuh. Cacing
tanah tidak mempunyai alat pernapasan khusus. Kulitnya banyak mengandung kelenjar lendir. Dengan
adanya lendir, kulit cacing selalu dalam keadaan basah dan licin untuk mempermudah difusi gas.
Melalui kulit yang basah ini, cacing menyerap oksigen serta mengeluarkan karbondioksida dan uap air
secara difusi.

Alat pernafasan pada hewan Arthropoda, khususnya pada serangga adalah berupa pembuluh trakea.
Udara masuk dan ke luar melalui lubang kecil yang disebut spirakel atau stigma yang terdapat di
kanan kiri tubuhnya. Dari spirakel, udara masuk ke pembuluh trakea yang memanjang. Trakea
memanjang ini selanjutnya bercabang-cabang menjadi saluran halus yang masuk ke seluruh jaringan
tubuh. Oksigen yang masuk melalui saluran ini akan langsung berdifusi ke dalam jaringan. Dengan
cara yang sama, CO2 dilepaskan jaringan, masuk ke pembuluh trakhea, dan dikeluarkan. Oleh sebab
itu, pada sistem trakea ini pengangkutan O2 dan CO2 tidak diedarkan oleh darah, karena darah serangga
tidak mengandung hemoglobin.
Paru-paru buku adalah alat respirasi pada kelompok laba-laba dan kalajengking. Keduanya termasuk
dalam Arthropoda (hewan yang kakinya beruas). Organ yang berada di bagian ventral (bawah perut) ini
memiliki bentuk lembaran bertumpuk seperti buku. Udara yang mengalir melalui celah-celah buku
tersebut memungkinkan terjadinya pertukaran gas O2 dengan CO2.

Perhatikan paru-paru buku pada laba-laba (kiri). Paru-paru buku diperbesar (kanan)

Sifonoglifa adalah alat respirasi pada Coenlenterata (hewan berongga) terutama yang termasuk
golongan Anthozoa, misalnya pada Anemon laut.

Selain hewan bersel satu, beberapa jenis hewan seperti, katak, salamander, ular, dan kura-kura air,
dapat melakukan pernapasannya dengan menggunakan permukaan tubuhnya. Walaupun di antara
hewan tersebut telah memiliki paru-paru, namun kulit yang tipis, berpori, lembab dan kaya kapiler
darah sangat memungkinkan untuk berlangsungnya pertukaran gas. Pada kura-kura air, bagian yang
membantu pernafasan adalah kulit di sekitar kloaka.

Respirasi pada hewan Vertebrata


Artikel ini telah dibaca 4,190 kali

Dulu saya sudah tuliskan artikel tentang Respirasi pada hewan tingkat rendah. Berikut ini saya akan
bahas sistem respirasi pada hewan Vertebrata.

Respirasi pada Ikan (Pisces)

Hewan yang menyesuaikan diri dengan lingkungan air umumnya bemapas dengan insang. Ada yang
insangnya dilengkapi tutup insang (operkulum), misalnya ikan bertulang sejati (Osteichthyes), dan
ada pula yang insangnya tidak bertutup insang, misalnya pada ikan bertulang rawan (Chondrichthyes).
Di samping itu, ada pula kelompok ikan paru-paru, yang bernapas dengan pulmosis.

Insang ikan terdiri atas bagian lengkung insang, rigi-rigi dan lembar insang. Lengkung insang tersusun
atas tulang rawan berwarna putih. Pada lengkung insang ini tumbuh pasangan rigi-rigi yang berguna
untuk menyaring air pernafasan yang melalui insang.

Lembaran insang tersusun atas jaringan lunak, berbentuk sisir dan berwarna merah, karena mempunyai
banyak pembuluh kapler darah yang merupakan cabang dari arteri insang. Pada lembaran yang kaya
kapiler darah inilah pertukaran CO2 dan oksigen berlangsung.

Insang ikan tersimpan di dalam rongga insang dan terlindung oleh tutup insang. Mekanisme pemapasan
ikan bertulang sejati meliputi dua tahap, yakni fase inspirasi dan ekspirasi.

1. Fase inspirasi : Fase inspirasi merupakan fase pengambilan air ke dalam insang. Mekanisme inspirasi
adalah sebagai berikut: tutup insang menutup, mulut terbuka, akibatnya tekanan dalam mulut rendah
dan air dari luar masuk ke dalam rongga mulut.
2. Fase ekspirasi : Fase ekspirasi adalah fase pengeluaran air. Setelah air masuk ke dalam rongga mulut,
celah mulut menutup, tutup insang membuka, tekanan yang lebih besar di dalam rongga mulut
menyebabkan air ke luar melewati celah tutup insang tersebut. Pada saat air ke luar melalui lembaran
insang, oksigen berdifusi ke dalam kapiler darah, sedangkan CO2 berdifusi dari darah ke dalam air. Jadi
pertukaran 02 dan CO2 pada ikan terjadi pada fase ekspirasi.

Pada ikan paru-paru (Dipnoi) mempunyai cara pernafasan yang menyerupai amfibi. Di samping insang,
ikan paru-paru mempunyai satu atau sepasang gelembung udara seperti paru-paru, yang dapat
digunakan untuk membantu pernapasan, disebut pulmosis. Gelembung ini dikelilingi banyak pembuluh
darah. Pulmosis dihubungkan dengan kerongkongan oleh duktus pneumatikus. Saluran ini merupakan
jalan masuk dan keluarnya udara dari mulut ke gelembung dan sebaliknya, sekaligus memungkinkan
terjadinya difusi udara ke kapiler darah.

Ikan paru-paru hidup di rawa-rawa dan di sungai. Bila airnya kering dan insangnya tidak berfungsi, dia
masih mampu bertahan hidup karena bernapas menggunakan gelembung udaranya. Berdasarkan
kenyataan ini, maka dapat disimpulkan bahwa ikan paru-paru merupakan makhluk peralihan dari ikan
ke amfibia.

Respirasi pada Katak (Amphibi)

Katak merupakan vertebrata yang dalam perkembangan hidupnya mengalami metamorfosis. Saat baru
menetas dari telur hingga usia tertentu katak masih berupa berudu, hidup di air seperti ikan. Pada saat
itu berudu bernapas dengan insang. Mula-mula berupa insang luar, dan setelah berumur lebih kurang
12 hari, insang luar diganti insang dalam. Selanjutnya insang dalam ini akan berkembang menjadi paru-
paru, sedangkan insang luarnya berkembang menjadi bagian dari kulit. Setelah mengalami
metamorfosis dan menjadi katak, alat pernapasannya berubah menjadi kulit dan paru-paru. Pemapasan
dengan kulit berlangsung efektif secara difusi baik di darat maupun di air sedangkan pernafasan paru-
paru hanya dilakukan saat berada di darat.

Mekanisme pernapasan pada katak juga meliputi inspirasi dan ekspirasi. Mekanisme pernapasan pada
katak selengkapnya sebagai berikut.

1. Fase Inspirasi : Udara bebas masuk melalui celah hidung (koane) ke rongga mulut terus ke paru-paru.
Bila otot bawah rahang bawah (sub mandibularis) mengendor maka volume rongga mulut membesar.
Selanjutnya udara dari luar akan masuk ke rongga mulut melalui koane. Kemudian koane tertutup,
dilanjutkan otot bawah rahang bawah berkontraksi. Akibatnya rongga mulut mengecil, tekanan udara
rongga mulut meningkat, sehingga udara dari rongga mulut masuk ke paru-paru. Di dalam paru-paru
oksigen berdifusi ke darah kapiler, sedangkan darah kapiler alveolus berdifusi ke luar.
2. Fase Ekspirasi : Setelah terjadi terjadi pertukaran gas di dalam paru-paru, otot bawah rahang bawah
berelaksasi dan otot perut berkontraksi, sehingga rongga mulut membesar, sementara isi perut
menekan paru-paru, sehingga udara dari dalam paru-paru masuk ke rongga mulut. Selanjutnya otot
bawah rahang bawah berkontraksi, rongga mulut mengecil, sedangkan tekanannya meningkat
sehingga udara akan keluar melalui koane.

Respirasi pada Burung (Aves)

Susunan alat pemapasan burung terdiri atas:

 lubang hidung
 celah tekak atau faring yang menghubungkan rongga mulut dengan trakea
 trakea atau batang tenggorok – di dalam percabangan batang tenggorok terdapat pita suara yang
disebut syrink
 sepasang paru-paru

Paru-paru yang ukurannya relatif kecil ini dihubungkan dengan kantong-kantong hawa atau pundi-
pundi hawa (sakus pneumatikus). Kantong hawa berfungsi untuk:
 membantu pemapasan, terutama pada waktu terbang
 membantu memperbesar ruang siring, sehingga memperkeras suara
 mencegah hilangnya panas badan secara berlebihan
 mengatur berat jenis tubuh pada saat burung terbang

Mekanisme pernafasan burung adalah sebagai berikut:

Pernapasan pada burung saat tidak terbang

1. Fase Inspirasi : tulang rusuk bergerak ke depan – volume rongga dada membesar – tekanan mengecil –
udara akan masuk melalui saluran pernapasan. Saat inilah sebagian oksigen masuk ke paru-paru dan O2
berdifusi ke dalam darah kapiler, dan sebagian udara dilanjutkan masuk ke dalam katong-kantong
udara.
2. Fase Ekspirasi : tulang rusuk kembali ke posisi semula – rongga dada mengecil – tekanan membesar.
Pada saat ini udara dalam alveolus dan udara dalam kantong-kantong hawa bersama-sama keluar
melalui paru-paru. Pada saat melewati alveolus, O2 diikat oleh darah kapiler alveolus, dan darah
melepas CO2. Dengan demikian, pertukaran gas CO2 dan O2 dapat berlangsung saat inspirasi dan
ekspirasi.

Pernapasan pada burung saat terbang

Pada saat terbang, burung tidak dapat menggerakkan tulang rusuknya. Oleh sebab itu, pada saat burung
terbang yang berperan penting dalam pernapasan adalah kantong hawa. Inspirasi dan ekspirasinya
dilakukan secara bergantian oleh pundi-pundi hawa antar tulang korakoid (bahu) dan pundi hawa
bawah ketiak.

1. Fase Inspirasi : Pada saat sayap diangkat, pundi hawa antar tulang korakoid terjepit, sedangkan pundi
hawa ketiak mengembang, akibatnya udara masuk ke pundi hawa ketiak melewati paru-paru,
terjadilah inspirasi. Saat melewati paru-paru akan terjadi pertukaran gas O2 dan CO2.
2. Fase Ekspirasi : Sebaliknya pada saat sayap diturunkan, pundi hawa ketiak terjepit, sedangkan pundi
hawa antar tulang korakoid mengembang, sehingga udara mengalir keluar dari kantong hawa melewati
paru-paru sehingga terjadilah ekspirasi. Saat melewati paru-paru akan terjadi pertukaran gas O2 dan
CO2. Dengan cara inilah inspirasi dan ekspirasi udara dalam paru-paru burung saat terbang. Jadi
pertukaran gas pada burung saat terbang juga berlangsung saat inspirasi dan ekspirasi.

Untuk respirasi pada kelompok hewan lain sama prosesnya dengan mamalia atau manusia.

Respirasi pada Manusia


Artikel ini telah dibaca 5,709 kali

Dulu kita sudah bahas mengenai proses respirasi pada hewan tingkat rendah dan respirasi pada
vertebrata. Sekarang kita akan bahas proses respirasi pada manusia.
Pernapasan atau respirasi merupakan serangkaian langkah proses pengambilan oksigen dan
pengeluaran sisa berupa karbondioksida dan uap air. Oksigen diperlukan oleh seluruh sel-sel tubuh
dalam reaksi biokimia (oksidasi biologi) untuk menghasilkan energi berupa ATP (adenosin tri
phosphat). Reaksi tersebut menghasilkan zat sisa berupa karbondioksida dan uap air yang kemudian
dihembuskan keluar. Jadi tujuan respirasi sebenarnya adalah untuk membentuk ATP yang diperlukan
untuk seluruh aktivitas kehidupan.

Berdasarkan tempat terjadinya pertukaran gas O2 dan CO2, pernapasan dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu:

 pernapasan luar/respirasi eksternal, yaitu pertukaran O2 dalam alveolus dengan CO2 dalam darah.
 pernapasan dalam/respirasi internal, yaitu pertukaran gas O2 dengan CO2 dari aliran darah dengan sel-
sel tubuh

Alat-alat Respirasi pada Manusia

Organ-organ pernapasan manusia terdiri atas:

1. Hidung, merupakan jalan masuknya udara. Di dalam rongga hidung udara akan mengalami penyaringan
dan penghangatan
2. Farink (tekak), merupakan persimpangan tenggorokan dengan kerongkongan
3. Larink (pangkal tenggorokan), di dalamnya terdapat pita suara (syrink)
4. Trakhea (tenggorokan), dindingnya terdiri atas epitel yang bersilia (bagian dalam), cincin tulang rawan
yang berotot polos (tengah), dan jaringan ikat (lapisan luar). Trakhea merupakan jalan nafas dari
hidung ke paru-paru
5. Bronkhus, adalah percabangan trakhea ke kiri dan ke kanan
6. Bronkhiolus, percabangan bronkus
7. Alveolus (gelembung paru-paru), banyak mempunyai kapiler darah, di sinilah terjadi pertukaran O2 dan
CO2. Kumpulan alveolus inilah yang membentuk paru-paru (pulmo). Paru-paru dibungkus oleh selaput
pleura rangkap dua, dan di antara keduanya terisi oleh cairan limfe.
Mekanisme Pernafasan

Gerakan pernapasan diatur oleh pusat pernapasan (medulla oblongata) yang terdapat di otak.
Sedangkan keinginan bernafas adalah karena adanya rangsangan dari konsentrasi CO2 dalam darah.
Bila kita menahan napas dalam waktu tertentu, maka dorongan untuk bernapas semakin besar. Ini
terjadi karena kadar CO2 dalam darah semakin meningkat dan akan memacu pusat pernapasan agar
organ pernapasan melakukan gerakan bernapas.

Ada dua cara pernafasan yang dilakukan manusia, yaitu pernafasan dada dan pernafasan perut.
Organ yang terlibat pada pernafasan dada adalah tulang rusuk, otot antar rusuk (intercostae), dan paru-
paru. Sedangkan pada pernafasan perut yang terlibat adalah diafragma, otot perut, dan paru-paru.

1. Pernapasan dada

 Inspirasi : Bila otot antar tulang rusuk berkontraksi, maka tulang rusuk terangkat, volume rongga dada
akan membesar sehingga tekanan udara di dalamnya menjadi lebih kecil daripada tekanan udara luar,
sehingga udara masuk ke paru-paru.
 Ekspirasi : Bila otot antar tulang rusuk relaksasi, maka posisi tulang rusuk akan menurun, akibatnya
volume rongga dada akan mengecil sehingga tekanan udara membesar, akibatnya udara terdorong ke
luar dari paru-paru.

2. Pernapasan perut

 Inspirasi : Bila otot diafragma berkontraksi, maka posisi diafragma akan mendatar, akibatnya volume
rongga dada bertambah besar, tekanan mengecil, sehingga udara masuk ke paru-paru
 Ekspirasi : Bila otot diafragma relaksasi, maka posisi diafragma naik/melengkung, sehingga rongga
dada mengecil, tekanan membesar, akibatnya udara terdorong keluar.

Ekspirasi bukan saja akibat otot-otot antar tulang rusuk dan diafragma yang berelaksasi, tetapi juga
karena kontraksi otot dinding perut.
Volume Udara Pernafasan

Volume udara yang dipernafaskan sangat bervariasi, sebab dipengaruhi oleh cara dan kekuatan
seseorang melakukan respirasi. Udara yang dipernafaskan oleh tubuh dapat digolongkan menjadi:

1. Volume Tidal (VT) : Volume udara yang keluar masuk paru-paru sebagai akibat aktivitas pernapasan
biasa (500 cc).
2. Volume Komplemen (VK) : Volume udara yang masih dapat dimasukkan secara maksimal ke dalam
paru-paru setelah inspirasi biasa (1500 cc)
3. Volume Suplemen (VS) : Volume udara yang masih dapat dihembuskan secara maksimal dari dalam
paru-paru setelah melakukan ekspirasi biasa (1500 cc)
4. Volume Residu (VR) : Volume udara yang selalu tersisa di dalam paru-paru setelah melakukan ekspirasi
sekuat-kuatnya (1000 cc)
5. Kapasitas Vital (KV) : Volume udara yang dapat dihembuskan sekuat-kuatnya setelah melakukan
inspirasi sekuat-kuatnya (KV = VT + VK + VS)
6. Kapasitasi Total (KT) : Volume total udara yang dapat tertampung di dalam paru-paru (KT = KV + VR)

Frekuensi Pernafasan

Pada umumnya setiap menit manusia mampu bernapas antara 15 – 18 kali. Cepat atau lambatnya
manusia bernapas dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

 Umur, umumnya makin bertambah umur seseorang akan makin rendah frekuensi pernapasannya
 Jenis kelamin, umumnya laki-laki lebih banyak gerak, sehingga lebih banyak memerlukan energi
 Suhu tubuh, makin tinggi suhu tubuh semakin cepat frekuensi pernapasannya
 Posisi tubuh, ini berpengaruh terhadap mekanisme inspirasi dan ekspirasi
 Kegiatan, karena orang yang giat melakukan kegiatan memerlukan lebih banyak energi dari pada orang
yang sedang santai

Bagaimana pertukaran O2 dan CO2 bisa berlangsung?

Saat kita menghirup udara, O2 akan bergerak menembus alveolus paru-paru, lalu diikat dan diangkut
oleh darah menuju ke seluruh jaringan tubuh. Sekitar 97% oksigen yang masuk ke dalam darah akan
diangkut oleh hemoglobin/eritrosit, sedangkan yang 2-3 % lagi akan larut dan diangkut oleh plasma
darah. Oksigen yang terikat dalam Hb dikenal dengan oksihemoglobin (HbO2). Persamaan reaksi
oksigen dengan hemoglobin adalah sebagai berikut:

Hb + O2 —-> HbO2 (pengikatan oksigen oleh darah di alveolus paru-paru)

HbO2 —–> Hb + O2 (pelepasan oksigen oleh darah, selanjutnya oksigen diambil oleh sel-sel tubuh)

Perpindahan oksigen dari atmosfer ke alveolus paru-paru, lalu ke darah, dan selanjutnya ke dalam
jaringan tubuh dapat terjadi karena adanya perbedaan tekanan parsial oksigen. Tekanan udara adalah
satu atmosfer atau 760 mmHg, sedangkan tekanan parsial oksigennya adalah 150 mmHg. Tekanan
parsial oksigen pada kapiler darah adalah 100 mmHg, sedangkan tekanan parsial oksigen dalam
jaringan tubuh antara 0 sampai 40 mmHg. Keadaan inilah yang memungkinkan oksigen berdifusi dari
luar ke darah lalu ke jaringan.

Hal yang berkebalikan terjadi pada perpindahan CO2. Tekanan parsial CO2 yang tertinggi adalah
jaringan tubuh. Berturut-turut semakin rendah pada darah dan di luar tubuh. Dengan cara yang sama
CO2 dapat berpindah secara difusi dari jaringan hingga keluar tubuh.

Proses pengangkutan CO2

Proses oksidasi biologi di dalam sel dan jaringan akan menghasilkan zat-zat sisa seperti CO2 dan H2O.
Zat-zat ini harus segera dikeluarkan dari dalam tubuh. CO2 yang dihasilkan oleh jaringan akan keluar
dari sel dan masuk ke dalam darah untuk beredar bersama darah. Di dalam darah CO2 akan diangkut ke
paru-paru dalam tiga bentuk, yaitu:

a. Diangkut dalam bentuk HCO-3 (bikarbonat) oleh plasma darah (60%-70%)

CO2 bereaksi dengan H2O plasma (cairan sel) dari eritrosit dengan bantuan enzim karbonat anhidrase
menyebabkan terbentuknya asam karbonat (H2CO3). H2CO3 lalu terurai menjadi ion H+ dan HCO-3
(bikarbonat). Karena ion H+ dapat menyebabkan perubahan pH (keasaman), oleh sebab itu segera
diikat oleh Hb menjadi HHb (asam hemoglobin). Sedangkan ion HCO-3 akan segera meninggalkan
eritrosit masuk ke plasma darah. Kedudukan ion HCO-3 di dalam eritrosit diganti oleh ion klor (Cl).
Inilah yang disebut dengan pertukaran klorida.

Di dalam paru-paru reaksi yang berkebalikan terjadi. HCO-3 yang telarut dalam plasma darah akan
bergabung kembali dengan H+ yang semula diikat Hb membentuk H2CO3 kembali, juga dengan
bantuan karbonat anhidrase. H2CO3 lalu terurai kembali menjadi CO2 dan H2O, kemudian akan
dikeluarkan dari dalam paru-paru. Sementara itu Hb yang telah melepaskan H+ akan mengikat kembali
O2 di alveolus.

b. CO2 akan diikat oleh Hb membentuk karbominohemoglobin (25%)

CO2 + Hb —–> HbCO2

c. CO2 diangkut oleh plasma darah dalam bentuk senyawa asam karbonat / H2CO3 (6% – 10%)

BAB VI SISTEM EKSKEESI

Sistem ekskresi pada hewan rendah


Artikel ini telah dibaca 137 kali

Sistem ekskresi adalah sistem organ pada makhluk hidup yang berfungsi untuk mengeluarkan ekskrit.
Ekskrit adalah sisa metabolisme yang tidak lagi berguna dan harus dibuang dari dalam tubuh.

Sesuai dengan jenis makhluk hidupnya, sistem ekskresinya sangat bervariasi dalam hal fungsi dan
kompleksitas. Semakin tinggi tingkatan suatu makhluk, umumnya makin kompleks sistem ekskresinya.

Berikut ini adalah sistem ekskresi pada hewan.

Protozoa

Sistem ekskresi Protozoa, misalnya pada Paramecium, dilakukan oleh vakuola kontraktil. Vakuola ini
biasa ditemukan pada Protozoa yang hidup di air tawar. Disebut vakuola kontraktil karena vakuola ini
bisa membesar dan mengecil. Selain untuk ekskresi, vakuola kontraktil juga berfungsi sebagai pengatur
tekanan osmosis. Itu sebabnya sering disebut sebagai osmoregulator.
Cacing Pipih (Platyhelminthes)

Contoh cacing pipih mudah kita kenal adalah Planaria. Alat ekskresi Planaria disebut sel-sel api atau
flame cell. Cairan tubuh yang melewati sel api akan disaring, lalu zat-zat sisa yang dikandungnya akan
diserap oleh sel api. Gerakan bulu getar di dalam saluran sel api akan mendorong zat air ke arah saluran
gabungan. Melalui saluran gabungan inilah, akhirnya zat-zat sisa dibuang ke luar melalui lubang
ekskresi.

Cacing Tanah (Anellida)

Alat ekskresi cacing tanah dikenal dengan nefridium. Setiap nefridium dilengkapi corong terbuka atau
nefrostoma yang terdapat pada setiap sekat pemisah somit (ruas tubuh). Corong tersebut melalui sekat
menjadi pembuluh panjang yang mempunyai saluran berliku-liku yang terdapat pada setiap segmen
berikutnya. Saluran berliku-liku ini dikelilingi pembuluh darah. Pada saat cairan melalui nefrida, zat-
zat yang berguna akan diserap oleh darah, sedangkan cairan tubuh yang berupa zat sisa yang tidak
berguna seperti air, senyawa nitrogen, dan garam-garam yang tidak diperlukan tubuh akan ditampung
dalam kantong kemih, selanjutnya dikeluarkan melalui lubang nefridium.
Serangga

Alat ekskresi serangga, misalnya belalang, berupa pembuluh malpighi. Pembuluh ini melekat pada
satu atau kedua ujung usus. Zat-zat sisa metabolisme (ekskrit) yang berupa senyawa nitrogen dari
cairan tubuh diubah menjadi asam urat lalu diserap pembuluh malpighi, dan diangkut ke usus terutama
pada rektum. Air yang berlebih diserap oleh usus, sehinga kotoran serangga berupa butiran-butiran
padat.

Sistem ekskresi pada Vertebrata


Artikel ini telah dibaca 113 kali

Berikut ini akan kita bahas sistem ekskresi pada Vertebrata. Silahkan baca juga sistem ekskresi pada
hewan rendah yang sudah saya bahas dulu.

a. Ikan (Pisces)

Alat ekskresi pada ikan berupa sepasang ginjal. Ginjal ini dilengkapi urethra, yang muaranya menyatu
dengan muara saluran kelamin, sehingga disebut muara saluran urogenitalis.
Anatomi ikan. Perhatikan ginjal (kidney)

Cara adaptasi ikan air tawar. Perhatikan aliran air.

Cara adaptasi ikan air laut. Perhatikan aliran air.

Untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh dengan larutan yang ada di sekitamya, ikan yang hidup di
air laut dan air tawar mempunyai proses ekskresi berbeda. Ikan air laut banyak minum, sedikit
mengeluarkan urine. Garam-garam yang masuk bersama air yang diminum, akan dikeluarkan secara
aktif melalui insang. Sebaliknya, ikan air tawar sedikit minum namun banyak mengeluarkan urine.

b. Amfibi dan Reptil

Alat ekskresi katak (Amphibi) berupa sepasang ginjal kiri dan kanan. Zat-zat sisa seperti urine, garam-
garam yang berlebihan, air yang berlebih akan dikeluarkan. Zat sisa yang diambil oleh ginjal akan
disalurkan melalui ureter menuju ke kantong kemih.
Alat urogenital kodok jantan dan betina

Alat ekskresi pada reptil, misalnya kadal, tidak jauh berbeda dengan katak. Alatnya berupa ginjal,
berjumlah sepasang. Salurannya bermuara pada kloaka.

c. Burung (Aves) dan Mamalia

Alat ekskresi burung berupa paru-paru, ginjal, dan kulit. Ginjalnya berjumlah sepasang berwarna
coklat. Saluran ekskresi, saluran kelamin dan saluran pencernaan menyatu bermuara pada kloaka.
Burung tidak mempunyai kantong urine. Urine yang dihasilkan ginjal langsung bercampur dengan sisa
pencernaan dan langsung dikeluarkan melalui kloaka. Kulit burung tidak mempunyai kelenjar keringat,
tetapi mempunyai kelenjar minyak (glandula uropigialis) yang terdapat pada ekor. Minyak ini berguna
untuk meminyaki bulu agar tidak basah sewaktu terkena air.

Anatomi internal Aves.

Sistem ekskresi pada manusia (ginjal) + video


Artikel ini telah dibaca 238 kali

Ginjal merupakan organ ekskresi yang utama, berjumlah sepasang, dan terdapat dalam rongga perut di
dekat tulang-tulang pinggang. Berbentuk seperti kacang ercis dengan panjangnya lebih kurang 10 cm.
Fungsi ginjal yang utama adalah menyaring darah sehingga menghasilkan urine. Di dalam urine
terdapat zat sisa/zat berlebih yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh, misalnya:
 protein-protein asing yang masuk ke dalam tubuh.
 zat-zat hasil katabolisme seperti urea, asam urat
 bermacam-macam garam
 gula darah yang melebihi batas normal

Selain itu ginjal juga berfungsi sebagai organ homeostasis, yaitu organ yang berfungsi menjaga
keseimbangan berlangsungnya proses fisiologi dalam tubuh, misalkan dengan cara mempertahankan
tekanan osmosis cairan ekstraselular dan mempertahankan keseimbangan asam dan basa.

Anatomi ginjal

Bila ginjal dibelah membujur akan tampak bagian kulit (korteks) dan sumsum ginjal (medulla). Setiap
ginjal disusun oleh jutaan nefron (alat penyaring) yang terdapat di dalam korteks. Nefron ini berfungsi
untuk menyaring darah hingga terbentuk urine.

Anatomi ginjal manusia

Bagian-bagian nefron:

a. Badan Malpighi (badan renalis) yang terdiri atas:

 glomerulus
 kapsula Bowman (simpai Bowman)

b. Tubulus kontortus, terdiri atas:

 tubulus kontortus proksimal


 tubulus kontortus distal
 tubulus kolektifus
 lengkung Henle ascenden (naik) dan descenden (turun).

Dari setiap ginjal keluar saluran yang disebut ureter, yang berfungsi untuk menyalurkan urine ke
kandung kemih (vesica urinaria). Pada pangkal ureter terdapat ruang ginjal atau pelvis renalis yang
merupakan tempat bermuaranya tubulus kolektifus. Bila kandung kemih telah penuh, urine akan
dikeluarkan melalui saluran yang disebut urethra.

Proses pembentukan urine

Proses pembentukan urine melalui 3 langkah utama sebagai berikut:

a. Filtrasi
Glomerulus yang terdapat pada kapsula Bowman menyaring darah (filtrasi) sehingga dihasilkan filtrat
glomerulus (urine primer). Di dalam filtrat ini terlarut zat yang masih berguna bagi tubuh maupun zat
yang tidak berguna bagi tubuh, seperti glukosa, garam-garam, dan asam amino.

b. Reabsorbsi

Di dalam tubulus kontortus proksimal zat-zat dalam urine primer yang masih berguna akan diserap
kembali (direabsorbsi). Peristiwa ini masih terjadi sampai pada lengkung Henle. Dari peristiwa ini
dihasilkan filtrat tubulus atau urine sekunder.

c. Augmentasi

Pada tubulus kontortus distal ditambahkan zat-zat yang sudah tak berguna dan hendak dibuang
(augmentasi), misalnya kelebihan obat, kelebihan vitamin, dan lain-lain. Di tempat ini sudah terbentuk
urine sesungguhnya yang selanjutnya disalurkan ke tubulus kolektivus, terus ke pelvis renalis. Dari
pelvis renalis, urine mengalir melalui ureter dan ditampung sementara di kandung kemih. Bila kandung
kemih telah penuh timbullah rangsangan untuk buang air kecil, dan urine dikeluarkan melalui urethra.

Proses pembentukan urine pada nefron ginjal.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah urine yang dikeluarkan, diantaranya sebagai berikut:

 jumlah air yang diminum


 pengaruh sistem saraf
 antidiuretik hormon (ADH). Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar hipofisis posterior.
Kelebihan ADH dalam darah akan menyebabkan peningkatan proses reabsorbsi air, sehingga
urine yang terbentuk menurun. Bila terjadi kekurangan ADH dalam darah, maka tubulus
kontortus akan mengalami penurunan proses reabsorbsi air, sehingga dihasilkan urine yang
banyak, keadaan ini disebut diabetes insipidus.
 banyaknya garam yang harus dikeluarkan, dan
 aktivitas

Silahkan simak video pembentukan urine di bawah ini:


BAB VIII SISTEM KOORDINASI

Sistem Koordinasi : Saraf (1)


Artikel ini telah dibaca 7,926 kali

Agar kegiatan tubuh manusia selalu serasi dan terpadu, diperlukan sistem koordinasi. Sistem
koordinasi pada manusia terdiri atas sistem saraf dan sistem hormon (endokrin). Walaupun
keduanya sama-sama bertugas mengatur keserasian kerja organ tubuh, namun keduanya mempunyai
beberapa persamaan dan perbedaan.

Persamaan

Sistem saraf Sistem endokrin


 Membantu, mengatur, dan  Membantu, mengatur, dan
memelihara homeostasis memelihara homeostasis
 Mensekresikan bahan kimia  Mensekresikan bahan kimia
neurohumor hormon

Perbedaan

Sistem saraf Sistem endokrin


 Responsnya cepat  Responsnya lambat
 Signal-signal dibawa via neuron  Hormon-hormon dibawa via
 Responsnya langsung peredaran darah
 Responsnya langsung terhadap  Responsnya tidak langsung
rangsangan dari luar  Responsnya langsung terhadap
rangsangan dari dalam

SISTEM SARAF

Sistem saraf dibangun oleh sel-sel saraf (neuron) yang


merupakan sistem koordinasi dan sistem kontrol yang
“memberitahukan” kepada bagian-bagian tubuh apa dan kapan sesuatu harus dilakukan.

1. Otak Besar (Cerebrum)


Pertumbuhan otak lebih baik daripada pertumbuhan sumsum tulang belakang. Makin tinggi nilai
perbandingan antara otak dan sumsum tulang belakang, makin tinggi tingkat kecerdasannya. Otak besar
merupakan pusat kesadaran, ingatan, kemauan, dan kegiatan fisiologis. Lapisan luar otak berwarna
kelabu, banyak mengandung badan sel saraf atau neuron. Bagian dalam berwarna putih, banyak
mengandung dendrit dan neurit (akson).

2. Otak Tengah
Di depan otak tengah terdapat thalamus yang merupakan pusat pengatur sensoris. Sedang hipotalamus
merupakan pusat pengatur suhu, selera makan, dan keseimbangan cairan tubuh. Bagian atas dari otak
tengah merupakan lobus optikus, yang merupakan pusat refleks mata.

3. Otak Kecil
Merupakan pusat koordinasi otot dan keseimbangan tubuh. Kerusakan pada bagian ini menyebabkan
gerak otot tidak terkoordinasi lagi. Di depan otak kecil ini terdapat jembatan varol, yang merupakan
jalan penghantar impuls dari otak bagian kiri ke bagian kanan tubuh dan sebaliknya.

4. Sumsum Lanjutan (Medula Oblongata)


Banyak mengandung ganglion otak, dan merupakan pusat pengatur gerak refleks fisiologis denyut
jantung, pernapasan, pelebaran, dan penyempitan pembuluh darah.

5. Sumsum Tulang Belakang


Sumsum tulang belakang mempunyai dua fungsi, yaitu:
a. sebagai penghubung impuls dari dan ke otak
b. memungkinkan jalan terpendek untuk terjadinya gerak refleks.
Berbeda dengan otak, lapisan luar sumsum tulang belakang berwarna putih dan banyak mengandung
dendrit dan neurit (akson). Sedangkan bagian dalam berwarna kelabu yang banyak mengandung badan
sel saraf. Di bagian dalam ini terdapat bagian yang berbentuk kupu-kupu, yang disebut akar dorsal dan
akar ventral.
a. Akar dorsal mengandung neuron sensorik, dan dendritnya berhubungan dengan reseptor.
b. Akar ventral mengandung badan neuron motorik, aksonnya menuju ke otot atau efektor.
Otak dan sumsum tulang belakang sebagai pusat saraf dilindungi oleh selaput yang disebut meninges.
Meninges terdiri atas 3 lapis, yaitu:
a. duramater yang melekat pada tulang tengkorak.
b. piamater yang melekat pada otak
c. arakhnoid yang terletak di antara duramater dan piamater.
Di tengah bagian kelabu dari sumsum tulang belakang terdapat saluran yang disebut sentral kanalis

yang berisi cairan serebropinal.

6. Sistem Saraf Tepi


Sistem saraf tepi terdiri atas:
a. 12 pasang serabut saraf otak (saraf kranial), yang keluar dari beberapa bagian otak menuju alat-alat
indera, otot, dan kelenjar.
b. Serabut saraf sumsum tulang belakang (saraf spinal), seluruhnya berjumlah 31 pasang, yang
merupakan gabungan dari saraf sensorik yang masuk ke akar dorsal dan saraf motorik yang keluar
melalui akar ventral.

7. Sel Saraf (Neuron)


Sel saraf merupakan unit dasar dari sistem saraf berdasarkan fungsinya dapat dibedakan menjadi 4,
yaitu:
a. Neuron sensorik (neuron aferen), berfungsi untuk menghantarkan rangsangan dari reseptor ke
pusat susunan saraf, dendritnya berhubungan dengan reseptor (penerima rangsang) dan aksonnya
berhubungan dengan neuron lain.
b. Neuron motorik (neuron eferen), berfungsi untuk menghantarkan impuls motorik dari susunan
saraf pusat ke efektor, dendritnya menerima impuls dari akson neuron lain dan aksonnya berhubungan
dengan efektor.
c. Neuron konektor, merupakan penghubung antara neuron yang satu dengan neuron yang lain.
d. Neuron ajustor, yang berfungsi untuk menghubungkan neuron sensorik dan neuron motorik yang
terdapat di sumsum tulang belakang atau di otak.

8. Sistem Saraf Tak Sadar (Otonom)


Saraf otonom juga merupakan gabungan dari saraf sensorik dan motorik. Dibedakan menjadi dua,
yaitu:
a. Saraf simpatetik
Berpangkal pada medula spinalis di daerah leher dan di daerah pinggang, sehingga disebut juga saraf
torakolumbar. Fungsinya yaitu mengaktifkan alat supaya bekerja secara otomatis. Serabut saraf ini
menuju ke otot polos, alat peredaran, alat pencernaan, alat pernapasan. Sifatnya meningkatkan
aktivitas.
b. Saraf parasimpatetik
Berpangkal pada medula oblongata dan ada yang di sakrum. Kerja saraf ini berlawanan dengan kerja
saraf simpatis yaitu bersifat menghambat. Sebaliknya, bila simpatis menghambat kerja organ tertentu,
maka parasimpatis yang akan menggiatkannya.
Mekanisme kerja sistem saraf
Neuron mempunyai kemampuan untuk menerima dan
memberikan jawaban terhadap rangsang yang diberikan
kepadanya. Rangsang yang diterima oleh reseptor akan
dihantarkan ke pusat susunan saraf. Rangsang dari
dendrit diteruskan ke badan sel saraf dan selanjutnya
oleh akson akan diteruskan ke dendrit neuron yang lain.
Hubungan antara akson dan dendrit disebut sinapsis.
Bila impuls sampai di ujung akson, maka ujung akson
tersebut akan melepaskan neurohumor (suatu zat
penghantar impuls) yang disebut asetilkolin sehingga
impuls bisa melewati sinapsis. Setelah impuls melewati
sinapsis, maka asetilkolin akan segera dihapus oleh zat
yang disebut asetilkolinesterase/kolinesterase.

Gerak Refleks
Untuk gerakan yang disadari, maka impuls akan menempuh jalur sebagai berikut:
rangsang (stimulus) –—> neuron sensorik —> otak —> neuron motorik —> efektor (otot/kelenjar)
—> respon

Untuk gerak refleks, impuls menempuh jalur berikut:


rangsang (stimulus) –—> neuron sensorik —> neuron konektor —> neuron motorik —> efektor
(otot/kelenjar) —> respon

Fungsi kemampuan gerak reflek sebenarnya adalah untuk perlindungan diri. Agar memungkinkan hal
tersebut maka impuls harus berjalan lebih cepat dengan mem-bypass otak. Itu sebabnya gerak refleks
tidak pernah memerlukan pengolahan jawaban di otak, karena memerlukan kecepatan untuk proteksi.

Hormon (2)
Kata “hormon” berasal dari kata “hormone” yang berarti memacu atau menggiatkan. Hormon atau
inkrit merupakan zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar buntu (endokrin) yang langsung diangkut
oleh darah. Hormon berfungsi untuk mengatur homeostatis, reproduksi, metabolisme, dan tingkah laku.

Kelenjar-kelenjar hormon yang terdapat di dalam tubuh manusia adalah sebagai berikut:
1. Kelenjar Pituitari atau Hipofisis

Kelenjar hipofisis disebut juga “master of glands”, karena sebagian besar dari hormon-hormon yang
dihasilkannya bertugas sebagai mengatur pengeluaran hormon lainnya. Hipofisis terdapat di bagian
dasar otak di bawah hipotalamus. Besarnya kira-kira sebesar kacang tanah dan terdiri atas 3 lobi, yaitu:
lobus anterior, lobus intermediet, dan lobus posterior.

a. Lobus anterior

Lobus anterior menghasilkan bermacam-macam hormon yang berperan sebagai hormon pengatur
beberapa hormon yang lain. Hormon yang dihasilkan lobus anterior antara lain:

- Hormon Somatotrof (STH/Growth Hormone) : Hormon ini merangsang pertumbuhan tubuh, terutama
bagian epifisis dari tulang pipa. Kekurangan hormon ini dapat mengakibatkan kekerdilan (dwarfisme),
sedangkan kelebihan hormon ini dapat mengakibatkan pertumbuhan raksasa (gigantisme). Bila
kelebihan hormon ini terjadi pada saat sudah dewasa, dapat mengakibatkan penebalan tulang-tulang
wajah, tengkorak, tangan, dan kaki. Keadaan ini disebut akromegali.

Contoh penderita dwarfisme (kekerdilan)


- LTH (Luteotropic Homone/prolaktin/hormon laktogen) : Berfungsi untuk merangsang sekresi air susu
dari glandula mammae ( kelenjar air susu).

- ACTH (Andrenocorticotrophic Hormone/Adrenotropin) : Hormon ini mengendalikan sekresi hormon


dari bagian korteks adrenal (anak ginjal).

- Gonadotropin, yang terdiri atas:

 FSH (Follicle Stimulating Hormone). Terdapat pada wanita dan pria. Pada wanita berfungsi
untuk merangsang pertumbuhan folikel di dalam ovarium. Pada pria mempengaruhi proses
spermatogenesis di dalam tubulus seminiferus dari testis.
 LH (Luteinizing Hormone/ICSH = Interstitial Cel Stimulating Hormone). Terdapat pada wanita
dan pria. Pada wanita, LH merangsang pemasakan folikel ovarium dan juga ovulasi. Sedang
pada pria, ICTH bertugas merangsang sel interstitial Leydig di dalam testis agar menghasilkan
testosteron yang bertanggungjawab untuk pemeliharaan karakter seksual sekunder.

b. Lobus intermediet

Pada manusia, bagian intermedietnya rudimenter (tidak berkembang). Satu-satunya fungsi yang
diketahui dari bagian ini adalah sekresi melanocyte stimulating hormone (MSH/intermedin). Pada
amfibia hormon ini berperan pada melanofora, menyebabkan penyebaran granula-granula melanin pada
sel-sel melanofora dan menggelapkan kulit tubuh amfibia. Fungsi bagian intermediet pada manusia
belum diketahui dengan baik.

c. Lobus posterior

Lobus posterior menghasilkan beberapa hormon, yaitu:

 Oksitosin, yang berfungsi merangsang kontraksi uterus menjelang kelahiran.


 Vassopresin (antidiuretik hormon = ADH), berperan dalam membantu pengeluaran air tubuh
dengan jalan mengatur reabsorbsi air pada tubulus ginjal. Bila kadar hormon ini naik tekanan
ostomik darah naik, sehingga reabsorbsi air meningkat. Hormon vasopresin merangsang
pembuluh darah menciut (vasokonstriksi) sehingga tekanan darah naik. Pengeluaran hormon
vasopresin yang berlebihan mengakibatkan diabetes insipidus.

2. Kelenjar Thiroid (Kelenjar Gondok)

Hormon yang dihasilkan adalah tiroksin, yang dibentuk dari asam amino tirosin dan yodium. Fungsi
hormon tiroksin adalah untuk:

 mempengaruhi metabolisme sel


 mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan diferensiasi jaringan tubuh.

Penderita morbus basedowi Penderita gigantisme

Kelebihan hormon (hipertiroidisme) ini akan menyebabkan penyakit yang disebut morbus Basedowi,
yaitu meningkatnya metabolisme, meningkatnya denyut jantung, gugup, emosional, pelupuk mata
terbuka lebar dan bola mata terbelalak (eksoftalmus). Bila terjadi pada masa pertumbuhan akan
menyebabkan gigantisme atau pertumbuhan terlalu cepat sehingga terbentuk tubuh raksasa.

Kekurangan hormon tiroksin (hipotiroidisme) akan menyebabkan terhentinya pertumbuhan. Pada anak
akan menyebabkan kretinisme (kekerdilan). Pada usia dewasa, hipotiroidisme akan menyebabkan
menurunnya metabolisme, dan akan mengakibatkan aktivitas peredaran darah menurun, tonus otot
menurun, terjadi miksedema, yaitu menebal dan menggelembungnya kulit.

Kekurangan yodium dapat menyebabkan terganggunya pembentukan hormon tiroksin dengan gejala
timbulnya penyakit gondok.

3. Kelenjar Anak Gondok (Parathiroid)

Terdapat pada sebelah dorsal kelenjar tiroid. Menghasilkan parathormon yang berfungsi untuk
mempertahankan kadar Ca dan P di dalam darah. Kekurangan hormon ini menyebabkan gejala kejang
otot.

4. Kelenjar Suprarenalis (Kelenjar Adrenal/Anak Ginjal)

Terletak di atas ginjal. Dapat dibedakan atas dua bagian, yaitu:

a. Bagian korteks : yaitu lapisan luar yang menghasilkan hormon kortison (kortiko steroid atau
kortikoid). Kekurangan hormon kortison dapat menimbulkan penyakit Addison yang mempunyai
gejala kulit menjadi merah, badan lemah, berat badan turun, tekanan darah rendah, dan dapat
menimbulkan kematian.

b. Bagian medula : merupakan lapisan dalam. Menghasilkan hormon epinefrin atau adrenalin.

Pengaruh hormon ini terhadap tubuh adalah:

a. Memacu aktivitas jantung, dan menyempitkan pembuluh darah pada kulit dan membran mukosa.

b. Mengendurkan otot bonkioli, sehingga melapangkan pernapasan.

c. Memacu pengubahan glikogen menjadi glukosa (glikogenolisis) dalam sel hati, sehingga kadar
gula darah meningkat.

5. Kelenjar Pankreas

Pankreas bagian luar menghasilkan enzim pencernaan (eksokrin), sedang bagian dalam yang
merupakan kelenjar endokrin adalah kelenjar pulau-pulau Langerhans. Hormon yang dihasilkan adalah
insulin dan glukagon. Insulin berfungsi untuk mengubah glukosa menjadi glikogen (gula otot).
Bersama-sama adrenalin, insulin bertugas menjaga kadar gula darah agar tetap.

6. Kelenjar Epifisis

Hormon yang dihasilkan sampai saat ini belum jelas pengaruhnya terhadap tubuh.

7. Kelenjar Kacangan (Timus)

Merupakan tempat penimbun hormon pertumbuhan atau somatotrof. Kelenjar ini hanya berfungsi pada
masa pertumbuhan saja.

8. Kelenjar Kelamin/Gonad

Dapat dibedakan atas kelenjar kelamim pria dan kelenjar kelamin wanita.

a. Kelenjar kelamin pria (testes)


Hormon yang dihasilkan ialah hormon kelamin laki-laki atau androgen. Selain itu juga menghasilkan
spermatozoa. Androgen yang terpenting ialah testosteron, yang terutama berfungsi untuk
menumbuhkan ciri sekunder pria dan proses spermatogenesis (pembentukan sperma)

b. Kelenjar kelamin perempuan (ovarium)

Dapat menghasilkan ovum dan hormon kelamin perempuan, yaitu:

- Estrogen, dihasilkan oleh folikel de Graaf

- Progesteron, dihasilkan oleh korpus luteum. Berfungsi untuk:

 mengatur pertumbuhan plasenta


 menghalangi produksi FSH
 bersama laktogen akan memperlancar produksi ASI (Air Susu Ibu) setelah bayi lahir
 mempertahankan penebalan endometrium

9. Lambung dan Usus

Lambung menghasilkan hormon gastrin, yang berfungsi untuk memacu sekresi getah lambung.
Duodenum menghasilkan hormon sekretin dan kolesistokinin (sebelumnya disebut pancreozymin),
yang berfungsi untuk:

 Sekretin : merangsang pankreas untuk mensekresikan natriumbikarbonat dan enzim-enzim


pencernaan
 Kolesistokinin : merangsang kantong empedu untuk mengeluarkan empedu

Hormon pada Hewan dan Feromon (3)

Seperti halnya pada manusia, hewan juga memiliki hormon. Pada hewan vertebrata mayoritas jenis
hormonnya mirip dengan manusia. Sedangkan pada hewan tingkat rendah dan invertebrata sistem
hormonnya berkaitan terutama dengan fungsi kelangsungan hidup, misalnya pertumbuhan,
pendewasaan, dan reproduksi.

Hormon pada hewan Invertebrata

Pada Coelenterata (hewan berongga) misalnya Hydra, sel sarafnya menghasilkan bahan kimia yang
disebut neuropeptida. Bahan tersebut merangsang terjadinya
pertumbuhan, regenerasi, dan reproduksi.

Pada Arthropoda dari kelompok insekta menghasilkan tiga


macam hormon yaitu: hormon otak, hormon ekdison, dan hormon
juvenil. Ketiga hormon tersebut berfungsi untuk mengatur proses
metamorfosis.

 Hormon otak disekresikan oleh bagian otak, dan


pelepasannya dipengaruhi oleh faktor makanan, cahaya, atau
suhu. Selain itu hormon otak berfungsi memicu sekresi hormon
ekdison dan hormon juvenil.
 Hormon ekdison perfungsi pada pengaturan proses
pergantian kulit (ekdisis).
 Hormon juvenil berperan menghambat proses metamorfosis.
Ketiga hormon itulah yang berperan dalam proses metamorfosis dan pergantian kulit pada kelompok
insekta

Sedangkan pada Crustaseae (udang, kepiting, dll) ada 2 faktor yang mempengaruhi pergantian kulit
yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal diantaranya: adanya stressor/tekanan
lingkungan, nutrisi, photoperiodisme dan temperatur. Sedangkan faktor internal terkait dengan
produksi hormon ekdisteroid dan Molt Inhibiting Hormon (MIH)/hormon penghambat pergantian kulit.

Hormon pada hewan Vertebrata

Pada katak misalnya, metamorfosis dari berudu menjadi katak dewasa


dipengaruhi oleh hormon tiroksin yang dihasilkan oleh kelenjar thiroid.
Selain itu katak memiliki hormon yang disekresikan oleh epifisis dan
hipofisis di otak, dan berperan dalam mengontrol perubahan warna
kulit. Hormon epifisis menyebabkan kulit menjadi pucat, sedangkan
hormon hipofisis menyebabkan warna kulit menjadi gelap.

Pada vertebrata lain sistem hormonnya mirip dengan manusia.

Feromon

Beberapa jenis hewan selain menghasilkan hormon juga menghasilkan bahan kimia yang disebut
feromon. Bahan ini tidak berpengaruh langsung terhadap hewan yang bersangkutan, melainkan
berpengaruh terhadap hewan lain yang satu spesies. Feromon yang disekresikan ini umumnya
berfungsi menarik lawan jenis untuk melakukan proses reproduksi.

Misalnya saja pada ulat sutera (Bombyx mori), kupu betina mengeluarkan feromon untuk menarik
ngengat jantan guna melakukan reproduksi.

Pada kupu-kupu jantan atau betina akan menyebarkan feromon saat mengepakkan sayapnya, sehingga
feromon tersebar diudara dan mengundang lawan jenisnya untuk mendekat dan tertarik secara seksual.
Feromon seks memiliki sifat yang spesifik untuk aktivitas reproduksi dimana jantan atau betina dari
spesies yang lain tidak akan tertarik dan merespons terhadap feromon yang dikeluarkan betina atau
jantan dari spesies yang berbeda.

Pada rayap, untuk dapat mendeteksi jalur yang dijelajahinya, individu rayap yang berada didepan
mengeluarkan feromon penanda jejak (trail following pheromone) yang keluar dari kelenjar sternum
(sternal gland di bagian bawah, belakang abdomen), yang dapat dideteksi oleh rayap yang berada di
belakangnya. Sifat kimiawi feromon ini sangat erat hubungannya dengan bau makanannya sehingga
rayap mampu mendeteksi obyek makanannya.

Jenis feromon lain adalah yang digunakan ngengat sebagai undangan untuk melakukan perkawinan.
Ngengat gipsi betina dapat mempengaruhi ngengat jantan beberapa kilometer jauhnya dengan
memproduksi feromon yang disebut “disparlur”. Karena ngengat jantan mampu mengindra beberapa
ratus molekul dari betina yang mengeluarkan isyarat dalam hanya satu mililiter udara, disparlur
tersebut efektif saat disebarkan di wilayah yang sangat besar sekalipun.

Feromon tampaknya juga memainkan peran penting dalam komunikasi serangga selain masalah
reproduksi. Semut menggunakan feromon sebagai penjejak (tracer) untuk menunjukkan jalan kepada
semut lain untuk menuju ke sumber makanan.

Contoh lain, bila lebah madu menyengat, ia tak hanya meninggalkan


sengat pada kulit korbannya, tetapi juga meninggalkan feromon yang
menyebabkan panggilan otomatis terhadap lebah madu lain untuk
menyerang. Inilah yang menyebabkan kenapa lebah suka main keroyok.

Demikian pula, semut pekerja dari berbagai spesies mensekresi feromon


sebagai zat tanda bahaya yang digunakan ketika terancam musuh.
Feromon disebar di udara dan menyebabkan berkumpulnya semut pekerja yang lain. Bila semut-semut
ini bertemu musuh, mereka juga akan mengubah jumlah produksi feromon sehingga isyaratnya
bertambah atau berkurang, bergantung pada kondisi bahayanya: siaga 1, siaga 2, atau siaga 3

Indera (4)
Artikel ini telah dibaca 16,516 kali

BMC – Semua penyebab perubahan dalam tubuh kita dikenal dengan rangsang. Rangsang dapat
dibedakan mejadi dua, yaitu:
1. Rangsang dari luar : berupa bau, asin, manis, cahaya, kelembaban, tekanan, gaya berat, dan
lain sebagainya.
2. Rangsang dari dalam : berupa lelah, haus, nyeri, kenyang, pusing, dan lain sebagainya.
Umumnya rangsang akan diterima oleh alat tubuh yang khusus menerima rangsang, yaitu indera atau
disebut juga reseptor. Reseptor yang bertugas sebagai penerima rangsangan dibedakan menjadi:
1. Eksteroseptor (reseptor luar), yaitu organ tubuh yang mampu menerima rangsangan dari luar,
misalnya mata, telinga, hidung, dan lain sebagainya.
2. Interoseptor (reseptor dalam), yaitu organ tubuh yang mampu menerima rangsangan dari dalam
tubuh sendiri, misalnya rasa lapar, haus.
Berikut ini akan dibahas beberapa reseptor yang penting, yaitu:
1. Kinestesis
2. Indera Peraba
3. Indera Pengecap dan Pembau
4. Indera Pendengar
5. Indera Penglihat

1. Kinestesis
Kinestesis adalah indera yang terdapat pada otot, tulang, dan sendi. Indera ini termasuk
proprioreseptor. Kinestesis dapat membantu koordinasi sikap tubuh. Misalnya kita dapat memakai baju
walaupun mata tertutup.

2. Indera Peraba
Indera peraba disebut tangoreseptor/mekanoreseptor dan terdapat di kulit. Ini semua merupakan
eksteroseptor, sedangkan yang terdapat di dalam tubuh sebagai intereseptor adalah yang dapat
merasakan haus, lapar, dan lain sebagainya. Indera peraba dan perasa tersebar di seluruh permukaan
kulit, tetapi tidak sama banyak. Pada ujung jari terdapat amat banyak, demikian pula pada telapak
tangan, telapak kaki, bibir, dan alat kelamin.

Pada kulit bagian dermis terdapat indera yang digunakan untuk menerima berbagai rangsangan:

 ujung saraf bebas: menerima rangsang nyeri / sakit


 korpuskel Meissner: menerima rangsang sentuhan
 korpuskel Paccini : menerima rangsang tekanan
 korpuskel Ruffini: menerima rangsang panas
 korpuskel Krausse: menerima rangsang dingin
Penampang kulit manusia
3. Indera Pengecap (lidah) dan Pembau (hidung)
Pengecap adalah indera yang berfungsi untuk menangkap rangsangan senyawa kimia yang larut dalam
air, sedangkan indera pembau menangkap zat-zat kimia yang menguap (hidung). Keduanya termasuk
kemoreseptor.
Indera pengecap terdapat di lidah, berupa puting-puting pengecap yang dapat dibedakan atas bagian-
bagian:
a. tepi depan untuk rasa manis
b. belakang untuk rasa pahit
c. samping untuk asam
d. depan untuk rasa asin

Penampang lidah
Bentuk puting pengecap pada lidah

Skema penampang hidung manusia

Pembau dan pengecap keduanya memberi kontribusi dalam merasakan makanan. Perhatikan bahwa kedua indera ini memiliki akses langsung ke pusat bau dan rasa
di otak.

4. Indera Pendengar
Reseptor pendengaran atau fonoreseptor berupa sel-sel berbentuk rambut. Fungsi sel rambut adalah
untuk menerima rangsangan getaran dan mengubahnya menjadi impuls sensorik yang selanjutnya
ditransmisikan ke pusat pendengaran. Alat pendengaran manusia berupa telinga.
Struktur telinga manusia
Terdiri atas telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.
1. Telinga luar, bagian-bagiannya:
- daun telinga
- saluran telinga yang dindingnya dapat menghasilkan minyak serumen.
2. Telinga tengah (ruangan timfani) terdiri atas:
- gendang telinga/selaput pendengaran (membran timfani).
- tulang-tulang pendengaran yang terdiri atas:
- martil(mileus)
- landasan (inkus)
- sanggurdi (stapes)
- saluran Eustachius, yaitu saluran penghubung antara ruang telinga dengan rongga faring.

3. Telinga dalam (Labyrinth) terdiri atas:


- Organ pendengaran atau koklea (rumah siput).

Struktur rumah siput


Rumah siput berupa saluran spiral terbagi atas 3 daerah, yaitu:
1. Skala vestibuli yang terletak di bagian dorsal
2. Skala media terletak di bagian tengah
3. Skala timfani terletak di bagian ventral
Antara skala yang satu dengan skala yang lain dipisahkan oleh:
- membrana vestibularis: memisahkan skala vestibuli – skala media.
- membrana tektoral memisahkan skala media - skala timfani.
- membrana basilaris: memisahkan skalatimfani – skala vestibuli.

Struktur organ Corti


Organ corti terdapat pada skala media, terdiri atas:
- sel-sel rambut saraf pendengaran yang terdapat di dalam selaput dasar
- membrana tektoralis atau selaput atas. Selaput atas terletak di atas sel-sel rambut, merupakan
penerus getaran dari fenestra ovali ke sel-sel rambut lewat cairan limfe yang terdapat pada skala media.
- organ keseimbangan: terdiri atas kanalis semi sirkularis (saluran setengah lingkaran), sakulus, dan
utrikulus.
Rangsang getaran yang diterima ujung saraf pendengaran diteruskan oleh saraf koklea ke otak. Di
dalam koklea terdapat 24.000 alat corti, yang masing-masing mempunyai kepekaan menerima
frekuensi tertentu. Kita hanya dapat mendengar suara dari 20 sampai 20.000 Hertz, tetapi ada orang-
orang tertentu yang dapat mendengar antara 16 sampai 20.000 Hertz.
Mekanisme transmisi pendengaran
Suara dari luar dapat sampai pada skala media dengan beberapa cara:
a. Penghantaran udara: getaran suara luar menggetarkan membran timfani. Kemudian oleh tulang
pendengaran akan diteruskan ke fenestra ovali dan akan menggetarkan cairan limfe pada koklea.
Akibatnya, sel-sel rambut dari organ korti terangsang, menghasilkan impuls dan diteruskan oleh saraf
auditorius ke pusat pendengaran di otak
b. Penghantaran tulang: getaran yang teijadi pada tulang-tulang tubuh kita (misalnya tulang
tengkorak) akan menyebabkan bergetarnya cairan limfe pada koklea.

Gangguan pada pendengaran


Tuli atau kurang tajam pendengaran, dapat disebabkan oleh:
a. Tuli konduksi, dapat terjadi karena:
- penyumbatan saluran telinga oleh minyak serumen
- penebalan atau pecahnya membrana timfani
- pengapuran tulang pendengaran
- kekakuan hubungan stapes pada fenesta ovali.
b. Tuli saraf dapat disebabkan oleh:
- kerusakan saraf auditorius
- kerusakan saraf pendengaran

Alat keseimbangan
Reseptor keseimbangan terdapat dalam kanalis semisirkularis, utrikulus, dan sakulus.
a. Kanalis semisirkularis (saluran setengah lingkaran)
Suatu struktur yang terdiri atas 3 tulang setengah lingkaran, tersusun menjadi satu kesatuan dengan
posisi berlainan, yaitu ada yang horisontal, vertikal atas dan vertikal belakang. Setiap kanalis berisi
endolimfe, dan pada setiap pangkalnya membesar disebut ampula, dan berisi reseptor keseimbangan
yang disebut cristae ampularis. Kelembaman endolimfe yang terdapat dalam kanalis semisirkularis
akan menyebabkan ia bergerak ke arah yang berlawanan dengan arah putaran sehingga kita dapat
merasakan adanya perubahan posisi tubuh.
b. Sakulus dan utrikulus
Merupakan alat keseimbangan statis (statoreseptor) yaitu berfungsi memberikan respons terhadap
perubahan kedudukan tubuh, misalnya tegak, miring, dan lain-lainnya. Pada dasar utrikulus terdapat
makula (organ otolith). Kedudukan otolith ini akan berubah bila posisi kepala berubah.

5. Indera Penglihat
Indera penglihat disebut juga fotoreseptor. Sel fotoreseptor yang terdapat pada retina dapat dibedakan
dua macam, yaitu sel batang (basilus) bertugas menerima rangsangan cahaya yang tidak berwarna, dan
sel kerucut (konus) yang bertugas menerima rangsangan cahaya yang berwarna atau terang. Sel
fotoreseptor bertugas menerima dan mengubah rangsangan cahaya menjadi impuls, yang selanjutnya
oleh otak diubah menjadi sensasi penglihatan.

Skema penampang bola mata


Beginilah penampang bola mata yang sebenarnya. Kiri: bagian berwarna hitam adalah koroid. Tampak di tengah adalah lensa mata. Kanan: tampak di tengah adalah
lapisan retina yang melapisi permukaan dalam bola mata hingga ke bagian belakang.

1. Struktur bola mata


Dinding bola mata terdiri atas 3 lapis, yaitu:
a. Sklera, berwarna putih dan merupakan lapisan terluar. Bagian depannya transparan dan disebut
kornea.
b. Koroid, merupakan lapisan tengah yang berwarna hitam dan merupakan bagian yang berfungsi
nutritif, karena banyak mempunyai pembuluh darah.
c. Retina (selaput jala), merupakan selubung terdalam, dan merupakan neuroepitelium, yaitu
epitelium yang berfungsi sebagai reseptor.
Di dalam bola mata terdapat:
a. Aqueous humor, yaitu cairan yang mengisi ruangan antara lensa mata dengan retina.
b. Viterous humor, ialah cairan yang mengisi rongga mata antara lensa mata dengan kornea.
c. Lensa mata, bentuknya bikonkaf, terikat oleh otot siliaris.
d. Iris (selaput pelangi), merupakan struktur berpigmen yang memberi warna mata. Tersusun atas
serabut otot sirkular.

2. Struktur retina
Tersusun atas 3 lapisan, yaitu:
- lapisan neuroepitelium
- lapisan bipolar
- lapisan ganglion
Akson dari sel-sel ganglion berkumpul membentuk saraf optikus. Tempat berkumpulnya akson-akson
tersebut bintik buta. Sedang dibagian lain dari retina terdapat suatu daerah yang banyak mengandung
sel kerucut dan sel batang. Di tengahnya berupa lekukan yang hanya mengandung sel kerucut, disebut
fovea sentralis (bintik kuning).
- Sel basilus mengandung pigmen rodopsin (senyawa antara vitamin A dengan protein). Bila terkena
sinar rodopsin terurai dan pada waktu gelap terbentuk lagi. Waktu yang diperlukan untuk proses
pembentukan rodopsin ini disebut waktu adaptasi, di mana kita akan kurang dapat melihat.
- Sel konus banyak mengandung pigmen iodopsin, yaitu senyawa antara retinin dan opsin. Ada tiga
macam sel konus, yaitu yang peka terhadap warna biru, hijau, dan merah. Dari ketiga pasangan konus
itu kita dapat menerima rangsang warna dari spektrum warna ungu sampai merah.

Gangguan indera penglihatan


Mata dikatakan normal bila dapat memfokuskan sinar sejajar yang masuk ke mata tepat pada bintik
kuning. Keadaan ini disebut mata emmertrop. Bila sinar yang datang tidak jatuh tepat pada bintik
kuning, maka akan menimbulkan gangguan penglihatan.
a. Mata hipermetrop, penyebabnya lensa mata terlalu pipih sehingga bayangan jatuh di belakang
bintik kuning. Untuk menormalkannya dapat dibantu dengan lensa cembung (positif).
b. Mata miop, penyebabnya lensa terlalu cembung, sehingga bayangan jatuh di depan bintik kuning.
Untuk menormalkannya dapat ditolong dengan lensa cekung (negatif).
c. Mata presbiop. Ini adalah gangguan yang umumnya terdapat pada orang berusia lanjut. Cahaya
sejajar yang datang difokuskan di belakang retina sebab lensa mata terlalu pipih karena daya
akomodasi terlalu lemah.
d. Mata astigmat, bila cahaya sejajar yang datang tidak difokuskan ke satu titik. Di sebabkan oleh
kornea yang tidak rata. Astigmat teratur, dapat dibantu oleh lensa silindris, sedangkan astigmat tidak
teratur tidak dapat ditolong.
e. Hermeralopi atau rabun senja, disebabkan oleh kekurangan vitamin A. Bila berkelanjutan akan
diikuti gejala terbentuknya bintik putih (bitot spot), kemudian mengeringnya kornea (xeroftalmia) dan
akhirnya mengalami keratomalasi (rusaknya kornea).
f. Buta warna, merupakan penyakit mata yang menurun dimana seseorang tidak bisa membedakan
warna tertentu. Mata normal ialah mata yang memiliki 3 macam sel kerucut, yang disebut mata
trikomat sedangkan mata dikromat hanya memiliki dua sel kerucut. Dengan demikian dapat terjadi
kemungkinan: buta warna merah (protanopia) buta warna hijau (duteranopia), atau buta warna biru
(tritanopia). Jenis panyakit buta warna lainnya adalah mata monokromat, yang hanya memiliki satu
macam sel kerucut. Orang demikian hanya dapat membedakan warna hitam dan putih.

BAB IX SISTEM REPRODUKSI

Reproduksi pada hewan


Artikel ini telah dibaca 24,882 kali

Seperti halnya tumbuhan, reproduksi pada hewan juga dapat dengan cara kawin maupun secara tak
kawin.

Reproduksi pada Invertebrata

1. Perkembangbiakan aseksual

Perkembangbiakan secara aseksual pada hewan invertebrata terjadi dengan cara:

 Membelah diri (pembelahan biner), yaitu pembelahan diri dari satu sel menjadi dua sel baru.
Misalnya, terjadi pada Protozoa.
 Fragmentasi, yaitu pemisahan sebagian sel dari suatu koloni dan selanjutnya membentuk koloni
sel baru. Misalnya, terjadi pada Volvox.
 Sporulasi atau pembentukan spora, misalnya Plasmodium (penyebab malaria) pada fase oosit.
Oosit akan membelah dan selanjutnya akan menghasilkan sporozoit.
 Pembentuhan tunas, misalnya pada hewan Hydra dan Porifera
 Dengan regenerasi, yaitu sebagian tubuh terpisah dan selanjutnya bagian tadi dapat tumbuh
menjadi individu baru yang lengkap. Misalnya pada Planaria dan Bintang Laut

Amoeba, membelah diri Volvox, berbiak dengan fragmentasi


Plasmodium, melakukan sporulasi Hydra, hewan bertunas

Planaria, melakukan regenerasi Bintang Laut, melakukan regenerasi

2. Perkembangbiakan seksual

Pada reproduksi seksual tidak selalu terjadi pembuahan, namun kadang-kadang dapat terbentuk
individu baru tanpa adanya pembuahan, sehingga reproduksi secara kawin pada hewan invertebrata
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Tanpa pembuahan, yaitu pada peristiwa partenogenesis, sel telur tanpa dibuahi dapat tumbuh
menjadi individu baru. Misalnya pada lebah jantan dan semut jantan.
2. Dengan pembuahan, dapat dibedakan atas konjugasi dan anisogami.

o Konjugasi, ini terjadi pada invertebrata yang belum jelas alat reproduksinya misalnya
Paramecium.
o Anisogami, yaitu peleburan dua asel kelamin yang tidak sama besarnya, misalnya
peleburan mikrogamet dan makrogamet pada Plasmodium, dan peleburan sperma
dengan ovum di dalam rahim.

Pembiakan seksual lainnya dapat kita temukan pada:

Hydra

Selain berkembang biak secara aseksual (bertunas) Hydra juga dapat


berkembang biak secara seksual. Perkembangbiakan secara seksual
dilakukan dengan pembentukan testis dan ovarium, yang terdapat pada
satu tubuh (hermafrodit). Alat tersebut masing-masing menghasilkan
spermatozoid dun ovum. Hasil pembuahannya adalah zigot yang
selanjutnya akan berkembang menjadi hewan baru.

Cacing pita

Tubuh cacing pita terdiri atas segmen-segmen yang disebut proglotid.


Pada setiap proglotid terdapat ovarium yang menghasilkan ovum dan
testis yang menghasilkan sel sperma. Bila sel telur dan sel sperma sudah
masak, maka terjadilah pembuahan didalam proglotid yang
menghasilkan zigot.

Cacing tanah

Dalam tubuh cacing tanah terdapat beberapa segmen yang kulitnya


menebal disebut klitelum. Dalam segmen tersebut terdapat testis yang membentuk spermatozoid, dan
ovarium yang membentuk ovum. Walaupun ovum dan spermatozoid terdapat dalam satu tubuh, cacing
tanah tidak pernah mengadakan pembuahan sendiri, tetapi melakukan perkawinan dengan
mempertukarkan spermatozoid (perkawinan silang).

Serangga

Pada beberapa jenis serangga, misalnya lebah madu (Apis indica),


terdapat koloni yang terdiri atas ratu yang fertil, pejantan fertil dan mati
setelah kawin, dan pekerja yang mandul (steril). Pada waktu kawin,
sperma dari jantan disimpan dalam kantung sperma di induk betina.
Sperma ini merupakan cadangan sperma selama ratu hidup. Bila telur
yang telah matang dibuahi oleh sperma, telur tersebut akan berkembang
menjadi calon ratu, calon pekerja atau prajurit, sedangkan yang tidak
dibuahi (partenogenesis) akan berkembang menjadi pejantan. Lebah
pekerja dan prajurit menjadi mandul (streril) karena pengaruh lingkungan, yaitu kurang makan.

Reproduksi pada Vertebrata

Vertebrata hanya dapat berkembang biak secara kawin (seksual), yaitu melalui peleburan antara ovum
dan spermatozoid. Pembuahan pada vertebrata dapat terjadi di luar tubuh maupun di dalam tubuh. Bila
terjadi di luar tubuh disebut fertilisasi eksterna, misalnya pada ikan dan katak. Bila pembuahannya
terjadi di dalam tubuh disebut fertilisasi interna. Misalnya pada reptilia, burung, dan hewan menyusui.

Perkembangbiakan pada vertebrata dapat dibedakan atas:

1. Ovipar (bertelur), ialah hewan yang meletakkan telur di luar tubuhnya. Embrio berkembang di
dalam telur dan memperoleh sumber makanan dari cadangan makanan dalam telur. Misalnya
ikan, burung, amfibia, dan sebagian reptilia.
2. Ovovivipar (bertelur-beranak), ialah hewan yang menghasilkan telur, dan embrio berkembang
dalam telur. Pembeda dengan ovipar adalah kelompok hewan ovovivipar tidak mengeluarkan
telurnya dari dalam tubuh. Jadi embrio tetap tumbuh di dalam telur tetapi tetap berada di dalam
tubuh induk. Saat menetas dan keluar dari tubuh induknya tampak seperti melahirkan.
Misalnya, ikan Hiu, kadal, dan beberapa jenis ular.
3. Vivipar (beranak), ialah hewan yang melahirkan anaknya. Embrio berkembang di dalam tubuh
induknya dan mendapatkan makanan dari induknya dengan perantaraan plasenta (ari-ari).
Misalnya, manusia dan hewan menyusui lainnya.

Ikan

Ikan termasuk hewan yang bersifat ovipar. Ikan tidak mempunyai organ perkawinan. Pembuahan
terjadi diluar tubuh, yaitu di dalam air. Sekali bertelur ikan mampu menghasilkan ribuan telur yang
tidak dilindungi oleh cangkang. Telur yang telah dibuahi selanjutnya ada yang dibiarkan terapung-
apung dalam air, ada yang ditempatkan dalam sarang dan dijaga oleh induknya, ada yang ditempelkan
pada tanaman dalam air, serta ada pula yang disimpan di dalam rongga mulut induk betinanya seperti
pada mujaer.

Amfibi

Seperti pada ikan, katak juga bertelur dengan fertilisasi eksternal. Telur yang telah dibuahi akan
bergerombol dipermukaan air. Setelah enam hari telur akan menetas menghasilkan berudu atau
kecebong. Berudu hidup di dalam air dan bernafas dengan insang. Setelah mengalami metamorfosis
selama 1- 3 bulan, ia akan berubah bentuk menjadi katak. Pada umur satu tahun katak telah menjadi
dewasa.

Reptilia

Ada yang meletakkan telur (ovipar) dan ada pula yang bersifat ovovivipar. Pembuahan terjadi di dalam
tubuh (fertilisasi internal). Telur dilindungi oleh cangkang. Telur yang dikeluarkan ada yang
disembunyikan didalam pasir, di dalam lumpur, ada yang dierami. Pada kadal telurnya menetas di
dalam tubuh (ovovivipar).

Aves

Fertilisasi internal dengan kloaka. Semua jenis burung bereproduksi dengan cara bertelur (ovipar). Ada
burung yang mengerami telurnya, ada yang menyimpannya dalam lubang-lubang yang ditutupi daun,
ada pula yang menyimpan telurnya didalam pasir. Seekor burung sekali musim hanya mampu bertelur
beberapa butir saja. Pada burung merpati, sekali musim bertelur mengeluarkan 2 butir telur yang akan
menetas menghasilkan burung jantan dan betina. Embrio yang berkembang dalam cangkang mendapat
makanan dari cadangan makanan yang tersimpan dalam telur tersebut.

Mamalia

Fertilisasi intemal, karena telah memiliki organ reproduksi sempurna. Kecuali golongan hewan
berparuh bebek (Platypus), semua hewan menyusui selalu melahirkan (vivipar). Telur mamalia kecil
dan mengandung sedikit cadangan makanan. Embrio mendapat makan dari rahim induknya melalui
plasenta.

PADA MANUSIA

Seperti halnya mamalia lainnya, manusia bereproduksi secara seksual dan bersifat vivipar atau
melahirkan anaknya. Ovum yang telah dibuahi oleh sperma akan menghasilkan zigot yang selanjutnya
tumbuh dan berkembang menjadi embrio di dalam uterus (rahim) ibunya.

Alat kelamin manusia dibedakan menjadi alat kelamin jantan (pria) dan alat kelamin betina (wanita).
Baik pria maupun wanita mempunyai bagian-bagian alat kelamin yang terdapat di dalam tubuh dan
juga yang terdapat di luar tubuh.

Alat reproduksi pria

Alat kelamin dalam pria terdiri atas:

a. Testes

Berjumlah sepasang, dan berbentuk bulat telur. Organ ini tersimpan dalam suatu kantung pelindung
yang disebut skrotum (kantong buah zakar) dan terletak diluar rongga perut, berfungsi untuk
menghasilkan sel kelamin jantan (spermatozoa) dan juga hormon kelamin jantan yaitu testosteron.
Testis banyak mengandung pembuluh halus disebut tubulus seminiferus.

b. Saluran reproduksi, terdiri atas:


- Epididimis, yaitu saluran panjang berkelok-kelok yang terdapat di dalam skrotum yang keluar dari
testis. Setiap testis mempunyai satu epididimis, sehingga jumlahnya sepasang, kanan dan kiri. Saluran
ini panjang dan berbelok-belok di dalam skrotum. Di dalam epididimis ini sperma disimpan untuk
sementara dan menjadi matang sehingga dapat bergerak.

- Vas deferens, yaitu saluran yang merupakan lanjutan dari epididimis. Bagian ujung saluran ini
terdapat di dalam kelenjar prostata. Fungsi vas deferens ialah sebagai jalan sperma dari epididimis ke
kantung sperma (vesicula seminalis).

c. Kelenjar kelamin

Di samping saluran kelamin, alat kelamin dilengkapi dengan kelenjar kelamin, yang bertugas
menghasilkan sekrit (getah) yaitu:

- Vesicula seminalis (kantung sperma): berjumlah sepasang, dan menjadi satu kantong. Dindingnya
dapat menghasilkan cairan berwarna kekuningan yang banyak mengandung makanan untuk sperma.

- Kelenjar prostat: getah yang dihasilkan dialirkan ke saluran sperma.

- Kelenjar bulbo uretra: menghasilkan getah

- Kelenjar Cowper: terdapat pada pangkal urethra. Getah yang diproduksi berupa lendir dan dialirkan
ke urethra.

Sperma bersama getah yang diproduksi oleh kelenjar kelamin tadi akan membentuk suatu komponen
yang disebut semen. Semen ini akan dipancarkan keluar melalui uretra yang terdapat di dalam penis
(alat kelamin luar pria).

d. Urethra

Urethra ialah saluran yang terdapat di dalam penis yang mempunyai dua fungsi, yaitu:

- sebagai saluran urine dari kandung kemih (vesica urinaria) keluar tubuh

- sebagai saluran untuk jalannya semen dari kantong semen.

Alat kelamin luar pria terdiri atas:

a. Penis

Merupakan organ yang berperan untuk kopulasi (persetubuhan). Kopulasi adalah hubungan kelamin
(senggama) antara pria dan wanita yang bertujuan untuk memindahkan semen ke dalam rahim wanita.
Dari dalam penis terdapat uretra berupa saluran yang dikelilingi oleh jaringan yang banyak
mengandung rongga darah (korpus cavernosum). Apabila karena sesuatu hal korpus cavernosum itu
penuh berisi darah, maka penis akan tegang dan mengembang disebut ereksi. Hanya dalam keadaan
ereksilah penis dapat melakukan tugas sebagai alat kopulasi. Alat reproduksi pada pria mulai berfungsi
semenjak masa puber (± 14 tahun) sampai tua selama manusia itu dalam keadaan sehat.

b. Scrotum

Merupakan kantung tempat kedua testis berada.

Untuk lebih jelas mengenai alat reproduksi pria bisa dilihat di sini.

Alat reproduksi wanita

Seperti halnya pria, alat reproduksi wanita juga terdiri atas alat kelamin luar dan alat kelamin dalam.

Alat kelamin luar wanita terdiri atas:


a. Celah luar yang disebut vulva.

b. Di sebelah kiri dan kanan celah ini dibatasi oleh sepasang bibir, yaitu bibir besar (labium mayor)
dan bibir kecil (labium minor).

c. Di sebelah depan dari vulva terdapat tonjolan yang disebut kelentit (klitoris), yang sejarah
terjadinya sama dengan perkembangan penis pada pria.

d. Ke dalam vulva ini bermuara dua saluran, yaitu saluran urine (urethra) dan saluran kelamin
(vagina).

Alat kelamin dalam wanita terdiri atas:

a. Ovarium (indung telur)

Berjumlah sepasang, kecil, dan alat ini terdapat dalam rongga badan, didaerah pinggang, bentuknya
seperti telur. Di dalam ovarium terdapat jaringan kelenjar buntu (kelenjar endokrin) dan jaringan yang
membuat sel telur (ovum) yang disebut folikel.

b. Saluran reproduksi
- Saluran telur (tuba fallopi), berjumlah sepasang, kanan dan kiri. Pada bagian pangkalnya berbentuk
corong yang disebut infundibulum. Infundibulum dilengkapi dengan jumbai-jumbai yang berfungsi
untuk menangkap sel telur yang telah masak dan lepas dari ovarium.

- Rahim (uterus), bertipe simpleks, artinya hanya memiliki satu ruangan. Berbentuk buah pir, dan
bagian bawahnya mengecil disebut leher rahim (cervix). Dinding rahim terdiri atas beberapa lapisan
otot dan jaringan epitel. Lapisan terdalam yang membatasi rongga rahim terdiri atas jaringan epitel
yang disebut endometrium atau selaput rahim. Lapisan ini banyak menghasilkan lendir dan banyak
mengandung pembuluh darah. Sebulan sekali, yaitu pada waktu menstruasi (haid), lapisan ini
dilepaskan yang diikuti dengan pendarahan. Dinding rahim akan selalu mengalami perubahan
ketebalan, dan peristiwanya dipengaruhi oleh hormon.

- Vagina, merupakan akhir dari saluran kelamin dalam yang terdapat dalam vulva dan merupakan
organ persetubuhan bagi wanita. Karena fungsinya yang penting yakni untuk melahirkan bayi, maka
organ ini banyak mempunyai banyak lipatan. Hal ini mempermudah wanita pada waktu melahirkan
bayinya, sehingga vagina tersebut tidak sobek. Dinding vagina mempunyai banyak selaput lendir yang
berkelenjar, salah satu kelenjar yang penting ialah glandula Bartholini.

Mekanisme produksi ovum dan siklus menstruasi

Ovarium seorang wanita mampu memproduksi sel telur setelah masa puber sampai dewasa subur, yaitu
berkisar antara umur 12 sampai dengan 50 tahun. Setelah sel telur habis diovulasikan, maka seorang
wanita tidak lagi mengalami menstruasi (haid), dan disebut masa menopause. Pada masa menopause
alat reproduksi tidak berfungsi lagi dan mengecil, karena berkurangnya produksi hormon kelamin.

Mekanisme produksi sel telur oleh folikel diatur oleh hormon yang dihasilkan hipofisis. Mekanisme
produksi sel telur dan siklus menstruasi adalah sebagai berikut.

- Kelenjar hipofisis menghasilkan hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone). Hormon ini
berfungsi untuk memacu pembentukan folikel dalam ovarium.

- Folikel yang sedang tumbuh tersebut memproduksi hormon estrogen. Fungsi hormon estrogen
ialah:

 merangsang pertumbuhan endometrium dinding rahim


 menghambat produksi FSH oleh pituitari
 memacu pituitari untuk memproduksi hormon LH (Luteinizing Hormone). Keluarnya LH dari
hipofisis menyebabkan telur masak, dan keluar dari dalam folikel, peristiwa inilah yang disebut
ovulasi.

- Setelah telur masak dan meninggalkan ovarium, LH mengubah folikel menjadi badan berwarna
kuning yang disebut korpus luteum. Dan sekarang tidak mampu memproduksi estrogen lagi, tetapi
mampu memproduksi hormon progesteron. Hormon progesteron berfungsi untuk mempercepat dan
mempertahankan pertumbuhan endometrium.

- Bila sel telur yang keluar dari ovarium tidak dibuahi, produksi estrogen terhenti. Hal ini
menyebabkan kadar estrogen dalam darah sangat rendah, akibatnya aktivitas hipofisis untuk
memproduksi LH juga menurun. Penurunan produksi LH menyebabkan korpus luteum tidak dapat
memproduksi progesteron. Tidak adanya progesteron dalam darah menyebabkan penebalan dinding
rahim tidak dapat dipertahankan, selanjutnya akan luruh dan terjadilah pendarahan. Inilah yang disebut
menstruasi.

- Bila terjadi pembuahan sel telur oleh sperma, maka zigot yang terbentuk akan melakukan nidasi
/ transplantasi (penanaman diri) pada endometrium. Zigot akan berkembang menjadi embrio, terus
menjadi janin. Selanjutnya placenta janin yang terbentuk akan menghasilkan HCG (Human Chorionic
Gonadotropic) yang akan menggantikan peran progesteron. Janin ini mendapat makanan dari tubuh
induknya dengan perantaraan plasenta (ari-ari / tembuni).

Selaput pembungkus embrio terdiri dari amnion, korion, sakus vitelinus dan alantois.
Janin kucing sebagai contoh perbandingan: 1 umbilicus, 2 amnion, 3 allantois, 4 kantung kuning telur, 5 perdarahan, 6 placenta

Sakus vitelinus (kantong kuning telur) terletak di antara amnion dan plasenta, merupakan tempat
pembentukan sel-sel darah dan pembuluh-pembuluh darah yang pertama. Selaput-selaput tersebut
berfungsi untuk:

 Melindungi embrio terhadap kekeringan dan goncangan-goncangan.


 Membantu proses pernapasan, ekskresi dan fungsi-fungsi penting lainnyaselama kehidupannya
didalam rahim.

Amnion

Merupakan selaput yang membatasi ruangan amnion di mana terdapat embrio. Dinding amnion
menghasilkan cairan berupa air ketuban yang berguna untuk menjaga agar embrio tetap basah dan
tahan goncangan.
Korion

Merupakan selaput yang terdapat di sebelah luar amnion. Korion dan alantois akan tumbuh keluar
membentuk jonjot dan berhubungan dengan dinding rahim. Jonjot-jonjot korion menempel pada
dinding rahim. Di dalamnya terdapat pembuluh-pembuluh darah yang berhubungan dengan peredaran
darah ibu dengan perantaraan plasenta.

Alantois

Terletak di dalam tali pusat. Jaringan epitelnya menghilang dan yang menetap adalah pembuluh-
pembuluh darahnya yang berfungsi untuk menghubungkan sirkulasi embrio dengan plasenta. Plasenta
dengan embrio dihubungkan oleh tali pusat. Di dalamnya terdapat 2 buah pembuluh nadi dan sebuah
pembuluh balik yang berhubungan dengan pembuluh-pembuluh darah di dalam plasenta. Zat makanan
dan oksigen dari pembuluh darah induknya melalui plasenta ke tali pusat dan selanjutnya ke pembuluh
darah embrio. Sedang zat sisa metabolisma dan CO2 dari pembuluh darah embrio, ke tali pusat, terus ke
plasenta, dan akhirnya dialirkan ke pembuluh darah ibu. Bila pertumbuhan dan perkembangan janin
telah sempurna, janin akan keluar melalui vagina. Selubung janin akan pecah, diikuti keluarnya
plasenta.

Berikut ini adalah animasi tentang alat-alat reproduksi pada pria dan wanita, termasuk proses kelahiran
bayi. Perhatikan juga bagaimana bayi melakukan positioning saat keluar dari dalam rahim:

Untuk lebih memahami proses fertilisasi hingga terbentuknya janin silahkan lihat video animasi di sini.

Daur menstruasi
Artikel ini telah dibaca 2,791 kali

BMC – Menstruasi adalah proses normal yang harus dialami oleh semua wanita subur, yang ditandai
dengan keluarnya darah dari vagina karena terjadi pengelupasan dinding rahim (endometrium).
Peristiwa ini erat kaitannya dengan produksi ovum (telur). Itu sebabnya jika ada gangguan siklus
menstruasi orang banyak mengaitkannya dengan terjadinya gangguan kesuburan.

Untuk memahami bagaimana terjadinya menstruasi, kita harus kembali ke masalah hormon yang
dikeluarkan oleh hipofisis. Mekanisme produksi ovum diatur oleh hormon yang dihasilkan oleh bagian
otak yang disebut hipofisis/pituitary. Ceritanya begini: pada saat tertentu hipofisis menghasilkan
hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone) atau hormon yang merangsang pembentukan folikel.
Pembentukan folikel terjadi di dalam ovarium (indung telur), umumnya yang aktif adalah ovarium
sebelah kiri. Di dalam folikel inilah terdapat calon ovum.

Folikel yang sedang tumbuh tersebut menghasilkan hormon estrogen yang berfungsi merangsang
pertumbuhan endometrium (penebalan dinding rahim). Sejalan dengan perkembangan folikel, maka
estrogen yang dihasilkan akan semakin banyak, sehingga pada kadar tertentu akan merangsang
hipofisis untuk menghasilkan hormon LH (Luteinizing Hormone) yang menyebabkan folikel pecah
sehingga ovum keluar dan masuk ke dalam tuba fallopi/oviduct (saluran telur). Peristiwa inilah yang
disebut ovulasi. Umumnya ovulasi terjadi sekitar hari ke-14 dihitung sejak awal terjadinya menstruasi
(lihat gambar). Inilah yang disebut dengan masa subur wanita.

Folikel yang telah pecah tersebut akah berubah menjadi berwarna kekuningan dan disebut korpus
luteum. Badan kuning ini selanjutnya mengeluarkan hormon progesteron yang berfungsi untuk
mempercepat dan mempertahankan pertumbuhan endometrium. Untuk diketahui bahwa pada
endometrium (penebalan dinding rahim) inilah kelak zigot (calon bayi) akan tumbuh dan memperoleh
makanan dari ibunya melalui plasenta (ari-ari/tembuni). Endometrium dibentuk dari jalinan kapiler
darah dan jaringan lain yang hangat dan lembut.
Trus kemana nasib si ovum tadi? Ada dua kemungkinan nasibnya. Pertama, bila ovum yang telah
keluar tadi dibuahi sehingga terbentuk zigot, kemudian melakukan penempelan (nidasi) pada
endometrium dan selanjutnya berkembang menjadi embrio, akhirnya menjadi janin. Selama masa
perkembangan tersebut janin membentuk plasenta yang dia gunakan untuk mengambil makanan dan
oksigen dari ibunya. Nah, hebatnya plasenta ini bisa menghasilkan hormon HCG (Human Chorionic
Gonadotropic) yang berfungsi mempertahankan penebalan endometrium yang digunakan janin sebagai
media pertumbuhannya. Jadi HCG berfungsi menggantikan peran hormon progesteron, karena hormon
ini tidak bisa diproduksi terus oleh korpus luteum.

Kedua, jika ovum tidak dibuahi akan mati dalam waktu sekitar 24 jam. Sementara itu karena
progesteron tidak dapat terus diproduksi oleh korpus luteum, akibatnya kadarnya terus turun. Ini
berakibat endometrium tidak bisa dipertahankan, dan akhirnya mengelupas. Jaringan endometrium
akan meluruh bersama darah yang dikeluarkan melalui vagina. Inilah proses yang disebut menstruasi.

Gitu aja? Enggak! Ada masalah lain yang lebih gawat! Beberapa hari menjelang menstruasi, hampir
semua wanita tahu kalau sang tamu mau datang karena ada tanda-tandanya: badan sakit semua, mudah
capek, payudara terasa lebih kencang dan sakit, perut bagian bawah sakit (dilep), gampang emosi,
mudah tersinggung, pokoknya tanda-tanda semacam itulah! Nah, itulah yang disebut pre menstrual
syndrome (PMS). Gejala ini akan hilang setelah selesai menstruasi, dan psikis sang wanita kembali
normal.

Berikut ini adalah animasi tentang proses pembentukan ovum, ovulasi, dan daur menstruasi:

Sistem Kekebalan Tubuh


Sistem kekebalan atau imunitas adalah suatu sistem pertahanan yang digunakan untuk melindungi
tubuh dari infeksi penyakit atau kuman. Penyakit atau kuman ini berupa protein asing yang berbeda
dari protein tubuh kita, dan sering disebut antigen. Karena dianggap sesuatu yang asing, maka antigen
ini harus disingkirkan, dinetralisir, atau dihancurkan. Yang bertugas melakukan ini salah satunya
adalah sistem pertahanan tubuh yang dikenal dengan antibodi.

Macam sistem pertahanan tubuh


Antibodi adalah suatu zat yang dibentuk oleh tubuh, yang berasal dari protein darah jenis gama-
globulin dan berfungsi untuk melawan antigen (zat asing/protein asing) yang masuk ke dalam tubuh.
Berbagai jenis antibodi bekerja dengan beberapa cara untuk melawan antigen:

a. Opsonin adalah antibodi yang bekerja dengan merangsang leukosit untuk menyerang antigen atau
kuman.
b. Lisin adalah antibodi yang bekerja dengan cara menghancurkan antigen (lisis).
c. Presipitin adalah antibodi yang bekerja dengan cara mengendapkan antigen (presipitasi), dan
d. Aglutinin adalah antibodi yang bekerja dengan cara menggumpalkan antigen (aglutinasi).

Umumnya yang bertugas melawan para antigen ini adalah kelompok sel darah putih (leukosit). Ada
bermacam-macam leukosit dengan berbagai fungsi. Berdasarkan ada/tidaknya granula di dalam plasma,
leukosit dibagi menjadi:

1. Leukosit bergranula (granulosit)

 Neutrofil
 Eosinofil
 Basofil

2. Leukosit tidak bergranula (agranulosit)

 Limfosit
 Monosit

1. Neutrofil

Plasmanya bersifat netral, inti selnya berjumlah banyak (polimorf) dengan bentuk bermacam-macam.
Neutrofil melawan antigen dengan cara memakannya (fagositosis). Selain melakukan fagositosis
terhadap kuman, neutrofil juga memakan jaringan tubuh yang rusak atau mati.

2. Eosinofil
Plasmanya bersifat asam. Itulah sebabnya eosinofil akan tampak berwarna merah tua bila ditetesi eosin.
Eosinofil juga bersifat fagosit dan jumlahnya akan meningkat jika tubuh terkena infeksi.

3. Basofil

Plasmanya bersifat basa. Berwarna biru jika ditetesi larutan basa. Basofil juga bersifat fagosit. Selain
itu, basofil mengandung antikoagulan (anti penggumpalan darah), yaitu heparin.

4. Limfosit

Limfosit tidak dapat bergerak dan berinti satu. Ukurannya ada yang besar dan ada yang kecil. Limfosit
berfungsi untuk membentuk antibodi.

5. Monosit

Monosit dapat bergerak seperti Amoeba dan mempunyai inti yang bulat/bulat panjang. Monosit
diproduksi pada jaringan limfe (getah bening) dan bersifat fagosit.
Beginilah proses fagositosis

Dari bermacam leukosit di atas yang berperan penting terhadap kekebalan tubuh ada 2, yaitu sel fagosit
dan limfosit.

1. Sel fagosit akan menghancurkan antigen yang dengan cara menelannya (fagositosis). Ada 2 macam sel
fagosit, yaitu neutrofil, dan Makrofag. Sel makrofag dapat keluar dari dalam peredaran darah untuk
masuk ke dalam jaringan tubuh. Kemampuan ini disebut diapedesis, dan berguna untuk
melacak/mencari lokasi dimana antigen atau kuman berada. Jika antigen ditemukan maka sel makrofag
juga akan melakukan fagositosis.
2. Sedangkan limfosit terdiri atas:
1. limfosit T (T Sel)
2. limfosit B (B sel). Keduanya dihasilkan oleh sumsum tulang dan diedarkan ke seluruh tubuh
melalui pembuluh darah, dan menghasilkan antibodi yang disesuaikan dengan antigen yang
masuk ke dalam tubuh.

Seringkali antigen semacam virus memasuki tubuh tidak melalui pembuluh darah tetapi melalui kulit
dan selaput lendir untuk menghindari leukosit. Namun ada bentuk pertahanan lain di sana. Sel-sel
tubuh akan menghasilkan interferon yaitu zat yang berfungsi sebagai penghalang pembentukan virus
baru (replikasi).
Sebuah sel makrofag sedang melakukan fagositosis (memakan) bakteri

Inilah perbandingan bentuk dan ukuran berbagai macam sel darah

Macam Sistem Kekebalan

1. Sistem Kekebalan Alami

Jika tubuh terserang suatu penyakit, misalnya campak, tubuh akan membentuk antibodi untuk melawan
campak. Dibentuknya antibodi ini menyebabkan tubuh menjadi kebal (imun) terhadap campak.
Kekebalan (imunitas) terhadap suatu penyakit yang dimiliki tubuh tanpa perlakuan tertentu ini
dinamakan kekebalan alami/kekebalan perolehan (aquired immune). Contoh kekebalan alami yang
lain adalah kebalnya bayi terhadap beberapa penyakit setelah menyusu pada hari pertama. Di dalam air
susu ibu tersebut terkandung kolostrum yang kaya antibodi dan mineral. Kekebalan bayi ini bertahan
beberapa hari sampai beberapa minggu.

Bagaimana tubuh dapat mengingat dan mengenali antigen yang pernah menyerang sebelumnya?
Ternyata ada sel-sel khusus yang bertugas untuk mengingat dan mengenal antigen yang disebut sel-sel
memori. Inilah ciri khas sistem kekebalan tubuh: pengingatan/pengenalan dan pengkhususan.
Pengenalan artinya sel-sel memori mampu mengingat dan mengenal antigen yang pernah menyerang
tubuh. Sedangkan kekhususan berarti satu antibodi hanya cocok untuk satu antigen tertentu. Sebagai
contoh antibodi cacar hanya cocok untuk antigen cacar dan tidak cocok untuk antigen lainnya.
2. Sistem Kekebalan Buatan

Kekebalan buatan adalah suatu bentuk kekebalan tubuh yang sengaja dibuat atau ditumbuhkan melalui
pemberian vaksin. Vaksin adalah bibit penyakit (kuman/antigen) yang telah dilemahkan. Proses
pemberian vaksin dalam tubuh disebut vaksinasi. Contohnya jika menginginkan tubuh memproduksi
antibodi tetanus, maka seseorang disuntik bakteri tetanus yang telah dilemahkan. Vaksin tetanus yang
masuk tersebut akan dianggap tubuh sebagai antigen sehingga tubuh akan memproduksi antibodi.
Akibatnya tubuh menjadi kebal terhadap tetanus jika suatu saat penyakit tersebut menyerang.
Kekebalan yang dibuat oleh tubuh dengan pemberian vaksin ini dinamakan kekebalan buatan dan
termasuk kekebalan aktif karena tubuh membentuk antibodi sendiri.

Cara lain untuk menumbuhkan kekebalan pada tubuh adalah dengan menyuntikkan serum. Serum
adalah plasma darah yang telah mengandung antibodi untuk melawan antigen tertentu. Pembuatan
serum dilakukan dengan menyuntik kuda atau kelinci dengan vaksin tertentu. Setelah tubuh kelinci atau
kuda membentuk antibodi, kemudian plasma darah yang mengandung antibodi diisolasi. Umumnya
pemberian serum dilakukan untuk pengobatan dan bukan pencegahan. Misalnya seseorang yang digigit
ular berbisa ditolong dengan menyuntikkan serum anti bisa ular. Pemberian serum seperti ini disebut
dengan kekebalan pasif karena tubuh tidak membentuk antibodi sendiri.

Semua langkah untuk membuat tubuh menjadi kebal (imun) baik dengan vaksinasi maupun pemberian
serum seperti di atas disebut dengan imunisasi. Dengan memahami sistem kekebalan di atas, kita tahu
ada 2 jenis imunisasi, yaitu imunisasi alamiah dan imunisasi buatan. Seseorang yang pernah
terinfeksi suatu penyakit dan akhirnya memperoleh kekebalan disebut memperoleh imunisasi alamiah.
Sebaliknya jika memperoleh kekebalan karena pemberian vaksin atau serum disebut imunisasi buatan
(artifisial).

Macam Vaksin

Kekebalan karena vaksinasi biasanya memiliki jangka waktu tertentu, sehingga permberian vaksin
harus diulang lagi setelah beberapa lama. Hal
ini dilakukan karena jumlah antibodi dalam tubuh semakin berkurang sehingga imunitas tubuh juga
menurun. Beberapa jenis penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi antara lain cacar, tuberkulosis,
dipteri, hepatitis B, pertusis, tetanus, polio, tifus, campak, dan demam kuning. Vaksin
untuk penyakit tersebut biasanya diproduksi dalam skala besar sehingga harganya dapat terjangkau
oleh masyarakat.

Secara garis besar, vaksin dikelompokkan menjadi 4 jenis yaitu:

1. Vaksin Bacille Calmette-Guerin (BCG), polio jenis sabin, dan campak. Vaksin ini terbuat dari
mikroorganisme yang telah dilemahkan.
2. Vaksin pertusis dan polio jenis salk. Vaksin ini berasal dari mikroorganisme yang telah dimatikan.
3. Vaksin tetanus toksoid dan difteri. Vaksin ini berasal dari toksin (racun) mikrooganisme yang telah
dilemahkan/diencerkan konsentrasinya.
4. Vaksin hepatitis B. Vaksin ini terbuat dari protein mikroorganisme.

Anda mungkin juga menyukai