BAB II
LANDASAN TEORI
Penggoreng keripik mangga yang dibuat merupakan prototipe yang dapat
langsung digunakan langsung oleh petani mangga dengan kapasitas produksi skala
panen harian dan buah mangga yang diolah yaitu buah mangga dengan tingkat
kematangan
±80% (mangga mengkal). Dalam pembuatan prototipe penggoreng
keripik mangga ini tidak terlepas dari bidang ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK) yang sedang berkembang. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai landasan
teori yang mendukung dalam penyelesaian tugas akhir ini, yaitu yang berhubungan
dengan pengolahan keripik mangga saat ini, penelitian yang sudah dilakukan
sebelumnya atau produk yang telah dibuat, sistem fluida dan pompa dan penukar
kalor serta sensor suhu.
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Keluarga : Anarcadiaceae
Genus : Mangifera
Spesies : Mangifera spp.
II - 2
Gambar 2.1 Buah Mangga Arumanis
Gambar 2.1 memperlihatkan jenis buah mangga Arumanis. Buah mangga
mengandung vitamin C yang cukup tinggi dan dapat dikonsumsi dalam bentuk segar
maupun sebagai olahan. Mangga yang sudah masak mengandung air sekitar 82%,
vitamin C 41 mg, dan energi 73 Kal setiap 100 gram. Sebagian besar energi mangga
berasal dari karbohidrat berupa gula, yang membuatnya terasa manis. Kandungan
gula ini didominasi oleh sukrosa. Kandungan gula dalam mangga berkisar 7-12%
bahkan untuk jenis mangga manis dapat mencapai 16-18% (Dwina, 2009).
II - 3
2. Kadar
lemak rata-rata berkisar antara 32,58 - 39,98%. Peningkatan suhu dan
waktu dapat menaikkan kadar lemak keripik mangga.
3. Vitamin C rata-rata berkisar antara 1,841 - 3,457 mg/g. Peningkatan suhu dan
waktu penggorengan dapat menurunkan nilai vitamin C keripik mangga.
4. Produk yang dianggap paling baik adalah produk yang digoreng pada suhu 85°C
selama 35 menit. Pada kondisi ini keripik mangga yang dihasilkan lebih kering,
tidak gosong, lebih renyah dan nutrisinya dianggap baik.
II - 4
Selama penggorengan, minyak goreng mengalami pemanasan pada suhu
tinggi yaitu pada suhu 170ºC – 180º C dalam waktu yang cukup lama. Hal ini akan
menyebabkan terjadinya proses oksidasi, hidrolisis dan polimerisasi yang
menghasilkan senyawa – senyawa hasil degradasi minyak seperti keton, aldehid dan
polimer yang merugikan kesehatan manusia. Proses – proses tersebut menyebabkan
minyak mengalami kerusakan. Kerusakan utama adalah timbulnya bau dan rasa
tengik, sedangkan kerusakan lain meliputi peningkatan kadar asam lemak bebas
(Free Fatty Acid), bilangan iodin IV (asam), timbulnya kekentalan minyak,
terbentuknya busa, kotoran dari bumbu yang digunakan dan bahan yang digoreng
(Ketaren, 1986). Penggunaan minyak berkali – kali dengan suhu penggorengan yang
cukup tinggi akan mengakibatkan minyak menjadi cepat berasap atau berbusa dan
meningkatkan warna coklat serta flavour yang tidak disukai pada bahan makanan
yang digoreng. Kerusakan minyak goreng yang berlangsung selama penggorengan
akan menurunkan nilai gizi dan mutu bahan yang digoreng (Ketaren, 1986 dan
Susinggih, dkk, 2005). Hasil penggorengan biasanya mengandung 5% - 40% minyak.
Konsumsi minyak yang rusak dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti
pengendapan lemak dalam pembuluh darah (Artherosclerosis) dan penurunan nilai
cerna lemak. Namun jika minyak goreng bekas tersebut dibuang selain tidak
ekonomis juga akan mencemari lingkungan (Luciana, 2005 dan Nur, 2008).
II - 5
II - 6
II - 7
A. Persiapan
Bahan.
Pilih buah-buahan dengan tingkat kematangan optimal dan daging buah
tidak terlalu tebal. Kemudian kupas kulitnya, tiriskan dan lakukan pemblansiran jika
diperlukan.
B. Penggorengan.
1. Isi bak air sampai ±3 cm dari permukaan bak sirkulasi.
2. Masukkan minyak goreng ke dalam tabung sampai dasar keranjang buah.
3. Pastikan tombol pengendali suhu pada posisi off sewaktu menghubungkan
regulator LPG dengan tabung.
4. Periksa kedudukan jarum penyetel suhu pada 85°C-95°C, kemudian
hubungkan steker boks pengendali suhu dengan listrik 220 volt, minimal
1300 watt.
5. Tekan tombol pengendali suhu pada posisi on dan nyalakan kompor gas.
6. Setelah tercapai suhu yang diset (ditandai nyala kompor mengecil),
masukkan bahan maksimum sebanyak 3,5 kg ke dalam keranjang penggoreng
kemudian tutup.
7. Pasang tutup tabung penggoreng dan kunci rapat-rapat, tutup keran pelepas
vakum, nyalakan pompa dengan menekan tombol besar dalam posisi on pada
boks pengontrol sambil membuka keran sirkulasi air di atas tabung jet,
tunggu hingga air keluar dari selang bagian atas kondensor.
8. Setelah vacuum meter menunjukkan angka 700 mmHg, turunkan keranjang
ke dalam minyak dengan memutar tuas pengaduk setengah putaran (180°).
Goyanglah tuas setiap 5 menit untuk meratakan pemanasan.
9. Pada saat bahan dimasukkan ke dalam minyak, suhu akan turun, jarum meter
vakum bergerak ke kanan, kaca pengintai menjadi berembun.
10. Setelah matang, buih pada tabung penggorengan akan hilang (dilihat dari
kaca pengintai dengan menekan tombol lampu ke posisi on) angkat bahan ke
II - 8
atas minyak dengan memutar tuas pengaduk 180° dan kunci. Matikan pompa,
kompor, dan keran sirkulasi air, kemudian buka keran pelepas vakum (di atas
tutup), hingga vacuum meter menunjuk angka 0.
11. Buka tutup tabung dan keranjang penggoreng, angkat keripik buah dan
tiriskan pada mesin pengering. Spesifikasi mesin vacuum fryer seperti pada
Tabel 2.2
Tabel 2.2 Spesifikasi Mesin Vacuum Fryer
Kapasitas 3-3,5 kg/proses
Kebutuhan gas LPG 0,2-0,3 kg/jam
Daya pompa vakum 900 watt
Daya sealer 300 watt
Daya spinner (pengering) 300 watt
Volume minyak goreng 30 - 35 It
Ukuran mesin (120 x 120 x 60) cm
Kapasitas setiap kali proses kripik nangka atau pisang seperti pada tabel 2.3.
Tabel 2.3 Hasil Penggorengan Vakum
Bahan maksimal 3,5 kg
Lama penggorengan 55-75 menit
Susut minyak goreng ±0,7 liter
Gas terpakai Rp 975
Listrik 0,75 kwh
Tenaga kerja 2 orang
Hasil kripik nangka 0,8 -1,2 kg
Hasil kripik pisang 1,5 -1,6 kg
II - 9
II - 10
Karya tulis ini merupakan laporan akhir dari penelitian yang dilakukan
oleh Benny D Leonanda, Uyung GSD (dosen) dan Christian Sudiman (alumni),
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Andalas yang berjudul “Studi
Terhadap Pompa Vakum Tipe Orifice”. Penelitian ini biayai oleh Lembaga Penelitian
UNAND tahun 2004. Tujuan yang hendak dicapai adalah menghasilkan suatu
peralatan
yang mampu menghasilkan ruang vakum dengan memanfaatkan sisi isap
pompa yang memakai sebuah orifice sebagai tempat penyadapan untuk ruang vakum,
mencari sejauh mana tekanan vakum yang dapat dicapai oleh orifice. Manfaat dari
penelitian ini diharapkan didapatkan suatu peralatan baru yang dapat menghasilkan
ruang vakum dan karakteristik pemvakumannya.
Penelitian yang dilakukan sebelumnya menggunakan pompa vakum tipe
ventury. Pada instalasi ini terjadi fenomena kavitasi dan surging, dimana adanya
fluktuasi ketinggian manometer data pengujian pada bacaan manometer. Laju aliran
di sini berubah-ubah secara periodik. Pada pengujian pertama (Gambar 2.5 a) katup
pengaturan debit dipasang pada posisi sebelum masuk ventury, hasilnya fluktuasi data
terjadi pada setiap titik pengujian. Hal ini disebabkan adanya perubahan tekanan dan
kecepatan yang besar pada aliran fluida sebelum melewati titik pengujian.
katup
venturi venturi
katup
pompa pompa
reservoar reservoar
(a) (b)
II - 11
Selang nilon
Flow meter
katup
Corong pancingan
orifice
Tabung silinder
pompa
reservoar
Inlet valve
Pada penelitian ini digunakan tiga buah orifice dengan diameter 6, 8 dan
10 mm. Diameter pipa yang dipakai adalah 25,4 mm. Ada lima buah tap pengukuran
tekanan dengan jarak tap pengukur tekanan vakum diberikan 0,5D; 1D; 2D; serta tap
pengukur tekanan sebelum masuk dan keluar pipa orifice 8D seperti ditunjukkan pada
Gambar 2.7 di bawah ini.
II - 12
II - 13
II - 14
pada arah diameter membesar yaitu diameter 15; 16 dan 17 mm. Hasil pengujiannya
dapat dilihat
pada Tabel 2.5 berikut.
Pengujian 1 2 3 4 5 6 7 8 9
d2 (mm) 10 12 14 15 16 17 18 23 25,4
P2 (cmHg) -58 -45 -50 -64 -64 -70,2 -68,6 -10 -10
Dari tabel diatas dibuat grafik tekanan-diameter seperti pada Gambar 2.9 berikut.
0
-5 d
-10 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 2
-15
-10
-10
(mm)
-20
-25
p2 (cmHg)
-30
-35
-40 -45
-45 -50
-50
-55
-60 -58 -64
-65 -64 -68,6
-70 -70,2
-75
II - 15
Penilaian
Aspek yang
No Penelitian Jujun Penelitian Benny D Penelitian Udiana
di nilai
Ramdhani Leonanda Bambang
1 Tujuan Merancang , membuat Mengamati Mencari optimalisasi
Penelitian alat penggoreng keripik karakteristik pompa tekanan vakum pada
buah-buahan. vakum tipe orifice. diameter throat nosel
yang berbeda.
2 Metode Menggunakan ventury. Menggunakan orifice.
Menggunakan Nozzle.
pemvakuman Kelebihannya adalah Kelebihannya adalah Kelebihannya adalah
kapasitas aliran cukup konstruksi sederhana, kapasitas aliran cukup
besar, pengukuran mudah dibuat, ukuran besar, mudah dalam
tekanan lebih baik pipa dapat dibuat sama pemasangan, lebih
dibandingkan orifice, dengan ukuran pipa tahan terhadap gesekan
dan tahan terhadap sambungan. Sedangkan fluida, beda tekanan
gesekan. Sedangkan kekurangannya adalah yang diperoleh lebih
kekurangannya adalah Jika terdapat bagian besar dari ventury.
Dimensi menjadi lebih padat dari aliran fluida,
panjang, pembuatan maka padat bagian
lebih sulit dan beda tersebut akan terkumpul
tekanan menjadi lebih pada bagian pelat disisi
kecil dari orifice. inlet, terjadi aliran
turbulen yang besar.
3 Pencapaian Dalam perencanaan Mampu vakum sampai Mampu vakum sampai
Vakum vakum sampai -55,4 -79,584 kPa atau -59,7 -70,2 cmHg.
cmHg. cmHg
II - 16
II - 17
b. Tekanan
Tekanan secara umum dapat didefinisikan sebagai gaya persatuan luas.
Tekanan bekerja pada permukaan fluida dalam arah normalnya. Fluida tidak
mempunyai tegangan normal tarik, hanya kompresi dan disebut sebagai tekanan.
Pada suatu titik dalam fluida yang diam, tekanan dalam semua arah adalah sama.
Ada beberapa istilah yang berhubungan dengan tekanan seperti tekanan atmosfer,
tekanan terukur (gauge), tekanan vakum, tekanan absolut, dan tekanan absolut nol
II - 18
Tekanan absolut (Pabs)
Tekanan terukur positif (Pg)
Tekanan Atmosfer (Patm=1 atm abs)
Tekanan terukur negatif (Pvac)
Patm
Tekanan vakum absolut
Tekanan absolut nol (Pabs=0)
Selanjutnya dalam Tugas Akhir ini di buat kesepakatan agar tidak terjadi
kesalahan dalam memaknai nilai tekanan. Satuan kevakuman menggunakan cmHg
(gauge) dimana perbandingan 1 atm sama dengan 0 cmHg (gauge) dan tekanan 0
absolut sama dengan -76 cmHg. Jadi kevakuman adalah tekanan negatif. Semakin
mendekati -76 cmHg (gauge) berarti semakin vakum.
II - 19
𝛾 = 𝜌𝑔 (2)
Dimana 𝛾 adalah berat jenis dalam satuan N/m3 dan g adalah percepatan gravitasi
bumi (9,81
m/s2).
Volume jenis adalah volume tiap satu satuan massa zat. Volume jenis
merupakan kebalikan dari massa jenis, sehingga dapat dirumuskan sebagai :
1
𝑣=𝜌 (3)
d. Kemampatan (compressibility)
Kemampatan adalah perubahan volume karena adanya perubahan
tekanan, yang ditunjukan oleh perbandingan antara perubahan tekanan dan perubahan
volume terhadap volume awal. Perbandingan tersebut dikenal dengan modulus
elastisitas (k). Nilai k untuk zat air sangat besar yaitu 2,1 x 109 N/m, sehingga
perubahan volume karena perubahan tekanan akan sangat kecil dan dapat diabaikan,
sehingga zat cair merupakan fluida yang tidak dapat termampatkan (incompressible).
II - 20
f. Kapilaritas (Capillarity)
Kapilaritas adalah peristiwa naik dan turunnya zat cair pada pipa kapiler.
Kapilaritas terjadi akibat adanya gaya kohesi dan adhesi antar molekul, jika kohesi
lebih kecil dari adhesi maka zat air akan naik dan sebaliknya bila kohesi lebih besar
dari adhesi maka zat cair akan turun seperti ditunjukkan pada Gambar 2.11.
Gambar 2.11 Kenaikan dan Penurunan Zat Cair pada Pipa Kapiler
g. Tekanan Uap
Di permukaan bebas yang terbentuk oleh zat cair, molekul-molekul zat
mempunyai energi yang cukup untuk melepaskan diri dari ikatannya menuju udara
bebas. Sebaliknya molekul-molekul yang lepas dapat juga kembali ke dalam bentuk
molekul zat cair. Ketika molekul dalam kesetimbangan, jumlah molekul-molekul
yang keluar masuk akan cenderung konstan. Molekul-molekul tersebut
mengakibatkan tekanan yang disebut dengan tekanan uap.
Tingkat pergerakan aktifitas molekul-molekul akan bertambah dengan
meningkatkan suhu disekitarnya. Sehingga tekanan uap akan bertambah pula. Proses
mendidih akan terjadi ketika tekanan uap sama dengan tekanan diatas fluida. Dengan
menurunkan tekanan uap, proses mendidih terjadi pada suhu yang lebih rendah.
II - 21
𝜌.𝑣.𝑑
Re = (5)
𝜇
Dimana ρ = massa jenis fluida (kg/m3)
v = kecepatan fluida (m/s)
d = diameter pipa (m)
μ = viskositas dinamik (Ns/m2)
Pola aliran
laminar dan turbulen dalam pipa ditunjukkan pada Gambar 2.12 berikut.
Gambar 2.12 Pola aliran laminar (bawah) dan turbulen (atas) dalam pipa
ṁin ṁout
II - 22
Pada Gambar 2.13, jumlah zat cair yang mengalir melalui tampang
lintang aliran tiap satu satuan waktu disebut debit aliran dan diberi notasi Q. Debit
aliran biasanya diukur dalam volume zat cair tiap satuan waktu. Laju aliran Q
merupakan fungsi luas pipa A dan kecepatan v dari cairan yang mengalir lewat pipa,
yakni:
𝑄 =𝐴𝑉 (7)
𝑚=𝜌𝑉 (8)
𝑚=𝜌𝐴𝑙 (9)
𝜌𝐴𝑙
ṁ= (10)
𝑡
ṁ=𝜌𝐴𝑣 (11)
ṁ1 = ṁ2 (12)
𝜌1 𝐴1 𝑉1 = 𝜌2 𝐴2 𝑉2 (13)
Karena 𝜌1 = 𝜌2 maka secara matematis persamaannya adalah :
𝐴1 𝑣1 = 𝐴2 𝑣2 (14)
𝑄1 = 𝑄2 (15)
Dimana A1 = luas penampang pada titik 1
A2 = luas penampang pada titik 2
v1 = kecepatan aliran pada titik 1
v2 = kecepatan aliran pada titik 2
II - 23
Zat cair adalah homogen dan tidak termampatkan (rapat massa zat cair adalah
konstan).
Aliran adalah kontinyu dan sepanjang garis arus.
Kecepatan aliran adalah merata dalam suatu penampang.
Gaya yang bekerja hanya gaya berat dan tekanan.
Gambar 2.14 Aliran Fluida dengan Perbedaan Luasan Penampang dan Ketinggian
Bila dibagi dengan berat maka menjadi energi persatuan berat (H)
𝐸 =𝑚𝑔𝑧 (19)
𝐸
=𝑧 (20)
𝑚𝑔
Maka menjadi
𝑃1 𝑣12 𝑃2 𝑣22
+ + 𝑧1 = + + 𝑧2 (21)
𝜌𝑔 2𝑔 𝜌𝑔 2𝑔
II - 24
(a)
II - 25
(b) (c)
Gambar 2.15 nilai fitting factor : (a) mendadak, (b) reducer, (c) expancer
2. Gesekan dengan solid boundary sepanjang aliran pipa yang biasa disebut dengan
kerugian mayor (mayor losses). Gambar 2.16 adalah gambar kerugian mayor.
II - 26
𝑓 𝐿 𝑣2
𝐻𝑓 = (23)
𝐷 2𝑔
Dimana Hf = head mayor (m)
f = koefisien gesek
L = panjang pipa (m)
64
Nilai “f” pada aliran laminer adalah sedangkan pada aliran turbulen
𝑅𝑒
𝜀
nilai “f” dilihat pada diagram Moody dengan diketahui nilai kekasaran relatif = 𝑑 dan
bilangan Reynoldnya dimana 𝜀 adalah kekasaran absolut pipa yang digunakan dan d
adalah diameter dalam pipa. Diagram Moody ditunjukkan pada Gambar 2.17 berikut.
2.3.3 Pompa
Pompa berfungsi mengkonversikan energi mekanis poros dari penggerak
mula menjadi energi potensial atau tekanan fluida (zat) cair. Pompa digunakan untuk
mengangkat zat cair dari tempat yang lebih rendah ke tempat yang lebih tinggi atau
mengalirkan cairan ke tempat yang menghasilkan tekanan atau ketinggian tertentu,
dimana tidak dimungkinkannya cairan tersebut mengalir secara alami. Pompa juga
dapat digunakan untuk mensirkulasikan cairan, misalnya air pendingin atau pelumas
II - 27
II - 28
Zat cair yang keluar dari impeller ditampung dan diarahkan oleh saluran
II - 29
loss). Head statik merupakan perbedaan tinggi antara sumber dan tujuan dari cairan
yang dipompakan.
Head statik merupakan perbedaan ketinggian antara sumber dan tujuan
dari cairan yang dipompakan (Gambar 2.20). Head statik pada tekanan tertentu
tergantung pada berat cairan dan dapat dihitung dengan persamaan 24 berikut:
𝑃
𝑠 = 𝜌 𝑔 (24)
Dimana Hs = head statik (m)
P = tekanan kerja (Pa)
ρ = massa jenis fluida kerja (kg/m3)
g = percepatan grafitasi (9,81 m/s2)
Head statik terdiri dari head isap statik (static suction head, hs) dan head
keluaran statik (static discharge head, hd). Head isap statik adalah jarak vertikal dari
garis tengah pompa hingga ketinggian fluida yang dipompa. Sedangkan head
keluaran statik adalah jarak vertikal antar garis datar pompa dengan garis permukaan
fluida cair pada sisi keluaran (discharge). Gambar 2.21 menunjukkan head statik di
sebuah sistem pemompaan dimana pompa terletak lebih tinggi dari sisi permukaan
isap (a) dan sistem pemompaan dimana pompa terletak di bawah permukaan isap (b).
II - 30
(a) (b)
Gambar 2.21 Instalasi pompa
Head Tahanan/Gesekan (Friction Head), adalah head yang diperlukan
untuk mengatasi hambatan aliran pada pipa dan fitting. Hal ini tergantung pada
ukuran, kondisi dan jenis pipa, jumlah dan tipe fitting, kecepatan aliran, dan sifat
dari fluida yang mengalir. Head gesekan sebanding dengan kuadrat debit aliran,
seperti ditunjukkan pada Gambar 2.22.
Besarnya head sistem, yaitu head yang diperlukan untuk mengalirkan zat
cair melalui sistem pipa, adalah sama dengan head untuk mengatasi kerugian gesek
ditambah head statis sistem. Titik perpotongan antara kurva sistem pompa dan kurva
sistem pipa merupakan titik kerja/operasi pompa dan sistem. Pada titik ini head yang
diperlukan oleh sistem sama dengan head yang dapat diberikan oleh pompa pada laju
aliran yang sama. Kurva karakteristik pompa ditunjukkan pada Gambar 2.23.
II - 31
II - 32
Ada beberapa fenomena yang tidak diinginkan pada pompa yaitu kavitasi,
Surging dan water hammer. Kavitasi adalah gejala menguapnya zat cair yang sedang
mengalir karena tekanan berkurang hingga di bawah tekanan uap jenuhnya. Air pada
tekanan 1 atm akan mendidih pada suhu 100oC, namun jika tekanan lebih rendah,
maka air akan menguap pada suhu yang lebih rendah. Fenomena kavitasi terjadi pada
pompa. Jika tekanan hisap pompa rendah, air pada suhu kamar dapat menguap.
Fenomena ini terjadi apabila terdapat fraksi uap yang masuk ke dalam sistem aliran,
membentuk gelembung yang terbawa ke daerah bertekanan lebih tinggi, lalu tiba-tiba
pecah. Kavitasi menyebabkan pelepasan logam, getaran, kebisingan, melemahnya
aliran, dan berkurangnya efisiensi pompa.
II - 33
Nominal Pipe Size (NPS) adalah istilah yang dipakai untuk menyatakan
ukuran dasar pipa, hampir semua standar penulisan ukuran dasar pipa mengacu pada
sistem NPS. Diameter nominal pipa adalah diameter yang dipilih untuk keperluan
instalasi atau penjelasan perdagangan. Rentang ukuran diameter nominal pipa mulai
dari ½ in sampai 36 in atau lebih. Ukuran yang tertera tidak selalu mencerminkan
ukuran diameter luar pipa (OD = outside diameter) pipa. Ukuran pipa dimulai dari
yang terkecil sampai dengan 12 in dimana inside diameter pipa, ID = NPS.
diameter
Sedangkan
ukuran 14 in sampai ukuran terbesar outside diameter pipa, OD = NPS.
Ketebalan dinding pipa (WT = wall thickness) yang dipakai tergantung
dari tekanan dan temperatur operasi yang dibutuhkan sistem. Ketebalan dinding pipa
yang banyak variasinya berasal dari standar ANSI dan sebagian lainya dari ASME
dan ASTM, wall thickness ini diklasifikasikan dengan tanda nomor. Outside diameter
ditetapkan sama walaupun ketebalannya berbeda untuk setiap schedule, sedangkan
inside diameter ditetapkan berbeda untuk setiap schedule. Dimensi wall thickness dan
schedule sangat berkaitan erat, karena wall thickness pipa tergantung dari schedule
pipa itu sendiri. Standar schedule menurut standard ANSI dikelompokkan menjadi
Schedule 5, Schedule 10, Schedule 20, sampai Schedule 160.
Kemudian ASME dan ASTM untuk menandai wall thickness memberi
istilah dengan Schedule STD (Standard), Schedule XS (Extra-strong), Schedule XXS
(Double Extra-strong) dan Schedule Special. Perbedaan ketebalan dinding pipa untuk
masing-masing ukuran ini dibuat untuk menahan internal pressure aliran, kekuatan
dari material itu sendiri (Strength of material), mengatasi karat dan mengatasi
kegetasan pipa.
b. Fitting
Fitting berfungsi untuk percabangan atau mengubah diameter aliran dan
menyatukan dua pipa atau lebih. Pada semua jenis pipa dapat dilakukan proses
penyambungan sesuai dengan spesifikasi dan kegunaan yang tepat. Gambar 2.25
menunjukkan berbagai jenis fitting yang sering digunakan dalam instalasi.
II - 34
c. Valve
Valve merupakan salah satu komponen perpipaan yang digunakan
sebagai penutup atau pengatur aliran fluida. Valve dapat dikendalikan secara manual
ataupun secara otomatis. Desain valve dibuat dengan tujuan untuk menjaga tekanan,
temperatur dan desakan pada sistem perpipaan. Ada empat jenis valve, yaitu gate
vale, globe valve, ball valve dan check valve.
Gate valve mudah dikenali karena mempunyai body yang panjang. Gate
valve biasanya digunakan untuk pengaturan membuka atau menutup saja (ON/OFF).
Gambar 2.26 merupakan contoh katup jenis gate valve.
II - 35
II - 36
II - 37
Gambar 2.32 distribusi suhu pada penukar kalor sejajar dan lawan arah
II - 38
1
𝑈𝑜 = 𝑟𝑜 (31)
𝐴 𝑜 1 𝐴 𝑜 𝑙𝑛 𝑟1 1
+ +
𝐴𝑖 1 2𝜋𝑘𝐿 𝑜
II - 39
𝑇 2 −𝑇𝑐2 − 𝑇 1 −𝑇𝑐1
∆𝑇𝑚 = 𝑙𝑛 (32)
𝑇 2 −𝑇𝑐1 / 𝑇 1 −𝑇𝑐1
Panjang pipa
𝐴
𝐿 =𝑛𝜋𝑑 (33)
dimana d adalah diamter pipa atau tabung dan n adalah jumlah lintas pipa
Jumlah satuan perpindahan atau NTU, adalah:
𝑈𝐴
𝑁𝑇𝑈 = 𝐶 (34)
𝑚𝑖𝑛
NTU = jumlah satuan transfer (number of transfer unit)
Cmin adalah yang terkecil dari Ch = ṁh Ch dan Cc = ṁc Cc
Semua persamaan efektivitas penukar kalor mendekati persamaan sederhana
𝜀 = 1 − 𝑒 −𝑁𝑇𝑈 (35)
II - 40
2.5 Sensor Temperatur
Sensor adalah jenis tranduser yang digunakan untuk mengubah besaran
mekanis, magnetis, panas, sinar, dan kimia menjadi tegangan dan arus listrik. Sensor
sering digunakan untuk pendeteksian pada saat melakukan pengukuran atau
pengendalian. Ada 4 jenis utama sensor suhu yang biasa digunakan, yaitu :
2.5.1 Thermocouple
Thermocouple terdiri dari sepasang transduser panas dan dingin
yang disambungkan dan dilebur bersama, dimana terdapat perbedaan yang timbul
antara sambungan tersebut dengan sambungan referensi yang berfungsi sebagai
pembanding. Tipenya terdiri dari berbagai macam, antara lain : Tipe B, R, S, K, E, J,
T yang disesuaikan dengan kebutuhan dunia industri. Disamping itu material
protection tubenya pun tersedia dalam berbagai ukuran dan jenis material dari SUS
304, SUS 316, SUS 310, Sandvik P4, Inconel 600, Inconel 800, Titanium, UMCO 50,
Alsint 99.7%, Pythagoras, Silicon Nitride, dan Silicon Carbide. Sedangkan untuk
kabel dari thermocouple ke transmitter umumnya dibuat 1 pair cable (2 kabel).
Adapun beberapa kelebihan yang dimiliki oleh Thermocouple, antara lain :
Spesifikasi lebih beragam.
Biaya rendah dan kisaran temperatur luas sehingga dapat disesuaikan sampai
temperatur tinggi.
Waktu respon cepat
II - 41
II - 42
2.5.3 Thermistor
masalah sistem pengaturan yang lain. Gambar 2.35 adalah gambar bentuk fisik
thermistor.
II - 43
resistansi yang tinggi, tetapi dapat diubah menjadi bahan semi konduktor
II - 44