Anda di halaman 1dari 18

Jurnal Ekonomi Pembangunan

Volume 12, Nomor 2, Desember 2011, hlm.239-256


 
MODEL PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT DAN
PENGUATAN SINERGI DALAM PENGELOLAAN
SAMPAH PERKOTAAN *

Bambang Munas Dwiyanto


Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro
Kampus UNDIP Tembalang, Jalan Prof. Sudartho, SH, Semarang
E-mail: bbdwiyanto_undip@yahoo.com

Diterima 14 Oktober 2011 / Disetujui 5 Nopember 2011

Abstract: The study aims to find a model of improving a community’s role in the manage-
ment in town area, particularly household rubbish. The early stage of the study was to analyze
a management in town area, located at the Sub-District of Sambiroto, District of Tembalang,
Semarang City. To analyze the stakeholders, it was necessary to study and discuss (focus
group discussion) the management with them for finding an insight to develop the most ap-
propriate model. The approach used to develop a Community-Based Integrated Rubbish Man-
agement was a community empowering through improving the stakeholders’ role. The tested
model took a trial and error as well as two-year observation, at least, with the experiment at
different locations. A community-based household rubbish management system with a 3 R
principle by separating rubbish could reduce a 70 percent rubbish volume.
Keywords: community’s role, empowering, rubbish management, stakeholder

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model peningkatan partisipasi masya-
rakat dalam pengelolaan sampah perkotaan, khususnya sampah rumah-tangga. Tahapan
penelitian dimulai dengan mengkaji pola pengelolaan sampah perkotaan yang berlaku pada
saat ini dengan lokasi percontohan di Kelurahan Sambiroto, Kecamatan Tembalang, Kota
Semarang. Untuk mengkaji peran para stakeholder terkait, dilakukan pengkajian dan diskusi
(focus group) dengan stakeholders untuk mendapatkan input guna penyusunan model penge-
lolaan terbaik (best practises) dalam pengelolaan sampah. Pendekatan yang dipakai untuk
menyusun model Pengelolaan Sampah Terpadu Berbasis Masyarakat ini adalah pendekatan
pemberdayaan masyarakat (community empowering) melalui peningkatan pastisipasi stake-
holdersnya. Model yang telah teruji memerlukan trial and error serta memerlukan waktu
sekurang-kurangnya 2 tahun pengamatan dengan percobaan di beberapa lokasi yang berbeda.
Kata kunci: partisipasi masyarakat, pemberdayaan, pengelolaan sampah, stakeholder

PENDAHULUAN  dupan dengan tetap berusaha tidak melampaui


ekosistem yang mendukung kehidupannya.
Dewasa ini masalah pembangunan berkelanjut-
Pembangunan berkelanjutan adalah sebagai
an telah dijadikan sebagai isu penting yang
upaya manusia untuk memperbaiki mutu kehi-
perlu terus disosialisasikan di tengah masyara-
kat. Pembangunan berkelanjutan (Emil Salim,
 1990) bertujuan untuk meningkatkan kesejahte-
Tulisan ini merupakan bagian dari hasil penelitian Hibah
Strategis yang dibiayai oleh DP2M-DIKTI melalui program raan masyarakat, untuk memenuhi kebutuhan
penelitian Multitahun DIPA UNDIP TA. 2009/2010 de- dan aspirasi manusia. Pembangunan yang ber-
ngan nomor kontrak No.0363/023-04.2/XIII/2010 tanggal kelanjutan pada hekekatnya ditujukan untuk
31 Desember 2009 No.2466/H7.P/KP/2010 tanggal 21
April 2010. mencari pemerataan pembangunan antargene-
rasi pada masa kini maupun masa mendatang. pada kebutuhan dan permintaan masyarakat,
Menurut KLH (1990) pembangunan (yang pada direncanakan, dilaksanakan, dikontrol, dan di
dasarnya lebih berorientasi ekonomi) dapat di- evaluasi bersama masyarakat (Environmental
ukur keberlanjutannya berdasarkan tiga kriteria Services Program (ESP) DKI, 2006). Berbasis
yaitu: (1) Tidak ada pemborosan penggunaan masyarakat karena produsen utama adalah ma-
sumber daya alam atau depletion of natural syarakat sehingga, masyarakat harus bertang-
resources; (2) Tidak ada polusi dan dampak ling- gung jawab terhadap sampah yang masyarakat
kungan lainnya; (3) Kegiatannya harus dapat produksi. CBSWM ini tujuannya adalah keman-
meningkatkan useable resources ataupun replace- dirian masyarakat dalam mempertahankan ke-
able resource. bersihan lingkungan melalui pengelolaan sam-
Dewasa ini masalah sampah merupakan pah yang ramah lingkungan
salah satu masalah serius dalam lingkungan hi- Rumusan Masalah. Kota akan selalu berhu-
dup diseluruh dunia dan kaitannya sangat erat bungan erat dengan perkembangan lahan baik
dengan kehidupan manusia sehari-hari. Semua dalam kota itu sendiri maupun pada daerah
orang tidak bisa terlepas dengan masalah sam- yang berbatasan atau daerah sekitarnya. Selain
pah, sebagai pihak yang menghasilkan sampah. itu lahan juga berhubungan erat dengan manu-
Maka boleh dikatakan masalah sampah adalah sia dan lingkungan (Setyawati, D., 2008). Penje-
masalah persepsi masyarakat mengenai sam- lasan tentang teori kependudukan menyatakan
pah. bahwa populasi seharusnya dalam titik keseim-
Untuk mencapai kondisi masyarakat yang bangan di mana lingkungan dapat mendukung
hidup sehat dan sejahtera di masa yang akan dan batas di antara titik keseimbangan tersebut
datang, akan sangat diperlukan adanya ling- merupakan daya dukung dari lingkungan (Kor-
kungan permukiman yang sehat. Dari aspek mondy, EJ., 1969). Oleh karena itu perkembang-
persampahan, maka kata sehat akan berarti an dan pertumbuhan kota yang baik merupa-
sebagai kondisi yang akan dapat dicapai bila kan kota yang dapat menyeimbangkan antara
sampah dapat dikelola secara baik sehingga kondisi lingkungan dengan kepadatan pendu-
bersih dari lingkungan permukiman dimana duk yang akan ditampung dalam kota tersebut
manusia beraktifitas di dalamnya (Permen PU Kota Semarang sebagai ibukota Provinsi
nomor: 21/PRT/M/2006). Jawa Tengah memiliki jumlah penduduk sebe-
Potensi Pengelolaan Sampah Menuju Zero sar 1.434.025 jiwa pada tahun 2006 (BPS Sema-
Waste. Pengelolaan Sampah Perkotaan adalah rang, 2006), dengan besarnya jumlah penduduk
mulai dari produksi sampai berakhirnya suatu tersebut maka jumlah timbulan sampah juga
proses produksi dapat dihindari terjadi produksi sangat besar. Berdasarkan penelitian Sobirin,
sampah atau diminimalisir terjadinya sampah timbunan sampah tiap harinya sampai menca-
(Urip Santoso, 2009). Konsep Zero Waste ini pai 4.725 m3, yang terangkut sekitar 4.150 m3,
salah satunya dengan menerapkan prinsip 3 R yang belum terlayani sekitar 565 m3 setiap hari-
(Reduce, Reuse, Recycle). Pemikiran konsep zero nya. Sedangkan sampah yang terbuang di TPA
waste adalah pendekatan serta penerapan sistem Jatibarang tiap harinya sekitar 2.500 m3 atau
dan teknologi pengolahan sampah perkotaan sekitar 600 ton (Sobirin, Mei 2008). Dari jumlah
skala individual dan skala kawasan secara timbulan sampah tersebut hanya 65 persen
terpadu dengan sasaran untuk dapat mengu- yang dapat ditampung di TPA sedangkan
rangi volume sampah sesedikit mungkin. sisanya (35 persen) dibuang ke kali, ditimbun
Konsep 3R adalah merupakan dasar dari berba- atau dibakar oleh masyarakat (Kompas 09 April
gai usaha untuk mengurangi limbah sampah 2008).
dan mengoptimalkan proses produksi sampah Sistem pengelolaan sampah di Kota Sema-
(Suryanto dkk., 2005). rang dapat dikatakan masih tergolong menggu-
Diselaraskan dengan pengelolaan Sampah nakan konsep tradisional yang menganut kon-
Berbasis Masyarakat (Community Based Solid sep kumpul, angkut, dan buang. Sistem ini ma-
Waste Management/CBSWM) adalah suatu pen- sih terus digunakan karena masyarakat belum
dekatan pengelolaan sampah yang didasarkan

240 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 12, Nomor 2, Desember 2011: 239-256
mengetahui cara pengelolaan sampah dengan salah adalah tahap lanjut dari hasil penye-
baik. Dimulai dari cara mengurangi timbunan lidikan. Data atau informasi yang dikumpulkan
sampah domestik (reduce), menggunakan kem- diolah sedemkian rupa sehingga diperoleh
bali sampah domestik yang masih layak digu- gambaran yang lebih lengkap, utuh dan men-
nakan (reuse) dan mendaur ulang sampah do- dalam; dan (3) Identifikasi daya dukung yang
mestik (recycle) sehingga sampah tersebut da- dimaksud dalam hal ini, daya dukung tidak ha-
pat bernilai ekonomi. rus segera diartikan dengan dana kongkrit
Perencanaan Pengelolaan Sampah Rumah (money, atau uang), melainkan keseluruhan as-
Tangga Berbasis Masyarakat. Perencanaan me- pek yang bisa memungkinkan terselenggaranya
rupakan suatu proses yang mempersiapkan se- aktivitas dalam mencapai tujuan dan target
perangkat keputusan untuk melakukan tindak- yang telah ditetapkan. Daya dukung akan sa-
an di masa depan. Tahap perencanaan merupa- ngat tergantung pada persoalan yang dihadapi,
kan tahapan awal dalam proses pelaksanaan tujuan yang hendak dicapai, aktivitas yang
program pembangunan pengelolaan sampah. akan datang. Pengelolaan sampah tentu tidak
Hal ini dimaksudkan bahwa perencanaan akan saja dapat ditopang dengan gerakan yang ha-
memberikan arah, langkah atau pedoman da- nya ditanamkan pada masyarakat. Hal tersebut
lam proses pembangunan dimaksud. Pada ta- ditanamkan pada pemerintah, yang juga ber-
hapan ini akan ditelusuri aktivitas atau kegiat- tanggung jawab terhadap ersoalan pengolahan
an yang dilakukan masyarakat, dimulai dari ke- sampah ini.
terlibatan mereka dalam menyusun rencana Secara umum, pekerjaan perencanaan tek-
program yang diaktualisasikan melalui keak- nis pengelolaan sampah terpadu 3R (Reuse,
tifannya pada setiap rapat dan inisiatif diada- Reduce, Recycle) yaitu:
kannya rapat, dan keterlibatan dalam memberi- 1. Tahap Persiapan. Tahap persiapan pelaksa-
kan pendapat, tanggapan masyarakat serta pe- naan pengelolaan sampah berbasis masyarakat
ngembangan terhadap upaya pengelolaan sam- adalah melakukan persiapan dengan melaku-
pah, sampai dengan keterlibatan mereka dalam kan tindakan peningkatan pemahaman masya-
pengambilan keputusan terhadap program rakat terhadap konsep dasar program pen-
yang direncanakan. Melalui interaksi dan ko- gelolaan sampah berbasis masyarakat, terutama
munikasi, perencanaan bersama dengan ma- teknologi komposting di tingkat masyarakat.
syarakat membantu mengidentifikasi masalah, Dinas Kebersihan Kota Semarang menyusun
merumuskan tujuan, memahami situasi dan metode dan pendekatan untuk pelaksanaan pe-
mengidentifikasi solusi bagaimana memecah- kerjaan yang meliputi antara lain; menentukan
kan masalah masalah yang dimaksud. Dalam pemilihan lokasi, menentukan pengorganisa-
konteks ini perencanaan adalah aktivitas moral, sian dan pemerdayaan masyarakat, serta pe-
perencanaan merupakan komunikator yang ngadaan sarana dan prasarana pengelolaan
menggunakan bahasa sederhana dalam peker- sampah berbasis masyarakat.
jaannya agar membuat logik dari perilaku ma- 2. Tahap Pemilihan Lokasi. Tahap pemilihan
nusia. Kunci dari gagasan perencanaan dan lokasi di sini merupakan awal dimulainya ta-
pembelajaran sosial adalah evolusi dari desen- hap pengumpulan data calon lokasi yang akan
tralisasi yang membantu orang-orang untuk dipilih untuk melaksanakan program pengelo-
memperoleh akses yang lebih dalam pengam- laan sampah rumah tangga berbasis masyara-
bilan keputusan yang mempengaruhi kehidup- kat. Data data tersebut dapat diperoleh dari
an mereka (Hadi, 2001:19). hasil kajian studi Rencana Tata Ruang Wilayah
Menurut Alexander Abe,(2001:98), tahapan (RTRW) dan Rencana Retail Tata Ruang Kota
perencanaan yang harus dilalui yaitu: (1) Tahap (RDTRK)
pembuatan kesepakatan awal, dimaksudkan 3. Tahap Perencanaan Teknis. Tahap perenca-
untuk menetapkan wilayah dari perencanaan, naan teknis adalah tahap penyusunan doku-
termasuk prosedur teknis yang akan diambil men kerja serta melakukan pengadaan peralat-
dalam proses perencanaan; (2) Perumusan ma- an pengelolaan sampah. Peralatan prasarana

Model Peningkatan Partisipasi Masyarakat (Bambang Munas) 241


dan sarana persampahan 3R (Reuse, Reduce, Semarang (2008), pengertian pengelolaan sam-
Recycle) yang meliputi penentuan jenis dan jum- pah 3R secara umum adalah upaya pengurang-
lah peralatan, baik untuk pemilahan jenis sam- an pembuangan sampah, melalui program
pah, pewadahan dan pengangkutan dan alat menggunakan kembali (Reuse), mengurangi
pengolahan sampah untuk menjadi kompos, (Reduce), dan mendaur ulang (Recycle).
termasuk mengidentifikasi kebutuhan tempat (1) Reuse (menggunakan kembali) yaitu peng-
untuk pengolahan sampah terpadu TPS (Tem- gunaan kembali sampah secara langsung,baik
pat Penampungan Sementara). untuk fungsi yang sama maupun fungsi lain.
4. Tahap Pengorganisasian Masyarakat. Peng- (2) Reduce (mengurangi) yaitu mengurangi se-
organisasian tentang pemberdayaan masyara- gala sesuatu yang menyebabkan timbulnya
kat dan stakeholder menjadi fasilitator terhadap sampah.
kegiatan di tingkat komunitas/masyarakat di (3) Recycle (mendaur ulang) yaitu memanfaat-
kawasan lokasi terpilih. Tahap ini dibagi men- kan kembali sampah setelah mengalami proses
jadi 4 kegiatan: melakukan identifikasi lokasi pengolahan. Mengurangi sampah dari sumber
terpilih, melakukan sosialisasi pada masyarakat timbulan, di perlukan upaya untuk mengurangi
dengan cara memperkenalkan program penge- sampah mulai dari hulu sampai hilir, upaya-
lolaan sampah, pembentukan organisasi, mela- upaya yang dapat dilakukan dalam mengu-
kukan pelatihan pengelolaan sampah terpadu. rangi sampah dari sumber sampah ( dari hulu )
Kegiatan penyusunan program sampah 3R adalah menerapkan prinsip 3R sesuai petunjuk
(reuse, reduce, recycle) adalah proses penyusunan teknis nomor CT/Rc-TC/001/98 atau pende-
rencana pengelolaan sampah terpadu berbasis katan prinsip produksi sampah sebagaimana
masyarakat dengan pola 3R adalah: membuat dikemukakan oleh Winarno dkk (1995).
identifikasi permasalahan dan menentukan ru- Tindakan yang bisa dilakukan untuk setiap
musan permasalahan serta menentukan kebu- sumber sampah adalah sebagai berikut:
tuhan yang dilakukan dengan metode penye- (1) Rumah Tangga, Tindakan yang bisa dila-
rapan aspirasi masyarakat dan melakukan sur- kukan adalah:
vei kampung sendiri dan menyusun analisis (a) Mengurangi (Reduce), melalui tindakan: (i)
permasalahan untuk menentukan skala priori- Menghindari pemakaian dan pembelian pro-
tas kebutuhan serta menentukan potensi sum- duk yang menghasilkan sampah dalam jumlah
ber daya setempat. besar; (ii) Menggunakan produk yang bisa di isi
Kegiatan menyusun indentifikasi kebutuh- ulang, misalnya penggunan lahan pencuci yang
an peralatan prasarana dan sarana persampah- menggunakan wadah isi ulang; (iii) Mengu-
an 3R (Reuse, Reduce, Recycle) yaitu menentukan rangi penggunaan bahan sekali pakai, misalnya
jenis dan jumlah peralatan yang dibutuhkan da- penggunaan tissu dapat dikurangi, mengganti-
lam pengelolaan sampah rumah tangga ber- nya dengan serbet atau sapu tangan.
basis masyarakat, pewadahan, pengangkutan (b) Menggunakan Kembali (Reuse), melalui
dan alat pengolahan sampah untuk menjadi tindakan: (i) Gunakan kembali wadah/kemas-
kompos. an untuk fungsi yang sama atau fungsi lainnya,
5. Tahap Evaluasi dan Uji Coba Pelaksanaan misalnya penggunaan botol bekas untuk wadah
Pengelolaan Sampah 3R. Tahap evaluasi ini minyak goreng hasil home industry minyak ke-
merupakan rangkuman dari keseluruhan hasil lapa atau wadah untuk madu lebah; (ii) Guna-
program pengelolaan sampah rumah tangga kan wadah atau kantong yang dapat digunakan
berbasis masyarakat. Kegiatan evaluasi ini dila- berulang ulang misalnya, wadah untuk belanja
kukan secara bertahap, disesuaikan dengan kebutuhan pokok yang terbuat dari bahan yang
kemajuan kegiatan yang telah dilakukan oleh tahan lama sehingga dapat digunakan dalam
masyarakat, dan dilakukan pengontrolan secara waktu yang lama.
intensif serta bebagai upaya untuk menyiapkan (c) Daur ulang (Recycle), melalui tindakan: (i)
kemandirian masyarakat. Pilih produk atau kemasan yang dapat di daur
Pengelolaan Sampah dengan Konsep 3R. ulang dan mudah terurai; (ii) Lakukan penggu-
Menurut Departemen Pekerjaan Umum Kota

242 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 12, Nomor 2, Desember 2011: 239-256
naan sampah organik menjadi kompos dengan sampah, yang meliputi 1) subsistem kelemba-
berbagai cara yang telah ada atau memanfaat- gaan, 2) subsistem teknis operasional, 3) subsis-
kan sesuai kreaktifitas masing-masing; (iii) La- tem finansial, 4) subsistem hukum dan peratur-
kukan penanganan untuk sampah anorganik an serta 5) subsistem peran serta masyarakat.
menjadi barang yang bermanfaat. Menurut Syafrudin (2004), salah satu alter-
(2) Fasilitas Umum (perkantoran, sekolah) natif yang bisa dilakukan adalah melaksanakan
(a) Mengurangi (Reduce) produksi sampah program pengelolaan sampah berbasis masya-
dengan cara: (i) Penggunaan kedua sisi kertas rakat, seperti minimasi limbah dan melaksana-
dan spasi yang tepat untuk penulisan dan foto kan 5 R (Reuse, Recycling, Recovery, Replacing,
copy; (ii) Penggunaan alat tulis yang bisa di isi dan Refilling). Kedua program tersebut bisa
kembali; (iii) Sediakan jaringan informasi de- dimulai dari sumber timbulan sampah hingga
ngan komputer (tanpa kertas); (iv) Gunakan kelokasi TPA. Seluruh subsistem di dalam
produk yang dapat di isi ulang; (v) Hindari sistem harus dipandang sebagai suatu sistem
bahan yang sekali pakai; (vi) Hindari penggu- yang memerlukan keterpaduan dalam pelaksa-
naan bahan dari plastik dalam penjilidan lapor- naannya. Sistem pengelolaan sampah terpadu
an–laporan; (Integrated Solid Waste management) didefinisi-
(b) Menggunakan kembali (reuse), melalui tin- kan sebagai pemilihan dan penerapan program
dakan: (i) Gunakan alat kantor yang bisa digu- teknologi dan manajemen untuk mencapai
nakan berulang kali; (ii) Gunakan alat-alat pe- sistem yang tinggi, dengan hirarki sebagai
nyimpanan elektronik yang dapat diapus dan berikut (Syafrudin, 2004 ):
ditulis kembali. (1) Source Reduction, yaitu proses minimalis
(3) Daerah Komersil sampah di sumber dalam hal kuantitas timbul-
(a) Mengurangi (reduce), melalui tindakan: (i) an dan kualitas timbulan sampah, terutama re-
Memberikan intensif oleh produsen bagi pem- duksi sampah berbahaya.
beli yang mengembalikan kemasan yang dapat (2) Recyclling, yaitu proses daur ulang yang
digunakan kembali; (ii) Memberikan kemasan/ berfungsi untuk mereduksi kebutuhan sumber-
pembungkus hanya kepada produk yang benar daya dan reduksi kuantitas sampah ke TPA.
benar memerlukannya; (iii) Sediakan produk (3) Waste Transformation, yaitu proses perubah-
yang kemasannya tidak menghasilkan sampah an fisik, kimia dan biologis perubahan sampah.
dalam jumlah besar; (iv) Sediakan pembung- Dimana ketiga komponen itu akan menentu-
kus/kemasan yang mudah terurai. kan: (a) perubahan tingkat efesiensi yang diper-
(b) Menggunakan Kembali (reuse): (i) Gunakan lukan di dalam sistem pengelolaan; (b) Perlu-
sampah yang masih dapat di manfaatkan untuk nya proses reduce, reuse, dan recycle sampah; (c)
produk lain; (ii) Sediakan perlengkapan untuk Proses yang dapat menghasilkan barang lain
pengisian kembali produk umum isi ulang yang bermanfaat seperti pengomposan.
(minyak, minuman). (4) Landfilling, sebagai akhir dari suatu penge-
lolaan sampah yang tidak dapat dimanfaatkan
kembali.
METODE PENELITIAN
Pemilihan dan penerapan teknologi dalam
kontek ini tentunya dilakukan sehingga terpilih
Pelaksanaan Pengelolaan Sampah Rumah teknologi tepat guna. Di dalam operasional sis-
Tangga Berbasis Masyarakat tem pengelolaan sampah, pendekatan yang te-
Pasal 16 Undang-undang Lingkungan Hidup pat adalah pendekatan sistem pemanfaatan ter-
No.23 Tahun 1997, yaitu berbunyi tanggung padu (Integrated Material Recovery-IMR). Pada
jawab pengelolaan lingkungan ada pada ma- masyarakat yang masih mengandalkan TPA se-
syarakat sebagai produsen timbulan limbah bagai akhir pengelolaan limbahnya, strategi
sejalan dengan hal tersebut, masyarakat sebagai pendekatan IMR ini tepat untuk diterapkan.
produsen timbulan sampah diharapkan terlibat Kesadaran masyarakat untuk menerapkan kon-
secara total dalam lima subsistem pengelolaan sep ini akan memicu tumbuhnya pengelolaan

Model Peningkatan Partisipasi Masyarakat (Bambang Munas) 243


sampah berbasis masyarakat di samping ke- mendefinisikan partisipasi sebagai “proses di-
giatan yang berusaha untuk meminimasi sam- mana para pemilik kepentingan (stakeholders)
pah. Mengingat konsep IMR pada dasarnya mempengaruhi dan berbagi pengawasan atas
adalah memanfaatkan kembali sampah yang inisiatif dan keputusan pembangunan serta
masih berpotensi untuk didaur ulang, disetiap sumber daya yang berdampak pada mereka”
langkah operasi yaitu mulai dari pewadahan, (Bank dunia, 1995). Dari sudut pandang ini,
pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan partisipasi dapat dilihat pada tataran konsultasi
akhir. Sistem IMR akan meningkatkan peroleh- atau pengambilan keputusan dalam semua
an berbagai bahan yang bernilai ekonomi dan tahapan siklus proyek, dari evaluasi kebutuhan
dapat dipasarkan, bukan menghambat kemam- sampai penilaian, implementasi, pemantauan
puan yang ada. dan evaluasi.
Partisipasi masyarakat secara sederhana
Partisipasi Masyarakat diartikan dengan keikutsertaan masyarakat da-
Definisi partisipasi dalam kaitan dengan pem- lam suatu kegiatan baik itu pada tahap persiap-
bangunan sering ditemukan dalam berbagai an, perencanaan, design, pelaksanaan maupun
kegiatan program pembangunan sebagai sarana monitoring dan evaluasi. Keikutsertaan masya-
untuk memperkuat relevansi, kualitas dan rakat ini dapat dibagi atas beberapa tingkatan
kesinambungan suatu program pembangunan. sesuai kedalaman keterlibatannya. Ada kegiat-
Partisipasi terkadang masih menjadi sebuah an yang hanya mengikutsertakan masyarakat
kata yang memiliki arti yang berbeda bagi se- sebagai pendengar dalam suatu proses perenca-
tiap orang. Sebagaimana dikutip new economics naan, ada juga kegiatan yang meminta masya-
foundation, sekelompok tim dari Bank Dunia rakat memberikan masukan (konsultasi dengan

Mental & SKILL Social Capital &


Skill Building Ecological Quality
ACTION PLAN OF EMPOWERMENT PROGRAM

Market

Stimulation Small Local COMMUNITY


finance hard Groups Productive DEVELOPMENT
Masyarakat Activities
Kelurahan ware Entrepreneur
Sambiroto
Trading
House

Finance
MFS
assistance

PARTICIPATORY MONITORING EVALUATING

Sumber: Community development 2007 dengan modifikasi

Gambar 1. Kerangka Pendekatan Partisipasi Masyarakat

244 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 12, Nomor 2, Desember 2011: 239-256
masyarakat) dan ada juga yang bahkan memin- mandiri, sebagai suatu sistem yang mengorga-
ta masyarakat untuk memutuskan sendiri ke- nisir diri mereka sendiri. Pendekatan pember-
giatan apa yang akan dilakukan, bagaimana dayaan masyarakat yang demikian tentunya
kegiatan tersebut diorganisir diharapkan memberikan peranan kepada indi-
Kerangka Pendekatan Partisipasi yang vidu bukan hanya sebagai objek, tetapi sebagai
digunakan dalam pemetaan kemitraan melibat- pelaku (aktor) yang menentukan kelompok
kan partisipasi semua pihak dan yang paling mereka Pendekatan pemberdayaan masyarakat
sentral adalah pihak masyarakat lokal itu sen- yang berpusat pada manusia ini kemudian
diri. Partisipan inilah yang merancang berbagai melandasi wawasan pengelolaan sumber daya
perencanaan tindakan strategis seperti pengem- lokal, yang merupakan mekanisme perencana-
bangan mental dan keterampilan, stimulasi an people-centered development yang menekankan
dana, dan sarana serta pendampingan lembaga pada teknologi pembelajaran sosial (social
keuangan melalui sistem pelayanan keuangan learning) dan strategi perumusan program.
mikro, serta evaluasi dan monitoring. Semua Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah
kegiatan diarahkan kepada kelompok masya- untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
rakat Kelurahan Sambiroto agar mereka memi- dalam mengaktualisasikan dirinya (empower-
liki komitmen dan keterampilan, serta akses ment) (Moelyarto, 1996).
sarana dan permodalan yang mendukung akti- Menurut Ginanjar Kartasasmita (1996)
vitas usaha produktif. dalam Surochiem (2001), pemberdayaan masya-
Hasil produk diharapkan dapat langsung rakat merupakan suatu konsep pembangunan
diakses oleh pasar ataupun melalui sebuah ins- ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial.
titusi yang menampung hasil produk mereka Konsep ini mencerminkan paradigma baru
yang dikenal dengan trading house. Dalam pembangunan yakni people centered, participa-
seluruh rangkaian kegiatan dari mulai penguat- tory, empowering, and sustainable. Konsep ini
an mental dan keterampilan, pelayanan pen- tidak hanya semata-mata memenuhi kebutuhan
dampingan permodalan, dan usaha produktif dasar (basic needs) dan mencegah proses kemis-
hingga pemasaran dilakukan monitoring dan kinan lebih lanjut (safety net) dimana upaya
evaluasi secara partisipatif dengan tujuan dite- yang dilakukan akan diarahkan langsung kepa-
mukan keberhasilan dan kekurangan imple- da akar persoalannya, yaitu meningkatkan ke-
mentasi program kemitraan ini dan dicarikan mampuan masyarakat. Bagian yang tertinggal
jalan keluar sehingga program ini bisa berhasil. dalam masyarakat harus ditingkatkan kemam-
Capaian dari serangkaian kegiatan kemitraan puannya dengan mengembangkan dan mendi-
ini tidak lain adalah kesejahteraan masyarakat, namisasikan potensinya atau dengan kata lain
yang pada akhirnya akan memberikan feed memberdayakannya. Dengan demikian rakyat
back bagi terciptanya model sosial budaya dan dengan lingkungannya mampu secara partisi-
lingkungan yang kondusif juga peningkatan patif menghasilkan dan menumbuhkan nilai
citra positif para partisipan yang terlibat dalam tambah ekonomis. Rakyat miskin atau yang
program ini. Kerja logis ini akan terus berulang berada pada posisi belum termanfaatkan secara
sebagai gerakan pemberdayaan dalam jangka penuh potensinya akan meningkat bukan
panjang yang diharapkan bisa menciptakan hanya ekonominya tetapi juga harkat, martabat,
keberdayaan dan kemandirian masyarakat. rasa percaya diri dan harga dirinya. Dengan
demikian, dapatlah diartikan pemberdayaan
Pemberdayaan tidak saja menumbuhkan dan mengembangkan
Pengertian pemberdayaan masyarakat sebenar- nilai tambah ekonomis, tetapi juga nilai tambah
nya mengacu pada kata empowerment, yaitu sosial dan nilai tambah budaya.
sebagai upaya untuk mengaktualisasikan po- Dari uraian di atas dapat ditarik kesim-
tensi yang sudah dimiliki masyarakat. Dalam pulan bahwa keberdayaan masyarakat terletak
pengembangan masyarakat nelayan penekanan pada proses pengambilan keputusan sendiri
berada pada pentingnya masyarakat lokal yang untuk mengembangkan pilihan-pilihan adapta-

Model Peningkatan Partisipasi Masyarakat (Bambang Munas) 245


si terhadap perubahan lingkungan dan sosial. roto, tahapan kegiatan telah dirancang untuk
Oleh sebab itu, pemahaman mengenai proses semaksimal mungkin melibatkan masyarakat.
adaptasi masyarakat pesisir terhadap ling- Dengan demikian, kegiatan ini pada akhirnya
kungannya merupakan informasi penting da- dapat menjadi bagian dari kegiatan rutin ma-
lam pembangunan yang berorientasi pada ma- syarakat dalam pengelolaan sampah dan ber-
nusia (people-centered development), yang melan- kesinambungan (sustainable). Tingkat keikutser-
dasi wawasan pengelolaan sumber daya lokal taan masyarakat dalam serial kegiatan penge-
(community-based resource management). Penting- lolaan sampah perkotaan di Sambiroto dapat
nya memperhatikan aspek strategi adaptasi diuraikan sebagai berikut:
nelayan dan pengolah ikan dalam kegiatan Partisipasi dalam Identifikasi Masalah.
pemberdayaan tersebut adalah karena strategi Kegiatan identifikasi masalah merupakan ke-
adaptasi yang dikembangkan memungkinkan giatan awal yang dilakukan tim peneliti dalam
mereka mengatur daya tahan (resiliance) terha- menyusun langkahg-langkah detail pelaksana-
dap persoalan-persoalan spesifik di lingkungan an pengelolaan sampah perkotaan di kelurahan
pesisir yang dihadapi, seperti: fluktuasi, keti- sambiroto. Secara umum, identifikasi masalah
dakpastian hasil tangkapan maupun hasil olah- dilakukan dalam bentuk diskusi terbatas dan
an, atau menurunnya sumber daya perikanan. terarah (Focus Group Discussion: FGD) dengan
kelompok masyarakat di tingkat RT melalui
Lokasi Penelitian forum-forum pertemuan baik untuk para ibu
maupun para bapak-bapak. Selain melalui fo-
Lokasi penelitian terletak di wilayah RW 03 dan
rum FGD, identifikasi masalah dilakukan juga
RW 06 kelurahan Sambiroto Kecamatan Temba-
melalui wawancara mendalam (indepth inter-
lang Kota Semarang. Pemilihan lokasi didasar-
view) dengan beberapa tokoh masyarakat baik
kan pada pertimbangan bahwa: (1) Lokasi ini
formal maupun nonformal, para ibu rumah
telah memiliki akses pelayanan sampah dari
tangga dan petugas sampah. Beberapa data dan
tingkat kota Semarang; (2) Terdapat variasi
informasi terkait pengelolaan sampah di Kelu-
tingkat pendidikan, pengetahuan dan sosial
rahan Sambiroto pada umumnya dan RW 06
ekonomi masyarakat yang memungkinkan
dan 03 pada khususnya adalah: (1) Sistem
adanya variasi tingkat partisipasi dalam meng-
pengelolaan sampah di Kelurahan Sambiroto
ikuti kegiatan pengelolaan sampah berbasis
diserahkan sepenuhnya kepada masing-masing
masyarakat ini.
RT/RW; (2) RT/RW melakukan perjanjian ker-
Road Map Penelitian jasama dengan petugas sampah untuk meng-
angkut sampah dari rumah tangga ke tempat
Road map penelitian ini adalah Strategi Pem- pembuangan sampah sementara (TPS) terdekat
berdayaan Masyarakat (Gambar 2 dalam Lam- yang ada.
piran) dan Diagram Pelaksanaan Peningkatan Partisipasi dalam Sosialisasi. Kegiatan
Partisipasi Masyarakat dan Penguatan Sinergi sosialisasi berkaitan dengan upaya meningkat-
dalam Pengelolaan Sampah Perkotaan di kan pengetahuan dan pemahaman masyarakat
Kelurahan Sambiroto, Kecamatan Tembalang, tentang pengelolaan sampah perkotaan, kenda-
Kota Semarang (Gambar 3 dalam Lampiran). la dan hambatan serta potensi-potensi yang
dapat dikembangkan guna peningkatan kese-
HASIL DAN PEMBAHASAN jahteraan masyarakat. Kegiatan sosialiasi juga
bertujuan mendapatkan dukungan masyarakat
secara umum tentang pentingnya pengelolaan
Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Pe- sampah secara berkelanjutan.
ngelolaan Sampah Rumah Tangga Berbasis Partisipasi masyarakat dalam kegiatan
Masyarakat sosialisasi berkaitan dengan pemberian input-
Terkait dengan pelaksanaan kegiatan pengelo- input tentang pengelolaan kegiatan lebih lanjut.
laan sampah perkotaan di Kelurahan Sambi- Dalam setiap forum sosialisasi, masyarakat
diminta memberikan masukan terkait rencana

246 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 12, Nomor 2, Desember 2011: 239-256
tindak lanjut apa yang harus dilakukan selan- untuk mengatasi hambatan tersebut. Kegiatan
jutnya, siapa yang akan melakukan, bagaimana, ujicoba juga bertujuan untuk membuktikan
kapan dan dimana kegiatan tersebut akan bahwa rencana kegiatan pengelolaan sampah
diserlenggarakan. Salah satu output kegiatan perkotaan ini bukan sebatas himbauan dalam
sosialisasi adalah kesepakatan rencana kegiatan rangka sosialisasi suatu kegiatan, tetapi juga
tindak lanjut (RKTL) yang menjadi keputusan dibuktikan melalui aksi nyata antara warga
dari forum. Pada aspek ini, partisipasi masyara- masyarakat dengan tim peneliti.
kat tinggi, khususnya terkait otonomi masyara- Kegiatan ujicoba ini dilakukan dalam dua
kat dalam pengambilan keputusan tentang bentuk yakni kegiatan pengolahan sampah
RKTL. Salah satu contoh adalah penundaan organik dan unorganik. Untuk sampah organik,
warga RW 01 terhadap kegitan ini. Para wakil ujicoba yang dilakukan dalam bentuk pembuat-
warga RW 01 memutuskan untuk tidak melan- an kompos dengan menggunakan keranjang
jutkan kegiatan ini sebelum lebaran 2010 akibat kompos skala rumah tangga. Sedangkan untuk
kesibukan para ibu rumah tangga. Dengan sampah unorganik, ujicoba dilakukan dalam
demikian kegiatan ini untuk sementara tidak bentuk pengumpulan dan pemilahan sampah-
dapat digulirkan pada warga RW 01 Kelurahan sampah unorganik secara terpadu dan tidak di-
Sambiroto. buang ke tempat pembuangan sementara. Se-
Partisipasi dalam Pelatihan. Kegiatan pe- dangkan kegiatan monitoring berkaitan dengan
latihan berkaitan dengan upaya peningkatan pemantauan pelaksanaan kegiatan ujicoba pe-
pengetahuan, sikap dan ketrampilan masyara- nanganan sampah organik.
kat dalam pengelolaan sampah perkotaan. Ke- Partisipasi masyarakat selama kegiatan
giatan pelatihan antara lain pelatihan daur ujicoba ini berkaitan dengan beberapa hal yak-
ulang sampah unorganik; pelatihan pembuatan ni: 1) penyiapan keranjang kompos, 2) Pelaksa-
kompos dari sampah organik; pelatihan pemi- naan ujicoba dan 3) pemantauan pelaksanaan
lahan sampah unorganik. ujicoba. Dalam penyiapan keranjang kompos,
Keterlibatan masyarakat dalam serang- beberapa anggota warga masyarakat RT 01/
kaian pelatihan ini lebih pada peran sebagai RW 03 dengan sukarela membantu tim dalam
peserta yang mengikuti pelatihan. Walaupun membuat keranjang-keranjang kompos yang
demikian, dengan penerapan metode pelatihan akan dibagikan kepada masyarakat. Selain
yang lebih bersifat andragogis dan praktis mendapat arahan tentang teknis pembuatan
dengan menekankan pola pembelajaran orang keranjang kompos, warga masyarakat tersebut
dewasa, kegiatan pelatihan berjalan secara juga turut menyiapkan konsumsi.
partisipatif. Telah terjadi proses dialogis antara Partisipasi masyarakat dalam kegiatan
peserta dan pelatih; sharing pengalaman antar ujicoba terkait dengan kesepakatan dan kese-
peserta. Beberapa kegiatan pelatihan yang telah diaan masyarakat melakukan pemilahan dan
dilakukan adalah 1) Menjahit plastik; 2) Meren- pengolahan sampah organik dengan menggu-
da plastik, 3) Membuat kompos dan 4) Men- nakan keranjang-keranjang kompos yang diba-
daur ulang kertas. Semua kegiatan pelatihan ini gikan kepada seluruh ketua dasawisma yang
lebih banyak diikuti oleh para ibu melalui ada; terdapat 14 unit di RW 06 dan 15 unit di
kegiatan PKK dan dasawisma. RW 03. Semua keranjang kompos tersebut
Partisipasi dalam Kegiatan Ujicoba dan dimanfaatkan untuk mengola sampah organik
Monitoring. Kegiatan ujicoba dan monitoring rumah tangga menjadi kompos. Anggota ma-
adalah kegiatan-kegiatan aksi yang dilakukan syarakat secara aktif menceritakan pengalaman
untuk segara mendapatkan pengalaman lang- serta memberikan masukan terkait pengelolaan
sung dari kegiatan pengelolaan sampah perko- sampah organik tersebut; termasuk hambatan
taan. Dengan adanya pengalaman langsung ini, dan kendala yang dihadapi.
masyarakat diharapkan dapat memetik pelajar- Selain kegiatan ujicoba, partisipasi masya-
an tentang kelebihan dan kelemahan dari rakat terkait juga dengan keikutsertaan dalam
kegiatan ini, hambatan-hambatan yang ditemui, melakukan pemantauan selama pelaksanaan
serta langkah-langkah yang perlu dilakukan

Model Peningkatan Partisipasi Masyarakat (Bambang Munas) 247


ujicoba. Monitoring di RW 03 dilakukan tim teknis pengelolaan sampah berkaitan dengan
monitor yang terdiri dari ibu RW dan para ibu pengetahuan dan keterampilan menyerap tek-
RT (empat orang). Kelima orang ini bersama nologi yang baru diperkenalkan dalam penge-
tim peneliti melakukan kunjungan dari rumah lolaan sampah tersebut; baik itu sampah orga-
ke rumah untuk memeriksa, mengamati pena- nik maupun sampah unorganik.
nganan sampah organik dengan keranjang Partisipasi masyarakat dalam tahap pelak-
kompos. Selain memeriksa teknis pembuatan sanaan kegiatan telah ditunjukkan warga di RT
kompos; tim monitor menanyakan juga ham- 01 RW 03, khususnya dasawisma 1 yang telah
batan yang ditemui serta member saran untuk sepakat untuk melakukan pembuatan kompos
perbaikan. Monitoring di RW 06 dilakukan skala rumah tangga dengan menggunakan ke-
ketua RW bersama tim peneliti. ranjang kompos. Kelompoks dasawisma ini
Partisipasi dalam Replikasi Model. Pelak- secara swadaya telah mengadakan dan memba-
sanaan kegiatan merupakan wujud kesadaran gikan sebanyak 11 buah keranjang kompos
masyarakat tentang pentingnya pengelolaan untuk mengola sampah organiks kepada semua
sampah yang menggunakan prinsip 3 R; Redu- anggotanya pada Minggu, 17 Oktober 2010.
ce, Reuse, dan Recycle. Dalam rantai tahapan Pengorganisasian kegiatan dilakukan melalui
kegiatan; pelaksanaan kegiatan merupakan ha- stiruktur organisasi dasawisma yang ada.
sil kesepakatan warga masyarakat untuk mau Upaya yang sama telah pula direncanakan PKK
dan mampu melakukan pengelolaan sampah RT 01 RW 03 yang secara swadaya akan meng-
secara mandiri dengan prinsip 3 R tersebut. adakan sebanyak 40 keranjang kompos untuk
Kemandirian masyarakat yang diharapkan da- para anggota RT. Pembiayaan pengadaan ke-
lam kegiatan pelaksanaan terkait dengan peng- ranjang kompos tersebut dilakukan melalui
organisasian, pendanaan dan teknis pelaksana- dana kas RT yang pembayarannya akan dilaku-
an. Pengorganisasian masyarakat menyangkut kan secara angsur oleh para anggota. Penger-
struktur dan mechanism pengelolaan sampah jaan keranjang kompos akan dilakukan dengan
di tingkat masyarakat; pembagian peran setiap bantuan warga dan remaja. Pengorganisasisan
anggota masyarakat dalam pengelolaan sam- dan teknis pelaksanaan kegiatan akan dilaku-
pah tersebut. Kemandirian pendanaan terkait kan melalui struktur organisasi dasawisma dan
dengan penggalian sumber-sumber dana, peng- RT (para ketua selaku kader) yang telah terlebih
alokasian dan pemanfaatan serta pertanggung- dahulu lebih mengetahui dan mengerti tentang
jawaban penggunaan pendanaan dalam pengo- pengelolaan sampah organik tersebut (Lihat
lahan sampah dalam masyarajat. Kemandirian Tabel 6)

Tabel 6. Indikator Tanggapan Responden tentang Mekanisme Pengelolaan Sampah yang Berbasis
Pemberdayaan dan Partisipasi

Indikator RW 06 RW 03
Lingkungan yang “...tumpukan sampah sudah “...dengan melaksanakan swakelola
bersih dan sehat tidak ada lagi di tempat kami, sampah, lingkungan rumah warga
lingkungan semakin bersih dan semakin bersih, indah, dan asri...”
indah...” (responden 1) (responden 3)
Perubahan gaya “...terjalin kerjasama untuk “...masyarakat mau memisah-misahkan
Public Sector hidup menciptakan lingkungan yang sampahnya...” (responden )
Health bersih, sehat, dan nyaman...”
(responden 7)
Terciptanya sistem “...terciptanya pola pengelolaan “... RW 03 ini dapat dijadikan pilot
pengelolaan sampah yang menguntungkan projek bagi daerah perkotaan yang
sampah berbasis masyarakat...” (responden ) lain...” (responden
masyarakat

248 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 12, Nomor 2, Desember 2011: 239-256
Indikator RW 06 RW 03
Mengurangi beban “...RW 06 tidak lagi menyisakan “...memang RW 03 telah mengurai
pemerintah sampah untuk dibuang ke volume sampah yang dibuang ke
mengelola sampah tempat pembuangan akhir tempat pembuangan akhir...”
semua sampah diolah sendiri (responden )
oleh masyarakat...” (responden )
Psikologis Kepuasan batin “...tumbuh kepuasan mengelola “...kami puas dan senang karena telah
sampah sejak dari rumah tangga berhasil mengelola sampah...”
secara konsekuen...” (responden (responden )
)
Peningkatan “...masyarakat dapat “...lingkungan rumah warga semakin
kualitas hidup menjalankan kehidupannya bersih, indah, dan asri. Tanaman-
secara berkualitas karena berada tanaman semakin subur karena pupuk
di lingkungan yang sehat...” cair dari sampah...” (responden )
(responden )
Sosial Keringanan biaya “...di tempat lain, dalam setiap “...warga di sini sekarang lebih ringan
Ekonomi retribusi bulannya pasti dipungut biaya beban retribusinya, dahulu 1 KK bisa
Rp 3.000 sampai Rp10.000 maka membayar Rp 5.000 – 10.000 sekarang
warga justru dapat tinggal membayar sekitar 3.000
menghemat...” (responden )
Membuka (1) Upah angkut sampah/ Tas kerajinan dari sampah berbahan
lapangan kerja bulannya/ orang antara 25.000- alumunium foil dibuat oleh ibu-ibu dan
50.000 tergantung luas wilayah; dijual dengan harga Rp 5.000-75.000
(2) Upah sortir dan
pengepakan/ orang/hari Rp
15.000; (3) Tas kerajinan dari
sampah berbahan alumunium
foil dibuat oleh ibu-ibu dan
dijual dengan harga Rp 5.000-
75.000
Pengurangan “...efisiensi pengeluaran rumah “..warga tidak perlu lagi membeli
pengeluaran tangga mengingat kompos yang pupuk untuk memupuk tanamn hias
pokok untuk dihasilkan di setiap rumah mereka...” (responden )
pupuk dapat dimanfaatkan untuk
pupuk bagi tanaman sawah
maupun pekarangan...”
Penambahan “...warga memiliki kekayaan “...uang yang masuk kas warga
inventaris RW berupa meja, kursi, tenda, digunakan untuk pembelian bakteri
soundsystem, dll yang dibeli aktivasi pengomposan, pemeliharaan
dari kas rukun warga hasil barang, dan untuk kegiatan
swakelola sampah...” masyarakat...”

Perbandingan Partipasi Warga dalam Pe- pengelolaan sampah yang menggunakan dua
ngelolaan Sampah Rumah Tangga. Uraian pendekatan berbeda (Lihat Tabel 7).
berikut bertujuan untuk menggambarkan per-
bedaan tingkat partisipasi masyarakat dalam

Model Peningkatan Partisipasi Masyarakat (Bambang Munas) 249


Tabel 7. Perbandingan Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah

No Sistem Pengelolaan Sampah yang berlaku vs Sistem Pengelolaan Sampah yang direncanakan
1 Teknis penanganan sampah
‐ Masyarakat membuang sampah pada ‐ Masyarakat diminta memilah sampah-sampah
tong-tong sampah yang telah yang dihasilkan; Sampah Organik; Sampah
disediakan diluar rumah; unorganik dan Sampah Bahan Berbahaya dan
‐ Semua jenis sampah dicampur jadi Beracun (B3).
satu pada tong sampah yang tersedia ‐ Ketiga jenis sampah tersebut tidak dibuang pada
‐ Pada jadwal tertentu, petugas sampah satu tong sampah tetapi dikemas pada 3 wadah
akan mengambil sampah-sampah dari yang berbeda. Sampah jenis organik diminta
masing-masing rumah tersebut untuk dirajang (ukuran 1 cm) dan dimasukkan
dengan menggunakan gerobak dalam keranjang kompos; Sampah unorganik
sampah untuk dibuang ke container di (plastik, kertas kaleng, gelas, besi dll) dikemas
Tempat Penampungan Sementara dalam wadah khusus; demikian juga sampah B3
(TPS). (baterei, kaleng bekas wadah racun nyamuk, dll).
‐ Pada jadwal tertentu, container yang ‐ Pada jadwal tertentu, sampah unorganik dan
telah penuh terisi sampah di TPS sampah B3 yang telah dikumpulkan di masing-
diangkut oleh petugas sampah dari masing rumah akan dikumpulkan atau
kotamadya dengan menggunakan diangkutkan petugas khusus untuk ditampung
truck sampah untuk dibuang ke di Rumah Pilah.
Tempat pembuangan Akhir (TPA). ‐ Sampah unorganik kemudian dipilah kembali
dan lebih detail sesuai kemungkinan proses daur
ulang dan pemanfaatan kembali di rumah pilah.

2 Partisipasi Masyarakat
‐ Pengelolaan sampah dilakukan oleh ‐ Pembahasan pengelolaan sampah diawali dalam
para bapak melalui organisasi RT dan pertemuan kelompok Ibu-ibu PKK dan
RW. dasawisma; selanjutnya didisseminasikan dalam
‐ Telah terdapat kepengurusan yang pertemuan bapak-bapak di tingkat RT dan RW.
tetap yang mengelola kegiatan pena- ‐ Pengelolaan kegiatan penanganan sampah baru
nganan sampah warga dan melekat sebatas ujicoba yang juga melekat pada
pada struktur organisasi warga yakni kepengurusan para Ibu PKK.
seksi K3. ‐ Terdapat beberapa ibu rumah tangga yang mela-
‐ Pada umumnya anggota masyarakat kukan pemilahan atas sampah organik, unorga-
telah membuang sampah pada tempat nik dan B3. Sampah-sampah organik, khususnya
sampah yang telah disediakan dan sampah dapur dijadikan kompos dengan meng-
telah sepakat membayar iuran gunakan keranjang kompos. Terdapat 14 orang
pembuangan sampah. di wilayah RW 06 dan 26 orang di RW 03 (16
‐ Pembayaran iuran sampah telah men- orang ketua dasawisma dan RW; 10 orang ang-
jadi agenda rutin bulanan dalam gota dasawisma Delima 5 di RT 01/RW 03).
pertemuan RT dan RW dari para Sejauh ini terdapat 40 orang yang melakukan
bapak-bapak. pengolahan sampah organik menjadi kompos.
‐ Partisipasi warga dalam pengelolaan ‐ Para ketua dasawisma (15 orang), ibu RT (4
sampah terletak pada penyiapan tong orang) dan RW (1 orang) wilayah RW 03 telah
sampah dan TPS; pembuangan mengumpulkan dan memilah sampah unorganik
sampah pada tempatnya dan (terdiri dari aneka kertas, plastik keras dan
pembayaran iuran pengangkutan lunak, kaleng dan botol) dan sampah B3 secara
sampah. rutin setiap 2 minggu sekali. Sejauh ini hasil
pilahan tersebut ditampung dan ditaruh di
gudang salah seorang warga RT 01 RW 03.
‐ Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan
sampah dengan paradigma yang baru ini antara
lain;
o Aktif memilah sampah atas sampah
organik, unorganik dan sampah B3
o Kesediaan membeli keranjang kompos
secara swadaya (khususnya di

250 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 12, Nomor 2, Desember 2011: 239-256
No Sistem Pengelolaan Sampah yang berlaku vs Sistem Pengelolaan Sampah yang direncanakan
Dasawisma Delima 5 RT 01 RW 03);
o Kesediaan melakukan ujicoba
pembuatan kompos di masing-masing
rumah;
o Kerelaan menyediakan wadah khusus
untuk menampung sampah unorganik
dan sampah B3;
o Ikut aktif memilah sampah unorganik
agar siap untuk didaur ulang dan
digunakan kembali
o Kesediaan membentuk dan mengopti-
malkan organisasi warga untuk melaku-
kan kegiatan-kegiatan terkait seperti
pengadaan alat, monitoring dan
pengawasan.

3 Kelebihan dan kekurangan dari sisi


partisipasi masyarakat
‐ Warga diminta untuk menyediakan ‐ Warga diminta menyediakan wadah khusus
satu tempat sampah dan membayar untuk sampah organik dan melakukan pembuat-
iuran pengangkutan sampah an kompos. Terdapat wadah khusus juga untuk
‐ Sejumlah sumber daya yang dapat sampah unorganik dan B3.
didaur ulang dan digunakan kembali ‐ Sejumlah sumber daya yang dapat didaur ulang
tidak dimanfaatkan sendiri dan ikut dan digunakan kembali (seperti plastik, kartoon,
terbuang seperti plastik, kartoon, kertas) dapat dimanfaatkan bersama untuk
kertas. kepentingan lingkungan bersama.
‐ Masih membutuhkan biaya untuk ‐ Tidak lagi mengeluarkan biaya untuk jasa pe-
pengangkutan sampah dari rumah ngangkutan sampah, tetapi lebih sebagai pembe-
tangga ke TPS. rian upah untuk suatu usaha bersama.
‐ Kegiatan terbatas pengumpulan, ‐ Kegiatan dapat berkembang menjadi usaha
penarikan dan pembuangan sampah. bersama dengan bentuk kegiatan ikutan lainnya
seperti pembibitan, penghijauan, Toko Tanaman,
dan lain-lain.
Sumber: Data diolah, 2010

SIMPULAN waste pada masa mendatang, (5) Melakukan


pembaharuan struktur tarif dengan menerap-
kan prinsip pemulihan biaya (full cost recovery)
Dengan melakukan peninjauan beberapa aspek
melalui kemungkinan penerapan tarif pro-
di atas, dapat disimpulkan perlunya suatu ren-
gresif, dan mengkaji kemungkinan penerapan
cana tindak (action plan) yang meliputi, (1)
struktur tarif yang berbeda bagi setiap tipe
Melakukan pengenalan karekteristik sampah
pelanggan; (6) Mengembangkan teknologi pe-
dan metoda pembuangannya; (2) Merencana-
ngelolaan sampah yang lebih bersahabat de-
kan dan menerapkan pengelolaan persampah-
ngan lingkungan dan memberikan nilai tambah
an secara terpadu (pengumpulan, pengangkut-
ekonomi bagi bahan buangan.
an, dan pembuangan akhir); (3) Memisahkan
Pilot project Pengelolaan Sampah Rumah
peran pengaturan dan pengawasan dari lemba-
Tangga Berbasis Masyarakat di Sambiroto Se-
ga yang ada dengan fungsi operator pemberi
marang, telah berhasil dilaksanakan dengan
layanan, agar lebih tegas dalam melaksanakan
prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) melalui pro-
reward & punishment dalam pelayanan, (4)
ses pemilahan sampah. Model yang diterapkan
Menggalakkan program Reduce, Reuse dan
mampu mereduksi volume sampah yang di-
Recycle (3 R) agar dapat tercapai program zero
buang hingga 70 persen.

Model Peningkatan Partisipasi Masyarakat (Bambang Munas) 251


Sistem pengelolaan sampah rumah tangga peran dalam pengelolaan sampah; Pembinaan
berbasis masyarakat dengan prinsip 3 R melalui sector informasi, karang taruna dan organisasi
kegiatan pemilahan sampah merupakan solusi masyarakat.
paradigmatik, yaitu solusi dari paradigma cara (6) Aspek Lingkungan. Pembinaan kesehatan
mengelola sampah. Dari paradigma ”mem- masyarakat, dengan melakukan penyuluhan; Pe-
buang sampah” yang dalam prakteknya hanya nyehatan lingkungan pemukiman, perbaikan dan
memindahan sampah, menjadi ”mengelola peningkatan sarana.
sampah” dalam arti memilah untuk dimanfaat- Agar peran serta masyarakat dapat optimal
kan yang pada prakteknya dapat mereduksi hendaknya masyarakat telah mengelola sam-
secara signifikan timbulan sampah yang di- pah di rumah masing-masing dengan cara me-
buang. ngemas sampah dan memisahkan antara sam-
Problematika utama dari penerapan model pah basah dan kering atau sampah organik dan
ini adalah pada soal bagaimana merubah para- anorganik, sehingga petugas pengumpul dari
digma dari membuang sampah menjadi me- segi waktu lebih efisien.
manfaatkan sampah. Peran pengurus RT/RW Agar pelaksanaan pengelolaan sampah le-
sangat besar dalam membantu mewujudkan bih efisien maka dilakukan kegiatan seperti: (a)
terlaksananya program dan menjembatani ko- Kegiatan subsistem pengumpulan, hendaknya
munikasi antara pemerintah daerah dengan mengaktifkan kembali peran RT dengan mema-
masyarakat. kai mekanisme swadaya masyarakat; (b) Sub-
Saran. Penanganan sampah merupakan sistem angkut, kegiatan yang berjalan sekarang
bagian dari tanggung jawab masyarakat dan melalui pihak swasta dapat dipetahankan; (c)
terletak pada komitmen pemerintah kota atau Subsistem pembuangan akhir, dapat diserah-
kabupaten. Adapun konsep dasar penanganan kan kepada pihak swasta atas dasar perhitung-
sampah mencakup dari aspek: an nilai ekonomis; (d) Pada penataan dan pe-
(1) Aspek Teknis/Fisik. Penetapan standar pela- nentuan lahan TPA hendaknya dalam pembe-
yanan, sehingga adanya dukungan dan peran basan bukan hanya sesuai dengan kebutuhan.
serta masyarakat; Pemilihan teknologi tepat Pembuangan sampah jangka pendek tetapi
guna, mudah dilakukan pemanfaatan dan bernilai pembebasan memperhatikan aspek akan ber-
ekonomis; Perencanaan prasarana fisik sesuai munculannya pemukiman baru sehingga TPA
dengan master kota yang berwawasan ling- menjadi masalah dengan masyarakat yang ada
kungan. di sekitarnya, metode pembuangan yang baik
(2) Aspek Pengelolaan. Komitmen dari peme- adalah sanitary landfill; (e) Hendaknya para pe-
rintah kota atau kabupaten dalam pengelolaan; ngusaha yang memusnahkan sampah dari pro-
Pembinaan mekanisme dan pengelolaan de- duk yang sudah kadarluarsa lebih memikirkan
ngan konsep manajemen yang baik; Penetapan akibat dari produk yang dibuang ke TPA apa-
organisasi dan prosedur; Pembinaan tenaga kerja bila diambil oleh pemulung dan dijual kepada
yang terampil dan produktif; Penggalian sum- oknum digantie kemasan sehingga merugikan
ber dana dan pembinaan system pembiayaan. terhadap kesehatan masyarakat
(3) Aspek Sosial. Penyuluhan pada masyarakat
yang terprogram dengan baik dan terus mene- Ucapan Terima Kasih
rus; Penciptaan iklim pengelolaan kebersihan Terima kasih disampaikan kepada tim peneliti
yang terpadu dengan kegiatan masyarakat; lain yang telah meminjamkan data, dan kolega
Peran serta dan dukungan masyarakat. yang telah berkontribusi dalam memberikan
(4) Aspek Pengaturan Hukum. Melengkapi per- komentar atas tulisan ini (Drs. Bagio Mudakir,
aturan yang dibutuhkan sehingga dapat dijadi- MSP; Drs. Mulyo Hendarto, MSP; Prof. Dr.
kan dasar hukum yang tegas; Enforcement dari Waridin, MS; Prof. Dr. Indah Susilowati, M.Sc),
peraturan. Ir. Syafrudin, CES).
(5) Aspek Swadaya Masyarakat.Pembinaan sek-
tor formal instansi pemerintah dan swasta ber-

252 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 12, Nomor 2, Desember 2011: 239-256
DAFTAR PUSTAKA Irawan, Agus. 2009. Pengelolaan Sampah Kota.
www.suara merdeka.com
Alexander Abe. 2001. Perencanaan Daerah Mem- Kementerian Lingkungan Hidup. 1997. Undang-
perkuat Prakarsa Rakyat dalam Otonomi Dae- Undang RI Nomor 23 Tahun 1997, tentang
rah. Yogyakarta: Lapera Pustaka Utama. Pengelolaan Lingkungan Hidup, Jakarta
Anonim, 2008. Olah Sampah, http://www.pus Komang Ayu, Ni. 2009. Peran Serta Masyarakat
dakota, Jakarta. dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tang-
Departemen Pekerjaan Umum. 2006. Permen PU ga (Studi Kasus di Sampangan dan Jom-
nomor: 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan blang, Kota Semarang). Tesis Magister Ilmu
dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Lingkungan. Universitas Diponegoro. Se-
Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP), Ja- marang.
karta Kompas, 10 Januari 2004. Sampah dan Pemerin-
Emil, Salim. 1990. Kumpulan Makalah Perubahan tah, diakses dari http://www.kompas.
Lingkungan Global dan Kerjasama Internasio- com.
nal. Bogor: IPB. Kompas, 13 Agustus 2003. Sampah, Cermin
Enviromental Service Program (ESP) DKI. 2006. Wajah Perkotaan, diakses dari http://
Modul Pelatihan Pengelolaan Sampah Ber- www.kompas.com.
basis Masyarakat. Kormondy, EJ. 1969. Concepts of Ecoroglt. New
Faizah. 2008. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Jersey: Prentice-Hall Inc.
Berbasis Masyarakat (Studi Kasus di Kota Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia,
Yogyakarta). Tesis Magister Ilmu Ling- 2006, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
kungan. Universitas Diponegoro. Sema- Nomor 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan
rang dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem
Fauzi, A. 2004. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Pengelolaan Persampahan, Jakarta.
Lingkungan, Teori dan Aplikas. Jakarta: Moelyarto. 1996. Pemberdayaan Masyarakat Ter-
Gramedia Pustaka Utama. tinggal. Bandung: Humaniora.
Gelbert, M., et. al. 1996. Konsep Pendidikan Ling- Purdiyanto. 2009. Peran Serta Masyarakat dalam
kungan Hidup dan ”Wall Chart”, Buku Penanganan Sampah untuk Meningkatkan
Panduan Pendidikan Lingkungan Hidup, Mutu Lingkungan. Laporan Penelitian Ke-
PPPGT/VEDC, Malang. sehatan Lingkungan dan Kerja.
Hadi, Sudharto P. 2005. Dimensi Lingkungan Rahadyan dan Widagdo A.S. 2002. Peningkatan
Perencanaan Pembangunan. Yogyakarta: Pengelolaaan Persampahan Perkotaan Melalui
Gadjah Mada University Press. Pengembangan Daur Ulang. Materi Loka-
Hadi, Sudharto P., 2004. Sindrom Sampah, karya 2 Pengelolaan Persampahan di Pro-
Kompas 7 Desember 2008, Jakarta. vinsi DKI Jakarta.

Hikmat, Harry. 2001. Strategi Pemberdayaan Ma- Salim, Emil. 23 Juni, 2005. Hidup Dari Sampah,
syarakat. Bandung: Humaniora. Belajar dari Prof Hasan Poerbo. Harian
Kompas.
Iqbal, Muhammad. 2008. Konstelasi Institusi
http://hasanpoerbo.blogspot.com/2006/04/hi
Pemerintah dan Lembaga Swadaya Ma-
dup-dari-sampah-belajar-dari-prof.html [14
syarakat dalam Program Pidra. Jurnal
Maret 2010].
Ekonomi Pembangunan FE UMS. Vol. 9,
No.1, Juni 2008, hal. 28–45. Surakarta: Slamet, Y. 2002. Konsep-konsep Dasar Partisipasi
BPPE UMS. Sosial, PAU-SS UGM Yogyakarta Setya-
wati, D. 2008. Arahan Pemanfaatan Kem-

Model Peningkatan Partisipasi Masyarakat (Bambang Munas) 253


bali Tempat Pembuangan Akhir (TPA) ponegoro, Semarang.
Sampah. Semarang: Universitas Dipone- Syafrudin. 2004. Model Pengelolaan Sampah Ber-
goro. basis Masyarakat (Kajian Awal Untuk Kasus
Surbakti, Sriliani. 2009. Potensi Pengelolaan Kota Semarang), Makalah pada Diskusi
Sampah Menuju Zero Waste yang Berbasis Interaktif: Pengelolaan Sampah Perkotaan
Masyarakat di Kecamatan Kedungkandang secara Terpadu, Program Magister Ilmu
Kota Malang. Laporan Penelitian Institut Lingkungan UNDIP.
Teknologi Surabaya. Togarsilaban. 2007. Keranjang Ajaib Takakura,
Surochiem. 2001. Dimensi-dimensi penting Mo- http://www.togarsilaban, jurnal, Jakarta.
nitoring Pelaksanaan Program Pemberda- Tuti Kustiah. 2005. Kajian Kebijakan Pengelolaan
yaan dan Partisipasi pada Masyarakat Sanitasi Berbasis Masyarakat, Pusat Peneli-
Pesisir. Jurnal Neptunus Vol.8, No.1 Maret tian dan Pengembangan Permukiman, Ba-
2001 50-56, Surabaya. dan Penelitian dan Pengembangan Depar-
Suryanto, Ari, dkk. 2005. Kajian Potensi Ekono- temen Pekerjaan Umum, Bandung
mis dengan Penerapan 3R pada Pengelolaan Umar, Ibnu. 2009. Pengelolaan Sampah Secara
Sampah Rumah Tangga di Kota Depok Terpadu di Wilayah Perkotaan. Jurnal Ling-
Susilowati, Indah, et al. 2005. Pengembangan kungan Hidup.
Model Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Universitas Diponegoro, 2007. Community Deve-
Dalam Mendukung Ketahanan Pangan di lopment. Lembaga Penelitian Undip. Se-
Kabupaten dan Kota Pekalongan. Laporan marang.
Penelitian RUKK Tahun II, Universitas
Wibowo, A. dan Djajawinata D.T. 2004. Pena-
Diponegoro, Semarang.
nganan Sampah Perkotaan Terpadu. Diakses
Susilowati, Indah, et. al. 2004, Pengembangan tanggal 4 Desember 2006 pada halaman
Model Pemberdayaan Masyarakat Pesisir www.kkpi.go.id.
dalam Mendukung Ketahanan Pangan di
Kabupaten dan Kota Pekalongan. Laporan
Penelitian RUKK Tahun I, Universitas Di-

254 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 12, Nomor 2, Desember 2011: 239-256
LAMPIRAN

Model Peningkatan
n Partisipasi Masyarakatt (Bambang M
Munas)
Sumber : Harry (2001), Susilowati (2004) dg modifikasi seperlunya

Gambar 2. Strategi Pemberdayaan Masyarakat

255
G
Gambar 4. Diagram Pellaksanaan Peeningkatan Partisipasi
P M
Masyarakat daan Penguata
an Sinergi daalam
Pengelolaan
n Sampah Perrkotaan di Kelurahan
K Saambiroto, Keccamatan Tem
mbalang, Kotta
Semarang

2
256 Jurnal Ekonomi Pembaangunan Vollume 12, Nom
mor 2, Desem
mber 2011: 2399-256

Anda mungkin juga menyukai