ID Model Peningkatan Partisipasi Masyarakat
ID Model Peningkatan Partisipasi Masyarakat
Abstract: The study aims to find a model of improving a community’s role in the manage-
ment in town area, particularly household rubbish. The early stage of the study was to analyze
a management in town area, located at the Sub-District of Sambiroto, District of Tembalang,
Semarang City. To analyze the stakeholders, it was necessary to study and discuss (focus
group discussion) the management with them for finding an insight to develop the most ap-
propriate model. The approach used to develop a Community-Based Integrated Rubbish Man-
agement was a community empowering through improving the stakeholders’ role. The tested
model took a trial and error as well as two-year observation, at least, with the experiment at
different locations. A community-based household rubbish management system with a 3 R
principle by separating rubbish could reduce a 70 percent rubbish volume.
Keywords: community’s role, empowering, rubbish management, stakeholder
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model peningkatan partisipasi masya-
rakat dalam pengelolaan sampah perkotaan, khususnya sampah rumah-tangga. Tahapan
penelitian dimulai dengan mengkaji pola pengelolaan sampah perkotaan yang berlaku pada
saat ini dengan lokasi percontohan di Kelurahan Sambiroto, Kecamatan Tembalang, Kota
Semarang. Untuk mengkaji peran para stakeholder terkait, dilakukan pengkajian dan diskusi
(focus group) dengan stakeholders untuk mendapatkan input guna penyusunan model penge-
lolaan terbaik (best practises) dalam pengelolaan sampah. Pendekatan yang dipakai untuk
menyusun model Pengelolaan Sampah Terpadu Berbasis Masyarakat ini adalah pendekatan
pemberdayaan masyarakat (community empowering) melalui peningkatan pastisipasi stake-
holdersnya. Model yang telah teruji memerlukan trial and error serta memerlukan waktu
sekurang-kurangnya 2 tahun pengamatan dengan percobaan di beberapa lokasi yang berbeda.
Kata kunci: partisipasi masyarakat, pemberdayaan, pengelolaan sampah, stakeholder
240 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 12, Nomor 2, Desember 2011: 239-256
mengetahui cara pengelolaan sampah dengan salah adalah tahap lanjut dari hasil penye-
baik. Dimulai dari cara mengurangi timbunan lidikan. Data atau informasi yang dikumpulkan
sampah domestik (reduce), menggunakan kem- diolah sedemkian rupa sehingga diperoleh
bali sampah domestik yang masih layak digu- gambaran yang lebih lengkap, utuh dan men-
nakan (reuse) dan mendaur ulang sampah do- dalam; dan (3) Identifikasi daya dukung yang
mestik (recycle) sehingga sampah tersebut da- dimaksud dalam hal ini, daya dukung tidak ha-
pat bernilai ekonomi. rus segera diartikan dengan dana kongkrit
Perencanaan Pengelolaan Sampah Rumah (money, atau uang), melainkan keseluruhan as-
Tangga Berbasis Masyarakat. Perencanaan me- pek yang bisa memungkinkan terselenggaranya
rupakan suatu proses yang mempersiapkan se- aktivitas dalam mencapai tujuan dan target
perangkat keputusan untuk melakukan tindak- yang telah ditetapkan. Daya dukung akan sa-
an di masa depan. Tahap perencanaan merupa- ngat tergantung pada persoalan yang dihadapi,
kan tahapan awal dalam proses pelaksanaan tujuan yang hendak dicapai, aktivitas yang
program pembangunan pengelolaan sampah. akan datang. Pengelolaan sampah tentu tidak
Hal ini dimaksudkan bahwa perencanaan akan saja dapat ditopang dengan gerakan yang ha-
memberikan arah, langkah atau pedoman da- nya ditanamkan pada masyarakat. Hal tersebut
lam proses pembangunan dimaksud. Pada ta- ditanamkan pada pemerintah, yang juga ber-
hapan ini akan ditelusuri aktivitas atau kegiat- tanggung jawab terhadap ersoalan pengolahan
an yang dilakukan masyarakat, dimulai dari ke- sampah ini.
terlibatan mereka dalam menyusun rencana Secara umum, pekerjaan perencanaan tek-
program yang diaktualisasikan melalui keak- nis pengelolaan sampah terpadu 3R (Reuse,
tifannya pada setiap rapat dan inisiatif diada- Reduce, Recycle) yaitu:
kannya rapat, dan keterlibatan dalam memberi- 1. Tahap Persiapan. Tahap persiapan pelaksa-
kan pendapat, tanggapan masyarakat serta pe- naan pengelolaan sampah berbasis masyarakat
ngembangan terhadap upaya pengelolaan sam- adalah melakukan persiapan dengan melaku-
pah, sampai dengan keterlibatan mereka dalam kan tindakan peningkatan pemahaman masya-
pengambilan keputusan terhadap program rakat terhadap konsep dasar program pen-
yang direncanakan. Melalui interaksi dan ko- gelolaan sampah berbasis masyarakat, terutama
munikasi, perencanaan bersama dengan ma- teknologi komposting di tingkat masyarakat.
syarakat membantu mengidentifikasi masalah, Dinas Kebersihan Kota Semarang menyusun
merumuskan tujuan, memahami situasi dan metode dan pendekatan untuk pelaksanaan pe-
mengidentifikasi solusi bagaimana memecah- kerjaan yang meliputi antara lain; menentukan
kan masalah masalah yang dimaksud. Dalam pemilihan lokasi, menentukan pengorganisa-
konteks ini perencanaan adalah aktivitas moral, sian dan pemerdayaan masyarakat, serta pe-
perencanaan merupakan komunikator yang ngadaan sarana dan prasarana pengelolaan
menggunakan bahasa sederhana dalam peker- sampah berbasis masyarakat.
jaannya agar membuat logik dari perilaku ma- 2. Tahap Pemilihan Lokasi. Tahap pemilihan
nusia. Kunci dari gagasan perencanaan dan lokasi di sini merupakan awal dimulainya ta-
pembelajaran sosial adalah evolusi dari desen- hap pengumpulan data calon lokasi yang akan
tralisasi yang membantu orang-orang untuk dipilih untuk melaksanakan program pengelo-
memperoleh akses yang lebih dalam pengam- laan sampah rumah tangga berbasis masyara-
bilan keputusan yang mempengaruhi kehidup- kat. Data data tersebut dapat diperoleh dari
an mereka (Hadi, 2001:19). hasil kajian studi Rencana Tata Ruang Wilayah
Menurut Alexander Abe,(2001:98), tahapan (RTRW) dan Rencana Retail Tata Ruang Kota
perencanaan yang harus dilalui yaitu: (1) Tahap (RDTRK)
pembuatan kesepakatan awal, dimaksudkan 3. Tahap Perencanaan Teknis. Tahap perenca-
untuk menetapkan wilayah dari perencanaan, naan teknis adalah tahap penyusunan doku-
termasuk prosedur teknis yang akan diambil men kerja serta melakukan pengadaan peralat-
dalam proses perencanaan; (2) Perumusan ma- an pengelolaan sampah. Peralatan prasarana
242 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 12, Nomor 2, Desember 2011: 239-256
naan sampah organik menjadi kompos dengan sampah, yang meliputi 1) subsistem kelemba-
berbagai cara yang telah ada atau memanfaat- gaan, 2) subsistem teknis operasional, 3) subsis-
kan sesuai kreaktifitas masing-masing; (iii) La- tem finansial, 4) subsistem hukum dan peratur-
kukan penanganan untuk sampah anorganik an serta 5) subsistem peran serta masyarakat.
menjadi barang yang bermanfaat. Menurut Syafrudin (2004), salah satu alter-
(2) Fasilitas Umum (perkantoran, sekolah) natif yang bisa dilakukan adalah melaksanakan
(a) Mengurangi (Reduce) produksi sampah program pengelolaan sampah berbasis masya-
dengan cara: (i) Penggunaan kedua sisi kertas rakat, seperti minimasi limbah dan melaksana-
dan spasi yang tepat untuk penulisan dan foto kan 5 R (Reuse, Recycling, Recovery, Replacing,
copy; (ii) Penggunaan alat tulis yang bisa di isi dan Refilling). Kedua program tersebut bisa
kembali; (iii) Sediakan jaringan informasi de- dimulai dari sumber timbulan sampah hingga
ngan komputer (tanpa kertas); (iv) Gunakan kelokasi TPA. Seluruh subsistem di dalam
produk yang dapat di isi ulang; (v) Hindari sistem harus dipandang sebagai suatu sistem
bahan yang sekali pakai; (vi) Hindari penggu- yang memerlukan keterpaduan dalam pelaksa-
naan bahan dari plastik dalam penjilidan lapor- naannya. Sistem pengelolaan sampah terpadu
an–laporan; (Integrated Solid Waste management) didefinisi-
(b) Menggunakan kembali (reuse), melalui tin- kan sebagai pemilihan dan penerapan program
dakan: (i) Gunakan alat kantor yang bisa digu- teknologi dan manajemen untuk mencapai
nakan berulang kali; (ii) Gunakan alat-alat pe- sistem yang tinggi, dengan hirarki sebagai
nyimpanan elektronik yang dapat diapus dan berikut (Syafrudin, 2004 ):
ditulis kembali. (1) Source Reduction, yaitu proses minimalis
(3) Daerah Komersil sampah di sumber dalam hal kuantitas timbul-
(a) Mengurangi (reduce), melalui tindakan: (i) an dan kualitas timbulan sampah, terutama re-
Memberikan intensif oleh produsen bagi pem- duksi sampah berbahaya.
beli yang mengembalikan kemasan yang dapat (2) Recyclling, yaitu proses daur ulang yang
digunakan kembali; (ii) Memberikan kemasan/ berfungsi untuk mereduksi kebutuhan sumber-
pembungkus hanya kepada produk yang benar daya dan reduksi kuantitas sampah ke TPA.
benar memerlukannya; (iii) Sediakan produk (3) Waste Transformation, yaitu proses perubah-
yang kemasannya tidak menghasilkan sampah an fisik, kimia dan biologis perubahan sampah.
dalam jumlah besar; (iv) Sediakan pembung- Dimana ketiga komponen itu akan menentu-
kus/kemasan yang mudah terurai. kan: (a) perubahan tingkat efesiensi yang diper-
(b) Menggunakan Kembali (reuse): (i) Gunakan lukan di dalam sistem pengelolaan; (b) Perlu-
sampah yang masih dapat di manfaatkan untuk nya proses reduce, reuse, dan recycle sampah; (c)
produk lain; (ii) Sediakan perlengkapan untuk Proses yang dapat menghasilkan barang lain
pengisian kembali produk umum isi ulang yang bermanfaat seperti pengomposan.
(minyak, minuman). (4) Landfilling, sebagai akhir dari suatu penge-
lolaan sampah yang tidak dapat dimanfaatkan
kembali.
METODE PENELITIAN
Pemilihan dan penerapan teknologi dalam
kontek ini tentunya dilakukan sehingga terpilih
Pelaksanaan Pengelolaan Sampah Rumah teknologi tepat guna. Di dalam operasional sis-
Tangga Berbasis Masyarakat tem pengelolaan sampah, pendekatan yang te-
Pasal 16 Undang-undang Lingkungan Hidup pat adalah pendekatan sistem pemanfaatan ter-
No.23 Tahun 1997, yaitu berbunyi tanggung padu (Integrated Material Recovery-IMR). Pada
jawab pengelolaan lingkungan ada pada ma- masyarakat yang masih mengandalkan TPA se-
syarakat sebagai produsen timbulan limbah bagai akhir pengelolaan limbahnya, strategi
sejalan dengan hal tersebut, masyarakat sebagai pendekatan IMR ini tepat untuk diterapkan.
produsen timbulan sampah diharapkan terlibat Kesadaran masyarakat untuk menerapkan kon-
secara total dalam lima subsistem pengelolaan sep ini akan memicu tumbuhnya pengelolaan
Market
Finance
MFS
assistance
244 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 12, Nomor 2, Desember 2011: 239-256
masyarakat) dan ada juga yang bahkan memin- mandiri, sebagai suatu sistem yang mengorga-
ta masyarakat untuk memutuskan sendiri ke- nisir diri mereka sendiri. Pendekatan pember-
giatan apa yang akan dilakukan, bagaimana dayaan masyarakat yang demikian tentunya
kegiatan tersebut diorganisir diharapkan memberikan peranan kepada indi-
Kerangka Pendekatan Partisipasi yang vidu bukan hanya sebagai objek, tetapi sebagai
digunakan dalam pemetaan kemitraan melibat- pelaku (aktor) yang menentukan kelompok
kan partisipasi semua pihak dan yang paling mereka Pendekatan pemberdayaan masyarakat
sentral adalah pihak masyarakat lokal itu sen- yang berpusat pada manusia ini kemudian
diri. Partisipan inilah yang merancang berbagai melandasi wawasan pengelolaan sumber daya
perencanaan tindakan strategis seperti pengem- lokal, yang merupakan mekanisme perencana-
bangan mental dan keterampilan, stimulasi an people-centered development yang menekankan
dana, dan sarana serta pendampingan lembaga pada teknologi pembelajaran sosial (social
keuangan melalui sistem pelayanan keuangan learning) dan strategi perumusan program.
mikro, serta evaluasi dan monitoring. Semua Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah
kegiatan diarahkan kepada kelompok masya- untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
rakat Kelurahan Sambiroto agar mereka memi- dalam mengaktualisasikan dirinya (empower-
liki komitmen dan keterampilan, serta akses ment) (Moelyarto, 1996).
sarana dan permodalan yang mendukung akti- Menurut Ginanjar Kartasasmita (1996)
vitas usaha produktif. dalam Surochiem (2001), pemberdayaan masya-
Hasil produk diharapkan dapat langsung rakat merupakan suatu konsep pembangunan
diakses oleh pasar ataupun melalui sebuah ins- ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial.
titusi yang menampung hasil produk mereka Konsep ini mencerminkan paradigma baru
yang dikenal dengan trading house. Dalam pembangunan yakni people centered, participa-
seluruh rangkaian kegiatan dari mulai penguat- tory, empowering, and sustainable. Konsep ini
an mental dan keterampilan, pelayanan pen- tidak hanya semata-mata memenuhi kebutuhan
dampingan permodalan, dan usaha produktif dasar (basic needs) dan mencegah proses kemis-
hingga pemasaran dilakukan monitoring dan kinan lebih lanjut (safety net) dimana upaya
evaluasi secara partisipatif dengan tujuan dite- yang dilakukan akan diarahkan langsung kepa-
mukan keberhasilan dan kekurangan imple- da akar persoalannya, yaitu meningkatkan ke-
mentasi program kemitraan ini dan dicarikan mampuan masyarakat. Bagian yang tertinggal
jalan keluar sehingga program ini bisa berhasil. dalam masyarakat harus ditingkatkan kemam-
Capaian dari serangkaian kegiatan kemitraan puannya dengan mengembangkan dan mendi-
ini tidak lain adalah kesejahteraan masyarakat, namisasikan potensinya atau dengan kata lain
yang pada akhirnya akan memberikan feed memberdayakannya. Dengan demikian rakyat
back bagi terciptanya model sosial budaya dan dengan lingkungannya mampu secara partisi-
lingkungan yang kondusif juga peningkatan patif menghasilkan dan menumbuhkan nilai
citra positif para partisipan yang terlibat dalam tambah ekonomis. Rakyat miskin atau yang
program ini. Kerja logis ini akan terus berulang berada pada posisi belum termanfaatkan secara
sebagai gerakan pemberdayaan dalam jangka penuh potensinya akan meningkat bukan
panjang yang diharapkan bisa menciptakan hanya ekonominya tetapi juga harkat, martabat,
keberdayaan dan kemandirian masyarakat. rasa percaya diri dan harga dirinya. Dengan
demikian, dapatlah diartikan pemberdayaan
Pemberdayaan tidak saja menumbuhkan dan mengembangkan
Pengertian pemberdayaan masyarakat sebenar- nilai tambah ekonomis, tetapi juga nilai tambah
nya mengacu pada kata empowerment, yaitu sosial dan nilai tambah budaya.
sebagai upaya untuk mengaktualisasikan po- Dari uraian di atas dapat ditarik kesim-
tensi yang sudah dimiliki masyarakat. Dalam pulan bahwa keberdayaan masyarakat terletak
pengembangan masyarakat nelayan penekanan pada proses pengambilan keputusan sendiri
berada pada pentingnya masyarakat lokal yang untuk mengembangkan pilihan-pilihan adapta-
246 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 12, Nomor 2, Desember 2011: 239-256
tindak lanjut apa yang harus dilakukan selan- untuk mengatasi hambatan tersebut. Kegiatan
jutnya, siapa yang akan melakukan, bagaimana, ujicoba juga bertujuan untuk membuktikan
kapan dan dimana kegiatan tersebut akan bahwa rencana kegiatan pengelolaan sampah
diserlenggarakan. Salah satu output kegiatan perkotaan ini bukan sebatas himbauan dalam
sosialisasi adalah kesepakatan rencana kegiatan rangka sosialisasi suatu kegiatan, tetapi juga
tindak lanjut (RKTL) yang menjadi keputusan dibuktikan melalui aksi nyata antara warga
dari forum. Pada aspek ini, partisipasi masyara- masyarakat dengan tim peneliti.
kat tinggi, khususnya terkait otonomi masyara- Kegiatan ujicoba ini dilakukan dalam dua
kat dalam pengambilan keputusan tentang bentuk yakni kegiatan pengolahan sampah
RKTL. Salah satu contoh adalah penundaan organik dan unorganik. Untuk sampah organik,
warga RW 01 terhadap kegitan ini. Para wakil ujicoba yang dilakukan dalam bentuk pembuat-
warga RW 01 memutuskan untuk tidak melan- an kompos dengan menggunakan keranjang
jutkan kegiatan ini sebelum lebaran 2010 akibat kompos skala rumah tangga. Sedangkan untuk
kesibukan para ibu rumah tangga. Dengan sampah unorganik, ujicoba dilakukan dalam
demikian kegiatan ini untuk sementara tidak bentuk pengumpulan dan pemilahan sampah-
dapat digulirkan pada warga RW 01 Kelurahan sampah unorganik secara terpadu dan tidak di-
Sambiroto. buang ke tempat pembuangan sementara. Se-
Partisipasi dalam Pelatihan. Kegiatan pe- dangkan kegiatan monitoring berkaitan dengan
latihan berkaitan dengan upaya peningkatan pemantauan pelaksanaan kegiatan ujicoba pe-
pengetahuan, sikap dan ketrampilan masyara- nanganan sampah organik.
kat dalam pengelolaan sampah perkotaan. Ke- Partisipasi masyarakat selama kegiatan
giatan pelatihan antara lain pelatihan daur ujicoba ini berkaitan dengan beberapa hal yak-
ulang sampah unorganik; pelatihan pembuatan ni: 1) penyiapan keranjang kompos, 2) Pelaksa-
kompos dari sampah organik; pelatihan pemi- naan ujicoba dan 3) pemantauan pelaksanaan
lahan sampah unorganik. ujicoba. Dalam penyiapan keranjang kompos,
Keterlibatan masyarakat dalam serang- beberapa anggota warga masyarakat RT 01/
kaian pelatihan ini lebih pada peran sebagai RW 03 dengan sukarela membantu tim dalam
peserta yang mengikuti pelatihan. Walaupun membuat keranjang-keranjang kompos yang
demikian, dengan penerapan metode pelatihan akan dibagikan kepada masyarakat. Selain
yang lebih bersifat andragogis dan praktis mendapat arahan tentang teknis pembuatan
dengan menekankan pola pembelajaran orang keranjang kompos, warga masyarakat tersebut
dewasa, kegiatan pelatihan berjalan secara juga turut menyiapkan konsumsi.
partisipatif. Telah terjadi proses dialogis antara Partisipasi masyarakat dalam kegiatan
peserta dan pelatih; sharing pengalaman antar ujicoba terkait dengan kesepakatan dan kese-
peserta. Beberapa kegiatan pelatihan yang telah diaan masyarakat melakukan pemilahan dan
dilakukan adalah 1) Menjahit plastik; 2) Meren- pengolahan sampah organik dengan menggu-
da plastik, 3) Membuat kompos dan 4) Men- nakan keranjang-keranjang kompos yang diba-
daur ulang kertas. Semua kegiatan pelatihan ini gikan kepada seluruh ketua dasawisma yang
lebih banyak diikuti oleh para ibu melalui ada; terdapat 14 unit di RW 06 dan 15 unit di
kegiatan PKK dan dasawisma. RW 03. Semua keranjang kompos tersebut
Partisipasi dalam Kegiatan Ujicoba dan dimanfaatkan untuk mengola sampah organik
Monitoring. Kegiatan ujicoba dan monitoring rumah tangga menjadi kompos. Anggota ma-
adalah kegiatan-kegiatan aksi yang dilakukan syarakat secara aktif menceritakan pengalaman
untuk segara mendapatkan pengalaman lang- serta memberikan masukan terkait pengelolaan
sung dari kegiatan pengelolaan sampah perko- sampah organik tersebut; termasuk hambatan
taan. Dengan adanya pengalaman langsung ini, dan kendala yang dihadapi.
masyarakat diharapkan dapat memetik pelajar- Selain kegiatan ujicoba, partisipasi masya-
an tentang kelebihan dan kelemahan dari rakat terkait juga dengan keikutsertaan dalam
kegiatan ini, hambatan-hambatan yang ditemui, melakukan pemantauan selama pelaksanaan
serta langkah-langkah yang perlu dilakukan
Tabel 6. Indikator Tanggapan Responden tentang Mekanisme Pengelolaan Sampah yang Berbasis
Pemberdayaan dan Partisipasi
Indikator RW 06 RW 03
Lingkungan yang “...tumpukan sampah sudah “...dengan melaksanakan swakelola
bersih dan sehat tidak ada lagi di tempat kami, sampah, lingkungan rumah warga
lingkungan semakin bersih dan semakin bersih, indah, dan asri...”
indah...” (responden 1) (responden 3)
Perubahan gaya “...terjalin kerjasama untuk “...masyarakat mau memisah-misahkan
Public Sector hidup menciptakan lingkungan yang sampahnya...” (responden )
Health bersih, sehat, dan nyaman...”
(responden 7)
Terciptanya sistem “...terciptanya pola pengelolaan “... RW 03 ini dapat dijadikan pilot
pengelolaan sampah yang menguntungkan projek bagi daerah perkotaan yang
sampah berbasis masyarakat...” (responden ) lain...” (responden
masyarakat
248 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 12, Nomor 2, Desember 2011: 239-256
Indikator RW 06 RW 03
Mengurangi beban “...RW 06 tidak lagi menyisakan “...memang RW 03 telah mengurai
pemerintah sampah untuk dibuang ke volume sampah yang dibuang ke
mengelola sampah tempat pembuangan akhir tempat pembuangan akhir...”
semua sampah diolah sendiri (responden )
oleh masyarakat...” (responden )
Psikologis Kepuasan batin “...tumbuh kepuasan mengelola “...kami puas dan senang karena telah
sampah sejak dari rumah tangga berhasil mengelola sampah...”
secara konsekuen...” (responden (responden )
)
Peningkatan “...masyarakat dapat “...lingkungan rumah warga semakin
kualitas hidup menjalankan kehidupannya bersih, indah, dan asri. Tanaman-
secara berkualitas karena berada tanaman semakin subur karena pupuk
di lingkungan yang sehat...” cair dari sampah...” (responden )
(responden )
Sosial Keringanan biaya “...di tempat lain, dalam setiap “...warga di sini sekarang lebih ringan
Ekonomi retribusi bulannya pasti dipungut biaya beban retribusinya, dahulu 1 KK bisa
Rp 3.000 sampai Rp10.000 maka membayar Rp 5.000 – 10.000 sekarang
warga justru dapat tinggal membayar sekitar 3.000
menghemat...” (responden )
Membuka (1) Upah angkut sampah/ Tas kerajinan dari sampah berbahan
lapangan kerja bulannya/ orang antara 25.000- alumunium foil dibuat oleh ibu-ibu dan
50.000 tergantung luas wilayah; dijual dengan harga Rp 5.000-75.000
(2) Upah sortir dan
pengepakan/ orang/hari Rp
15.000; (3) Tas kerajinan dari
sampah berbahan alumunium
foil dibuat oleh ibu-ibu dan
dijual dengan harga Rp 5.000-
75.000
Pengurangan “...efisiensi pengeluaran rumah “..warga tidak perlu lagi membeli
pengeluaran tangga mengingat kompos yang pupuk untuk memupuk tanamn hias
pokok untuk dihasilkan di setiap rumah mereka...” (responden )
pupuk dapat dimanfaatkan untuk
pupuk bagi tanaman sawah
maupun pekarangan...”
Penambahan “...warga memiliki kekayaan “...uang yang masuk kas warga
inventaris RW berupa meja, kursi, tenda, digunakan untuk pembelian bakteri
soundsystem, dll yang dibeli aktivasi pengomposan, pemeliharaan
dari kas rukun warga hasil barang, dan untuk kegiatan
swakelola sampah...” masyarakat...”
Perbandingan Partipasi Warga dalam Pe- pengelolaan sampah yang menggunakan dua
ngelolaan Sampah Rumah Tangga. Uraian pendekatan berbeda (Lihat Tabel 7).
berikut bertujuan untuk menggambarkan per-
bedaan tingkat partisipasi masyarakat dalam
No Sistem Pengelolaan Sampah yang berlaku vs Sistem Pengelolaan Sampah yang direncanakan
1 Teknis penanganan sampah
‐ Masyarakat membuang sampah pada ‐ Masyarakat diminta memilah sampah-sampah
tong-tong sampah yang telah yang dihasilkan; Sampah Organik; Sampah
disediakan diluar rumah; unorganik dan Sampah Bahan Berbahaya dan
‐ Semua jenis sampah dicampur jadi Beracun (B3).
satu pada tong sampah yang tersedia ‐ Ketiga jenis sampah tersebut tidak dibuang pada
‐ Pada jadwal tertentu, petugas sampah satu tong sampah tetapi dikemas pada 3 wadah
akan mengambil sampah-sampah dari yang berbeda. Sampah jenis organik diminta
masing-masing rumah tersebut untuk dirajang (ukuran 1 cm) dan dimasukkan
dengan menggunakan gerobak dalam keranjang kompos; Sampah unorganik
sampah untuk dibuang ke container di (plastik, kertas kaleng, gelas, besi dll) dikemas
Tempat Penampungan Sementara dalam wadah khusus; demikian juga sampah B3
(TPS). (baterei, kaleng bekas wadah racun nyamuk, dll).
‐ Pada jadwal tertentu, container yang ‐ Pada jadwal tertentu, sampah unorganik dan
telah penuh terisi sampah di TPS sampah B3 yang telah dikumpulkan di masing-
diangkut oleh petugas sampah dari masing rumah akan dikumpulkan atau
kotamadya dengan menggunakan diangkutkan petugas khusus untuk ditampung
truck sampah untuk dibuang ke di Rumah Pilah.
Tempat pembuangan Akhir (TPA). ‐ Sampah unorganik kemudian dipilah kembali
dan lebih detail sesuai kemungkinan proses daur
ulang dan pemanfaatan kembali di rumah pilah.
2 Partisipasi Masyarakat
‐ Pengelolaan sampah dilakukan oleh ‐ Pembahasan pengelolaan sampah diawali dalam
para bapak melalui organisasi RT dan pertemuan kelompok Ibu-ibu PKK dan
RW. dasawisma; selanjutnya didisseminasikan dalam
‐ Telah terdapat kepengurusan yang pertemuan bapak-bapak di tingkat RT dan RW.
tetap yang mengelola kegiatan pena- ‐ Pengelolaan kegiatan penanganan sampah baru
nganan sampah warga dan melekat sebatas ujicoba yang juga melekat pada
pada struktur organisasi warga yakni kepengurusan para Ibu PKK.
seksi K3. ‐ Terdapat beberapa ibu rumah tangga yang mela-
‐ Pada umumnya anggota masyarakat kukan pemilahan atas sampah organik, unorga-
telah membuang sampah pada tempat nik dan B3. Sampah-sampah organik, khususnya
sampah yang telah disediakan dan sampah dapur dijadikan kompos dengan meng-
telah sepakat membayar iuran gunakan keranjang kompos. Terdapat 14 orang
pembuangan sampah. di wilayah RW 06 dan 26 orang di RW 03 (16
‐ Pembayaran iuran sampah telah men- orang ketua dasawisma dan RW; 10 orang ang-
jadi agenda rutin bulanan dalam gota dasawisma Delima 5 di RT 01/RW 03).
pertemuan RT dan RW dari para Sejauh ini terdapat 40 orang yang melakukan
bapak-bapak. pengolahan sampah organik menjadi kompos.
‐ Partisipasi warga dalam pengelolaan ‐ Para ketua dasawisma (15 orang), ibu RT (4
sampah terletak pada penyiapan tong orang) dan RW (1 orang) wilayah RW 03 telah
sampah dan TPS; pembuangan mengumpulkan dan memilah sampah unorganik
sampah pada tempatnya dan (terdiri dari aneka kertas, plastik keras dan
pembayaran iuran pengangkutan lunak, kaleng dan botol) dan sampah B3 secara
sampah. rutin setiap 2 minggu sekali. Sejauh ini hasil
pilahan tersebut ditampung dan ditaruh di
gudang salah seorang warga RT 01 RW 03.
‐ Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan
sampah dengan paradigma yang baru ini antara
lain;
o Aktif memilah sampah atas sampah
organik, unorganik dan sampah B3
o Kesediaan membeli keranjang kompos
secara swadaya (khususnya di
250 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 12, Nomor 2, Desember 2011: 239-256
No Sistem Pengelolaan Sampah yang berlaku vs Sistem Pengelolaan Sampah yang direncanakan
Dasawisma Delima 5 RT 01 RW 03);
o Kesediaan melakukan ujicoba
pembuatan kompos di masing-masing
rumah;
o Kerelaan menyediakan wadah khusus
untuk menampung sampah unorganik
dan sampah B3;
o Ikut aktif memilah sampah unorganik
agar siap untuk didaur ulang dan
digunakan kembali
o Kesediaan membentuk dan mengopti-
malkan organisasi warga untuk melaku-
kan kegiatan-kegiatan terkait seperti
pengadaan alat, monitoring dan
pengawasan.
252 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 12, Nomor 2, Desember 2011: 239-256
DAFTAR PUSTAKA Irawan, Agus. 2009. Pengelolaan Sampah Kota.
www.suara merdeka.com
Alexander Abe. 2001. Perencanaan Daerah Mem- Kementerian Lingkungan Hidup. 1997. Undang-
perkuat Prakarsa Rakyat dalam Otonomi Dae- Undang RI Nomor 23 Tahun 1997, tentang
rah. Yogyakarta: Lapera Pustaka Utama. Pengelolaan Lingkungan Hidup, Jakarta
Anonim, 2008. Olah Sampah, http://www.pus Komang Ayu, Ni. 2009. Peran Serta Masyarakat
dakota, Jakarta. dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tang-
Departemen Pekerjaan Umum. 2006. Permen PU ga (Studi Kasus di Sampangan dan Jom-
nomor: 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan blang, Kota Semarang). Tesis Magister Ilmu
dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Lingkungan. Universitas Diponegoro. Se-
Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP), Ja- marang.
karta Kompas, 10 Januari 2004. Sampah dan Pemerin-
Emil, Salim. 1990. Kumpulan Makalah Perubahan tah, diakses dari http://www.kompas.
Lingkungan Global dan Kerjasama Internasio- com.
nal. Bogor: IPB. Kompas, 13 Agustus 2003. Sampah, Cermin
Enviromental Service Program (ESP) DKI. 2006. Wajah Perkotaan, diakses dari http://
Modul Pelatihan Pengelolaan Sampah Ber- www.kompas.com.
basis Masyarakat. Kormondy, EJ. 1969. Concepts of Ecoroglt. New
Faizah. 2008. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Jersey: Prentice-Hall Inc.
Berbasis Masyarakat (Studi Kasus di Kota Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia,
Yogyakarta). Tesis Magister Ilmu Ling- 2006, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
kungan. Universitas Diponegoro. Sema- Nomor 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan
rang dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem
Fauzi, A. 2004. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Pengelolaan Persampahan, Jakarta.
Lingkungan, Teori dan Aplikas. Jakarta: Moelyarto. 1996. Pemberdayaan Masyarakat Ter-
Gramedia Pustaka Utama. tinggal. Bandung: Humaniora.
Gelbert, M., et. al. 1996. Konsep Pendidikan Ling- Purdiyanto. 2009. Peran Serta Masyarakat dalam
kungan Hidup dan ”Wall Chart”, Buku Penanganan Sampah untuk Meningkatkan
Panduan Pendidikan Lingkungan Hidup, Mutu Lingkungan. Laporan Penelitian Ke-
PPPGT/VEDC, Malang. sehatan Lingkungan dan Kerja.
Hadi, Sudharto P. 2005. Dimensi Lingkungan Rahadyan dan Widagdo A.S. 2002. Peningkatan
Perencanaan Pembangunan. Yogyakarta: Pengelolaaan Persampahan Perkotaan Melalui
Gadjah Mada University Press. Pengembangan Daur Ulang. Materi Loka-
Hadi, Sudharto P., 2004. Sindrom Sampah, karya 2 Pengelolaan Persampahan di Pro-
Kompas 7 Desember 2008, Jakarta. vinsi DKI Jakarta.
Hikmat, Harry. 2001. Strategi Pemberdayaan Ma- Salim, Emil. 23 Juni, 2005. Hidup Dari Sampah,
syarakat. Bandung: Humaniora. Belajar dari Prof Hasan Poerbo. Harian
Kompas.
Iqbal, Muhammad. 2008. Konstelasi Institusi
http://hasanpoerbo.blogspot.com/2006/04/hi
Pemerintah dan Lembaga Swadaya Ma-
dup-dari-sampah-belajar-dari-prof.html [14
syarakat dalam Program Pidra. Jurnal
Maret 2010].
Ekonomi Pembangunan FE UMS. Vol. 9,
No.1, Juni 2008, hal. 28–45. Surakarta: Slamet, Y. 2002. Konsep-konsep Dasar Partisipasi
BPPE UMS. Sosial, PAU-SS UGM Yogyakarta Setya-
wati, D. 2008. Arahan Pemanfaatan Kem-
254 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 12, Nomor 2, Desember 2011: 239-256
LAMPIRAN
Model Peningkatan
n Partisipasi Masyarakatt (Bambang M
Munas)
Sumber : Harry (2001), Susilowati (2004) dg modifikasi seperlunya
255
G
Gambar 4. Diagram Pellaksanaan Peeningkatan Partisipasi
P M
Masyarakat daan Penguata
an Sinergi daalam
Pengelolaan
n Sampah Perrkotaan di Kelurahan
K Saambiroto, Keccamatan Tem
mbalang, Kotta
Semarang
2
256 Jurnal Ekonomi Pembaangunan Vollume 12, Nom
mor 2, Desem
mber 2011: 2399-256