Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KEBIJAKAN MONETER DALAM EKONOMI ISLAM

Diajukan untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Ekonomi Makro Islam

Dosen Pengampu : Minati Maulida, M.S.I

Disusun Oleh :

1. M. Reza irsyad (4117327)


2. Sirojul munir (4117328)
3. Dimas aziz maulana (4117337)
4. Sri puji hartini (4117341)

JURUSAN EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM (FEBI)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
TAHUN 2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi dan konsep kebijakan moneter ................................................................ 3
2.2 Manajemen moneter konvensional dan islam ................................................. 4
2.3 Instrumen moneter konvensional dan islam .................................................... 7
2.4 Aplikasi instrumen moneter islam ................................................................ 10

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 12
3.2 Saran ............................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 13

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Dan juga kami
berterima kasih pada Ibu Minati Maulidia selaku Dosen pengampu mata kuliah Ekonomi
Makro Islam Ekonomi IAIN Pekalongan yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai kebijakan moneter. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami
buat di masa yang akan datang.

Pekalongan, 28 Oktober 2018

Penulis

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH


Keadilan sosio ekonomi, salah satu sisi yang paling menonjol dari
suatu masyarakat iskam yang diharapkan menjadi suatu jalan hidup
(way of life) dan bukan sebagai fenomena yang terisolasi, semangat ini
harus menembus seluruh interaksi manusia, sosial, ekonomi dan politik.
Ketidakadilan di suatu daerah telah tersebar ke daerah, satu lembaga
yang salah tidak mungkin bisa memengaruhi yang lain, bahkan dibidang
bisnis dan ekonomi, semua nilai harus bergerak ke arah keadilan
sehingga secara keseluruhan mendukung bukan melemahkan apalagi
menghilangkan keadilan sosio ekonomi. Diantara ajaran islam yang
paling penting untuk menegakkan keadilan dan membatasi dalam
transaksi bisnis adalah pelarangan semua bentuk upaya memperkaya
diri secara tidak sah. Sebagaimana firman Allah dalam surat al-baqarah
ayat 188 yang artinya:
“dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain
di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu
membawa (urusan) hsarta itu kepada hakim supaya kamu dapat
memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan
(jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui”
Oleh karena itu , pemakalah tertarik untuk mengupas lebih dalam
mengenai pandangan islam mengenai kebijakan moneter , manajemen
moneter konvensional dan islam.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa definisi dan konsep kebijakan moneter ?


2. Bagaimana manajemen moneter konvensional dan islam ?
3. Bagaimana instrumen moneter konvensional dan islam ?
4. Bagaimana aplikasi instrumen moneter islam ?

1
1.3. TUJUAN

1. Untuk mengetahui definisi konsep kebijakan moneter.

2. Untuk mengetahui manajemen moneter konvensional dan islam.

3. Untuk mengetahui instrumen moneter konvensional dan islam.

4. Untuk mengetahui aplikasi instrumen moneter islam.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi dan konsep kebijakan moneter

Kebijakan moneter adalah kebijakan pemerintah untuk memperbaiki


keadaan perekonomian melalui pengaturan jumlah uang beredar. Dalam
peradaban manusia, uang telah memberi manfaat yang besar. Berdasarkan
fungsi-fungsinya sebaai alat transaksi, satuan hitung dan alat menyimpan nilai
uang memberi manfaat bagi manusia dalam mengatasi kesulitan untuk
melakukan berbagai kebiatan ekonomi. Kebijakan moneter merupakan salah
satu kebijakan di bidang ekonomi yang sangat berperan untuk mengatur dan
menjaga stabilitas ekonomi suatu negara. Dalam Kebijakan moneter dibagai
menjadi dua golongan.

A. Kebijakan moneter kuantitatif


Kebijakan mineter kuantitatif adalah langkah-langkah bank sentral
yang tujuan utamannya adalah untuk memengaruhi jumlah penawan uang
dan suku bunga dalam perekonomian. Dalam masa deflasi penawaran uang
perlu di tambah. Langkah ini akan menurunkan suku bunga dan penurunan
ini selanjutnya akan menggalakkan perkembangan kegiatan ekonomi
sehingga tingkat kesempatan kerja menjadi lebih tinggi dan pengangguran
berkurang. Dalam masa inflasi, pengeluaran masyarakat adalah melebihi
penawaran barang-barang yang tersedia dalam perekonomian. Oleh sebab
itu pengeluaran agregat perlulah dikurangi melaui pengurangan agregat
sehingga terdapat keseimbangan di antara pengeluaran dalam ekonomi
denga jumlah penawaran barang-barang.
Kebijakan moneter kuantitatif dibedakan dalam tiga jenis tindakan, yaitu:
a) Operasi pasar terbuka

Operasi pasar tebuka adalah cara mengendalikan uang yang


beredar dengan menjual atau membeli surat berharga pemerintah

3
(government securities). Jika ingin menambah jumlah uang beredar,
maka pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah.

b) Membuat perubahan keatas suku diskonto dan suku bunga yang harus
dibayar oleh bank-bank perdagangan.
c) Membuat perubahan ke atas cadangan minimum yang harus disimpan
oleh bank-bank perdagangan.1

B. Kebijakan moneter kualitatif


Kebijakan moneter kualitatif adalah langkah-langkah bank sentral yang
bertujuan mengawasi bentuk-bentuk pinjaman dan investasi yang dilakukan
oelh bank-bank perdagangan. Tujuan utama kebijakan ini bukanlah untuk
megawasi perkembangan penawan uang, tetapi untuk memengaruhu jenis-
jenis pinjaman yang diberikan institusi keuangan. Ini memunginkan bank
sentral menggalakkan pertumbuhan ekonomi ke arah yang diharapkan.
Kebijakan moneter kualitatif dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
a) Pengawalan pinjaman secara terpilih
Kebijakan ini dilakukan dengan menentukan jenis-jenis pinjaman mana
yang harus dikurangi.2
b) Pembujukan moral
Dalam melaksanakan kebijakan ini bank sentral mengadakan pertemuan
langsung dengan bank-bank perdagangan untuk meminta mereka
melakukan langkah-langkah tertentu.3

2.2 Manajemen moneter konvensional dan islam

A. Manajemen moneter konvensional

Adanya ketidakaturan dan hubungan antar variabel dalam perekonomian


sering kali menjadikan kita sulit untuk mengidentifikasi alur suatu kebijakan
moneter mencapai tujuannya. Sehingga banyak pihak yang masih melihat

1
Sadono Sukirno, Makroekonomi Teori Pengantar, (Depok : PT Rajagrafindo,2015),hlm. 311
2
Ibid.,hlm. 313
3
Ibid.,hlm. 314

4
bahwa mekanisme moneter seperti halnya Black-box. Ada dua paradigma
dalam memahami mekanisme trasmisi moneter, yakni apa yang disebut
dengan paradigma uang pasif dan paradigma uang aktif. Perbedaan antara dua
paradigma ini terletak dari penggunaan sasaran operasional yang digunakan
dalam mekanisme moneternya.

a) Uang pasif

Paradigma uang pasif percaya bahwa kesenjangan output merupakan


kausal utama dalam mekanisme transmisi. Dalam paradigma ini suku
bungan jangka pendek dan nilai tukar dijadikan sebagai sasaran antara
(interdemediate objective) yang pada gilirannya akan memengaruhi
perkembangan besarnya permintaan, kesenjangan output dan ekspetasi
inflasi. Dalam paradigma uang pasif ini uang dinyatakan sebagai variabel
endigen yang mana otoritas moneter tidak memepuyai kemampuan secara
penuh untuk mengatur jumlah uang beredar.

b) Uang Aktif

Paradigma uang aktif percaya bahwa likuiditas merupakan kausal


utama dalam mekanisme transmisi moneter. Dalam paradigma ini suku
bunga dianggap sebagai resultante biasa yang terjadi dalam mekanisme
transmisi moneter. Penganut dari paradigma ini adalah Milton Friedman.
Paradigma uang aktif secaa sederhana dapat dijelaskan dengan teori
kuantitas (quantity theory of money) MV=PT merupakan dasar pijakan
utama dalam paradigma uang aktif ini. Bahwa peubahan % M + dengan %
V sebanding dengan perubahan % P = % T. Dalam paradigma ini
diasumsikan bahwa M secara penuh mampu dikendalikan oleh otoritas
moneter sedangkan nilai V adalah konstan. Sehingga, jumlah uang beredar
dijadikan pemerintah sebagai instrumen moneter dalam mengendalikan
tingkat inflasi.

Paradigma uang aktif dalam teori konvensional menganggap bahwa


uang sebagai variabel exogen yang bentuk kurva penawarannya bersifat

5
inelastic sempurna. Sasaran pkok yang ingin dicapai dari kebijakan dengan
paradigma ini adalah terkendalinnya tingkat inflasi dengan menggunakan
besaran moneter (jumlah uang beredar) sebaai sasaran operasional.4

B. Manajemen moneter islam


Dasar pemikiran dari manajemen moneter dalam konsep islam
adalah terciptanya stabilitas permintaas uang dan mengarahkan permintaan
uang tersebut kepada tujuan yang penting dan prouktif. Sehingga, setiap
instrumen yang akan mengarahkan kepada instabiliras dan mengalokasikan
sumber dana yang tidak produktif akan ditinggalkan.
Dalam teori keynes telah dikenal bahwa adanya permintaan
spekulasi akan uang pada dasarnya dipengaruhi oleh keberadaan suku bunga
(the theory of liquidity prefene). Pergerakkan suku bunga merupakan
refleksi pergerakkan permintaan uang untuk spekulatif. Semakin tinggi
permintaan uang untu spekulasi, maka semakin rendah tingkat bunga yang
berlaku dipasar. Begitu juag sebaliknya, apabila permintaan uang spekulatif
menurun, maka suku bunga akan relatif meningkat.
Penghapusan suku bunga dan adanyya kewajiban pembayaran pajak
atau biaya produktif yang menganggur, menghilangkan nsentif orang untuk
memegang uang idle sehingga mendorong orang untuk melakukan :
a) Qard (meminjamkan harta kepada orang lain)
b) Penjualan muajjal
c) Mudarabah

Para pemilik dana akan menginvesrasikan dananya pada kegiatan


yang memberikan keuntungan terbesar (actual return), jadi semkain tinggi
prmintaan uang untuk investasi di sektor rill atau kebutuhan akan persediaan
dana untuk investasi semakin besar maka, tingkat keuntungan harapan yang
akan diberikan akan relatif menurun. Karena besarnya tingkat sctual return

4
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islam, cet.2 (Jakarta : Rajawali Pers., 2013), hlm. 193-194.

6
ini tidak berfluktuatif seperti halnya suku bunga maka akan menjadikan
pemintaan uang akan lebih stabil.

Strategi dasar dalam manajemen moneter islam menurut mahzab


kedua adalah:

Tidak ada suku bunga sebagai biaya dari capital (cost of capital) dan
dikenakannya pajak bagi aset produktif yang menganggur (dues on idle
fund) akan mendorong pemilik modal untuk menginvestasikan sejumlah
kekayaanya pada sektor riil yang produktif.

Adanya mekanisme sistem bagi hasil dalam transaks syirkah akan


memberikan kesempatan yang luas bagi masyarakat untuk secar bersama-
sama ikut serta dalam roda perekonomian, yang pada akhirnya terjadi
pemerataan kesempatan kerja dapat tercapai. Pemerataan pendapatan akan
terealisasikan ketika kesempatan usaha dapat dimiliki oleh semua orang.

Terciptanya kepastian berusaha yang di dukung dengan tidak adanya


suku bunga yang ditentukan di muka dalam transaksi pinjam-meminjam.
Sedangkan satu-satunya perhitungan biaya dana pinjaman yang ditentukan
di muka dalah perhitungan risiko bagi hasil (profit sharing ratio), sedangkan
besarnya bagi keuntungan yang harus ditanggung oleh peminjam dana
adalah besarnya nisbah bagi hasil dikalikan debgab keuntungan actual yang
didapat. Kondisi ini dapat memungkinkan terciptanya kepastian berusaha
bagi peminjam dana karena mereka akan membayar tambahan bagi hasil
sesuai dengan keuntungan yang diperoleh dari usahanya. Karena besarnya
profit sharingratio tidak berfluktuatif seperti halnya suku bunga maka dunia
usaha akan relatif lebih stabil.5

2.3 Instrumen Moneter Konvensional dan Islam

Kebijakan moneter adalah kebijakan yang ditetapkan pemerintah untuk


menjaga agar jumlah uang yang beredar dimasyarakat tetap stabil sehingga

5
Ibid.,hlm. 194-197.

7
tidak menyebabkan terjadinya inflasi. Untuk mencapai tujuanya tersebut
pemerintah memunyai alat (instrumen) yang biasa digunakan, instrumen ini
dibagi menjadi 2 sudut pandang, yaitu konvensional dan islam.

A. Instrumen Moneter Islam


Instrumen-instrumen kebijakan moneter islam terdapat dalam tiga
mazhab, yaitu:
1. Mazhab Iqthisoduna (Baqir Ash Shadr)
1. Pada masa awal islam, tidak diperlukan kebijakan moneter karena
hampir tidak adanya sistem perbankan dan minimnya penggunaan
uang.
2. Uang dipertukarkan dengan sesuatu yang benar-benar memberikan
nilai tambah bagi perekonomoian.
3. Perputaran uang dalam periode tertentu sama dengan nilai barang dan
jasa yang diproduksi pada rentang waktu yang sama.
2. Mazhab Mainstream (Dr. Umer Chapra)
Bertujuan untuk memaksimalkan sumber daya yang ada agar
dapat dialokasikan pada kegiatan perekonomian yang produktif.
Melalui instrumen “dues of idle fundd” yang dapat mempengaruhi
besar kecilnya permintaan uang agar dapat dialokasikan pada
peningkatan produktifitas perekonomian secara kesluruhan.
3. Mazhab Alternatif/analitis Kritis (Dr. M.A. Choudury)
Kebijakan moneter melalui “syuratiq process”, dimana suatu
kebijakan yang diambil oleh otoritas moneter adalah berdasarkan
musyawarah sebelumnya dengan otoritas sektor riil. Sehingga terjadi
harmonisasi antara kebijakan moneter dan sektor rill. Secara
mendasar, terdapat beberapa instrumen kebijakan moneter dalam
ekonomi islam,
1. Reserve Ratio
Adalah suatu presentase tertentu dari simpanan bank yang
harus dipegang oleh bank sentral, misalnya 5%. Jika bank sentral
ingin mengontrol jumlah uang beredar, dapat menaikkan RR

8
misalnya dari 5 persen menjadi 20%, yang dampaknya sisa uang
yang ada pada komersial bank menjadi lebih sedikit, begitu
sebaliknya.
2. Moral Suassion
Bank sentral dapat membujuk bank-bank meningkat
permintaan kredit sebagai tanggung jawab mereka ketika
ekonomi berada dalam keadaan depresi. Dampaknya, kredit
dikucurkan maka uang dapat dipompa ke dalam ekonomi.
3. Lending Ratio
Dalam ekonom islam, tidak ada istilah Lending
(meminjamkan), lending ratio dalam hal ini berarti pinjaman
kebaikan.
B. Instrumen Moneter Konvensional

Jumlah uang beredar dalam ekonomi diatur oleh instrumen suku


bunga dalam ekonm modern, dan dikontrol oleh bank sentral. Ketika
terjadi inflasi, bank sentral menaikkan suku bunga untuk
mengendalikan inflasi, agar tidak banyak uang yang mengalir ke bank
komersial, dan sedikit pula uang yang mengalir ke dalam ekonomi,
sehingga pada akhirnyabisa menurunkanuang beredar. Bank sentral
dalam melakukan implementasi kebijakannya nmempunyai empat
macam instrument utama :

1. Kebijakan pasar terbuka. (open market operation). Kebijakan


membeli atau menjual surat berharga atau obligasi di pasar terbuka.
Jika bank sentral ingin menambah suplai uang maka bank sentral
akan membeli obligasi, dan sebaliknya bila akan menurunkan
jumlah uang beredar maka bank sentral akan menjual obligasi.
2. Penentuan cadangan wajib minimum. (Reserve Requirment). Bank
sentral umumnya menentukan angka rasio minimum antara uang
tunai (reserve) dengan kewajiban giral bank (demans deposits),
yang biasa disebut minimum legal reserve ratio. Apabila bank

9
sentral menurunkan angka tersebut maka dengan uang tunai yang
sama, bank dapat menciptakan uang dengan jumlah uang dengan
jumlah yang lebih banyak daripada sebelumnya.
3. Penentuan Discount rate. Bank sentral merupakan sumber dana
bagi bank-bank umum atau komersial dan sebagai sumber dana
yang terakhir. Bank komersial dapat meminjam dari bank sentral
dengan tingkat suku bunga kredit jangka pendek yang berlaku di
pasar bebas.
4. Moral Suasion atau kebijakan bank sentral yang bersifat persuasif
berupa himbauan/bujukan moral yang mempengaruhi tindak
manajer senior dalam kegiatan operasional keseharian bisnisnya,
agar searah dengan kepentingan publik.

2.4 Aplikasi Instrumen Moneter Islam


1. Sudan
Pada tahun 1984, setelah diperkenalkannya syariah islam disudan,
BOS mengeluarkan arahan dan perintah kepada seluruh bank yang beroprasi
disudan agar menjalankan prinsip-prinsip perbankkan yang sesuai dengan
syariah islam dalam aktivitas sehariannya. Akibatnya BOS dihadapkan pada
permasalahan substitusi instrumen moneter kenvensional dengan moneter
yang sesuai dengan syariah islam untuk memperthankan perananya sebagai
pengawas dan pemberi arahan bagi bank-bank.
Instrumen-instrumen moneter yang digunkan oleh BOS dalam
operasionalnya :
1. Bank-bank komersial harus mencapai dan memelihara rasio likuiditas
sebesar 10% dari dana giro dan tabungan dalam bentuk mata uang lokal
2. Marjin keuntungan mnimum untuk perjanjian murabaah (berkisar antar
10%-50%) tergantung pada sektor dan mata uang yang digunakan.

10
3. Penyertaan minimum nasabah untuk perjanjian musyarakah sebagai alat
untuk mengatur jumlah ketersediaan sumber daya untuk kredit .6
2. Iran
Iran adalah satu-satunya negara islam yang menerapkan sistem
perekonomian dengan mengacu pada pemikiran teori ekonomi islam
mazhab yang pertama.
Intrumen-instrumen yang dipakai oleh otoritas moneter iran
1. Reserve Reqiurement Ratio.
Ketentuan rasio cadangan ini adalah antara 10% samapai dengan 30%
biasanya digunakan untuk menyerap kelebihan dana bank yang
dianggurkan yang secara potensial dapat digunakan dalam peningkatan
likuiditas.
2. Credit Ceiling
Intrumen ini digunakan untuk mengendalikan penciptaan uang,
pertumbuhan luikuiditas oleh otoritas moneter. Lebih lanjut instrumen
ini juga digunakan untuk mengalosasikan dana dan fasilitas kredit
terhadap sektpr-sektor tertentu dalam perekonomian yang dikehendaki.
3. Indonesia
Bank yang berdasarkan syariah islam, BI menjalankan fungsinya
bank sentral dengan intrumen-instrumen sebagai berikut.
1. Giro Wajib Minimum (GWM)
Adalah simpanan minimum bank-bank umum dalam bentuk giro
pada BI yang besarnya ditetapkan oleh BI berdasarkan presentase
tertentu dari dana pihak ketiga.7
2. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI)
Yaitu instrumen bank indonesia sesuai dengan syariah islam. SWBI
juga dapat digunakan oleh bank-bank syariah yang kelebihan
liquiditas sebagai sarana penitipan dana jangka pendek.

6
Ibid.,hlm. 202.
7
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami, (jakarta : PT raja Grafindo Persada, 2007), hlm.
233-234.

11
Dalam operasional, SWBI mempunyai nilai nominal minimun Rp
500 juta dengan jangka waktu dinyatakan dalam hari (misalnya: 7
hari, 14 hari, 30 hari). Penbayaran atau pelunasan SWBI dilakukan
melalui debet/kredit rekening giro bank indonesia. Jika jatuh tempo,
dana akan dikembalikan bersama bonus yang ditentukan
berdasarkan parameter sertifikat IMA.

12
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Kebijkan moneter adalah kebijakan pemerintah untuk memperbaiki
keadaan perekonomian melalui pengaturan jumlah uang. Kebijakan
moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu kebijakan moneter
ekspansif dan kebijakan moneter kontraktif.
Bank indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No
3 tahun 2004 pasar 7 tentang bank indonesia.

1.2 Saran
Penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah wawasan
dan bermanfaat bagi kami maupun bagi semua pihak. Penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna menjadikan
makalah ini lebih baik dikedepannya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Sukirno,Sadono. 2015 . Makroekonomi Teori Pengantar. Depok : PT Rajagrafindo.

Karim, Adiwarman A. 2013 . Ekonomi Makro Islam, cet.2 . Jakarta : Rajawali Pers.

Karim, Adiwarman A. 2007 . Ekonomi Makro Islami . Jakarta : PT raja Grafindo Persada.

14

Anda mungkin juga menyukai