PENDAHULUAN
1
Gambar 1.1 Peta Wilayah UPT Puskesmas Kayon
2
1.1.3 Jangkauan Transportasi
Dari kondisi geografis UPT Puskesmas Kayon dan 2 kelurahan yang berada
di wilayah UPT Puskesmas Kayon. dapat dijangkau dengan menggunakan
transportasi darat kendaraan roda dua dan roda empat. Puskesmas Kayon terletak
di pinggir jalan raya, sehingga jalan menuju Puskesmas tergolong cukup nyaman
karena sudah diaspal dan dilalui transportasi umum, namun karena terletak di
pinggir jalan raya yang termasuk ramai dan padat penduduk sehingga pengunjung
agak sulit untuk menempatkan alat transportasi khususnya kendaraan roda empat.
Seluruh wilayah kerja puskesmas Kayon dapat dilalui oleh transportasi darat.
Terdapat banyak akses jalan yang menghubungkan antar wilayah dan jalanan
dalam keadaan sudah di aspal, meskipun ada beberapa jalan yang menuju
Puskesmas Pembantu (Pustu) yang masih bergelombang dan belum teraspal. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan transportasi menuju Puskesmas Kayon cukup
mudah dijangkau.
18600
18400
18200
18000
17800
17600
17400
17200
Laki-Laki Perempuan
Gambar 1.2 Grafik jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di wilayah kerja
Puskesmas Kayon tahun 2018
3
Kepadatan penduduk dapat dihitung dengan jumlah penduduk yang dibagi
atas luas wilayah sehingga di dapat jumlah penduduk tiap 1 km2. Berdasarkan
Undang-Undang No.5 Tahun 1960, tingkat kepadatan penduduk di suatu daerah
dapat dikelompokkan menjadi empat katagori, yaitu :
- Tidak padat : Kepadatan penduduk mencapai 50 orang/km2
- Kurang padat : Kepadatan penduduk mencapai 50-250 orang/km2
- Padat : Kepadatan penduduk mencapai 250-400 orang/km2
- Sangat padat : Kepadatan penduduk melebihi 401 orang/km2
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kelurahan tersebut termasuk
dalam kategori kurang padat dengan kepadatan penduduk sebesar 138,3
orang/km2. Hal ini berpengaruh pada tingkat kesehatan.
4
B. Distribusi Penduduk Berdasarkan Kepadatan Penduduk
Tabel 1.2 Kepadatan Penduduk di Kelurahan Bukit Tunggal dan Kelurahan
Palangka tahun 2018
Jumlah
No Kelurahan Penduduk Kepadatan Kategori
(Jiwa)
1. Bukit Tunggal 48.737 205,5 jiwa/km2 Kurang Padat
2. Palangka 44.758 1.808,4 jiwa/km2 Sangat Padat
5
E. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 1.5 Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kelurahan
Bukit Tunggal dan Kelurahan Palangka tahun 2018
Kelurahan
No Pendidikan
Bukit Tunggal Persentase Palangka Persentase
Pendidikan Dasar
1. 17.124 37,1 % 8.732 47,6 %
atau kurang
Pendidikan
2. Menengah (SMP, 22.587 49,0 % 6.252 34,0 %
SMA, SMK)
Pendidikan Tinggi
3. (Diploma dan 6.429 13,9 % 3.379 18,4 %
Universitas)
Jumlah 100% 100 %
6
Tabel 1.7. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Kelurahan
Palangka tahun 2018
No Jenis Pekerjaan Jumlah Presentase (%)
1. Buruh 286 4,1%
2. PNS 1.791 25,7 %
3. Peternak 568 8,15 %
4. Dokter Swasta 14 0,2 %
5. Perawat Swasta 32 0,45 %
6. Bidan Swasta 68 0,97 %
7. Pengobatan Alternatif 97 1,39 %
8. TNI 437 6,27 %
9. POLRI 503 7,21 %
10. Pengusaha 2.143 30,75 %
11. Pedagang Keliling 510 7,32 %
12. PRT 285 4,09 %
13. Pengacara 144 2,06 %
14. Notaris 89 1,27 %
Jumlah 4.197 100%
7
1.1.7 Air Bersih
Sumber air bersih yang digunakan masyarakat untuk air minum rumah
tangga di wilayah kerja Puskesmas Kayon menggunakan air tanah, air ledeng dan
air dam. Untuk persentase penggunaan air ledeng sebesar 7 %, penggunaaan air
tanah sebesar 92,2 %, dan penggunaan air dam sebesar 0,8 %. Kualitas air tanah,
air ledeng, air dam baik, tidak berbau dan tidak berwarna.
SEKOLAH JUMLAH
TK/RA 21
SD/MI 10
SMP/MTSN 5
SMA/MAN 3
Jumlah 39
8
Tingkat pendidikan masyarakat akan mempunyai pengaruh terhadap
pelaksanaan program. Dengan tingkat pendidikan yang cukup, program-program
yang dilaksanakan dapat mencapai hasil yang optimal.
Dari data sarana dan prasarana ini, untuk pelaksanaan program yang ada di
wilayah kerja serta penyuluhan adalah menggunakan sarana kesehatan yang ada
di masyarakat seperti rumah penduduk dan sekolah-sekolah.
9
MOTTO : “ Tagal Sinta Jadi Barigas”
TATA NILAI :
1. Kedisiplinan
2. Kerjasama tim
3. Pelayanan prima
4. Integritas yang tinggi
B. Sarana Kesehatan
1) Sarana Pelayanan Kesehatan
Sarana pelayanan kesehatan menurut kepemilikan pada tahun 2018 di
wilayah Puskesmas Kayon, antara lain :
a) Milik Pemerintah Kota Palangka Raya, yaitu :
a. 1 buah Puskesmas Induk Kayon.
b. 2 buah Puskesmas Pembantu
c. 11 buah Posyandu Balita
d. 6 buah Posyandu Lansia
e. 4 buah Posbindu
b) Milik swasta 15 buah, yaitu 15 buah praktek bidan mandiri.
2) Sarana Farmasi
Ketersediaan obat pelayanan kesehatan dasar tahun 2018 relatif cukup baik
dalam hal jenis maupun jumlahnya. Sumber dana pengadaan obat berasal dari
APBD Kota, BPJS, APBD Provinsi Kalimantan Tengah untuk buffer stok dan
APBN untuk obat jamkesmas.
3) Sarana Laboratorium
a) Puskesmas induk Kayon memiliki laboratorium kesehatan dasar.
Kemampuan pemeriksaan laboratorium di Puskesmas Kayon sudah
sesuai dengan Permenkes RI Nomor 37 Tahun 2012 meliputi
pemeriksaan-pemeriksaan dasar yaitu: Hematologi, Kimia klinik,
Mikrobiologi, dan Urinalisa.
b) Puskesmas Pembantu yang berjumlah 2 buah belum memilki
laboratorium kesehatan dasar, namun apabila memerlukan pemeriksaan
laboratorium dapat diarahkan ke Puskesmas Induk.
10
4) Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM)
Upaya kesehatan bersumber masyarakat yang dikembangkan di Puskesmas
Kayon Kota Palangka Raya sesuai Permenkes No. 75 Tahun 2014 Pasal 35 antara
lain:
a) Upaya Promosi Kesehatan ( PROMKES)
Promosi Kesehatan Puskesmas adalah Upaya Kesehatan melaksanakan
pemberdayaan kepada masyarakat untuk mencegah penyakit dan
meningkatkan kesehatan setiap individu, keluarga serta lingkungannya
secara mandiri agar berPrilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
termasuk Usaha Kesehatan sekolah (UKS).
Adapun kegiatan yang telah dilakukan adalah :
a. Penyuluhan PHBS Tatanan Sekolah ke TK, SD, SMP, dan SMA.
b. Penyuluhan PHBS Tatanan Rumah Tangga.
c. Pembinaan Kantin Sekolah SD, SMP, SMA.
d. Sosialisasi SISMANTIK untuk SMP dan SMA
e. Penyuluhan Gerakan Masyarakat Sehat (GERMAS) SMP dan SMA.
f. Penyuluhan GERMAS di tempat umum
g. Pembinaan Toga
h. Survei Mawas Diri (SMD).
b) Pembinaan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar
Tujuannya untuk memperbaiki mutu lingkungan hidup yang dapat
menjamin kesehatan melalui kegiatan pencegahan penyakit dan
pengawasan lingkungan.
Kegiatan yang dilakukan yaitu :
a. Inspeksi Kesling Depot Air Minum
b. Inspeksi Kesling Tempat Pengolahan Makanan (TPM)
c. Inspeksi Kesling Tempat-tempat Umum (TTU) Hotel
d. Inspeksi Kesling TT Kolam Renang
e. Inspeksi Kesling TTU Sarana Kesehatan
f. Inspeksi Kesling TTU Sekolah
g. Pemantauan Data STBM Per RT
h. Pemeriksaan Rumah Sehat.
11
c) Kesehatan Ibu Anak dan Keluarga Berencana
Bentuk pelayanan kesehatan reproduksi di luar gedung, berupa
penyuluhan kesehatan reproduksi bagi masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Kayon juga pembinaan Kesehatan reproduksi termasuk
kesehatan Gender bagi Kader-kader Kesehatan yang ada. Karena melalui
pemahaman masalah KESPRO yang baik Kepada kader kesehatan yang
merupakan perpanjangan tangan petugas kesehatan yang ada.
Upaya kesehatan yang dilaksanakan antara lain :
a. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Bayi Balita
b. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak TK/RA
c. Pendampingan & Pemasangan Stiker Program Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
d. Pemetaan Bumil & Kantong Persalinan
e. Pendampingan Kelas Ibu Balita
f. Pendampingan Kelas Ibu Hamil
g. Pemantauan Bumil Risti
h. Pemantauan Bufas Risti
i. Pemantauan Neonatus Risti
j. Penyuluhan ASI Eksklusif di Posyandu
k. Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Remaja di Sekolah.
l. Pelacakan AMP (Audit Maternal Peritanal)
m. Supervisi dan Monitoring Bidan Pustu
n. Supervisi dan Monitoring BPM.
d) Perbaikan Gizi Masyarakat
Dalam Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) ada beberapa kegiatan
yang dilakukan untuk menunjang meningkatkan perbaikan gizi keluarga
diantaranya, yaitu:
a. Pelayanan Posyandu Balita
b. Pemantauan Balita berat badan kurang
c. Pemberian Vitamin A ke TK
d. Pemberian Vitamin A ke Posyandu
12
e. Penyuluhan Gizi
f. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Bayi Balita
g. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak TK/RA
13
5) Data Dasar Puskesmas
Rasio tenaga kesehatan berdasarkan ketentuan dari indikator kinerja SPM
dengan indikator per 100.000 penduduk. Proporsi tenaga kesehatan di Puskesmas
Kayon dapat dilihat pada tabel.
a) Jumlah dan Rasio Tenaga Medis di Sarana Kesehatan
Jumlah dan rasio tenaga medis di Puskesmas Kayon pada tahun 2018 dapat
dilihat pada Tabel 10. berikut ini.
Tabel 1.10. Jumlah dan Rasio Tenaga Medis di Puskesmas Kayon Kota Palangka
Raya Pada Tahun 2018
14
b) Jumlah dan Rasio Tenaga Keperawatan di Sarana Kesehatan
Jumlah dan rasio tenaga keperawatan di Puskesmas Kayon pada tahun 2018
dapat dilihat pada Tabel 11. berikut ini.
Tabel 1.11. Jumlah dan Rasio Tenaga Keperawatan di Puskesmas Kayon Kota
Palangka Raya Pada Tahun 2018
15
atau 1 orang bidan melayani 2.263. Hal ini menunjukkan bahwa Puskesmas
Kayon belum memenuhi standar target ratio bidan per 100.000 penduduk.
Tabel 1.12. Jumlah dan Rasio Tenaga Kefarmasian di Puskesmas Kayon Kota
Palangka Raya Pada Tahun 2018
16
Berdasarkan standar target ratio kebutuhan SDMK per 100.000 penduduk,
untuk jenis tenaga kesehatan tenaga gizi targetnya sebesar 10 atau 1 orang tenaga
kefarmasian melayani 10.000 orang. Berdasarkan hal tersebut, untuk wilayah
kerja Puskesmas Kayon dengan jumlah penduduk 36.219 dibutuhkan 4 tenaga
gizi. Berdasarkan data yang didapat, jumlah tenaga gizi di wilayah kerja
Puskesmas Kayon sebanyak 1 orang atau 1 orang tenaga gizi melayani 36.219.
Hal ini menunjukkan bahwa Puskesmas Kayon belum memenuhi standar target
ratio tenaga gizi per 100.000 penduduk.
17
f) Jumlah dan Rasio Tenaga Sanitasi di Sarana Kesehatan
Jumlah dan rasio tenaga sanitasi di Puskesmas Kayon pada tahun 2018
dapat dilihat pada Tabel 15. berikut ini.
Tabel 1.15. Jumlah dan Rasio Tenaga Sanitasi di Puskesmas Kayon Kota
Palangka Raya Pada Tahun 2018
Target Nasional Rasio per 100.000
Jenis Tenaga
No Rasio per 100.000 Penduduk di Wilayah Jumlah
Medis Kerja Puskesmas Kayon
Penduduk
1. Sanitarian 15 5 2
18
m. Ruangan Farmasi
n. Toilet
o. Gudang
p. Pantry
19
C. Sarana dan Prasarana Pendukung
Sarana dan prasarana adalah tempat, fasilitas dan peralatan yang secara tidak
langsung mendukung pelayanan, sedangkan sarana adalah tempat, fasilitas dan
peralatan yang secara langsung mendukung pelayanan. Adapun prasarana dan
sarana di Puskesmas Kayon dapat dilihat pada Tabel 16. berikut ini.
Tabel 1.16. Sarana dan Prasarana Kegiatan Puskesmas Kayon Tahun 2018
Nama Sarana dan Kondisi
No Prasarana Keterangan Σ Rusak Rusak
Baik
Ringan Berat
1. Gedung Puskesmas Tempat Pelayanan
1 1 - -
Induk Kesehatan
2. Gedung Puskesmas Tempat Pelayanan
2 2 - -
Pembantu Kesehatan
3. Digunakan Tenaga
Sepeda Motor 6 3 1 2
Kesehatan
4. Puskesmas Tempat Pelayanan
1 1 - -
Keliling Roda 4 Kesehatan
5. Rumah Dinas Dapat digunakan 4 4 - -
6. Mobil Ambulance Dapat digunakan 1 1 - -
Dari data di atas, maka sarana dan prasarana di Puskesmas Kayon termasuk
lengkap. Penggunaannya serta aplikasi di lapangan juga sesuai dengan keperluan
puskesmas.
D. Tenaga Kesehatan
Karyawan Puskesmas Kayon sebanyak 54 orang dengan distribusi sebagai
berikut ini.
Tabel 1.17. Jumlah Karyawan Puskesmas Kayon
No Jenis Ketenagaan Jumlah
1. Jabatan Struktural 3
2. Dokter Umum 4
3. Dokter Gigi 1
4. Perawat 6
5. Perawat Gigi 5
6. Bidan 16
7. Gizi 1
8. Apoteker/Farmasi 3
20
9. Analisis 2
10. Promkes 2
11. Sanitarian 2
12. Administrasi 6
13. Fungsional Umum 3
Dari tabel di atas jumlah tenaga kerja di Puskesmas Kayon dari komposisi
tenaga kerjanya sudah lengkap karena sudah ada serta mampu untuk mencukupi
pelayanan dasar di Puskesmas.
21
27 Asiwei E. Tigoi, SST, M.Kes Fungsional Bidan
28 Ariani, S. ST Fungsional Bidan
29 Yunitha, S. ST Fungsional Bidan
30 Rusliani, A.Md. Keb Fungsional Bidan
31 Rusmini, A.Md. Keb Fungsional Bidan
32 Hertati Sinta, A.Md. Keb Fungsional Bidan
33 Nina Setiani, A.Md. Keb Fungsional Bidan
34 Yanie, A.Md. Keb Fungsional Bidan
35 Martetie, A.Md. Keb Fungsional Bidan
36 Meini Damayanti, A.Md. Keb Fungsional Bidan
37 Tetie, A.Md. Keb Fungsional Bidan
38 Friyatri Wenny, A.Md. KG Fungsional Gigi
39 Cica Mayang, A.Md. KG Fungsional Gigi
40 Sri Malayahati, A.Md. KG Fungsional Gigi
41 Sri Wulandari Tahan, A.Md. Kep Fungsional Perawat
42 Supartini, A.Md. Kep Fungsional Perawat
43 Susilawati, A.Md. Kep Fungsional Perawat
44 Priyatin Sakdiyah Fungsional Perawat
45 Yusmice Hatniati, A.Md. Kep Fungsional Perawat
46 Rabiatul Adawiyah, A.Md. Keb Fungsional Bidan di Pustu Lestari
47 Karolline Tesseng Fungsional Umum di Pustu Lestari
48 Yusika Agustia, A.Md. Keb Fungsional Bidan di Pustu Lestari
49 Rositae Fungsional Umum di Pustu Lestari
50 Aprila Kartini, A.Md. Keb Fungsional Bidan di Pustu Lestari
51 Icon Setiansyah, SKM Fungsional Perawat di Pustu
Pondok Cahaya Mas (PCM)
52 Sih Winarti, A.Md. Keb Fungsional Bidan di Pustu
Pondok Cahaya Mas (PCM)
53 Ice Trisnae, A.Md. Keb Fungsional Bidan di Pustu
Pondok Cahaya Mas (PCM)
54 Ipon Fungsional Umum di Pustu
Pondok Cahaya Mas (PCM)
Dari data jabatan pegawai di atas, maka dapat disimpulkan bahwa secara
keseluruhan jabatan-jabatan yang ada di Puskesmas sudah dijabat oleh orang-
orang yang tepat dan sesuai dengan kompabilitas dan kompetensi per individu
direlasikan dengan pendidikannya.
E. Sumber Dana
Program kesehatan yang dilaksanakan di Puskesmas Kayon tahun 2018
dibiayai dari berbagai sumber penganggaran pemerintah, yaitu :
a. Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)
22
Dana BOK bersumber langsung dari APBN yang digunakan untuk bantuan
operasional kesehatan puskesmas.
b. BPJS
Digunakan untuk mendukung pembiayaan kegiatan dan sarana prasarana
puskesmas.
c. Dana Alokasi Umum
Digunakan untuk pembiayaan tenaga kontrak.
23
Program-program tersebut dilaksanakan di dalam gedung dan di luar
gedung puskesmas, yaitu dengan melaksanakan pelayanan dan
pencatatan kegiatan serta pelaporan hasil kegiatan. Pelayanan di
ketatausahaan tediri dari :
1) Loket Pendaftaran
2) Kasir
3) Kegiatan ketatausahaan
Kegiatan ketatausahaan meliputi kegiatan surat menyurat,
kegiatan pengarsipan, pelayanan surat keterangan sehat, surat
keterangan sakit, pembuatan laporan terpadu puskesmas, kegiatan
kepegawaian, inventarisasi barang, dan kegiatan keuangan.
24
Tunggal, beralamat di Jl. Lumba-Lumba no.47 C.
2) Pondok Cahaya Mas
Puskesmas Pembantu Pondok Cahaya Mas merupakan
jaringan UPT Puskesmas Kayon selain Pustu Lestari, terletak
di pinggir salah satu jalan protokol Palangka Raya. Beralamat
lengkap di Jl. Rajawali Km. 4,5 No.122
G. Data Khusus
Tabel 1.19. Sepuluh Penyakit Terbanyak Di Puskesmas Kayon Tahun 2018
No Nama Penyakit Jumlah
1. Infeksi Saluran Napas Bagian Atas 3012
2. Tifoid 1206
3. DM 817
4. Mialgia 586
5. Dermatitis Kontak Alergi 527
6. Faringitis Akut 446
7. Gastritis 437
8. Diare dan GEA 394
9. Dispepsia 385
10. Common Cold 264
25
10 Penyakit Terbanyak
Di Puskesmas Kayon Tahun 2018
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
26
10 Pemakaian Obat Terbanyak
UPT PKM Kayon Tahun 2018
70000
60000
50000
40000
30000
20000
10000
0
18000
16000
14000
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
Kunjungan Pasien Kunjungan Pasien
BPJS Umum
27
1.3. Latar Belakang
Diabetes melitus (DM) atau disebut diabetes saja merupakan penyakit
gangguan metabolik menahun akibat pankreas tidak memproduksi insulin atau
tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif. Insulin
adalah hormon yang mengatur keseimbangan kadar gula darah. Akibatnya terjadi
peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah (hiperglikemi). Terdapat dua
kategori utama diabetes melitus yaitu diabetes tipe 1 dan tipe 2. Diabetes tipe 1,
dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhood-onset diabetes, ditandai
dengan kurangnya produksi insulin. Diabetes tipe 2, dulu disebut non-insulin-
dependent atau adult-onset diabetes, disebabkan penggunaan insulin yang kurang
efektif oleh tubuh. Diabetes tipe 2 merupakan 90% dari seluruh diabetes.1
Menurut Internatonal Diabetes Federation (IDF), terdapat 382 juta orang
yang hidup dengan diabetes di dunia pada tahun 2013. Pada tahun 2035 jumlah
tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi 592 juta orang. Menurut, World
Health Organization (WHO), Indonesia diperkirakan akan menempati peringkat
5 sedunia dengan jumlah penderita diabetes sebanyak 12,4 juta orang pada tahun
2025.1
Hasil RISKESDAS tahun 2018 menunjukkan bahwa prevalensi diabetes
melitus di Indonesia sebesar 8,5%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan tahun
2013 yaitu 6,9%. Berdasarkan data RISKESDAS tahun 2018 juga didapatkan
prevalensi penyakit diabetes melitus lebih tinggi dialami oleh perempuan
sebanyak 1,8% dibandikan laki-laki sebanyak 1,2%. Dari data RISKESDAS
tahun 2013 proporsi jumlah penduduk yang menderita diabetes di usia > 14 tahun
sebanyak 1.608.217 juta penduduk. Dari Badan Pusat Statistik Palangka Raya
tahun 2016 menunjukkan bahwa diabetes melitus menduduk posisi ke lima dari
sepuluh penyakit terbanyak di Palangka Raya.2
Berdasarkan data yang didapat di Puskesmas Kayon jumlah penderita
diabetes melitus meningkat dari tahun 2017 ke 2018. Tahun 2017 sebanyak 563
penduduk (4,72%) menjadi 817 penduduk (10,11%) pada tahun 2018.
Peningkatan penderita diabetes melitus yang terjadi sebesar 18,4%.
Di Indonesia, ternyata sebagian besar pentalaksanaan penyakit diabetes
28
menggunakan obat, padahal obat bukan merupakan satu-satunya cara yang dapat
digunakan untuk penatalaksanaan penyakit DM. Untuk pelaksanaan DM yang
telah dikenal ada tiga cara, yaitu mengatur makanan, olahraga, dan obat-obatan.
Aktivitas fisik merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DM yang berfungsi
untuk memperbaiki sensitivitas insulin dan juga untuk menjaga kebugaran tubuh.
Aktivitas fisik bisa membantu memasukkan glukosa kedalam sel tanpa
membutuhkan insulin, selain itu latihan fisik juga bisa untuk menurunkan berat
badan diabetisi yang obesitas serta mencegah laju progresivitas gangguan
toleransi glukosa menjadi DM. Aktivitas fisik termasuk kedalam salah satu
indikator perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) Berdasarkan data indikator
PHBS rumah tangga yang terdapat di Puskesmas Kayon aktivitas fisik setiap hari
memiliki persentase yang masih rendah yaitu sebesar 41,6%.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan pemegang program
promosi kesehatan kendala dari rendahnya indikator aktivitas fisik pada PHBS
yang masih rendah di wilayah kerja Puskesmas Kayon adalah karena motivasi
dari masyarakat yang masih kurang untuk berolahraga. Kemudian juga telah
dilakukan wawancara dengan pemegang program P2TM (Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Tidak Menular) kendala yang menyebabkan peningkatan
prevalensi penderita diabetes melitus adalah karena kesadaran dari masyarakat
yang masih rendah. Kepatuhan pasien dalam berobat juga masih rendah khusus
dalam modifikasi gaya hidup (aktivitas fisik serta konsumsi sayur dan buah).
Oleh karena itu, karya tulis ilmiah ini akan menganalisis dan mencari
pemecahan masalah terbaik untuk menurunkan angka kejadian diabetes melitus di
wilayah kerja Puskesmas Kayon dengan memperbaiki PHBS masyarakat.
29
BAB II
PERMASALAHAN
30
1) Jumlah individu/masyarakat yang terkena sangat sedikit
2) Jumlah indivitu/masyarakat yang terkena sedikit
3) Jumlah indivitu/masyarakat yang terkena cukup besar
4) Jumlah indivitu/masyarakat yang terkena sangat besar
b. Seriousness (S)
Seriousness adalah berat ringannya masalah yang ditimbulkan oleh masalah
tersebut terhadap suatu masyarakat/lingkungan masyarakat. Kriteria ini
diberi skor 1-4 dengan rincian sebagai berikut.
1) Masalah yang ditimbulkan tidak berat
2) Masalah yang ditimbulkan cukup berat
3) Masalah yang ditimbulkan berat
4) Masalah yang ditimbulkan sangat berat
d. Manageability (M)
Manageability adalah tersedianya mutu dengan pembiayaan, kemungkinan
hambatan pelaksanaan, keadaan ekonomi masyarakat, dan keikutsertaan
masyarakat. Kriteria ini diberi skor 1-4 dengan rincian sebagai berikut.
1) Tidak dapat dikelola dan diatasi
2) Cukup dapat dikelola dan diatasi
3) Dapat dikelola dan diatasi
31
4) Sangat dapat dikelola dan diatasi
32
masalah indikator PHBS rumah tangga melakukan aktivitas fisik setiap hari yang
masih rendah.
Gambar 2.1. Pohon analisis masalah (problem tree analysis) modifikasi faktor-
faktor rendahnya aktivitas fisik masyarakat
33
Gambar 2.2. Pohon analisis masalah rendahnya aktivitas fisik masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas Kayon tahun 2018.
34
BAB III
PEMECAHAN MASALAH
Tabel 3.1. Hasil analisis SWOT berdasarkan data demografi dan temuan di
lapangan
35
Tabel 3.2. Alternatif pemecahan masalah
S W
Strategi SO Strategi WO
1. Penyuluhan mengenai perilaku 1. Pembentukan kelompok senam
O hidup bersih dan sehat saat diabetes melitus untuk
pelaksanaan kegiatan Posyandu meningkatkan motivasi atau
Lansia, Posbindu, atau kebiasaan berolahraga yang baik
Prolanis.
Strategi ST Strategi WT
1. Mengikutsertakan staf-staf 1. Mengoptimalkan kerjasama
sektor lainnya (kelurahan, lintas sektoral untuk
T PKK, kecamatan) dalam memasukkan penyuluhan
kegiatan-kegiatan UKBM. perilaku hidup bersih dan sehat
dalam kegiatan rutin di agenda
kerjanya.
36
d. Manageability (M)
1) Tidak dapat dikelola dan diatasi
2) Cukup dapat dikelola dan diatasi
3) Dapat dikelola dan diatasi
4) Sangat dapat dikelola dan diatasi
4 Mengoptimalkan kerjasama
lintas sektoral untuk
memasukkan penyuluhan
perilaku hidup bersih dan sehat 2 1 2 2 8 3
dalam kegiatan rutin di agenda
kerjanya.
37
wilayah kerja Puskesmas Kayon adalah “Pembentukan Kelompok Senam
Diabetes Melitus Untuk Untuk Mengoptimalkan Indikator Phbs-Aktivitas Fisik
Setiap Hari Dalam Menurunkan Prevalensi Diabetes Melitus Di Wilayah Kerja
Puskesmas Kayon.”
A. Perencanaan (Planning)
1. Tujuan umum :
Untuk meningkatkan capaian indikator PHBS-aktivitas fisik setiap
hari di wilayah kerja Puskesmas Kayon.
Untuk menurunkan prevalensi diabetes melitus pada lansia di
wilayah kerja Puskesmas Kayon.
Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya
aktivitas fisik setiap hari dalam mencegah penyakit diabetes
melitus.
2. Sasaran Kegiatan : Semua kader Posyandu Lansia, Posbindu,
Prolanis, dan masyarakat (lansia)
3. Pelaksana Kegiatan : Pemegang program PHBS (Promosi Kesehatan)
bekerjasama dengan pemegang program P2-
Penyakit Tidak Menular dan unit Kesehatan
Lansia
4. Pendanaan : Dana operasional Puskesmas dan dana swadya
masyarakat.
38
B. Panitia (Organizing)
Terdiri dari panitia pelaksana (organizing committee) dan panitia pengawas
(steering committee). OC bertugas mempersiapkan teknis pelaksaan seperti
susunan acara, anggaran dana, waktu dan tempat kegiatan, serta peralatan
penunjang. Sebelum kegiatan, dilakukan rapat koordinasi dan konsolidasi
tingkat Puskemas dengan rincian sebagai berikut.
Penyelenggara : Koordinator program Kesehatan Lansia
Pimpinan rapat : Kepala Puskesmas Kayon
Peserta rapat : Pemegang program P2-PTM, anggota unit
Promosi Kesehatan (PHBS)
Waktu kegiatan : 24 Agustus 2019
Tempat : Ruang Pertemuan Puskesmas Kayon
Materi rapat : 1. Pemaparan daftar masalah dan alternatif
pemecahan masalah
2. Perencanaan kegiatan penyuluhan
pentingnya PHBS
Sarana : LCD proyektor, layar proyeksi, mikrofon,
speaker, laptop, dan pointer.
39
dan masyarakat lansia di wilayah kerja Puskesmas
Kayon
Materi : Pembentukan kelompok senam diabetes melitus untuk
meningkatkan indikator PHBS rumah tangga aktivitas
fisik setiap hari dan menurunkan prevalensi penderita
diabetes melitus di wilayah kerja Puskesmas Kayon
Waktu kegiatan : Mengikuti jadual Posyandu lansia, Posbindu-PTM, dan
Prolanis bulanan
D. Evaluasi (Controlling)
1.1. Evaluasi jangka pendek, yaitu terbentuknya kelompok senam diabetes
melitus di wilayah kerja Puskesmas Kayon.
2.1. Evaluasi jangka menengah, yaitu peningkatan indikator aktivitas fisik
setiap hari dari indikator PHBS, yaitu sekurang-kurangnya 50%
masyarakat telah melaksanakan setiap indikator PHBS rumah
tangganya.
3.1. Evaluasi jangka panjang, yaitu penurunan prevalensi diabetes melitus di
wilayah kerja Puskesmas Kayon.
40
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1.2. Klasifikasi
Terdapat dua kategori utama diabetes melitus yaitu diabetes tipe 1 dan tipe
2. Diabetes tipe 1, dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhood-onset
diabetes, ditandai dengan kurangnya produksi insulin. Diabetes tipe 2, dulu
disebut non-insulin-dependent atau adult-onset diabetes, disebabkan penggunaan
insulin yang kurang efektif oleh tubuh. Diabetes tipe 2 merupakan 90% dari
seluruh diabetes.1
41
4.1.4. Komplikasi Diabetes Melitus
Hiperglikemia yang terjadi dari waktu ke waktu dapat menyebabkan
kerusakan berbagai sistem tubuh terutama syaraf dan pembuluh darah. Beberapa
konsekuensi dari diabetes yang sering terjadi adalah:
1. Meningkatnya risiko penyakit jantung dan stroke
2. Neuropati (kerusakan syaraf) di kaki yang meningkatkan kejadian ulkus kaki,
infeksi dan bahkan keharusan untuk amputasi kaki.
3. Retinopati diabetikum, yang merupakan salah satu penyebab utama kebutaan,
terjadi akibat kerusakan pembuluh darah kecil di retina.
4. Diabetes merupakan salah satu penyebab utama gagal ginjal.
5. Risiko kematian penderita diabetes secara umum adalah dua kali lipat
dibandingkan bukan penderita diabetes.1
42
bugar sepanjang hari. Tingkat pengeluaran energi tubuh sangat peka terhadap
pengendalian berat tubuh. Pengeluaran energi tergantung dari dua faktor, yaitu
tingkat aktivitas dan olahraga secara umum, lalu angka metabolisme basal atau
tingkat energi yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi minimal tubuh.
Meskipun aktivitas fisik hanya mempengaruhi satu pertiga pengeluaran energi
seseorang dengan berat normal, tapi bagi orang yang memiliki kelebihan berat
badan, aktivitas fisik memiliki peranan yang penting. Pada saat berolahraga kalori
akan dikatabolisme. Obesitas membuat kegiatan olahraga menjadi sangat sulit
dan kurang dinikmati. Kurangnya beraktivitas fisik secara tidak langsung akan
mengurangi metabolisme basal tubuh orang tersebut. Jadi olahraga tidak hanya
untuk membakar kalori dalam menjaga berat badan tetap ideal, tapi untuk
mempertahankan metabolisme tubuh berfungsi normal.
Berdasarkan Kemenkes RI, jenis aktivitas fisik yang dimaksud dapat
berupa kegiatan sehari-hari (berjalan kaki, berkebun, kerja di taman, mencuci
pakaian, mencuci mobil, mengepel lantai, naik turun tangga, membawa
belanjaan) ataupun dalam bentuk lainnya (seperti olahraga, yaitu: push-up, lari
ringan, bermain bola, berenang, senam, bermain tenis, yoga, fitness, angkat beban
berat. Aktivitas tersebut dilaksanakan secara teratur dengan syarat minimal 30
menit dalam sehari. Kemenkes RI menyarankan kader mendorong masyarakat
sekitar untuk menyediakan fasilitas olahraga dan tempat bermain untuk anak.
Kader juga dapat memberikan penyuluhan tentang pentingnya melakukan
aktivitas fisk kepada masyarakat.
Dalam upaya promosi kesehatan, pemberdayaan merupakan bagian yang
sangat penting dan bahkan dapat dikatakan sebabai ujung tombak. Pemberdayaan
merupakan proses memosisikan masyarakat agar memiliki peran yang besar
(kedaulatan) dalam pengambilan keputusan dan penetapan tindakan yang
berkaitan dengan kesehatannya. Pemberdayaan adalah proses pemberian
informasi kepada individu, keluarga atau kelompok (sasaran) secara terus-
menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses
membantu sasaran, agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu
atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude), dan dari
43
mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek
practice). Oleh sebab itu, sesuai dengan sasarannya dapat dibedakan adanya (a)
pemberdayaan individu, (b) pemberdayaan keluarga, dan (c) pemberdayaan
kelompok/ masyarakat.4
44
kata lain, sistem nilai dan norma merupakan rambu-rambu bagi seseorang untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Tiga faktor utama yang mendorong
atau membuat perilaku seseorang berubah adalah hal-hal berikut ini.
a. Sistem nilai dan norma dibuat oleh masyarakat di suatu tatanan untuk dianut
oleh individu-individu anggota masyarakat tatanan tersebut. Inilah yang
juga disebut sebagai faktor-faktor predisposisi (predisposing factors).
b. Individu-individu anggota masyarakat yang memiliki potensi besar untuk
mengubah sistem nilai dan norma adalah mereka yang disebut dengan
pemuka masyarakat atau tokoh masyarakat, baik yang formal (petugas atau
pejabat kesehatan) maupun yang informal (tokoh masyarakat). Mereka
inilah yang berperan sebagai faktor-faktor pendorong (reinforcing factors)
bagi terjadinya perubahan perilaku masyarakat.
c. Akan tetapi perilaku juga menyangkut dimensi ekonomi, termasuk
tersedianya sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana ini sering pula
disebut sebagai faktor-faktor pendukung (enabling factors) bagi terjadinya
perubahan perilaku masyarakat.
45
merupakan program pengendalian faktor resiko penyakit tidak menular berbasis
masyarakat yang bertujuan meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap
faktor resiko baik terhadap dirinya, keluarga dan masyarakat lingkungan
sekitarnya.
3. CERDIK dan PATUH di Posbindu PTM dan Balai Gaya Hidup Sehat
Program PATUH, yaitu:
P : Periksa kesehatan secara rutin dan ikuti anjuran dokter
A : Atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur
T : Tetap diet sehat dengan gizi seimbang
U : Upayakan beraktivitas fisik dengan aman
H : Hindari rokok, alkohol dan zat karsinogenik lainnya
Program CERDIK, pesan peningkatan gaya hidup sehat yang disampaikan di
lingkungan sekolah, yaitu:
C : Cek kondisi kesehatan secara berkala
E : Enyahkan asap rokok
R : Rajin aktivitas fisik
D : Diet sehat dengan kalori seimbang
I : Istirahat yang cukup
K : Kendalikan stress1
46
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari hasil pengolahan data yang dimiliki Puskesmas Kayon dari kelima
UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat) yang terdapat di Puskesmas Kayon,
didapatkan data-data program yang belum tercapai dari masing-masing UKM.
Kemudian berdasarkan penentuan prioritas masalah menggunakan metode Bryant
didapatkan skor tertinggi adalah masalah indikator PHBS rumah tangga
melakukan aktivitas fisik setiap hari yang masih rendah. Selain itu di wilayah
kerja Puskesmas Kayon berdasarkan hasil pengolahan data tentang 10 penyakit
terbanyak yang terdapat di Puskesmas Kayon didapatkan peningkatan penyakit
DM mengalami trend peningkatan dari tahun 2017-2018 sebesar 18,4%.
Berdasarkan analisis prioritas pemecahan masalah menggunakan metode
Bryant, maka solusi yang paling utama pembentukan kelompok senam diabetes
melitus untuk untuk mengoptimalkan indikator PHBS-aktivitas fisik setiap hari
dalam menurunkan prevalensi diabetes melitus di wilayah kerja Puskesmas Kayon
Dengan dilakukannya pembentukan kelompok senam diabetes melitus
diharapkan dapat meningkatkan indikator aktivitas fisik setiap hari dari PHBS,
sehingga prevalensi diabetes melitus di Puskesmas Kayon menurun.
5.2. Saran
Kegiatan pembentukan kelompok senam diabetes melitus ini memerlukan
evaluasi berkala dari Puskesmas dan sektor lainnya (Kelurahan), sehingga
efektivitas program ini dapat terjamin.
47
DAFTAR PUSTAKA
1. Informasi Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, Situasi dan
Analisis DIABETES. Pus Data dan Inf Kementeri RI. 2014:8.
2. Riskesdas. Riset Kesehatan Dasar 2018. Kementrian Kesehat Republik
Indones. 2018:1-100.
3. Kesehatan D, Kalimantan P. Profil Kesehatan 2016 Provinsi Kalimantan
Tengah. 2016.
4. Kemenkes RI. Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018.
Kementrian Kesehat Republik Indones. 2018:1-100.
5. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kadar Glukosa Darah Puasa pada Pasien
Diabetes Melitus yang Datang ke Poli Klinik Penyakit Dalam Rumah Sakit
M. Djamil Padang. Journal Kesehatan Andalas. 2018;7(3):400-404.
48