Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Data Umum


1.1.1 Batas Wilayah
Puskesmas Kayon berada di Kecamatan Jekan Raya, Kota Palangkaraya
yang terletak di Jl. Rajawali No. 35 Palangka Raya – Kalimantan Tengah, Kode
Pos 73112 telepon (0536) 3239273 fax ( 0536 ) 3239273. Luas wilayah UPT
Puskesmas Kayon adalah 261,87 Km2, yang terbagi atas dua kelurahan, yaitu
Kelurahan Palangka 24,75 Km2 dan Kelurahan Bukit Tunggal 237,12 Km2. Semua
wilayah bisa ditempuh dengan jalur darat. Batas – batas wilayah dari UPT
Puskesmas Kayon adalah :
1. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bukit Rawi, Kabupaten Pulang
Pisau
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan kelurahan Palangka
3. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Palangka dan Kelurahan
Marang Kecamatan Bukit Batu
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Bukit Tunggal, Jalan Cilik
Riwut Sebelah kiri sampai KM.7
Secara administrasi UPT Puskesmas Kayon berbatasan dengan :
1. Sebelah utara berbatasan dengan wilayah UPT Puskesmas Jekan Raya
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah UPT Puskesmas Bukit Hindu
3. Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah UPT Puskesmas Bukit Hindu
4. Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah UPT Puskesmas Jekan Raya
Wilayah kerja UPT Puskesmas Kayon meliputi daerah perumahan yang
padat penduduk (Kompleks Perumnas, Jl. Paus, Jl. Sapan, Jl. Bandeng dan Jl. Hiu
Putih) dan daerah pengembangan kota dengan sebaran penduduk yang terpecah-
pecah (Jl. Badak dan Jl. Banteng).

1
Gambar 1.1 Peta Wilayah UPT Puskesmas Kayon

1.1.2 Keadaan Tanah dan Iklim


Secara administrasi, wilayah kerja Puskesmas Kayon terdiri dari 2
kelurahan, yaitu kelurahan Palangka dan Kelurahan Bukit Tunggal dengan kondisi
daerah dataran. Iklim yang berpengaruh adalah iklim tropis dengan musim
penghujan dan musim kemarau. Pada bulan Juni sampai September, arus angin
berasal dari Australia dan tidak banyak mengandung uap air sehingga
mengakibatkan musim kemarau di Indonesia. Sebaliknya pada bulan Desember
sampai dengan Maret, arus angin banyak mengandung uap air yang berasal dari
Asia dan Samudera Pasifik, sehingga pada bulan tersebut terjadi musim hujan..
Rata-rata curah hujan di kota Palangkaraya dan sekitarnya tercatat 282,4 mm
dengan jumlah terendah terjadi pada bulan September dan tertinggi pada bulan
Desember.
Tekanan udara kota Palangkaraya rata-rata adalah 1012,0 (milibar) dengan
persentase kelembaban udara adalah 88,0 (%). Besarnya suhu atau temperature
udara rata-rata adalah 26,5oC. Besarnya kecepatan angin rata-rata 2,9 (knots) dan
persentase lamanya penyinaran matahari rata-rata 45,0 (%). Faktor keadaan iklim
ini sangat berpengaruh terhadap munculnya penyakit seperti diare, DBD (demam
berdarah dengue), dan ISPA yang cenderung dipengaruhi oleh iklim dan akan
mewabah di musim musim tertentu.

2
1.1.3 Jangkauan Transportasi
Dari kondisi geografis UPT Puskesmas Kayon dan 2 kelurahan yang berada
di wilayah UPT Puskesmas Kayon. dapat dijangkau dengan menggunakan
transportasi darat kendaraan roda dua dan roda empat. Puskesmas Kayon terletak
di pinggir jalan raya, sehingga jalan menuju Puskesmas tergolong cukup nyaman
karena sudah diaspal dan dilalui transportasi umum, namun karena terletak di
pinggir jalan raya yang termasuk ramai dan padat penduduk sehingga pengunjung
agak sulit untuk menempatkan alat transportasi khususnya kendaraan roda empat.
Seluruh wilayah kerja puskesmas Kayon dapat dilalui oleh transportasi darat.
Terdapat banyak akses jalan yang menghubungkan antar wilayah dan jalanan
dalam keadaan sudah di aspal, meskipun ada beberapa jalan yang menuju
Puskesmas Pembantu (Pustu) yang masih bergelombang dan belum teraspal. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan transportasi menuju Puskesmas Kayon cukup
mudah dijangkau.

1.1.4 Jumlah Penduduk


Wilayah kerja Puskesmas Kayon pada tahun 2018 memiliki jumlah
penduduk yang dilayani sebanyak 36.219 jiwa, yang terdiri dari penduduk laki-
laki: 18.556 jiwa dan perempuan: 17.663 jiwa.
18800

18600

18400

18200

18000

17800

17600

17400

17200
Laki-Laki Perempuan

Gambar 1.2 Grafik jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di wilayah kerja
Puskesmas Kayon tahun 2018

3
Kepadatan penduduk dapat dihitung dengan jumlah penduduk yang dibagi
atas luas wilayah sehingga di dapat jumlah penduduk tiap 1 km2. Berdasarkan
Undang-Undang No.5 Tahun 1960, tingkat kepadatan penduduk di suatu daerah
dapat dikelompokkan menjadi empat katagori, yaitu :
- Tidak padat : Kepadatan penduduk mencapai 50 orang/km2
- Kurang padat : Kepadatan penduduk mencapai 50-250 orang/km2
- Padat : Kepadatan penduduk mencapai 250-400 orang/km2
- Sangat padat : Kepadatan penduduk melebihi 401 orang/km2
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kelurahan tersebut termasuk
dalam kategori kurang padat dengan kepadatan penduduk sebesar 138,3
orang/km2. Hal ini berpengaruh pada tingkat kesehatan.

1.1.5 Distribusi Penduduk


Jumlah penduduk diwilayah kerja Puskesmas Kayon pada tahun 2018
memiliki jumlah penduduk sebanyak 36.219 jiwa dengan luas wilayah 261,87
Km² yang terbagi atas kelurahan Palangka dan Bukit Tunggal. Tidak semua
wilayah Kelurahan Palangka dan Kelurahan Bukit Tunggal yang masuk wilayah
kerja Puskesmas Kayon. Kelurahan Palangka yang masuk wilayah kerja
Puskesmas Kayon seluas 24,75 Km2 dan Kelurahan Bukit Tunggal yang masuk
wilayah kerja Puskesmas Kayon seluas 237,12 Km2. Berikut rincian distribusi
penduduk di kelurahan Bukit Tunggal dan Palangka.
A. Distribusi Penduduk Berdasarkan Luas Wilayah dan Jenis Kelamin
Tabel 1.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Luas di Kelurahan Bukit
Tunggal dan Kelurahan Palangka tahun 2018
Jumlah Penduduk (Jiwa)
No Kelurahan Jumlah
Laki-Laki Perempuan
1. Bukit Tunggal 25.086 23.651 48.737
2. Palangka 23.891 20.867 44.758

4
B. Distribusi Penduduk Berdasarkan Kepadatan Penduduk
Tabel 1.2 Kepadatan Penduduk di Kelurahan Bukit Tunggal dan Kelurahan
Palangka tahun 2018
Jumlah
No Kelurahan Penduduk Kepadatan Kategori
(Jiwa)
1. Bukit Tunggal 48.737 205,5 jiwa/km2 Kurang Padat
2. Palangka 44.758 1.808,4 jiwa/km2 Sangat Padat

C. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama


Tabel 1.3 Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama di Kelurahan Bukit
Tunggal dan Kelurahan Palangka tahun 2018
Kelurahan
No. Agama
Bukit Tunggal Persentase Palangka Persentase
1. Islam 31.023 63,6 % 33.830 82,7 %
3. Protestan 16.733 34,3 % 4.814 11,7 %
2. Katolik 165 0,4 % 695 1,7 %
5. Hindu 724 1,5 % 1.512 3,7 %
4. Budha 85 0,2 % 60 0,1 %
6. Kong Hu Chu - - - -
Jumlah 100 % 100 %

D. Distribusi Penduduk Berdasarkan Distribusi Usia


Tabel 1.4 Distribusi Penduduk Berdasarkan Distribusi Usia di Kelurahan Bukit
Tunggal dan Kelurahan Palangka tahun 2018
Kelurahan
No. Kelompok Usia (Tahun)
Bukit Tunggal Persentase Palangka
1. Bayi dan Balita (0-4th) 5.647 11,6 %
2. Anak Sekolah (5-9th) 4.715 9,7 %
3. Remaja (10-19th) 9.019 18,5 %
4. Usia 20-44 tahun 18.972 38,9 %
Tidak Ada
5. Usia 45-59 tahun 6.513 13,4 %
Data
6. Usia 60-69 tahun 2.892 5,9 %
7. Usia 70-75 tahun 823 1,7 %
8. Usia >75 tahun 156 0,3 %
Jumlah 100 %

5
E. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 1.5 Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kelurahan
Bukit Tunggal dan Kelurahan Palangka tahun 2018
Kelurahan
No Pendidikan
Bukit Tunggal Persentase Palangka Persentase
Pendidikan Dasar
1. 17.124 37,1 % 8.732 47,6 %
atau kurang
Pendidikan
2. Menengah (SMP, 22.587 49,0 % 6.252 34,0 %
SMA, SMK)
Pendidikan Tinggi
3. (Diploma dan 6.429 13,9 % 3.379 18,4 %
Universitas)
Jumlah 100% 100 %

F. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan


Tabel 1.6 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Kelurahan
Bukit Tunggal tahun 2018
No Jenis Pekerjaan Jumlah Presentase (%)
1. Petani 851 15,79 %
2. PNS 1.782 33,06 %
3. Peternak 125 2,31 %
4. Montir 75 1,39 %
5. Dokter Swasta 15 0,27 %
6. Perawat Swasta 125 2,31 %
7. Bidan Swasta 25 0,46 %
8. TNI 580 10,76 %
9. POLRI 290 5,38 %
10. Pedagang Keliling 408 7,57 %
11. PRT 195 3,61 %
12. Pengacara 35 0,64 %
13. Notaris 17 0,31 %
14. Karyawan Perusahaan Swasta 383 7,10 %
15. Karyawan Perusahaan Pemerintah 64 1,18 %
16. Pensiunan / Purnawirawan 395 7,32 %
17. Jasa Pengobatan Alternatif 24 0,44 %
Jumlah 5.389 100%

6
Tabel 1.7. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Kelurahan
Palangka tahun 2018
No Jenis Pekerjaan Jumlah Presentase (%)
1. Buruh 286 4,1%
2. PNS 1.791 25,7 %
3. Peternak 568 8,15 %
4. Dokter Swasta 14 0,2 %
5. Perawat Swasta 32 0,45 %
6. Bidan Swasta 68 0,97 %
7. Pengobatan Alternatif 97 1,39 %
8. TNI 437 6,27 %
9. POLRI 503 7,21 %
10. Pengusaha 2.143 30,75 %
11. Pedagang Keliling 510 7,32 %
12. PRT 285 4,09 %
13. Pengacara 144 2,06 %
14. Notaris 89 1,27 %
Jumlah 4.197 100%

1.1.6 Lingkungan Perumahan


Lingkungan Perumahan pada wilayah kerja Puskesmas Kayon terdiri dari
dua kelurahan yaitu kelurahan Palangka dan Bukit Tunggal dengan kondisi
daerahnya merupakan dataran. Di wilayah kerja Puskesmas Kayon ini, presentasi
penduduk dengan akses sarana sanitasi yang layak sudah baik. Masyarakat
banyak menggunakan jamban leher angsa, yaitu merupakan jamban leher lubang
kloset berbentuk lengkungan, dengan demikian akan terisi air gunannya sebagai
sumbat sehingga dapat mencegah bau busuk serta masuknya binatang-binatang
kecil. Jamban model ini adalah yang terbaik yang dianjurkan dalam kesehatan
lingkungan sesuai dengan syarat jamban sehat menurut Departemen Kesehatan
tahun 2014.

7
1.1.7 Air Bersih
Sumber air bersih yang digunakan masyarakat untuk air minum rumah
tangga di wilayah kerja Puskesmas Kayon menggunakan air tanah, air ledeng dan
air dam. Untuk persentase penggunaan air ledeng sebesar 7 %, penggunaaan air
tanah sebesar 92,2 %, dan penggunaan air dam sebesar 0,8 %. Kualitas air tanah,
air ledeng, air dam baik, tidak berbau dan tidak berwarna.

1.1.8 Pengelolaan Limbah


Puskesmas Kayon tidak memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
karena untuk IPAL sendiri masih dalam proses pengajuan pengadaan. Untuk
pengolahan limbah bentuk cair dari ruangan poli gigi, laboratorium, dan ruangan
tindakan di Puskesmas Kayon memiliki septic tank masing-masing sebagai
tempat pembuangannya.
Untuk pengelolaan limbah padat medis, Puskesmas Kayon bekerja sama
dengan pihak ketiga dimana tiap 3 kali seminggu Puskesmas Kayon akan
mengantarkan limbah padat medis tersebut ke Puskesmas Bukit Hindu dan pihak
ketiga akan mengangkutnya. Limbah terbesar di wilayah kerja Puskesmas Kayon
adalah limbah rumah tangga termasuk sampah yang di kelola di Tempat
Pembuangan Akhir (TPA).

1.1.9 Sarana dan Prasarana


Tabel 1.8. Jumlah Sarana Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Kayon
Tahun 2018

SEKOLAH JUMLAH
TK/RA 21
SD/MI 10
SMP/MTSN 5
SMA/MAN 3
Jumlah 39

8
Tingkat pendidikan masyarakat akan mempunyai pengaruh terhadap
pelaksanaan program. Dengan tingkat pendidikan yang cukup, program-program
yang dilaksanakan dapat mencapai hasil yang optimal.

Tabel 1.9. Jumlah Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Kayon


Tahun 2018
No Jenis Sarana Kesehatan Jumlah
1. Puskesmas 1
2. Puskesmas Pembantu (Pustu) 2
3. Rumah Sakit 1
4. Apotek 10
5. Dokter Praktek 3
6. Laboratorium 2
7. Praktek Bidan 15
8. Posyandu Balita 11
9. Posbindu 4
10. Posyandu Lansia 6

Dari data sarana dan prasarana ini, untuk pelaksanaan program yang ada di
wilayah kerja serta penyuluhan adalah menggunakan sarana kesehatan yang ada
di masyarakat seperti rumah penduduk dan sekolah-sekolah.

1.2. Gambaran Puskesmas Kayon


A. Visi, Misi, dan Motto Puskesmas Kayon
Adapun visi dan misi Puskesmas Kayon dalam pembangunan bidang
kesehatan dalam pelaksanaan tugas pokok sebagai unit pelaksana teknis Dinas
Kesehatan Kota Palangka Raya yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan
pembangunan bidang kesehatan di wilayah kerja puskesmas adalah sebagai
berikut.
VISI : “Mewujudkan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.”

MISI : 1. Mewujudkan perilaku hidup bersih dan sehat


2. Meningkatnya peran serta masyarakat untuk berperilaku
hidup sehat
3. Memberikan pelayanan puskesmas yang bermutu,
berintegrasi dan terjangkau oleh masyarakat

9
MOTTO : “ Tagal Sinta Jadi Barigas”

TATA NILAI :
1. Kedisiplinan
2. Kerjasama tim
3. Pelayanan prima
4. Integritas yang tinggi

B. Sarana Kesehatan
1) Sarana Pelayanan Kesehatan
Sarana pelayanan kesehatan menurut kepemilikan pada tahun 2018 di
wilayah Puskesmas Kayon, antara lain :
a) Milik Pemerintah Kota Palangka Raya, yaitu :
a. 1 buah Puskesmas Induk Kayon.
b. 2 buah Puskesmas Pembantu
c. 11 buah Posyandu Balita
d. 6 buah Posyandu Lansia
e. 4 buah Posbindu
b) Milik swasta 15 buah, yaitu 15 buah praktek bidan mandiri.

2) Sarana Farmasi
Ketersediaan obat pelayanan kesehatan dasar tahun 2018 relatif cukup baik
dalam hal jenis maupun jumlahnya. Sumber dana pengadaan obat berasal dari
APBD Kota, BPJS, APBD Provinsi Kalimantan Tengah untuk buffer stok dan
APBN untuk obat jamkesmas.

3) Sarana Laboratorium
a) Puskesmas induk Kayon memiliki laboratorium kesehatan dasar.
Kemampuan pemeriksaan laboratorium di Puskesmas Kayon sudah
sesuai dengan Permenkes RI Nomor 37 Tahun 2012 meliputi
pemeriksaan-pemeriksaan dasar yaitu: Hematologi, Kimia klinik,
Mikrobiologi, dan Urinalisa.
b) Puskesmas Pembantu yang berjumlah 2 buah belum memilki
laboratorium kesehatan dasar, namun apabila memerlukan pemeriksaan
laboratorium dapat diarahkan ke Puskesmas Induk.

10
4) Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM)
Upaya kesehatan bersumber masyarakat yang dikembangkan di Puskesmas
Kayon Kota Palangka Raya sesuai Permenkes No. 75 Tahun 2014 Pasal 35 antara
lain:
a) Upaya Promosi Kesehatan ( PROMKES)
Promosi Kesehatan Puskesmas adalah Upaya Kesehatan melaksanakan
pemberdayaan kepada masyarakat untuk mencegah penyakit dan
meningkatkan kesehatan setiap individu, keluarga serta lingkungannya
secara mandiri agar berPrilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
termasuk Usaha Kesehatan sekolah (UKS).
Adapun kegiatan yang telah dilakukan adalah :
a. Penyuluhan PHBS Tatanan Sekolah ke TK, SD, SMP, dan SMA.
b. Penyuluhan PHBS Tatanan Rumah Tangga.
c. Pembinaan Kantin Sekolah SD, SMP, SMA.
d. Sosialisasi SISMANTIK untuk SMP dan SMA
e. Penyuluhan Gerakan Masyarakat Sehat (GERMAS) SMP dan SMA.
f. Penyuluhan GERMAS di tempat umum
g. Pembinaan Toga
h. Survei Mawas Diri (SMD).
b) Pembinaan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar
Tujuannya untuk memperbaiki mutu lingkungan hidup yang dapat
menjamin kesehatan melalui kegiatan pencegahan penyakit dan
pengawasan lingkungan.
Kegiatan yang dilakukan yaitu :
a. Inspeksi Kesling Depot Air Minum
b. Inspeksi Kesling Tempat Pengolahan Makanan (TPM)
c. Inspeksi Kesling Tempat-tempat Umum (TTU) Hotel
d. Inspeksi Kesling TT Kolam Renang
e. Inspeksi Kesling TTU Sarana Kesehatan
f. Inspeksi Kesling TTU Sekolah
g. Pemantauan Data STBM Per RT
h. Pemeriksaan Rumah Sehat.

11
c) Kesehatan Ibu Anak dan Keluarga Berencana
Bentuk pelayanan kesehatan reproduksi di luar gedung, berupa
penyuluhan kesehatan reproduksi bagi masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Kayon juga pembinaan Kesehatan reproduksi termasuk
kesehatan Gender bagi Kader-kader Kesehatan yang ada. Karena melalui
pemahaman masalah KESPRO yang baik Kepada kader kesehatan yang
merupakan perpanjangan tangan petugas kesehatan yang ada.
Upaya kesehatan yang dilaksanakan antara lain :
a. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Bayi Balita
b. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak TK/RA
c. Pendampingan & Pemasangan Stiker Program Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
d. Pemetaan Bumil & Kantong Persalinan
e. Pendampingan Kelas Ibu Balita
f. Pendampingan Kelas Ibu Hamil
g. Pemantauan Bumil Risti
h. Pemantauan Bufas Risti
i. Pemantauan Neonatus Risti
j. Penyuluhan ASI Eksklusif di Posyandu
k. Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Remaja di Sekolah.
l. Pelacakan AMP (Audit Maternal Peritanal)
m. Supervisi dan Monitoring Bidan Pustu
n. Supervisi dan Monitoring BPM.
d) Perbaikan Gizi Masyarakat
Dalam Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) ada beberapa kegiatan
yang dilakukan untuk menunjang meningkatkan perbaikan gizi keluarga
diantaranya, yaitu:
a. Pelayanan Posyandu Balita
b. Pemantauan Balita berat badan kurang
c. Pemberian Vitamin A ke TK
d. Pemberian Vitamin A ke Posyandu

12
e. Penyuluhan Gizi
f. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Bayi Balita
g. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak TK/RA

e) Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit


Upaya penegahan dan pemberantasan penyakit merupakan suatu usaha
untuk menghilangkan atau merubah atau timbulnya penyakit. Program
ini bertujuan untuk mengurangi angka kesakitan (morbiditas) dan
kematian Penduduk (mortalitas).
Upaya yang telah dilaksanakan yaitu :
a. PMO TB Paru
b. Kontak Serumah TB Paru
c. Deteksi dini PTM Sekolah
d. Penyuluhan Malaria
e. Penemuan dan Tatalaksana Pneumonia Balita
f. Follow up kusta
g. Penemuan dan tatalaksana Diare
h. Penemuan dan tatalaksana Campak
i. Penemuan dan tatalaksana IMS
j. Pemeriksaan Berkala (Mobile VCT) HIV-AIDS
k. Penyuluhan IMS-HIV-AIDS di Masyarakat dan Sekolah
l. Pelayanan Posbindu
m. Evaluasi dan Monitoring penerapan perda KTR di sekolah
n. Penemuan Kasus Resiko
o. Sosialisasi/Himbauan Kewaspadaan Dini KLB
p. Penyuluhan DBD
q. Follow up IVA
r. Pemeberian obat cacing ke TK/RA
s. Follow Up Malaria

13
5) Data Dasar Puskesmas
Rasio tenaga kesehatan berdasarkan ketentuan dari indikator kinerja SPM
dengan indikator per 100.000 penduduk. Proporsi tenaga kesehatan di Puskesmas
Kayon dapat dilihat pada tabel.
a) Jumlah dan Rasio Tenaga Medis di Sarana Kesehatan
Jumlah dan rasio tenaga medis di Puskesmas Kayon pada tahun 2018 dapat
dilihat pada Tabel 10. berikut ini.

Tabel 1.10. Jumlah dan Rasio Tenaga Medis di Puskesmas Kayon Kota Palangka
Raya Pada Tahun 2018

No Jenis Tenaga Target Nasional Target Rasio per 100.000 Jumlah


Medis Rasio per Penduduk di Wilayah Kerja
100.000 Penduduk Puskesmas Kayon
1. Dokter Umum 40 14 4
2. Dokter Gigi 12 4 1

Berdasarkan standar target ratio kebutuhan SDMK per 100.000 penduduk,


untuk jenis tenaga kesehatan dokter umum targetnya sebesar 40 atau 1 orang
dokter melayani 2500 orang. Berdasarkan hal tersebut, untuk wilayah kerja
Puskesmas Kayon dengan jumlah penduduk 36.219 dibutuhkan 14 dokter umum.
Berdasarkan data yang didapat, jumlah dokter umum di wilayah kerja Puskesmas
Kayon sebanyak 4 orang atau 1 orang dokter umum melayani 9.054. Hal ini
menunjukkan bahwa Puskesmas Kayon belum memenuhi standar target ratio
dokter umum per 100.000 penduduk.
Berdasarkan standar target ratio kebutuhan SDMK per 100.000 penduduk,
untuk jenis tenaga kesehatan dokter gigi targetnya sebesar 12 atau 1 orang dokter
gigi melayani 8.333 orang. Berdasarkan hal tersebut, untuk wilayah kerja
Puskesmas Kayon dengan jumlah penduduk 36.219 dibutuhkan 4 dokter gigi.
Berdasarkan data yang didapat, jumlah dokter gigi di wilayah kerja Puskesmas
Kayon sebanyak 1 orang atau 1 orang dokter gigi melayani 36.219. Hal ini
menunjukkan bahwa Puskesmas Kayon belum memenuhi standar target ratio
dokter gigi per 100.000 penduduk.

14
b) Jumlah dan Rasio Tenaga Keperawatan di Sarana Kesehatan
Jumlah dan rasio tenaga keperawatan di Puskesmas Kayon pada tahun 2018
dapat dilihat pada Tabel 11. berikut ini.

Tabel 1.11. Jumlah dan Rasio Tenaga Keperawatan di Puskesmas Kayon Kota
Palangka Raya Pada Tahun 2018

Target Nasional Rasio per 100.000


No Jenis Tenaga Jumlah
Rasio per Penduduk di Wilayah
Medis
100.000 Penduduk Kerja Puskesmas Kayon
1. Perawat 158 57 4
2. Perawat Gigi 15 5 5
3. Bidan 100 36 16

Berdasarkan standar target ratio kebutuhan SDMK per 100.000 penduduk,


untuk jenis tenaga kesehatan perawat targetnya sebesar 158 atau 1 orang perawat
melayani 632 orang. Berdasarkan hal tersebut, untuk wilayah kerja Puskesmas
Kayon dengan jumlah penduduk 36.219 dibutuhkan 57 perawat. Berdasarkan data
yang didapat, jumlah perawat di wilayah kerja Puskesmas Kayon sebanyak 4
orang atau 1 orang perawat melayani 9.054. Hal ini menunjukkan bahwa
Puskesmas Kayon belum memenuhi standar target ratio perawat per 100.000
penduduk.
Berdasarkan standar target ratio kebutuhan SDMK per 100.000 penduduk,
untuk jenis tenaga kesehatan perawat gigi targetnya sebesar 15 atau 1 orang
perawat gigi melayani 6.666 orang. Berdasarkan hal tersebut, untuk wilayah kerja
Puskesmas Kayon dengan jumlah penduduk 36.219 dibutuhkan 5 perawat gigi.
Berdasarkan data yang didapat, jumlah perawat gigi di wilayah kerja Puskesmas
Kayon sebanyak 5 orang atau 1 orang perawat gigi melayani 7.243. Hal ini
menunjukkan bahwa Puskesmas Kayon sudah memenuhi standar target ratio
perawat gigi per 100.000 penduduk.
Berdasarkan standar target ratio kebutuhan SDMK per 100.000 penduduk,
untuk jenis tenaga kesehatan bidan targetnya sebesar 100 atau 1 orang bidan
melayani 1.000 orang. Berdasarkan hal tersebut, untuk wilayah kerja Puskesmas
Kayon dengan jumlah penduduk 36.219 dibutuhkan 36 bidan. Berdasarkan data
yang didapat, jumlah bidan di wilayah kerja Puskesmas Kayon sebanyak 16 orang

15
atau 1 orang bidan melayani 2.263. Hal ini menunjukkan bahwa Puskesmas
Kayon belum memenuhi standar target ratio bidan per 100.000 penduduk.

c) Jumlah dan Rasio Tenaga Kefarmasian di Sarana Kesehatan


Jumlah dan rasio tenaga kefarmasian di Puskesmas Kayon pada tahun 2018
dapat dilihat pada Tabel 12. berikut ini.

Tabel 1.12. Jumlah dan Rasio Tenaga Kefarmasian di Puskesmas Kayon Kota
Palangka Raya Pada Tahun 2018

Target Rasio Rasio per 100.000


No Jenis Tenaga Jumlah
Nasional per Penduduk di Wilayah
Medis 100.000 Penduduk Kerja Puskesmas Kayon
1. Tenaga 9 3 2
Kefarmasian

Berdasarkan standar target ratio kebutuhan SDMK per 100.000 penduduk,


untuk jenis tenaga kesehatan tenaga kefarmasian targetnya sebesar 9 atau 1 orang
tenaga kefarmasian melayani 11.111 orang. Berdasarkan hal tersebut, untuk
wilayah kerja Puskesmas Kayon dengan jumlah penduduk 36.219 dibutuhkan 3
tenaga kefarmasian. Berdasarkan data yang didapat, jumlah tenaga kefarmasian di
wilayah kerja Puskesmas Kayon sebanyak 2 orang atau 1 orang tenaga
kefarmasian melayani 18.109. Hal ini menunjukkan bahwa Puskesmas Kayon
belum memenuhi standar target ratio tenaga kefarmasian per 100.000 penduduk.

d) Jumlah dan Rasio Tenaga Gizi di Sarana Kesehatan


Jumlah dan rasio tenaga gizi di Puskesmas Kayon pada tahun 2018 dapat
dilihat pada Tabel 13. berikut ini.
Tabel 1.13. Jumlah dan Rasio Tenaga Gizi di Puskesmas Kayon Kota Palangka
Raya Pada Tahun 2018

Target Nasional Rasio per 100.000


Jenis Tenaga
No Rasio per 100.000 Penduduk di Wilayah Jumlah
Medis Penduduk Kerja Puskesmas Kayon
1. Tenaga Gizi 10 4 1

16
Berdasarkan standar target ratio kebutuhan SDMK per 100.000 penduduk,
untuk jenis tenaga kesehatan tenaga gizi targetnya sebesar 10 atau 1 orang tenaga
kefarmasian melayani 10.000 orang. Berdasarkan hal tersebut, untuk wilayah
kerja Puskesmas Kayon dengan jumlah penduduk 36.219 dibutuhkan 4 tenaga
gizi. Berdasarkan data yang didapat, jumlah tenaga gizi di wilayah kerja
Puskesmas Kayon sebanyak 1 orang atau 1 orang tenaga gizi melayani 36.219.
Hal ini menunjukkan bahwa Puskesmas Kayon belum memenuhi standar target
ratio tenaga gizi per 100.000 penduduk.

e) Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan Masyarakat di Sarana Kesehatan


Jumlah dan rasio tenaga kesehatan masyarakat di Puskesmas Kayon pada
tahun 2018 dapat dilihat pada Tabel 14. berikut ini.

Tabel 1.14. Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan Masyarakat di Puskesmas


Kayon Kota Palangka Raya Pada Tahun 2018

Target Nasional Rasio per 100.000


Jenis Tenaga
No Rasio per 100.000 Penduduk di Wilayah Jumlah
Medis Penduduk Kerja Puskesmas Kayon
Tenaga Kesehatan
1. 13 5 3
Masyarakat

Berdasarkan standar target ratio kebutuhan SDMK per 100.000 penduduk,


untuk jenis tenaga kesehatan tenaga kesehatan masyarakat targetnya sebesar 13
atau 1 orang tenaga kesehatan masyarakat melayani 7.692 orang. Berdasarkan hal
tersebut, untuk wilayah kerja Puskesmas Kayon dengan jumlah penduduk 36.219
dibutuhkan 5 tenaga kesehatan masyarakat. Berdasarkan data yang didapat,
jumlah tenaga kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kayon sebanyak
3 orang atau 1 orang tenaga kesehatan masyarakat melayani 12.073. Hal ini
menunjukkan bahwa Puskesmas Kayon belum memenuhi standar target ratio
tenaga kesehatan masyarakat per 100.000 penduduk.

17
f) Jumlah dan Rasio Tenaga Sanitasi di Sarana Kesehatan
Jumlah dan rasio tenaga sanitasi di Puskesmas Kayon pada tahun 2018
dapat dilihat pada Tabel 15. berikut ini.
Tabel 1.15. Jumlah dan Rasio Tenaga Sanitasi di Puskesmas Kayon Kota
Palangka Raya Pada Tahun 2018
Target Nasional Rasio per 100.000
Jenis Tenaga
No Rasio per 100.000 Penduduk di Wilayah Jumlah
Medis Kerja Puskesmas Kayon
Penduduk
1. Sanitarian 15 5 2

Berdasarkan standar target ratio kebutuhan SDMK per 100.000 penduduk,


untuk jenis tenaga kesehatan sanitarian targetnya sebesar 15 atau 1 orang
sanitarian melayani 6.666 orang. Berdasarkan hal tersebut, untuk wilayah kerja
Puskesmas Kayon dengan jumlah penduduk 36.219 dibutuhkan 5 sanitarian.
Berdasarkan data yang didapat, jumlah sanitarian di wilayah kerja Puskesmas
Kayon sebanyak 2 orang atau 1 orang sanitarian melayani 18.109. Hal ini
menunjukkan bahwa Puskesmas Kayon belum memenuhi standar target ratio
sanitarian per 100.000 penduduk.
Puskesmas Kayon merupakan tempat pelayanan kesehatan dalam wilayah
kerjanya mempunyai sarana kesehatan masyarakat sebagai berikut.
a) Gedung Induk Pelayanan Puskesmas
a. Ruang Kepala Puskesmas
b. Ruang Administrasi Kantor
c. Ruangan Kesling dan Promkes
d. Ruangan Kesehatan Gigi dan Mulut
e. Ruangan KIA dan KB
f. Ruangan Pemeriksaan Umum
g. Ruangan Tindakan
h. Ruangan Pendaftaran
i. Ruangan Laboratorium
j. Ruangan Tumbuh Kembang
k. Ruangan Poli Gizi/Penimbangan
l. Ruangan Imunisasi

18
m. Ruangan Farmasi
n. Toilet
o. Gudang
p. Pantry

Gambar 1.3. Denah Gedung Puskesmas Kayon

Susunan ruangan di Puskesmas Kayon sudah cukup baik, dimana loket


berada di depan, ruang poli dan apotek berada di samping, serta ruang tunggu
berada di tengah ruangan dengan kapasitas yang cukup. Susunan seperti ini akan
memberikan kenyamanan terhadap pasien. Namun dari segi pencahayaan dan
penghawaan, Puskesmas Kayon kurang baik mengingat bentuk bangunan
Puskesmas Kayon sendiri tertutup sehingga cahaya matahari sulit masuk.

19
C. Sarana dan Prasarana Pendukung
Sarana dan prasarana adalah tempat, fasilitas dan peralatan yang secara tidak
langsung mendukung pelayanan, sedangkan sarana adalah tempat, fasilitas dan
peralatan yang secara langsung mendukung pelayanan. Adapun prasarana dan
sarana di Puskesmas Kayon dapat dilihat pada Tabel 16. berikut ini.
Tabel 1.16. Sarana dan Prasarana Kegiatan Puskesmas Kayon Tahun 2018
Nama Sarana dan Kondisi
No Prasarana Keterangan Σ Rusak Rusak
Baik
Ringan Berat
1. Gedung Puskesmas Tempat Pelayanan
1 1 - -
Induk Kesehatan
2. Gedung Puskesmas Tempat Pelayanan
2 2 - -
Pembantu Kesehatan
3. Digunakan Tenaga
Sepeda Motor 6 3 1 2
Kesehatan
4. Puskesmas Tempat Pelayanan
1 1 - -
Keliling Roda 4 Kesehatan
5. Rumah Dinas Dapat digunakan 4 4 - -
6. Mobil Ambulance Dapat digunakan 1 1 - -

Dari data di atas, maka sarana dan prasarana di Puskesmas Kayon termasuk
lengkap. Penggunaannya serta aplikasi di lapangan juga sesuai dengan keperluan
puskesmas.

D. Tenaga Kesehatan
Karyawan Puskesmas Kayon sebanyak 54 orang dengan distribusi sebagai
berikut ini.
Tabel 1.17. Jumlah Karyawan Puskesmas Kayon
No Jenis Ketenagaan Jumlah

1. Jabatan Struktural 3
2. Dokter Umum 4
3. Dokter Gigi 1
4. Perawat 6
5. Perawat Gigi 5
6. Bidan 16
7. Gizi 1
8. Apoteker/Farmasi 3

20
9. Analisis 2
10. Promkes 2
11. Sanitarian 2
12. Administrasi 6
13. Fungsional Umum 3

Dari tabel di atas jumlah tenaga kerja di Puskesmas Kayon dari komposisi
tenaga kerjanya sudah lengkap karena sudah ada serta mampu untuk mencukupi
pelayanan dasar di Puskesmas.

Tabel 1.18. Jabatan Pegawai Puskesmas Kayon Tahun 2018


No. Nama Jabatan

1 Muhammad Rusli, AT, SKM, MKM Kepala UPT Puskesmas Kayon


2 Pendie Kepala Sub Bag Tata Usaha
3 Dru Safitri, A.Md, KG. Bendahara Penerimaan/
Fungsional Gigi
4 Noor Izzati Rosana Bendahara Pengeluaran/
Fungsional Sanitarian
5 Nurmiyati, A.Md, KG Bendahara JKN/
Fungsional Gigi
6 Anitya Handriani D. A.Md., Keb Bendahara Barang Inventaris
7 Didin, S.Sos Pelaksana Administrasi
8 Resie Pelaksana Administrasi
9 Inyi Pelaksana Administrasi
10 Adriana Pelaksana Administrasi
11 Sukowati Pelaksana Administrasi
12 Rumanti Saragih Pelaksana Administrasi
13 dr. Nurul Imaningsih Fungsional Dokter Umum
14 dr. Maryana L. B. Fungsional Dokter Umum
15 dr. Mayawati E. S. M. Fungsional Dokter Umum
16 dr. Nora Fery Saragi Sitio Fungsional Dokter Umum
17 dr. Wang Yenny M. Fungsional Dokter Gigi
18 Masitoh, A.Md. KL Fungsional Sanitarian
19 Ajhan Saipiat Fungsional Analis Kesehatan
20 Ririn Widayati Fungsional Analis Kesehatan
21 Nomi Norita, A.Md. Kep, SKM Fungsional Promkes
22 Martha, SKM Fungsional Promkes
23 Eflivina, S.Farm Fungsional Apoteker/Farmasi
24 Bargiana Ikent P., A.Md. Farm Fungsional Apoteker/Farmasi
25 Sari Indang Fungsional Apoteker/Farmasi
26 Anastasia Evi Wahyuni, A.Md. Gizi Fungsional Nutrisionis

21
27 Asiwei E. Tigoi, SST, M.Kes Fungsional Bidan
28 Ariani, S. ST Fungsional Bidan
29 Yunitha, S. ST Fungsional Bidan
30 Rusliani, A.Md. Keb Fungsional Bidan
31 Rusmini, A.Md. Keb Fungsional Bidan
32 Hertati Sinta, A.Md. Keb Fungsional Bidan
33 Nina Setiani, A.Md. Keb Fungsional Bidan
34 Yanie, A.Md. Keb Fungsional Bidan
35 Martetie, A.Md. Keb Fungsional Bidan
36 Meini Damayanti, A.Md. Keb Fungsional Bidan
37 Tetie, A.Md. Keb Fungsional Bidan
38 Friyatri Wenny, A.Md. KG Fungsional Gigi
39 Cica Mayang, A.Md. KG Fungsional Gigi
40 Sri Malayahati, A.Md. KG Fungsional Gigi
41 Sri Wulandari Tahan, A.Md. Kep Fungsional Perawat
42 Supartini, A.Md. Kep Fungsional Perawat
43 Susilawati, A.Md. Kep Fungsional Perawat
44 Priyatin Sakdiyah Fungsional Perawat
45 Yusmice Hatniati, A.Md. Kep Fungsional Perawat
46 Rabiatul Adawiyah, A.Md. Keb Fungsional Bidan di Pustu Lestari
47 Karolline Tesseng Fungsional Umum di Pustu Lestari
48 Yusika Agustia, A.Md. Keb Fungsional Bidan di Pustu Lestari
49 Rositae Fungsional Umum di Pustu Lestari
50 Aprila Kartini, A.Md. Keb Fungsional Bidan di Pustu Lestari
51 Icon Setiansyah, SKM Fungsional Perawat di Pustu
Pondok Cahaya Mas (PCM)
52 Sih Winarti, A.Md. Keb Fungsional Bidan di Pustu
Pondok Cahaya Mas (PCM)
53 Ice Trisnae, A.Md. Keb Fungsional Bidan di Pustu
Pondok Cahaya Mas (PCM)
54 Ipon Fungsional Umum di Pustu
Pondok Cahaya Mas (PCM)

Dari data jabatan pegawai di atas, maka dapat disimpulkan bahwa secara
keseluruhan jabatan-jabatan yang ada di Puskesmas sudah dijabat oleh orang-
orang yang tepat dan sesuai dengan kompabilitas dan kompetensi per individu
direlasikan dengan pendidikannya.

E. Sumber Dana
Program kesehatan yang dilaksanakan di Puskesmas Kayon tahun 2018
dibiayai dari berbagai sumber penganggaran pemerintah, yaitu :
a. Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)

22
Dana BOK bersumber langsung dari APBN yang digunakan untuk bantuan
operasional kesehatan puskesmas.
b. BPJS
Digunakan untuk mendukung pembiayaan kegiatan dan sarana prasarana
puskesmas.
c. Dana Alokasi Umum
Digunakan untuk pembiayaan tenaga kontrak.

F. Program Kerja Puskesmas


Dalam pelaksanaan kegiatan Puskesmas Kayon melaksanakan program
kerja Puskesmas secara terpadu, artinya dalam melaksanakan kegiatan yang ada
di Puskesmas dilaksanakan secara bersama-sama dengan program lain terkait
yang ada di Puskesmas. Program kerja Puskesmas tersebut meliputi berikut ini.
a) Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) Esensial :
1) Promosi Kesehatan Masyarakat (Promkes)
2) Program Kesehatan Lingkungan (Kesling)
3) Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Keluarga Berencana
(KB)
4) Program Pelayanan Gizi
5) Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
b) Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) Pengembangan
1) Upaya Kesehatan Sekolah (UKS) & Upaya Kesehatan Gigi
Sekolah (UKGS)
2) Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas)
3) Upaya Kesehatan Jiwa
4) Upaya Kesehatan Jiwa
5) Upaya Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)
di Sekolah
c) Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)
1) Rawat Jalan (Poli Gigi, Poli KIA & KB, Poli Umum, Poli Anak &
Tumbuh Kembang)
d) Administrasi dan Tata Usaha

23
Program-program tersebut dilaksanakan di dalam gedung dan di luar
gedung puskesmas, yaitu dengan melaksanakan pelayanan dan
pencatatan kegiatan serta pelaporan hasil kegiatan. Pelayanan di
ketatausahaan tediri dari :
1) Loket Pendaftaran
2) Kasir
3) Kegiatan ketatausahaan
Kegiatan ketatausahaan meliputi kegiatan surat menyurat,
kegiatan pengarsipan, pelayanan surat keterangan sehat, surat
keterangan sakit, pembuatan laporan terpadu puskesmas, kegiatan
kepegawaian, inventarisasi barang, dan kegiatan keuangan.

Hari dan jam pelayanan Puskesmas Kayon :


Puskesmas Kayon melakukan pelayanan setiap hari Senin sampai
Sabtu.
Waktu Kerja Puskesmas Kayon tahun 2018 yaitu :
Senin – Kamis : Pukul 07.00 – 14.00 WIB
Jumat : Pukul 07.00 – 10.30 WIB
Sabtu : Pukul 07.00 – 11.45 WIB
Waktu Pelayanan untuk loket pendaftaran Puskesmas Kayon
tahun 2018 yaitu :
Senin – Kamis : Pukul 07.30 – 11.00 WIB
Jumat : Pukul 07.30 – 10.00 WIB
Sabtu : Pukul 07.30 – 10.30 WIB

e) Jaringan dan Jejaring Puskesmas


Puskesmas Kayon Mempunyai Jaringan Puskesmas, meliputi :
a. PUSTU ( Puskesmas Pembantu):
1) Lestari
Pustu Lestari merupakan jaringan UPT Puskesmas Kayon,
berada di daerah perumahan. Yang memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat di daerah Kelurahan Bukit

24
Tunggal, beralamat di Jl. Lumba-Lumba no.47 C.
2) Pondok Cahaya Mas
Puskesmas Pembantu Pondok Cahaya Mas merupakan
jaringan UPT Puskesmas Kayon selain Pustu Lestari, terletak
di pinggir salah satu jalan protokol Palangka Raya. Beralamat
lengkap di Jl. Rajawali Km. 4,5 No.122

Puskesmas Kayon Mempunyai Jejaring, meliputi:


1. RSUD Doris Sylvanus
2. RS Bhayangkara
3. RS TNI-AD
4. RS PKU Muhammadiyah
5. RS Kalawa Atei
6. Laboratorium Biomedika

G. Data Khusus
Tabel 1.19. Sepuluh Penyakit Terbanyak Di Puskesmas Kayon Tahun 2018
No Nama Penyakit Jumlah
1. Infeksi Saluran Napas Bagian Atas 3012
2. Tifoid 1206
3. DM 817
4. Mialgia 586
5. Dermatitis Kontak Alergi 527
6. Faringitis Akut 446
7. Gastritis 437
8. Diare dan GEA 394
9. Dispepsia 385
10. Common Cold 264

Tabel diatas menggambarkan bahwa dari golongan penyakit menular,


penyakit ISPA tetap menduduki penyakit terbanyak. Sedangkan pada golongan
penyakit tidak menular ditempati oleh penyakit diabetes mellitus (DM).

25
10 Penyakit Terbanyak
Di Puskesmas Kayon Tahun 2018
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0

Gambar 1.4. Sepuluh penyakit terbanyak di wilayah kerja Puskesmas Kayon


Tahun 2018.

Tabel 1.20. Sepuluh Obat dengan Penggunanaan Terbanyak di Wilayah Kerja


Puskesmas Kayon Tahun 2018
No. Obat Pemakaian
1. Parasetamol 500 mg 64.233
2. Sianokobalamin 26.063
3. Klorfeniramin Maleat (CTM) 25.863
4. Piridoksin ( vitamin B6) 23.764
5. Amoxycilin 500 mg 14.578
6. Guafenisin / GG 13.330
7. Geriavita ( multivitamin lansia ) 12.230
8. Asam Askorbat/vitamin C 11.079
9. Albendazol 400 7.960
10. Livron B Plex 7.889

26
10 Pemakaian Obat Terbanyak
UPT PKM Kayon Tahun 2018
70000
60000
50000
40000
30000
20000
10000
0

Gambar 1.5. Sepuluh Obat Dengan Penggunaan Terbanyak Di Wilayah Kerja


Puskesmas Kayon tahun 2018.

Di Puskesmas Kayon total kunjungan warga tahun 2018 adalah 26.793


dengan 9.174 kunjungan pasien umum dan 17.619 kunjungan pasien BPJS.

Jumlah Kunjungan Pasien


Di Puskesmas Kayon Tahun 2018

18000
16000
14000
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
Kunjungan Pasien Kunjungan Pasien
BPJS Umum

Gambar 1.6. Jumlah Kunjungan Pasien Puskesmas Kayon Tahun 2018

27
1.3. Latar Belakang
Diabetes melitus (DM) atau disebut diabetes saja merupakan penyakit
gangguan metabolik menahun akibat pankreas tidak memproduksi insulin atau
tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif. Insulin
adalah hormon yang mengatur keseimbangan kadar gula darah. Akibatnya terjadi
peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah (hiperglikemi). Terdapat dua
kategori utama diabetes melitus yaitu diabetes tipe 1 dan tipe 2. Diabetes tipe 1,
dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhood-onset diabetes, ditandai
dengan kurangnya produksi insulin. Diabetes tipe 2, dulu disebut non-insulin-
dependent atau adult-onset diabetes, disebabkan penggunaan insulin yang kurang
efektif oleh tubuh. Diabetes tipe 2 merupakan 90% dari seluruh diabetes.1
Menurut Internatonal Diabetes Federation (IDF), terdapat 382 juta orang
yang hidup dengan diabetes di dunia pada tahun 2013. Pada tahun 2035 jumlah
tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi 592 juta orang. Menurut, World
Health Organization (WHO), Indonesia diperkirakan akan menempati peringkat
5 sedunia dengan jumlah penderita diabetes sebanyak 12,4 juta orang pada tahun
2025.1
Hasil RISKESDAS tahun 2018 menunjukkan bahwa prevalensi diabetes
melitus di Indonesia sebesar 8,5%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan tahun
2013 yaitu 6,9%. Berdasarkan data RISKESDAS tahun 2018 juga didapatkan
prevalensi penyakit diabetes melitus lebih tinggi dialami oleh perempuan
sebanyak 1,8% dibandikan laki-laki sebanyak 1,2%. Dari data RISKESDAS
tahun 2013 proporsi jumlah penduduk yang menderita diabetes di usia > 14 tahun
sebanyak 1.608.217 juta penduduk. Dari Badan Pusat Statistik Palangka Raya
tahun 2016 menunjukkan bahwa diabetes melitus menduduk posisi ke lima dari
sepuluh penyakit terbanyak di Palangka Raya.2
Berdasarkan data yang didapat di Puskesmas Kayon jumlah penderita
diabetes melitus meningkat dari tahun 2017 ke 2018. Tahun 2017 sebanyak 563
penduduk (4,72%) menjadi 817 penduduk (10,11%) pada tahun 2018.
Peningkatan penderita diabetes melitus yang terjadi sebesar 18,4%.
Di Indonesia, ternyata sebagian besar pentalaksanaan penyakit diabetes

28
menggunakan obat, padahal obat bukan merupakan satu-satunya cara yang dapat
digunakan untuk penatalaksanaan penyakit DM. Untuk pelaksanaan DM yang
telah dikenal ada tiga cara, yaitu mengatur makanan, olahraga, dan obat-obatan.
Aktivitas fisik merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DM yang berfungsi
untuk memperbaiki sensitivitas insulin dan juga untuk menjaga kebugaran tubuh.
Aktivitas fisik bisa membantu memasukkan glukosa kedalam sel tanpa
membutuhkan insulin, selain itu latihan fisik juga bisa untuk menurunkan berat
badan diabetisi yang obesitas serta mencegah laju progresivitas gangguan
toleransi glukosa menjadi DM. Aktivitas fisik termasuk kedalam salah satu
indikator perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) Berdasarkan data indikator
PHBS rumah tangga yang terdapat di Puskesmas Kayon aktivitas fisik setiap hari
memiliki persentase yang masih rendah yaitu sebesar 41,6%.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan pemegang program
promosi kesehatan kendala dari rendahnya indikator aktivitas fisik pada PHBS
yang masih rendah di wilayah kerja Puskesmas Kayon adalah karena motivasi
dari masyarakat yang masih kurang untuk berolahraga. Kemudian juga telah
dilakukan wawancara dengan pemegang program P2TM (Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Tidak Menular) kendala yang menyebabkan peningkatan
prevalensi penderita diabetes melitus adalah karena kesadaran dari masyarakat
yang masih rendah. Kepatuhan pasien dalam berobat juga masih rendah khusus
dalam modifikasi gaya hidup (aktivitas fisik serta konsumsi sayur dan buah).
Oleh karena itu, karya tulis ilmiah ini akan menganalisis dan mencari
pemecahan masalah terbaik untuk menurunkan angka kejadian diabetes melitus di
wilayah kerja Puskesmas Kayon dengan memperbaiki PHBS masyarakat.

1.4. Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan status IKM ini adalah untuk menentukan alternatif
pemecahan masalah terbaik agar angka kejadian diabetes melitus di wilayah kerja
Puskesmas Kayon dapat turun pada tahun-tahun selanjutnya.

29
BAB II
PERMASALAHAN

2.1. Identifikasi Masalah


Berdasarkan hasil pengolahan data yang dimiliki Puskesmas Kayon dari
kelima UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat) yang terdapat di Puskesmas Kayon,
didapatkan data-data program yang belum tercapai yaitu:
Program dari UKM Promosi Kesehatan yang memiliki angka
ketidakcapaian tertinggi adalah indikator capaian rumah tangga PHBS yaitu
memberantas jentik dirumah dengan persentase ketidakcapaian sebesar 70%,
kemudian diikuti indikator mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun
persentase ketidakcapaiannya sebesar 63%, dan indikator melakukan aktivitas
fisik setiap hari persentase ketidakcapaiannya sebesar 58,4%.
Program dari UKM KIA-KB yang memiliki angka ketidakcapaian tertinggi
adalah program pelacakan Audit Maternal Perinatal (AMP) dengan persentase
ketidakcapaiannya sebesar 70%.
Program dari UKM Kesehatan Lingkungan (Kesling) yang memiliki angkat
ketidakcapaian tertinggi adalah program Inspeksi Kesling Tempat Pengolahan
Makanan (TPM) dengan persentase ketidaktercapainnya sebesar 6%.
Program dari UKM Pelayanan Gizi yang memiliki angka ketidakcapaian
tertinggi adalah program cakupan bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI
ekslusif dengan persentase ketidaktercapainya sebesar 44,1%.

2.2. Prioritas Permasalahan


Penentuan prioritas masalah dilakukan dengan metode Bryant. Kriteria-
kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut.
a. Prevalence (P)
Prevalence adalah jumlah individu yang terkena akibat di dalam
masyarakat. Prioritas tertinggi diberikan kepada suatu masalah yang
menyebar luar dalam lingkungan masyarakat. Kriteria ini diberi skor 1-4
dengan rincian sebagai berikut.

30
1) Jumlah individu/masyarakat yang terkena sangat sedikit
2) Jumlah indivitu/masyarakat yang terkena sedikit
3) Jumlah indivitu/masyarakat yang terkena cukup besar
4) Jumlah indivitu/masyarakat yang terkena sangat besar

b. Seriousness (S)
Seriousness adalah berat ringannya masalah yang ditimbulkan oleh masalah
tersebut terhadap suatu masyarakat/lingkungan masyarakat. Kriteria ini
diberi skor 1-4 dengan rincian sebagai berikut.
1) Masalah yang ditimbulkan tidak berat
2) Masalah yang ditimbulkan cukup berat
3) Masalah yang ditimbulkan berat
4) Masalah yang ditimbulkan sangat berat

c. Community Concern atau Public Concern (C)


Community Concern yaitu besarnya keprihatinan masyarakat akan masalah
yang dihadapi. Masalah dengan perhatian masyarakat yang besar untuk
mengatasinya mendapat prioritas tinggi. Kriteria ini diberi skor 1-4 dengan
rincian sebagai berikut.
1) Tidak mendapat perhatian masyarakat
2) Kurang mendapat perhatian masyarakat
3) Cukup mendapat perhatian masyarakat
4) Sangat mendapat perhatian masyarakat

d. Manageability (M)
Manageability adalah tersedianya mutu dengan pembiayaan, kemungkinan
hambatan pelaksanaan, keadaan ekonomi masyarakat, dan keikutsertaan
masyarakat. Kriteria ini diberi skor 1-4 dengan rincian sebagai berikut.
1) Tidak dapat dikelola dan diatasi
2) Cukup dapat dikelola dan diatasi
3) Dapat dikelola dan diatasi

31
4) Sangat dapat dikelola dan diatasi

Berdasarkan faktor-faktor diatas, maka dapat ditentukan prioritas masalah dengan


metode Bryant sebagaimana disajikan dalam Tabel 2.1. berikut ini.
Tabel 2.1. Penentuan prioritas masalah berdasarkan metode Bryant
Nilai
Kriteria
Komposit Ranking
No Masalah
prioritas
P S C M P.S.C.M
Indikator PHBS rumah tangga
1. (memberantas jentik dirumah) 3 3 2 2 36 2
masih rendah
Indikator PHBS rumah tangga
(mencuci tangan dengan air
2. 2 2 2 3 24 3
mengalir dan sabun) masih
rendah
Indikator PHBS rumah tangga
3. (aktivitas fisik setiap hari) 3 3 2 3 54 1
masih rendah
Program pelacakan Audit
4. Maternal Perinatal (AMP) 1 2 1 2 4 4
masih rendah
Inspeksi Kesling Tempat
5. Pengolahan Makanan (TPM) 2 1 1 2 4 4
masih rendah

Cakupan bayi usia kurang dari


6. 2 2 2 3 24 3
6 bulan mendapat ASI ekslusif

Berdasarkan penentuan prioritas masalah menggunakan metode Bryant


didapatkan skor tertinggi adalah masalah indikator PHBS rumah tangga
melakukan aktivitas fisik setiap hari yang masih rendah. Selain itu di wilayah
kerja Puskesmas Kayon berdasarkan hasil pengolahan data tentang 10 penyakit
terbanyak yang terdapat di Puskesmas Kayon didapatkan peningkatan penyakit
DM mengalami trend peningkatan dari tahun 2017-2018 sebesar 18,4%. Aktivitas
fisik merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DM yang berfungsi untuk
memperbaiki sensitivitas insulin dan juga untuk menjaga kebugaran tubuh.
Sehingga prioritas masalah di wilayah kerja Puskesmas Kayon yang dipilih adalah

32
masalah indikator PHBS rumah tangga melakukan aktivitas fisik setiap hari yang
masih rendah.

2.3. Identifikasi Penyebab Masalah


Dalam studi ini digunakan pendekatan sistem (system approach) untuk
menggambarkan permasalahan indikator aktivitas fisik PHBS rumah tangga yang
rendah. Variabel yang dianalisis terdiri dari tiga, yaitu variabel input, proses, dan
output (outcome). Faktor penentu perilaku (aktivitas fisik setiap hari) disebabkan
oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Analisis masalah
berdasarkan teori perilaku oleh Lawrence and Green disajikan dalam pohon
masalah berikut ini.

Gambar 2.1. Pohon analisis masalah (problem tree analysis) modifikasi faktor-
faktor rendahnya aktivitas fisik masyarakat

33
Gambar 2.2. Pohon analisis masalah rendahnya aktivitas fisik masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas Kayon tahun 2018.

34
BAB III
PEMECAHAN MASALAH

3.1. Alternatif Pemecahan Masalah


Dalam upaya meningkatkan aktivitas fisik masyarakat dalam rangka
menurunkan prevalensi diabetes melitus di wilayah kerja Puskesmas Kayon,
diperlukan pemecahan masalah yang dapat dianalisis dengan metode SWOT.

Tabel 3.1. Hasil analisis SWOT berdasarkan data demografi dan temuan di
lapangan

Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness)

 Terdapat 6 Posyandu lansia, 1  Persepsi masyarakat tentang hidup


sehat masih kurang, dan tidak ada
Posbindu-PTM, dan 1 Prolanis
motivasi ataupun kebiasaan
yang terjadual secara teratur dan
berolahraga yang baik.
dilaksanakan setiap bulannya
(dilakukan senam setiap hari
sabtu).

Kesempatan (Opportunity) Ancaman (Threats)


 Jumlah masyarakat berusia  Dukungan dari sektor-sektor
produktif lebih banyak dan rata- lainnya kurang (kelurahan, PKK,
rata penduduk memiliki taraf kecamatan)
pendidikan menengah.

35
Tabel 3.2. Alternatif pemecahan masalah
S W
Strategi SO Strategi WO
1. Penyuluhan mengenai perilaku 1. Pembentukan kelompok senam
O hidup bersih dan sehat saat diabetes melitus untuk
pelaksanaan kegiatan Posyandu meningkatkan motivasi atau
Lansia, Posbindu, atau kebiasaan berolahraga yang baik
Prolanis.
Strategi ST Strategi WT
1. Mengikutsertakan staf-staf 1. Mengoptimalkan kerjasama
sektor lainnya (kelurahan, lintas sektoral untuk
T PKK, kecamatan) dalam memasukkan penyuluhan
kegiatan-kegiatan UKBM. perilaku hidup bersih dan sehat
dalam kegiatan rutin di agenda
kerjanya.

3.2. Prioritas Pemecahan Masalah


Penentuan prioritas masalah dilakukan dengan metode Bryant. Kriteria-
kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut.
a. Prevalence (P)
1) Jumlah individu/masyarakat yang terkena sangat sedikit
2) Jumlah indivitu/masyarakat yang terkena sedikit
3) Jumlah indivitu/masyarakat yang terkena cukup besar
4) Jumlah indivitu/masyarakat yang terkena sangat besar
b. Seriousness (S)
1) Masalah yang ditimbulkan tidak berat
2) Masalah yang ditimbulkan cukup berat
3) Masalah yang ditimbulkan berat
4) Masalah yang ditimbulkan sangat berat
c. Community Concern atau Public Concern (C)
1) Tidak mendapat perhatian masyarakat
2) Kurang mendapat perhatian masyarakat
3) Cukup mendapat perhatian masyarakat
4) Sangat mendapat perhatian masyarakat

36
d. Manageability (M)
1) Tidak dapat dikelola dan diatasi
2) Cukup dapat dikelola dan diatasi
3) Dapat dikelola dan diatasi
4) Sangat dapat dikelola dan diatasi

Alternatif pemecahan masalah tersebut kemudian diberi pembobotan untuk


menentukan prioritas pemecahan masalah. Alternatif pemecahan masalah dapat
dilihat pada Tabel 4.3. berikut ini.
Tabel 3.3. Penentuan Prioritas Masalah berdasarkan metode Bryant
Nilai
Kriteria
Komposit Ranking
No Masalah
prioritas
P S C M P.S.C.M
1. Penyuluhan mengenai perilaku
hidup bersih dan sehat saat
pelaksanaan kegiatan 3 3 2 3 54 2
Posyandu Lansia, Posbindu,
atau Prolanis.

2. Pembentukan kelompok senam


diabetes melitus untuk
meningkatkan motivasi atau 4 3 3 3 108 1
kebiasaan berolahraga yang
baik
3 Mengikutsertakan staf-staf
sektor lainnya (kelurahan,
PKK, kecamatan) dalam 2 1 2 2 8 3
kegiatan-kegiatan UKBM.

4 Mengoptimalkan kerjasama
lintas sektoral untuk
memasukkan penyuluhan
perilaku hidup bersih dan sehat 2 1 2 2 8 3
dalam kegiatan rutin di agenda
kerjanya.

Berdasarkan hasil pembobotan alternatif pemecahan masalah di atas, maka


prioritas pemecahan masalah untuk meningkatkan aktivitas fisik masyarakat di

37
wilayah kerja Puskesmas Kayon adalah “Pembentukan Kelompok Senam
Diabetes Melitus Untuk Untuk Mengoptimalkan Indikator Phbs-Aktivitas Fisik
Setiap Hari Dalam Menurunkan Prevalensi Diabetes Melitus Di Wilayah Kerja
Puskesmas Kayon.”

3.3. Perencanaan Tindakan Pemecahan Masalah


Dari alternatif pemecahan masalah yang telah terpilih sebelumnya, akan
disusun usulan kegiatan berdasarkan rapat koordinasi tingkat Puskesmas. Usulan
ini akan diajukan ke Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya dan jika disetujui akan
disusun rencana pelaksanaan kegiatan. Adapun rencana tindakan pemecahan
masalah dapat diuraikan sebagai berikut.

A. Perencanaan (Planning)
1. Tujuan umum :
 Untuk meningkatkan capaian indikator PHBS-aktivitas fisik setiap
hari di wilayah kerja Puskesmas Kayon.
 Untuk menurunkan prevalensi diabetes melitus pada lansia di
wilayah kerja Puskesmas Kayon.
 Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya
aktivitas fisik setiap hari dalam mencegah penyakit diabetes
melitus.
2. Sasaran Kegiatan : Semua kader Posyandu Lansia, Posbindu,
Prolanis, dan masyarakat (lansia)
3. Pelaksana Kegiatan : Pemegang program PHBS (Promosi Kesehatan)
bekerjasama dengan pemegang program P2-
Penyakit Tidak Menular dan unit Kesehatan
Lansia
4. Pendanaan : Dana operasional Puskesmas dan dana swadya
masyarakat.

38
B. Panitia (Organizing)
Terdiri dari panitia pelaksana (organizing committee) dan panitia pengawas
(steering committee). OC bertugas mempersiapkan teknis pelaksaan seperti
susunan acara, anggaran dana, waktu dan tempat kegiatan, serta peralatan
penunjang. Sebelum kegiatan, dilakukan rapat koordinasi dan konsolidasi
tingkat Puskemas dengan rincian sebagai berikut.
 Penyelenggara : Koordinator program Kesehatan Lansia
 Pimpinan rapat : Kepala Puskesmas Kayon
 Peserta rapat : Pemegang program P2-PTM, anggota unit
Promosi Kesehatan (PHBS)
 Waktu kegiatan : 24 Agustus 2019
 Tempat : Ruang Pertemuan Puskesmas Kayon
 Materi rapat : 1. Pemaparan daftar masalah dan alternatif
pemecahan masalah
2. Perencanaan kegiatan penyuluhan
pentingnya PHBS
 Sarana : LCD proyektor, layar proyeksi, mikrofon,
speaker, laptop, dan pointer.

Pembentukan panitia pelaksana (OC) untuk kegiatan yang telah


direncanakan, yaitu sebagai berikut.
 Penasihat : Kepala Puskesmas Kayon
 Ketua : Koordinator Kesehatan Lansia
 Wakil ketua : Koordinator upaya Promosi Kesehatan - PHBS
 Sekretaris : 1 orang unit P2-PTM
 Bendahara : Bendahara Puskesmas

C. Pelaksanaan Kegiatan (Actuating)


Penyelenggara : Unit Program Kesehatan Lansia
Pelaksana : Petugas Kesehatan Lansia, P2-PTM, dan Prom-Kes
Sasaran : Kader-kader Posyandu lansia, Posbindu-PTM, Prolanis,

39
dan masyarakat lansia di wilayah kerja Puskesmas
Kayon
Materi : Pembentukan kelompok senam diabetes melitus untuk
meningkatkan indikator PHBS rumah tangga aktivitas
fisik setiap hari dan menurunkan prevalensi penderita
diabetes melitus di wilayah kerja Puskesmas Kayon
Waktu kegiatan : Mengikuti jadual Posyandu lansia, Posbindu-PTM, dan
Prolanis bulanan

Tabel 3.4. Rancangan Jadwal Kegiatan Pembentukan Kelompok Senam Diabetes


Melitus di Puskesmas Kayon
No Tanggal Tempat Pelaksanaan Keterangan
1. Jumat, 23 Agustus 2019 Halaman Puskesmas Kayon
Pembentukan
2. Jumat, 30 Agustus 2019 Halaman Puskesmas Kayon
kelompok senam
3. Jumat, 6 September 2019 Halaman Puskesmas Kayon
diabetes melitus
4. Jumat, 13 September 2019 Halaman Puskesmas Kayon

D. Evaluasi (Controlling)
1.1. Evaluasi jangka pendek, yaitu terbentuknya kelompok senam diabetes
melitus di wilayah kerja Puskesmas Kayon.
2.1. Evaluasi jangka menengah, yaitu peningkatan indikator aktivitas fisik
setiap hari dari indikator PHBS, yaitu sekurang-kurangnya 50%
masyarakat telah melaksanakan setiap indikator PHBS rumah
tangganya.
3.1. Evaluasi jangka panjang, yaitu penurunan prevalensi diabetes melitus di
wilayah kerja Puskesmas Kayon.

40
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Diabetes Melitus


4.1.1. Definisi
Diabetes melitus (DM) atau disebut diabetes saja merupakan penyakit
gangguan metabolik menahun akibat pankreas tidak memproduksi insulin atau
tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif. Insulin
adalah hormon yang mengatur keseimbangan kadar gula darah. Akibatnya terjadi
peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah (hiperglikemi).1

4.1.2. Klasifikasi
Terdapat dua kategori utama diabetes melitus yaitu diabetes tipe 1 dan tipe
2. Diabetes tipe 1, dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhood-onset
diabetes, ditandai dengan kurangnya produksi insulin. Diabetes tipe 2, dulu
disebut non-insulin-dependent atau adult-onset diabetes, disebabkan penggunaan
insulin yang kurang efektif oleh tubuh. Diabetes tipe 2 merupakan 90% dari
seluruh diabetes.1

4.1.3. Faktor Resiko Diabetes


Faktor resiko diabetes melitus bisa dikelompokkan menjadi faktor resiko
yang tidak dapat dimodifikasi dan yang dapat dimodifikasi. Faktor resiko yang
tidak dapat dimodifikasi adalah ras dan etnik, umur, jenis kelamin, riwayat
keluarga dengan diabetes melitus, riwayat melahirkan bayi dengan berat badan
lebih dari 4000 gram, dan riwayat lahir dengan berat badan lahir rendah (kurang
dari 2500 gram). Sedangkan faktor resiko yang dapat dimodifikasi erat kaitannya
dengan perilaku hidup yang kurang sehat, yaitu berat badan lebih, obesitas
abdominal/sentral, kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemia, diet tidak
sehat/tidak seimbang, dan merokok.1

41
4.1.4. Komplikasi Diabetes Melitus
Hiperglikemia yang terjadi dari waktu ke waktu dapat menyebabkan
kerusakan berbagai sistem tubuh terutama syaraf dan pembuluh darah. Beberapa
konsekuensi dari diabetes yang sering terjadi adalah:
1. Meningkatnya risiko penyakit jantung dan stroke
2. Neuropati (kerusakan syaraf) di kaki yang meningkatkan kejadian ulkus kaki,
infeksi dan bahkan keharusan untuk amputasi kaki.
3. Retinopati diabetikum, yang merupakan salah satu penyebab utama kebutaan,
terjadi akibat kerusakan pembuluh darah kecil di retina.
4. Diabetes merupakan salah satu penyebab utama gagal ginjal.
5. Risiko kematian penderita diabetes secara umum adalah dua kali lipat
dibandingkan bukan penderita diabetes.1

4.2. Hubungan Pembentukan Kelompok Senam dengan Aktivitas Fisik dan


Diabetes Melitus
Di Indonesia, ternyata sebagian besar pentalaksanaan penyakit diabetes
menggunakan obat, padahal obat bukan merupakan satu-satunya cara yang dapat
digunakan untuk penatalaksanaan penyakit DM. Untuk pelaksanaan DM yang
telah dikenal ada tiga cara, yaitu mengatur makanan, olahraga, dan obat-obatan.
Senam diabetes adalah senam fisik yang dirancang menurut usia dan status fisik
dan merupakan bagian dari pengobatan diabetes melitus. Menurut WHO aktivitas
fisik yang dirancang menurut usia dan status fisik merupakan bagian penting
dalam pengobatan diabetes melitus. Senam mempunya efek menaikkan aksi
insulin di jaringan, sehingga kebutuhan akan insulin menurun. Karena itu
diabetesi dianjurkan untuk melakukan senam diabetes secara rutin 3-4 kali
seminggu.

4.3. Aktivitas Fisik dalam PHBS


Aktivitas fisik adalah melakukan pergerakan anggota tubuh yang
menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan
kesehatan fisik, mental, dan mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan

42
bugar sepanjang hari. Tingkat pengeluaran energi tubuh sangat peka terhadap
pengendalian berat tubuh. Pengeluaran energi tergantung dari dua faktor, yaitu
tingkat aktivitas dan olahraga secara umum, lalu angka metabolisme basal atau
tingkat energi yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi minimal tubuh.
Meskipun aktivitas fisik hanya mempengaruhi satu pertiga pengeluaran energi
seseorang dengan berat normal, tapi bagi orang yang memiliki kelebihan berat
badan, aktivitas fisik memiliki peranan yang penting. Pada saat berolahraga kalori
akan dikatabolisme. Obesitas membuat kegiatan olahraga menjadi sangat sulit
dan kurang dinikmati. Kurangnya beraktivitas fisik secara tidak langsung akan
mengurangi metabolisme basal tubuh orang tersebut. Jadi olahraga tidak hanya
untuk membakar kalori dalam menjaga berat badan tetap ideal, tapi untuk
mempertahankan metabolisme tubuh berfungsi normal.
Berdasarkan Kemenkes RI, jenis aktivitas fisik yang dimaksud dapat
berupa kegiatan sehari-hari (berjalan kaki, berkebun, kerja di taman, mencuci
pakaian, mencuci mobil, mengepel lantai, naik turun tangga, membawa
belanjaan) ataupun dalam bentuk lainnya (seperti olahraga, yaitu: push-up, lari
ringan, bermain bola, berenang, senam, bermain tenis, yoga, fitness, angkat beban
berat. Aktivitas tersebut dilaksanakan secara teratur dengan syarat minimal 30
menit dalam sehari. Kemenkes RI menyarankan kader mendorong masyarakat
sekitar untuk menyediakan fasilitas olahraga dan tempat bermain untuk anak.
Kader juga dapat memberikan penyuluhan tentang pentingnya melakukan
aktivitas fisk kepada masyarakat.
Dalam upaya promosi kesehatan, pemberdayaan merupakan bagian yang
sangat penting dan bahkan dapat dikatakan sebabai ujung tombak. Pemberdayaan
merupakan proses memosisikan masyarakat agar memiliki peran yang besar
(kedaulatan) dalam pengambilan keputusan dan penetapan tindakan yang
berkaitan dengan kesehatannya. Pemberdayaan adalah proses pemberian
informasi kepada individu, keluarga atau kelompok (sasaran) secara terus-
menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses
membantu sasaran, agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu
atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude), dan dari

43
mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek
practice). Oleh sebab itu, sesuai dengan sasarannya dapat dibedakan adanya (a)
pemberdayaan individu, (b) pemberdayaan keluarga, dan (c) pemberdayaan
kelompok/ masyarakat.4

4.4. Hubungan Aktivitas Fisik dan Diabetes Melitus


Aktivitas fisik merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DM yang
berfungsi untuk memperbaiki sensitivitas insulin dan juga untuk menjaga
kebugaran tubuh. Aktivitas fisik bisa membantu memasukkan glukosa kedalam
sel tanpa membutuhkan insulin, selain itu latihan fisik juga bisa untuk
menurunkan berat badan diabetisi yang obesitas serta mencegah laju progresivitas
gangguan toleransi glukosa menjadi DM.
Pada saat tubuh bergerak, akan terjadi peningkatan kebutuhan bahan bakar
tubuh oleh otot yang aktif, juga terjadi reaksi tubuh yang kompleks meliputi
fungsi sirkulasi metabolisme, penglepasan, dan pengaturan hormonal dan susunan
saraf otonom.
Pada keadaan istirahat, metabolisme otot hanya sedikit sekali memakai
glukosa sebagai sumber bahan bakar, sedangkan saat berolahraga, glukosa dan
lemak akan dijadikan sebagai bahan bakar utama. Diharapkan dengan
dijadikannya glukosa sebagai bahan bakar utama, kadar glukosa darah akan
menurun.5

4.5. Faktor-Faktor Pendorong Perilaku Individu


Perilaku individu berkaitan dengan faktor-faktor pengetahuan dan sikap
individu. Perilaku juga menyangkut dimensi kultural yang berupa sistem nilai dan
norma. Sistem nilai adalah acuan tentang hal-hal yang dianggap baik dan hal-hal
yang dianggap buruk. Sedangkan norma adalah aturan tidak tertulis yang disebut
norma sosial dan aturan tertulis yang disebut norma hukum. Selain itu, perilaku
juga berkaitan dengan dimensi ekonomi dan hal-hal lain yang merupakan
pendukung perilaku. Perilaku seseorang selain dipengaruhi oleh pengetahuan dan
sikapnya, memiliki acuan kepada sistem nilai dan norma yang dianutnya. Dengan

44
kata lain, sistem nilai dan norma merupakan rambu-rambu bagi seseorang untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Tiga faktor utama yang mendorong
atau membuat perilaku seseorang berubah adalah hal-hal berikut ini.
a. Sistem nilai dan norma dibuat oleh masyarakat di suatu tatanan untuk dianut
oleh individu-individu anggota masyarakat tatanan tersebut. Inilah yang
juga disebut sebagai faktor-faktor predisposisi (predisposing factors).
b. Individu-individu anggota masyarakat yang memiliki potensi besar untuk
mengubah sistem nilai dan norma adalah mereka yang disebut dengan
pemuka masyarakat atau tokoh masyarakat, baik yang formal (petugas atau
pejabat kesehatan) maupun yang informal (tokoh masyarakat). Mereka
inilah yang berperan sebagai faktor-faktor pendorong (reinforcing factors)
bagi terjadinya perubahan perilaku masyarakat.
c. Akan tetapi perilaku juga menyangkut dimensi ekonomi, termasuk
tersedianya sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana ini sering pula
disebut sebagai faktor-faktor pendukung (enabling factors) bagi terjadinya
perubahan perilaku masyarakat.

4.6. Upaya Puskesmas dalam Menurunkan Jumlah Penderita Diabetes


Program pengendalian diabetes melitus dilaksanakan secara terintegrasi
dalam program pengendalian penyakit tidak menular terintegrasi yaitu antara lain:
1. Pendekatan faktor resiko penyakit tidak menular terintegrasi di fasilitas
layanan primer (Pandu PTM)
a. Untuk peningkatan tatalaksana faktor risiko utama (konseling berhenti
merokok, hipertensi, dislipidemia, obesitas, dan lainnya) di fasilitas
pelayanan dasar (puskesmas, dokter keluarga, praktek swasta)
b. Tatalaksana terintegrasi hipertensi dan diabetes melalui pendekatan faktor
resiko.
2. Posbindu PTM (Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular)
Pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan kewaspadaan dini dalam
memonitoring faktor resiko menjadi salah satu tujuan dalam program
pengendalian penyakit tidak menular termasuk diabetes melitus. Posbindu PTM

45
merupakan program pengendalian faktor resiko penyakit tidak menular berbasis
masyarakat yang bertujuan meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap
faktor resiko baik terhadap dirinya, keluarga dan masyarakat lingkungan
sekitarnya.
3. CERDIK dan PATUH di Posbindu PTM dan Balai Gaya Hidup Sehat
Program PATUH, yaitu:
P : Periksa kesehatan secara rutin dan ikuti anjuran dokter
A : Atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur
T : Tetap diet sehat dengan gizi seimbang
U : Upayakan beraktivitas fisik dengan aman
H : Hindari rokok, alkohol dan zat karsinogenik lainnya
Program CERDIK, pesan peningkatan gaya hidup sehat yang disampaikan di
lingkungan sekolah, yaitu:
C : Cek kondisi kesehatan secara berkala
E : Enyahkan asap rokok
R : Rajin aktivitas fisik
D : Diet sehat dengan kalori seimbang
I : Istirahat yang cukup
K : Kendalikan stress1

46
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Dari hasil pengolahan data yang dimiliki Puskesmas Kayon dari kelima
UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat) yang terdapat di Puskesmas Kayon,
didapatkan data-data program yang belum tercapai dari masing-masing UKM.
Kemudian berdasarkan penentuan prioritas masalah menggunakan metode Bryant
didapatkan skor tertinggi adalah masalah indikator PHBS rumah tangga
melakukan aktivitas fisik setiap hari yang masih rendah. Selain itu di wilayah
kerja Puskesmas Kayon berdasarkan hasil pengolahan data tentang 10 penyakit
terbanyak yang terdapat di Puskesmas Kayon didapatkan peningkatan penyakit
DM mengalami trend peningkatan dari tahun 2017-2018 sebesar 18,4%.
Berdasarkan analisis prioritas pemecahan masalah menggunakan metode
Bryant, maka solusi yang paling utama pembentukan kelompok senam diabetes
melitus untuk untuk mengoptimalkan indikator PHBS-aktivitas fisik setiap hari
dalam menurunkan prevalensi diabetes melitus di wilayah kerja Puskesmas Kayon
Dengan dilakukannya pembentukan kelompok senam diabetes melitus
diharapkan dapat meningkatkan indikator aktivitas fisik setiap hari dari PHBS,
sehingga prevalensi diabetes melitus di Puskesmas Kayon menurun.

5.2. Saran
Kegiatan pembentukan kelompok senam diabetes melitus ini memerlukan
evaluasi berkala dari Puskesmas dan sektor lainnya (Kelurahan), sehingga
efektivitas program ini dapat terjamin.

47
DAFTAR PUSTAKA

1. Informasi Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, Situasi dan
Analisis DIABETES. Pus Data dan Inf Kementeri RI. 2014:8.
2. Riskesdas. Riset Kesehatan Dasar 2018. Kementrian Kesehat Republik
Indones. 2018:1-100.
3. Kesehatan D, Kalimantan P. Profil Kesehatan 2016 Provinsi Kalimantan
Tengah. 2016.
4. Kemenkes RI. Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018.
Kementrian Kesehat Republik Indones. 2018:1-100.
5. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kadar Glukosa Darah Puasa pada Pasien
Diabetes Melitus yang Datang ke Poli Klinik Penyakit Dalam Rumah Sakit
M. Djamil Padang. Journal Kesehatan Andalas. 2018;7(3):400-404.

48

Anda mungkin juga menyukai