Anda di halaman 1dari 4

SMPN 01

BATU
SEJARAH SINGKAT BANI UMAYYAH
DI DAMASKUS

MUTIARA HAVIDS
VIII-G/23
SMPN 01 BATU
SEJARAH DINASTI UMAYYAH DI DAMASKUS
A. Sejarah Awal Berdirinya Dinasti Umayyah di Damaskus
Dinasti Umayyah di Damaskus
Dinasti Umayyah adalah kerajaan Islam pertama yang didirikan oleh Mu'āwiyyah
bin Abī Sufyān pada tahun 41 H/661 M. Tahun ini disebut dengan 'Aam al-Jamā'ah
(Tahun Persatuan) karena pada tahun ini semua umat Islam sepakat atas ke-
khalifahan Mu'āwiyyah dengan gelar Amir al-Mu'minīn. Setelah Mu’āwiyyah
diangkat menjadi khalifah, sistem pemerintahannya berubah menjadi monarchi
heridetis (Kerajaan turu temurun), yang diperoleh tidak dengan pemilihan suara
terbanyak.
Mu’āwiyyah bin Abī Sufyān adalah pendiri Dinasti Umayyah yang berasal dari suku
Quraish keturunan Bani Umayyah yang merupakan khalifah pertama dari tahun
661-750 M, nama lengkapnya ialah Mu’āwiyyah bin Abi Harb bin Umayyah bin
‘Abdi Syam bin Manaf. Mu’āwiyyah lahir 4 tahun menjelang Nabi Muḥammad saw
menjalankan dakwah Islam di kota Makkah, ia beriman dalam usia muda dan ikut
hijrah bersama Nabi saw ke Yastrib. Disamping itu termasuk salah seorang
pencatat waḥyu, dan ambil bagian dalam beberapa peperangan bersama Nabi
saw.
Kekuasaan Bani Umayyah di Damaskus berlangsung 90 tahun atau satu abad. Ibu
kota negara dipindahkan Mu’āwiyyah dari Madinah ke Damaskus, tempat ia
berkuasa sebagai gubernur sebelumnya. Khalifah-khalifah besar dinasti Bani
Umayyah ini adalah Mu’āwiyyah bin Abī Sufyān (661-680 M), ‘Abd al-Malik bin
Marwān (685-705 M), Al-Wālid bin ‘Abd al-Mālik (705-715 M), ‘Umār bin ‘Abd al-
‘Azīz (717-720 M), dan Hāshim bin ‘Abd al-Mālik (724-743 M).
Dinasti Umayyah I di Damaskus (41 H/661 M-132 H/750 M), dinasti ini berkuasa
kurang lebih selama 90 tahun dan mengalami pergantian pemimpin sebanyak 14
kali. Adapunya khalifahnya terdiri dari khalifah Mu’āwiyyah bin Abī Sufyān (661-
680 M), ‘Abd al-Mālik bin Marwān (685-705 M), Al-Wālid bin ‘Abd al-Mālik (705-
715 M), ‘Umār bin ‘Abd al-‘Azīz (717-720 M), dan Hishām bin ‘Abd al-Mālik (724-
743 M). Pada tahun 750 M, dinasti ini digulingkan oleh dinasti ‘Abbāsiyyah.
Pada Dinasti Umayyah perluasan daerah Islam sangat luas sampai ke timur dan
barat. Begitu juga dengan daerah Selatan yang merupakan tambahan dari daerah
Islam di zaman Khulafāar-Rāshidīn yaitu: Hijāz, Syiria, Iraq, Persia dan Mesir.
Seiring dengan itu pendidikan pada priode Dinasti Umayyah telah ada beberapa
lembaga seperti: Kuttāb, Masjid dan Majelis Sastra. Materi yang diajarkan
bertingkat-tingkat dan bermacam-macam. Metode pengajarannya pun tidak
sama. Sehingga melahirkan beberapa pakar ilmuan dalam berbagai bidang
tertentu.

B. Kemajuan-Kemajuan Yang dicapai oleh Dinasti Umayyah


Pemisahan kekuasaan. Terjadi dikotomi antara kekuasaan agama dan kekuasaan
politik.
Pembigian wilayah. Wilayah kekuasaan terbagi atas 10 provinsi, yaitu: syiria dan
palestina, kuffah dan Irak, Basrah, Persia, Sijistan, Khurasan, Bahrain, Oman, Najd
dan Yamamah, Arenia, Hijaz, Karman dan India, Egyp (Mesir), Ifriqiyah (Afrika
Utara), Yaman dan Arab Selatan, serta Andalusia.
Bidang Administrasi Pemerintah. Organisasi tata usaha negara terpecah ke dalam
bentuk dewan. Depertemen pajak dinamakan Dewan al Kharaj, depertemen pos
dinamakan Dewan Rasail, depertemen yang menangani berbegai kepentingan
umum dinamakan Dewan Musghilat, depertemen dokumen negara dinamakan
Dewan al Khatim.
Organisasi keuangan. Masih terpusat pada baitulmaal yang asetnya diperoleh dari
pajak tanah, perorangan bagi nonmuslim. Percetakan uang dilakukan pada masa
khalifah Abdul Malik ibn Marwan.
Organisasi ketentaraan. Umumnya orang Arab atau keturunan Arab yang boleh
menjadi tentara.
Organisasi kehakiman. Bidang sosial dan Budaya.
Bidang seni dan Sastra. Pada masa Khalifah Walid ibn Abdul Malik terjadi
keseragaman bahasa, semua bahasa daerah terutama dalam bidang administrasi
diseragmkan dengan menggunakan bahasa Arab.
Bidang seni Rupa. Yang berkembang hanya seni ukir dan pahat, terlihat pada
kaligrafi (khat Arab) sebagai motifnya.
Bidang Arsitektur. Terlihat kubah al Sakkhra di Baitul Maqdis, yaitu kubah batu
yang didirikan pada masa khalifah Abdul Malik ibn Marwan pada tahun 691 M
C. Keruntuhan Dinasti Umayyah di Damaskus
Pada zaman khalifah Umaiyah terdapat tiga kekuatan yang mengancam khaifah:
1) Bani hasyim yang terdiri atas syi’ah yang dipimpin oleh Abu Musa Al-Khurasani
dan Banial-Abbas yang dipimpin oleh Abu Abbas.
2) Khawarij
3) Mawali
Setelah Umar Ibn Abd al-Aziz, para khalifah termasuk yazid Ibn Abd al-Malik
senang pada kemewahan, kurang memperhatikan kehidupan rakyat. Pasa masa
Hisyam Ibn Abd-Malik, muncul gerakan Bani hasyim yang didukung oleh mawali
yang merupakan ancaman bagi Dinasti Umaiyah. Pada tahun 750 M, Abu Abbas
mendapat dukungan dari mawali dan syi’ah yang dipimpin oleh Abu Musli Al-
Khurasani. Karena dukungan tersebut, Abu abbas berhasil membunuh khalifah
Marwan Ibn Malik melarikan diri ke Mesir. Denagn terbunuhnya Marwan Ibn
Malik, berakhirlah Dinasti Umaiyah di syiria dengan Damaskus sebagai ibu
kotanya. Akan tetapi, Abd al-Rahman Ibn Mu’wiyah pada saat revolusi Abbasiah,
berhasil meloloskan diri dan bersembunyi di Andalusia. Ia adalah pengeran Bani
Umaiyah pertama yang masuk ke Andalusia (Spanyol). Oleh karena itu ia digelari
al-Dakhil (Abd al-Rahman al-Dakhil). Ia berhasil menjatuhkan Abd al-Rahman al-
Fihri Gubernur Andalusia yang tunduk pada Dinasti Abbasiyah pada tahun 756 M.
Mualai tahun 757, berdirilah Dinasti Umaiyah di Andalusia tanpa gelar Khalifah,
Abd al-Rahman al-Dakhil bergelar Amir (bukan Khalifah).

Anda mungkin juga menyukai