Laporan Resmi Praktikum Ilmu Gulma Lahan
Laporan Resmi Praktikum Ilmu Gulma Lahan
Disusun Oleh :
Berdasarkan :
Morfologinya : Daun lebar
Daur hidup : Tahunan
Habitat : Darat
Berdasarkan :
Morfologi : Rumputan
Daur hidup : Tahunan
Habitat : darat
3. Spesies : Axonopus compressus
Berdasarkan :
Morfologi : Rumputan
Daur hidup : semusim
Habitat : Darat
Berdasarkan :
Morfologi : Daun lebar
Daur hidup : Semusim
Habitat : Darat
5. Spesies : Imperata cylindrica
Berdasarkan :
Morfologi : Rumputan
Daur hidup : Tahunan
Habitat : Darat
Berdasarkan :
Morfologi : Daun lebar
Daur hidup : Semusim
Habitat : Darat
7. Spesies : Cyperus killingia
Berdasarkan :
Morfologi : Tekian
Daur hidup : semusim
Habitat : Darat
Berdasarkan :
Morfologinya : Daun lebar
Daur hidup : Tahunan
Habitat : Darat
9. Spesies : Eichhornia crassipes
Berdasarkan :
Morfologi : Daun lebar
Daur hidup : Tahunan
Habitat : Air
Berdasarkan :
Morfologi : Rumputan
Daur hidup : Semusim
Habitat : Darat
11. Spesies : Mimosa pudica
Berdasarkan :
Morfologi : Daun Lebar
Daur hidup : Semusim
Habitat : Darat
Berdasarkan :
Morfologi : Tekian
Daur hidup : Semusim
Habitat : Darat
13. Spesies : Cynodon dactilon
Berdasarkan :
Morfologi : Rumputan
Daur hidup : Semusim
Habitat : Darat
Berdasarkan :
Morfologi : Tekian
Daur hidup : Semusim
Habitat : Darat
15. Spesies : Euphorbia hirta
Berdasarkan :
Morfologi : Daun lebar
Daur hidup : Semusim
Habitat : Darat
VIII. PEMBAHASAN
Pada acara I praktikum ilmu gulma lahan pertanian ini, kami diajarkan
untuk mendeskripsikan gulma yang telah kami bawa. Gulma tersebut kami
gambarkan, lalu di identifikasi morfologi, daur hidup, serta habitatnya.
Gulma yang saya bawa pada praktikum ini adalah Imperata cylindrica,
Amaranthus spinosus, dan phyllanthus urina, Linn. Imperata cylindrica
merupakan jenis gulma rumputan, Rumput menahun dengan tunas panjang
dan bersisik, merayap di bawah tanah. Ujung (pucuk) tunas yang muncul di
tanah runcing tajam, serupa ranjau duri. Batang pendek, menjulang naik ke
atas tanah dan berbunga, sebagian kerapkali (merah) keunguan, kerapkali
dengan karangan rambut di bawah buku. Tinggi 0,2 – 1,5 m, di tempat-
tempat lain mungkin lebih. Helaian daun berbentuk garis (pita panjang)
lanset berujung runcing, dengan pangkal yang menyempit dan berbentuk
talang, panjang 12-80 cm, bertepi sangat kasar dan bergerigi tajam,
berambut panjang di pangkalnya, dengan tulang daun yang lebar dan pucat
di tengahnya. Karangan bunga dalam malai, 6–28 cm panjangnya, dengan
anak bulir berambut panjang (putih) lk. 1 cm, sebagai alat melayang bulir
buah bila masak. Alang-alang dapat berbiak dengan cepat, dengan benih-
benihnya yang tersebar cepat bersama angin, atau melalui rimpangnya yang
lekas menembus tanah yang gembur. Berlawanan dengan anggapan umum,
alang-alang tidak suka tumbuh di tanah yang miskin, gersang atau berbatu-
batu. Rumput ini senang dengan tanah-tanah yang cukup subur, banyak
disinari matahari sampai agak teduh, dengan kondisi lembap atau kering. Di
tanah-tanah yang becek atau terendam, atau yang senantiasa ternaungi,
alang-alang pun tak mau tumbuh. Gulma ini dengan segera menguasai lahan
bekas hutan yang rusak dan terbuka, bekas ladang, sawah yang mengering,
tepi jalan dan lain-lain. Di tempat-tempat semacam itu alang-alang dapat
tumbuh dominan dan menutupi areal yang luas. Amaranthus spinosus
merupakan Tanaman yang termasuk dalam familia Amaranthaceae.
Tumbuhan ini banyak tumbuh liar di kebun-kebun, tepi jalan, tanah kosong
dari dataran rendah sampai dengan ketinggian 1.400 meter di atas
permukaan laut. Tingginya dapat mencapai 1 meter. Tumbuhan ini dapat
dikembangbiakkan melalui bijinya yang bulat, kecil dan hitam.Sebagai
tanda khas dari tumbuhan bayam duri yaitu pada pohon batang, tepatnya di
pangkal tangkai daun terdapat duri, sehingga orang mengenal sebagai
bayam duri. Bayam duri tumbuh baik di tempat-tempat yang cukup sinar
matahari dengan suhu udara antara 25 - 35 Celcius.
Akar tanaman bayam duri sama seperti akar tanaman bayam pada
umumnya, yaitu memiliki sistem perakaran tunggang. Batang tanaman
bayam duri ini kecil berbentuk bulat, lunak dan berair. Batang tumbuh tegak
bisa mencapai satu meter dan percabangannya monopodial. Batangnya
berwarna merah kecoklatan. Yang menjadi ciri khas pada tanaman ini
adalah adanya duri yang terdapat pada pangkal batang tanaman ini.
Memiliki daun tunggal. Berwarna kehijauan, bentuk bundar telur
memanjang (ovalis). Panjang daun 1,5 cm sampai 6,0 cm. Lebar daun 0,5
sampai 3,2 cm. Ujung daun obtusus dan pangkal daun acutus. Tangkai daun
berbentuk bulat dan permukaannya opacus. Panjang tangkai daun 0,5
sampai 9,0 cm. Bentuk tulang daun bayam duri penninervis dan tepi
daunnya repandus. Bunga terdapat di axilaar batang. Merupakan bunga
berkelamin tunggal, yang berwarna hijau. Setiap bunga memiliki 5 mahkota.
panjangnya 1,5-2,5 mm. Kumpulan bunganya berbentuk bulir untuk bunga
jantannya. Sedangkan bunga betina berbentuk bulat yang terdapat pada
ketiak batang. Bunga ini termasuk bunga inflorencia. Buahnya berbentuk
lonjong berwarna hijau dengan panjang 1,5 mm. Bijinya berwarna hitam
mengkilat dengan panjang antara 0,8 – 1 mm. Phyllanthus urinaria adalah
salah satu jenis tanaman yang memiliki bentuk batang bulat, basah dan
tinggi kurang dari 50 cm. Daun dari tanaman meniran bertulang menyirip
genap, setiap satu tangkai memiliki daun majemuk dengan ukuran yang
kecil dan berbentuk lonjong. Bunga tumbuhan ini terdapat pada setiap ketiak
daun serta menghadap ke bagian bawah.
IX. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan, maka praktikan dapat
mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh dan tidak dikehendaki oleh
manusia.
2. Gulma berdasakan morfologinya dapat di bedakan menjadi 3 jenis,
yaitu ; rumputan, tekian, dan berdaun lebar.
3. Gulma berdasarkan daur hidupnya dapat dibedakan mejadi 3 jenis,
yaitu ; gulma semusim, gulma dua musim, dan gulma tahunan.
4. Gulma berdasarkan habitatnya dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu ;
gulma darat, gulma air, dan aerial weeds.
5. Imperata cylindrica merupakan gulma rumputan, gulma tahunan dan
gulma darat.
DAFTAR PUSTAKA
Rukmana R., & Sugandi. 1999. Gulma dan Teknik Pengendalian. Kanisius. Jakarta.